Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar
Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar
Untuk menjaring potensi yang ada di Kota Denpasar khususnya di bidang sastra
agama Hindu yang merupakan jiwa atau roh budaya Bali, Dinas Kebudayaan
Kota Denpasar menggelar Lomba Utsawa Dharma Gita. Lomba yang berlangsung
selama 3 hari mulai tanggal 20-22 Nopember dibuka secara resmi oleh Walikota
Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra di Balai Wantilan, Desa Pakraman Intaran,
Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan Jumat (20/11). Dalam kesempatan tersebut
Walikota Denpasar juga menyerahkan bantuan uang pembinaan untuk
widyasaba di empat kecamatan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Ketut Mardika saat ditemui di sela-sela
lomba mengatakan lomba yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan Kota
Denpasar diikuti 188 peserta dari 4 kecamatan.
Mardika menambahkan even utsawa dharma selain menggali potensi yang ada,
juga untuk mempersiapkan wakil-wakil kota Denpasar untuk even yang lebih
tinggi. Lomba utsawa dharma gita diharapkan juga menjadi pelestarian budaya
Bali untuk mendukung Denpasar Berwawasan Budaya yang kreatif berbasis
budaya unggulan.
Ketua Panita penyelenggara Made Langgeng Buana dalam laporannya
mengatakan even ini merupakan even rutin tahunan yang dimulai dari tingkat
kecamatan, kota untuk mempersiapkan pada ajang yang lebih tinggi yaitu
tingkat propinsi maupun nasional. Lebih lanjut Langgeng Buana menambhakan
keberadaan Kota Denpasar dalam bidang utsawa dharma gitta saat ini sebagai
juara umum pada ajang PKB propinsi Bali 2009."Kami harapkan prestasi yang di
raih Kota Denpasar menjadi motivasi bagi peserta untuk lebih meningkatkan
kemampuannya di bidang utsawa dharma gita," ujar Langgeng Buana.
Tujuan dari pelaksanaan lomba utsawa dharma gita adalah untuk untuk
mengembangkan sastra Agama Hindu, sehingga bisa dipahami oleh masyarakat
sesuai dengan visi dan misi Kota Denpasar berwawasan budaya. Jenis utsawa
dharma gita dilobakan adalah sloka, palawakia, kewkawin, macepat, kidung dan
dharma wacana yang diikuti oleh anak-anak, remaja dan dewasa.
D
a
Prosesi pembukaan diawali dengan defile peserta dari tujuh kecamatan yang memiliki umat
Hindu masing-masing; Kecamatan Wotu, Burau, Tomoni Timur, Kalaena, Malili, Angkona
dan Kecamatan Nuha. Seluruh kontingen defile dipimpin langsung oleh camat masing-
masing. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari, dan akan berakhir hingga 27 April
mendatang, dengan mengusung tema Melalui Utsawa Dharma Gita kita tingkatkan prestasi,
Sradha dan Bhakti melalui pengamalan ajaran suci Weda untuk mewujudkan Bumi Batara
Guru yang Jagadhita
Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan umat Hindu, yang
biasanya dalam Agama Islam dikenal dengan MTQ atau Pesparawi untuk umat Kristiani.
Dalam festival atau lomba ini para peserta berkompetisi untuk menunjukkan kemahiran dan
kemampuannya dalam membaca teks-teks suci keagamaan Hindu.
Kegiatan Utsawa Dahrma Gita tahun 2010 ini terbilang istimewa, karena seluruh anggaran
yang digunakan bersumber dari APBD Luwu Timur 2010, berbeda dari tahun sebelumnya,
dimana hanya kegiatan MTQ yang dibiayai dari APBD, maka pada tahun 2010 ini Pemkab.
Luwu Timur membiayai kegiatan keagamaan baik MTQ, Pesparawi maupun Utsawa Dharma
Gita. Hal ini merupakan langkah maju bagi Luwu Timur karena mungkin satu-satunya
Kabupaten di Sulawesi Selatan yang melakukan kebijakan seperti ini, hanya Kabupaten
Luwu Timur.
