Anda di halaman 1dari 16

Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar (Bali Post) -

Untuk menjaring potensi yang ada di Kota Denpasar khususnya di bidang sastra
agama Hindu yang merupakan jiwa atau roh budaya Bali, Dinas Kebudayaan
Kota Denpasar menggelar Lomba Utsawa Dharma Gita. Lomba yang berlangsung
selama 3 hari mulai tanggal 20-22 Nopember dibuka secara resmi oleh Walikota
Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra di Balai Wantilan, Desa Pakraman Intaran,
Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan Jumat (20/11). Dalam kesempatan tersebut
Walikota Denpasar juga menyerahkan bantuan uang pembinaan untuk
widyasaba di empat kecamatan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Ketut Mardika saat ditemui di sela-sela
lomba mengatakan lomba yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan Kota
Denpasar diikuti 188 peserta dari 4 kecamatan.
Mardika menambahkan even utsawa dharma selain menggali potensi yang ada,
juga untuk mempersiapkan wakil-wakil kota Denpasar untuk even yang lebih
tinggi. Lomba utsawa dharma gita diharapkan juga menjadi pelestarian budaya
Bali untuk mendukung Denpasar Berwawasan Budaya yang kreatif berbasis
budaya unggulan.
Ketua Panita penyelenggara Made Langgeng Buana dalam laporannya
mengatakan even ini merupakan even rutin tahunan yang dimulai dari tingkat
kecamatan, kota untuk mempersiapkan pada ajang yang lebih tinggi yaitu
tingkat propinsi maupun nasional. Lebih lanjut Langgeng Buana menambhakan
keberadaan Kota Denpasar dalam bidang utsawa dharma gitta saat ini sebagai
juara umum pada ajang PKB propinsi Bali 2009."Kami harapkan prestasi yang di
raih Kota Denpasar menjadi motivasi bagi peserta untuk lebih meningkatkan
kemampuannya di bidang utsawa dharma gita," ujar Langgeng Buana.
Tujuan dari pelaksanaan lomba utsawa dharma gita adalah untuk untuk
mengembangkan sastra Agama Hindu, sehingga bisa dipahami oleh masyarakat
sesuai dengan visi dan misi Kota Denpasar berwawasan budaya. Jenis utsawa
dharma gita dilobakan adalah sloka, palawakia, kewkawin, macepat, kidung dan
dharma wacana yang diikuti oleh anak-anak, remaja dan dewasa.