Menurut ketua panitia Penyelenggara, Andi Zainal Ariifn, kebijakan ini dilakukan pemerintah
daerah mengingat masyarakat Luwu Timur terdiri dari berbagai macam suku, agama dan latar
belakang sehingga harus diperlakukan sama tanpa memandang perbedaan, sehingga tidak
satu pun agama yang merasa diistimewakan atau dianaktirikan, tetapi semuanya diperlakukan
sama oleh pemerintah daerah.
Bupati Luwu Timur dalam sambutannya mengatakan Umat Hindu tentunya menyadari bahwa
membaca dan menyanyikan teks-teks keagamaan adalah perbuatan yang baik dan mulia serta
mendapatkan pahala dari Sang Hyang Widhi. Membaca antara kitab suci Wedha dan
pembacaan terhadap kitab-kitab sastra keagamaan lainnya yang dihormati dalam tradisi
agama Hindu tentu akan membawa implikasi kerohanian yang mendalam. Namun lebih dari
itu diharapkan akan membawa implikasi kerohanian yang menyebarkan aura kedamaian bagi
sesama dalam membina dan mengembangkan kerukunan umat beragama, baik kerukunan
interen dan antar umat beragama maupun kerukunan antara umat beragama dengan
Pemerintah.
Oleh karena itu, Bupati meminta kepada semua panitia pelaksana yang terlibat dalam
kegiatan Utsawa Dharma Gita ini termasuk dewan juri, agar menyukseskan kegiatan ini
dengan bekerja secara professional sesuai bidang tugas masing-masing, sehingga semua
kegiatan berjalan dengan aman dan lancar. Karena kesuksesan pelaksanaan Utsawa Dharma
Gita tahun ini akan menjadi indikator untuk pelaksanaan di tahun berikutnya, jelas Bupati.
(Humas / Yulius)
ebagaimana telah kita maklumi bersama Utsawa Dharma Gita adalah festival
atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu. Dalam festival atau lomba ini para
peserta akan berkompetisi untuk menunjukkan kemahiran dan kemampuannya
dalam membaca teks-teks suci keagamaaan Hindu. Kegiatan ini tentulah
mempunyai arti yang sangat penting dan mendalam, sebab melalui festival atau
lomba ini kemahiran menyanyikan teks-teks keagamaan dapat ditingkatkan.
Lebih dari itu, pemahaman dan pengamalan terhadap makna dari teks-teks itu
akan dapat dilaksanakan pula dengan cara yang lebih baik.
Acara Utsawa Dharma Gita kali ini mengambil tema Meningkatkan Kesadaran
Humanisme Hindu dalam rangka Persatuan dan Perdamaian. Tema ini memang
tema yang relevan dengan situasi jaman di mana kita hidup sekarang ini. Tema
itu bukan saja relevan dengan situasi yang tengah dihadapi bangsa Indonesia
pada khususnya, tetapi juga situasi yang juga tengah dihadapi oleh umat
manusia pada umumnya. Kesadaran humanisme adalah problema yang aktual
sepanjang jaman. Sebab manusia mempunyai posisi yang unik dibandingkan
dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang ada di dalam alam semesta yang
maha luas ini.
Sebagai makhluk berakal dan berperasaan, manusia wajib untuk merenungkan
secara mendalam apakah sesungguhnya maksud, tujuan dan hakekat
keberadaaan manusia di muka bumi ini. Adakah manusia itu makhluk yang harus
mengikuti keinginan hawa nafsu untuk memuaskan segala keinginan dan
kepentingannya ataukah ada misi lain dari keberadaan manusia itu di muka
bumi ini. Pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti itu menjadi lahan
perenungan filsafat dan mistisisme sejak jaman dahulu kala. Namun bagi umat
beragama, pertanyaan-pertanyaan mendasar itu tidak mungkin dapat dijawab
dengan memuaskan oleh manusia itu sendiri, mengingat keterbatasan
kemampuan, akal pikiran dan perasaan yang dimilikinya. Agama diturunkan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memberikan bimbingan, tuntunan dan penjelasan
kepada umat manusia agar mereka menempuh jalan kehidupan yang benar dan
hakiki.