D
a

PENGERTIAN UTSAWA DHARMA GITA


Berdasarkan kitab suci Veda, Utsawa Dharma Gita pada hakekatnya adalah;
Phalasruti, Phala- sloka, dan Phalakwaya. Phalasruti mengandung makna pahala
dari pembacaan kibat-kitab sruti atau wahyu yang pada umumnya disebut
mantra yang berasal dari Hyang Widhi.
Phalasloka adalah pahala dari pembacaan kitab-kitab susastra Hindu seperti
kitab Itihasa, yakni Ramayana cur. Mahabrata. Phalawakya adalah tradisi
pembacaan karya sastra Jawa Kuno berbentuk prosa atau parva. Utsawa berarti
festival atau lomba. Sedangkan Dharma Gita adalah nyanyian suci keagamaan.
Dengan demikian, Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci
keagamaan Hindu. Utsawa Dharma Gita. sebagai kidung suci keagamaan Hindu
telah lama berkembang di masyarakat melalui berbagai pesantian, , baik yang
ada di Bali maupun luar Bali. Sebelum menasional, Utsawa Dharma Gita
dilaksanakan Pemda Bali dalam bentuk lomba kekawin dan kidung.
Penggunaan Dharma Gita dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan
sangat membantu menciptakan suasana hening, hikmat/kusuk yang dipancari
getaran kesucian dengan jenis yadnya yang dilaksanakan, sehingga kegiatan
tersebut dapat berjalan hening, hikmat/kusuk. Untuk melestarikan dan
mengembangkan Dharma Gita dalam pelaksanaan kegiatan di masyarakat,
Utsawa Dharma Gita diupayakan berlangsung setiap tiga tahun sekali. Utsawa
Dharma Gita tingkat nasional telah berlangsung delapan kali berturut-turut.
B. TUJUAN UTSAWA DHARMA GITA
Meningkatkan rasa keagamaan sebagai wujud pemahaman ajaran agama.
Meningkatkan sradha dan bhakti sebagai landasan terbentuknya ahlak mulia.
Melestarikan dan mengembangkan Dharma Gita di kalangan umat Hindu.
Memantapkan kerukunan hidup intern umat Hindu yang serasi dan harmonis.
Mempersatukan dan menyamakan persepsi tentang Dharma Gita. Meningkatkan
kajian terhadapa kitab suci Veda.
Meningkatkan keterampilan membaca kitab suci Veda atau kidung-kidung
keagamaan. Meningkatkan penguasaan materi ajaran agama Hindu.
C. TEMPAT PELAKSANAAN UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT NASIONAL
Pelaksanaan Utsawa Dhama Gita tingkat nasional pertama sampai ke delapan
berlangsung di;
Utsawa Dhama Gita tingkat nasional pertama dilaksanakan di Denpasar, Bali
pada 1978. Saat itu namanya Pembinaan Seni Sakral. Jenis kegiatannya;
pembinaan nyanyian pengiring tari Sanghyang, jenis-jenis kidung dan
kekawin dengan kekhasan daerah masing-masing dan diikuti utusan se-
provinsi Bali.
Utsawa Dharma Gita II berlangsung di Denpasar pada 1979. Jenis kegiatan;
parade seni, pameran foto, kekawin, kidung macapat, dan phalakwaya
yang diikuti utusan kabupaten se-provinsi Bali.
Utsawa Dharma Gita III juga berlangsung di Denpasar pada 1980. Jenis
kegiatan; parade seni, pameran foto, kekawin, kidung, phalakwaya yang
diikuti utusan kabupaten se-provinsi Bali dan Lombok.
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IV berlangsung di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada 1991. Jenis kegiatannya; parade seni,
utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalakwaya, Dharma
Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum
diraih kontingen Provinsi Bali.
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional V dilaksanakan di Solo-Surakarta, Jawa
Tengah, pada 1993. Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan Sloka,
utsawa pembacaan Phalakwaya, Dharma Widya, parade kidung daerah,
sarasehan, dan pameran. Juara umum diraih kontingan Provinsi Jawa
Tengah.
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VI dilaksanakan di Palangkaraya,
Kalimantan Tengah pada 1996. Jenis kegiatan; parade seni, utsawa
pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalakwaya, Dharma Widya,
parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum diraih
Provinsi Bali.
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VII dilaksanakan di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada 2000. Jenis kegiatan; parade seni,
utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalakwaya, Dharma
Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum
diraih Provinsi Bali
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VIII dilaksanakan di Mataram, Nusa
Tenggara Barat pada 2002 Jenis kegiatan; parade seni, utsawa
pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalakwaya, Dharma Widya,
parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum diraih
Provinsi Bali.
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX dilaksanakan di Bandar Lampung,
Lampung pada 2005. Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan
Sloka pasangan remaja putra-putri, utsawa pembacaan Phalakwaya
pasangan putra-putri, utsawa pembacaan Phalakwaya dewasa putra-putri,
Dharma Widya tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP), sekolah menengah atas (SMA), Dharma Wacana tingkat remaj a
dan dewasa, utsawa kidung/lagu-lagu keagamaan daerah, sarasehan, dan
pameran. Utsawa Dharaia Gita Tingkat Nasional IX diikuti peserta dari 29
provinsi dan utusan negara sahabat seperti India.
Utsawa Dharma Gita tingkat Nasional X dilangsungkan di Kendari, Sulawesi
Tenggara pada 27 Juli- 1 Agustus 2008 mendatang, direncanakan akan
dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhojono, dan ditutup oleh Wakil
Presiden Jusuf Kalla.
Demikianlah sejarah singkat pelaksanaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional
yang sampai saat ini telah berlangsung sepuluh kali.
Utsawa Dharma Gita (UDG) Ke-3 Tingkat Kabupaten Luwu Timur Tahun 2010 dibuka
secara resmi oleh Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma, Minggu (25/04) di lapangan
Desa Cendana Hitam Kecamatan Tomoni Timur. Bupati didampingi Ketua DPRD Lutim, M.
Sarkawi Hamid, Ketua Lembaga Pengembangan Darma Gita Sulsel, Simon Kendek Paranta
dan Ida Pandita DR. Wayan Miarta, dari Bali. Hadir pula para kepala Unit kerja, Kepala
Kantor Kementerian agama Lutim, para Anggota DPRD dan ribuan warga Hindu Bali se
Lutim.

Prosesi pembukaan diawali dengan defile peserta dari tujuh kecamatan yang memiliki umat
Hindu masing-masing; Kecamatan Wotu, Burau, Tomoni Timur, Kalaena, Malili, Angkona
dan Kecamatan Nuha. Seluruh kontingen defile dipimpin langsung oleh camat masing-
masing. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari, dan akan berakhir hingga 27 April
mendatang, dengan mengusung tema Melalui Utsawa Dharma Gita kita tingkatkan prestasi,
Sradha dan Bhakti melalui pengamalan ajaran suci Weda untuk mewujudkan Bumi Batara
Guru yang Jagadhita

Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan umat Hindu, yang
biasanya dalam Agama Islam dikenal dengan MTQ atau Pesparawi untuk umat Kristiani.
Dalam festival atau lomba ini para peserta berkompetisi untuk menunjukkan kemahiran dan
kemampuannya dalam membaca teks-teks suci keagamaan Hindu.
Kegiatan Utsawa Dahrma Gita tahun 2010 ini terbilang istimewa, karena seluruh anggaran
yang digunakan bersumber dari APBD Luwu Timur 2010, berbeda dari tahun sebelumnya,
dimana hanya kegiatan MTQ yang dibiayai dari APBD, maka pada tahun 2010 ini Pemkab.
Luwu Timur membiayai kegiatan keagamaan baik MTQ, Pesparawi maupun Utsawa Dharma
Gita. Hal ini merupakan langkah maju bagi Luwu Timur karena mungkin satu-satunya
Kabupaten di Sulawesi Selatan yang melakukan kebijakan seperti ini, hanya Kabupaten
Luwu Timur.

Menurut ketua panitia Penyelenggara, Andi Zainal Ariifn, kebijakan ini dilakukan pemerintah
daerah mengingat masyarakat Luwu Timur terdiri dari berbagai macam suku, agama dan latar
belakang sehingga harus diperlakukan sama tanpa memandang perbedaan, sehingga tidak
satu pun agama yang merasa diistimewakan atau dianaktirikan, tetapi semuanya diperlakukan
sama oleh pemerintah daerah.

Bupati Luwu Timur dalam sambutannya mengatakan Umat Hindu tentunya menyadari bahwa
membaca dan menyanyikan teks-teks keagamaan adalah perbuatan yang baik dan mulia serta
mendapatkan pahala dari Sang Hyang Widhi. Membaca antara kitab suci Wedha dan
pembacaan terhadap kitab-kitab sastra keagamaan lainnya yang dihormati dalam tradisi
agama Hindu tentu akan membawa implikasi kerohanian yang mendalam. Namun lebih dari
itu diharapkan akan membawa implikasi kerohanian yang menyebarkan aura kedamaian bagi
sesama dalam membina dan mengembangkan kerukunan umat beragama, baik kerukunan
interen dan antar umat beragama maupun kerukunan antara umat beragama dengan
Pemerintah.

Oleh karena itu, Bupati meminta kepada semua panitia pelaksana yang terlibat dalam
kegiatan Utsawa Dharma Gita ini termasuk dewan juri, agar menyukseskan kegiatan ini
dengan bekerja secara professional sesuai bidang tugas masing-masing, sehingga semua
kegiatan berjalan dengan aman dan lancar. Karena kesuksesan pelaksanaan Utsawa Dharma
Gita tahun ini akan menjadi indikator untuk pelaksanaan di tahun berikutnya, jelas Bupati.
(Humas / Yulius)

ebagaimana telah kita maklumi bersama Utsawa Dharma Gita adalah festival
atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu. Dalam festival atau lomba ini para
peserta akan berkompetisi untuk menunjukkan kemahiran dan kemampuannya
dalam membaca teks-teks suci keagamaaan Hindu. Kegiatan ini tentulah
mempunyai arti yang sangat penting dan mendalam, sebab melalui festival atau
lomba ini kemahiran menyanyikan teks-teks keagamaan dapat ditingkatkan.
Lebih dari itu, pemahaman dan pengamalan terhadap makna dari teks-teks itu
akan dapat dilaksanakan pula dengan cara yang lebih baik.