Apa yang saya kemukakan ini sungguh sangat relevan untuk menjadi bahan
renungan kita bersama. Bangsa kita masih dihadapkan kepada persoalan
harmoni sosial, kerukunan sosial, persaudaraan dan integritas teritorial yang
wajib kita jaga, kita pelihara dan kita pertahankan. Hingga kini masih ada konflik
komunal di beberapa tempat dan gerakan yang berkeinginan untuk memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Sebab itu, saya mengajak kepada
umat Hindu dan umat beragama lainnya marilah kita sama-sama menjaga
harmoni dan persatuan bangsa itu yang telah kita bangun dengan susah payah
sejak berabad-abad yang lalu.
Bangsa kita memang bangsa yang majemuk, yang mempunyai latar belakang
kesukuan, kebudayaan dan keagamaan yang berbeda-beda. Namun hakekat
kemanusiaan sesungguhnya adalah satu yaitu semua manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan. Sebab itu, perbedaan-perbedaan tidaklah menjadi halangan bagi
kita untuk hidup rukun, hidup damai dan hidup bersatu menjadi sebuah bangsa
di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
TENTANG
PROGRAM KERJA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
GARIS BESAR KEBIJAKAN
Guna meningkatkan wisatawan, baik domestik maupun asing pada 2010 Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata akan mencanangkan program Tahun Kunjung Museum (Visit
Museum Year). Program Tahun Kunjung Museum yang didukung dengan berbagai kegiatan
di museum seluruh Indonesia tersebut, bertujuan untuk memperbesar jumlah pengunjung
museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya
bangsa. Dengan adanya program Tahun Kunjung Museum yang dibarengi dengan mereposisi
museum, kita optimis bahwa masyarakat akan lebih bergairah untuk berkunjung ke museum,
sehingga museum menjadi lebih semarak dan hidup dalam pengelolaannya.
Museum sebagai media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana
pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif, perlu didorong agar menjadi
dinamis serta dapat melayani masyarakat dengan memadai. Indonesia juga dikenal memiliki
keragaman aset budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi. Dengan adanya
program Tahun Kunjung Museum tersebut, diharapkan dapat mengubah citra dan wajah
museum Indonesia menjadi lebih menarik dan lebih prima sehingga dapat turut meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan
Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014).
Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan Revitalisasi Museum
yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdayaguna sesuai
dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan adanya program GNCM
tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan
informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Semoga program Gerakan Nasional Cinta Museum melalui Tahun Kunjung Museum akan
berjalan dengan sukses dan mencapai hasil sesuai dengan perencanaannya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa serta
menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan
kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan dapat bergerak di sektor
ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki
peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya.
Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai
wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia
kepada komunitas dan publik.
Gerakan Nasional Cinta Museum adalah upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku
kepentingan dan pemilik kepentingan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna
memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. Gerakan ini
bertujuan untuk membenahi peran dan posisi museum yang difokuskan pada aspek internal
maupun eksternal. Aspek internal lebih kepada revitalisasi fungsi museum dalam rangka
penguatan pencitraan melalui pendekatan konsep manajemen yang terkait dengan fisik dan
non fisik. Aspek eksternal lebih kepada konsep kemasan program yaitu menggunakan bentuk
sosialisasi dan kampanye pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Salah satu
programnya adalah Tahun Kunjung Museum 2010 yang dicanangkan pada tanggal 30
Desember 2009 oleh Bapak Ir. Jero Wacik, SE selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia.
Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan
Nasional Cinta Museum. Maka dapat dikatakan bahwa Tahun Kunjung Museum ini adalah
upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang didasarkan pada pemikiran bahwa
museum merupakan bagian dari pranata sosial yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan
bangsa, menggalang persatuan dan kesatuan, memberikan layanan kepada masyarakat,
melestarikan aset bangsa sebagai sumber penguatan pemahaman, apresiasi, dan kepedulian
pada identitas bangsa. Hal ini untuk memperkuat posisi (reposisi) museum sebagai jendela
budaya dan bagian dari pranata kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia.