Umat Hindu menyadari bahwa membaca dan menyanyikan teks-teks keagamaan


adalah perbuatan yang baik dan mulia serta mendapatkan pahala dari Sang
Hyang Widhi. Membaca antara kitab suci Wedha dan pembacaan terhadap kitab-
kitab sastra keagamaan lainnya yang dihormati dalam tradisi agama Hindu tentu
akan membawa implikasi kerohanian yang mendalam. Kegiatan membaca,
menyanyikan dan menelaah isi teks-teks suci keagamaan itu tentulah harus
lebih banyak digiatkan terutama kepada anak-anak dan generasi muda umat
Hindu di mana saja berada.

Hadirin yang saya muliakan,


Dunia tempat kita hidup terus-menerus mengalami perubahan dari jaman ke
jaman. Generasi demi generasi datang silih berganti meneruskan kehidupan
umat manusia. Peradaban umat manusia berkembang kian maju. Namun setiap
jaman tentulah akan mempunyai tantangan sendiri-sendiri yang memerlukan
sikap dan jawaban. Umat beragama termasuk pula umat Hindu haruslah mampu
menghadapi dan sekaligus menjawab tantangan jaman itu. Teks-teks suci
keagamaan memberikan penerangan, tuntutan dan dasar-dasar jawaban untuk
menghadapi setiap zaman. Maka adalah tugas umat beragama untuk menelaah
secara lebih mendalam lagi pesan-pesan keagamaan dalam teks-teks suci
keagamaan itu. Dengan demikian ajaran agama akan dapat dipahami secara
lebih aktual dan relevan untuk menjawab persoalan-persoalan mendasar umat
manusia yang akan muncul pada setiap jaman.

Acara Utsawa Dharma Gita kali ini mengambil tema Meningkatkan Kesadaran
Humanisme Hindu dalam rangka Persatuan dan Perdamaian. Tema ini memang
tema yang relevan dengan situasi jaman di mana kita hidup sekarang ini. Tema
itu bukan saja relevan dengan situasi yang tengah dihadapi bangsa Indonesia
pada khususnya, tetapi juga situasi yang juga tengah dihadapi oleh umat
manusia pada umumnya. Kesadaran humanisme adalah problema yang aktual
sepanjang jaman. Sebab manusia mempunyai posisi yang unik dibandingkan
dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang ada di dalam alam semesta yang
maha luas ini.
Sebagai makhluk berakal dan berperasaan, manusia wajib untuk merenungkan
secara mendalam apakah sesungguhnya maksud, tujuan dan hakekat
keberadaaan manusia di muka bumi ini. Adakah manusia itu makhluk yang harus
mengikuti keinginan hawa nafsu untuk memuaskan segala keinginan dan
kepentingannya ataukah ada misi lain dari keberadaan manusia itu di muka
bumi ini. Pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti itu menjadi lahan
perenungan filsafat dan mistisisme sejak jaman dahulu kala. Namun bagi umat
beragama, pertanyaan-pertanyaan mendasar itu tidak mungkin dapat dijawab
dengan memuaskan oleh manusia itu sendiri, mengingat keterbatasan
kemampuan, akal pikiran dan perasaan yang dimilikinya. Agama diturunkan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memberikan bimbingan, tuntunan dan penjelasan
kepada umat manusia agar mereka menempuh jalan kehidupan yang benar dan
hakiki.

Melalui ajaran-ajaran agama itulah manusia mendapatkan pemahaman tentang


hakekat kemanusiaan. Atas dasar itu pula mereka dapat mengembangkan
paham humanisme, paham kemanusiaan yang sejati, yang diyakini sebagai
sesuatu yang mendapatkan keberkatan dari Tuhan yang Maha Esa. Kesadaran
bahwa kemampuan manusia adalah terbatas dan jauh dari sempurna, serta
kesadaran bahwa hidup ini adalah sementara adalah dasar keyakinan yang
sangat kuat di dalam ajaran agama. Sebab itu, manusia tidak boleh berbuat
semena-mena, berbuat onar dan berbuat kerusakan di muka bumi. Manusia
harus hidup menjadi makhluk yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk,
manusia tidak boleh melakukan kekejaman, penganiayaan dan perusakan
terhadap apa saja sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Dengan dasar-dasar
keyakinan seperti itu akan tumbuhlah sifat-sifat yang mendorong ke arah hidup
yang diliputi oleh suasana persatuan dan perdamaian.

Apa yang saya kemukakan ini sungguh sangat relevan untuk menjadi bahan
renungan kita bersama. Bangsa kita masih dihadapkan kepada persoalan
harmoni sosial, kerukunan sosial, persaudaraan dan integritas teritorial yang
wajib kita jaga, kita pelihara dan kita pertahankan. Hingga kini masih ada konflik
komunal di beberapa tempat dan gerakan yang berkeinginan untuk memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Sebab itu, saya mengajak kepada
umat Hindu dan umat beragama lainnya marilah kita sama-sama menjaga
harmoni dan persatuan bangsa itu yang telah kita bangun dengan susah payah
sejak berabad-abad yang lalu.

Bangsa kita memang bangsa yang majemuk, yang mempunyai latar belakang
kesukuan, kebudayaan dan keagamaan yang berbeda-beda. Namun hakekat
kemanusiaan sesungguhnya adalah satu yaitu semua manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan. Sebab itu, perbedaan-perbedaan tidaklah menjadi halangan bagi
kita untuk hidup rukun, hidup damai dan hidup bersatu menjadi sebuah bangsa
di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hadirin yang saya muliakan,


Umat Hindu di seluruh tanah air. Mengkaitkan kemanusiaan dengan perdamaian,
saya anggap sebagai sesuatu yang sangat tepat, relevan dengan situasi dunia
masa kini. Sebagai umat beragama, kita tentu yakin bahwa ajaran-ajaran agama
setelah mengingatkan hakekat, makna dan tujuan hidup manusia akan
menyuruh umatnya untuk membangun hidup yang penuh dengan kedamaian.
Bekal membangun kedamaian itu adalah keyakinan, keyakinan kepada Tuhan
yang melindungi semua makhluk dan kewajiban manusia untuk bersabar,
sehingga mampu mengendalikan diri dari segala hawa nafsu.

Nafsu, kemarahan, dendam dan kebencian sering kali membuat manusia


menjadi makhluk yang durjana. Saya berkeyakinan tidak ada ajaran agama yang
menyuruh umatnya berbuat demikian. Karena itu, marilah kita sama-sama
memahami dan merenungkan hakekat ajaran agama kita masing-masing agar
kita menempuh jalan hidup yang benar sesuai tuntutan ajaran agama yang kita
yakini. Dengan memahami ajaran agama masing-masing yang sama-sama
menyuruh umatnya membangun hidup yang damai, maka kita akan terjauh dari
malapetaka dan bencana. Prinsip kemanusiaan sejagad yang dilandasi oleh
semangat keagamaan yang mendalam. Saya yakin akan menjadi landasan yang
kukuh untuk membangun perdamaian yang abadi.

Hadirin yang saya muliakan,


Demikianlah sambutan saya. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan akan
menjadi bahan pemikiran dan renungan kita bersama demi kebaikan dan
kemajuan kita bersama. Dengan harapan-harapan itu pulalah maka dengan ini
kegiatan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional yang ke-9 tahun 2005 dengan
resmi saya nyatakan dibuka. Semoga kegiatan ini akan membawa manfaat yang
besar bagi umat Hindu di seluruh tanah air.