Gerakan Nasional Cinta Museum ini akan dilaksanakan secara bertahap selama lima tahun
dalam rangka menggalang kebersamaan antar pemangku dan pemilik kepentingan (share dan
stakeholder) untuk memperkuat fungsi museum pada posisi yang dicita-citakan guna
memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. Pencapaian
fungsionalisasi museum tersebut yang kemudian disebut sebagai Gerakan Nasional Cinta
Museum.
Gerakan Nasional Cinta Museum adalah upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
untuk mengembangkan museum-museum di Indonesia agar siap bersaing. Mari kita jadikan
Gerakan Nasional ini sebagai momentum kebangkitan museum di Indonesia yang diawali
dengan Tahun Kunjung Museum 2010.
Tujuan
1. Terjadinya peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai penting
budaya bangsa
2. Semakin kuatnya kepedulian dan peranserta pemangku kepentingan dalam
pengembangan museum
3. Terwujudnya museum sebagai media belajar dan kesenangan yang dinamis dan
atraktif bagi pengunjung
4. Terwujudnya museum sebagai kebanggaan publik
5. Terwujudnya kualitas pelayanan museum
6. Peningkatan jumlah kunjungan ke museum
Sasaran
1. Menciptakan peran museum sebagai bagian dari pranata kehidupan ekonomi, politik,
sosial, dan budaya bangsa
2. Mewujudkan peningkatan kuantitas dan kualitas kunjungan ke museum-museum
seluruh Indonesia
3. Mewujudkan landasan yang kokoh bagi masyarakat untuk meningkatkan apresiasi
kesejarahan dan kebudayaan dalam upaya memperkuat jatidiri bangsa
4. Menciptakan kerja sama yang berimbang dan saling menguntungkan antara museum
dengan pemangku kepentingan
5. Membentuk rumusan kebijakan-kebijakan terkait dengan penyelenggaraan museum
yang tidak saja menekankan kepada kepentingan ideologis dan kepentingan akademis,
tetapi juga pada kepentingan lain dalam pemanfaatan museum
6. Terbentuknya sinergisitas dari para pemangku kepentingan khususnya di bidang
pariwisata untuk menempatkan museum sebagai lembaga yang memiliki daya tarik
wisata budaya untuk dikunjungi
Strategi Program
Strategi mereposisi museum dalam menangkap peluang ke depan adalah:
1. Meningkatkan keseimbangan antara kompleksitas fungsi museum yang diemban
dengan sistem dan mekanisme pengelolaan yang profesional
2. Mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi untuk mengelola data dan
informasi koleksi, kegiatan museum, mempromosikan atau kampanye/sosialisasi
museum sebagai tempat yang atraktif dan memiliki daya tarik untuk dikunjungi
3. Meningkatkan inovasi sistem peragaan koleksi museum yang ditata secara modern
tanpa mengabaikan peran pendidikannya, misalnya melalui sentuhan teknologi
komputer, presentasi audiovisual, serta pajangan video secara interaktif untuk lebih
menarik dan lebih mendidik
4. Museum sebagai jendela budaya harus lebih dikembangkan sebagai tempat pertemuan
masyarakat atau komunitas yang nyaman, menyenangkan, akomodatif, dan lengkap
5. Mengoptimalkan kreativitas program-program, aktivitas dan promosi kegiatan
museum yang menarik, lebih mendidik sekaligus menghibur, yang dapat menggugah
emosi atau imajinasi pengunjung untuk lebih tertarik, mengetahui, dan mengapresiasi
pengalaman yang diperoleh selama berkunjung di museum sebagai bagian dari
kehidupan budayanya
6. Memperkuat data dan informasi terkait dengan koleksi, aktivitas dan promosi
kegiatan museum yang dapat diakses dengan mudah oleh para pemangku kepentingan
khususnya masyarakat dan pengunjung
7. Meningkatkan kenyamanan dan kepuasan bagi para pengunjung terhadap kualitas dan
kelengkapan fasilitas, sarana pendukung dan layanan yang disediakan oleh museum
8. Mengintegrasikan fungsi museum dengan sistem pendidikan nasional yang ada,
khususnya pada tingkat daerah (provinsi dan kabupaten) yang tidak memiliki museum
9. Memperkuat jaringan kerja museum sebagai lembaga nonprofit