TENTANG
PROGRAM KERJA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA
GARIS BESAR KEBIJAKAN

A. BIDANG TATWA DAN PEMAHAMAN AGAMA


1. Mengembangkan konsep penerangan dan pewartaan agama Hindu yang baik dan
benar serta mendorong seluruh komponen umat dan pengurus Parisada untuk selalu
memberi informasi, fasilitas dan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada umat maupun
orang-orang yang tertarik terhadap agama Hindu dan atau yang ingin memeluk agama
Hindu.
2. Mendorong penerbitan buku-buku Hindu yang memberikan penjelasan tentang
filsafat, teologi dan buku lain yang berkaitan dengan pemahaman dan pengamalan
ajaran Hindu dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari sudut ; politik, tata negara,
demokratisasi, hak azasi manusia, hukum, ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain
sebagainya.
3. Menyusun konsep peningkatan kualitas sradha dan bhakti bagi setiap individu,
keluarga maupun komunitas Hindu di berbagai strata sosial kemasyarakatan, agar
selalu bangga menjadi seorang Hindu, melaksanakan seluruh kewajiban agama dengan
baik dan selalu mengamalkan nilai-nilai Hindu serta berani memunculkan dan
menggunakan identitas Hindu, di dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyusun pedoman perencanaan sampai pembangunan tempa persembahyangan
Hindu, seperti pura, candi dan kuildengan penjelasan nilai-nilai spiritual yang
terkandung di dalamnya sesuai dengan ajaran Hindu dengan menghargai dan
melestarikan adat istiadat daerah setempat.
5. Mengusulkan adanya bhisama dan atau peraturan terhadap berbagai permasalahan
keagamaan dan segala aktivitas kehidupan keagamaan dan perlindungan terhadap
tradisi maupun kebiasaan umat Hindu di daerah tertentu
.
B. BIDANG PENERANGAN DAN PENDIDIKAN
1. Menyusun strategi pelaksanaan penerangan agama melalui berbagai media
komunikasi, terutama media cetak, audio maupun visual. Baik yang dimiliki dan
dikelola sendiri di lingkungan umat Hindu, maupun yang merupakan milik Pemerintah
atau lembaga lain.
2. Membangun dan mengoperasikan pusat pengelolaan maupun penyimpangan data
tentang berbagai aspek keagamaan dan kehidupan masyarakat Hindu, baik berupa
buku, gambar, dokumen maupun situs di website atau homepage di internet.
3. Penyusunan program dan pelaksanaan familirisasi kegiatan persembahyangan
maupun upacara keagamaan sebagai suatu kewajiba rutin dan kebiasaan yang
menyenangkan serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat
Hindu sehari-hari.
4. Menyusun konsep pendidikan Hindu yang baik dan benar untuk semua tingkat usia
dan strata sosial pada berbagai wilayah, termasuk materi pengajaran bagi siswa TK
sampai dengan Perguruan Tinggi, yang harus dievaluasi setiap tahun untuk
memperoleh gambaran mengenai tingkat efektifitas dan keberhasilannya.
5. Menetapkan pola pendidikan dan pembekalan yang benar kepada para pendidik
agama, baik pada tingkat guru agama dan dharma duta sampai kepada sulinggih,
pinandita/pemangku dan serati banten termasuk juga bentuk kompensasi dan
perhatian terhadap kebutuhan mereka selama ini.
6. Mengembangkan dan mendorong pembangunan sarana pendidikan agama Hindu
berupa ; sekolah Minggu, pasraman, ashram, untuk pendidikan non formal dan
sekolah tinggi atau institut untuk pendidikan formal, diberbagai wilayah di Indonesia.
7. Mendorong pendirian perpustakaan pada lembaga umat/Parisada pada tingkat
Propinsi sampai ke Kelurahan/Desa, termasuk di lingkungan pura dan tempat
persembahyangan lain serta perpustakaan mini di setiap keluarga Hindu.
8. Membina hubungan baik serta melibatkan institusi sosial kemasyarakatan, yayasan
dan ashram serta lembaga keagamaan Hindu lain sebagai bagian dari sasaran dan
pelaksana pola pendidikan luar sekolah di bidang agama.

C. BIDANG ORGANISASI DAN MANAJEMEN


1. Menyusun visi, misi dan konsep pengembangan serta strategi implementasi
pembinaan umat serta rencana kerja berjangka dalam rangka peningkatan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama secara nasional.
2. Menyusun konsep kerjasama dan hubungan komunikasi antar organisasi
kemasyarakatan Hindu, baik pada tingkat cendikiawan, wanita, pemuda, mahasiswa,
remaja, paguyuban, yayasan, sampradaya dan lain sebagainya sebagai mitra kerja
pembinaan dan pelayanan kepada umat.
3. Meningkatkan kemampuan para pengurus Parisada melalui berbagai program
latihan dan pendidika, untuk secara optimal menghasilkan jajaran pengurus yang
jujur, handal dan memiliki semangat pengabdian yang tinggi.
4. Membangun dan meningkatkan hubungan kerjasama dan komunikasi dengan
organisasi Hindu di tingkat regional maupun internasional, termasuk dengan
Pemerintah, instansi terkait, dan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan selain
Hindu.

D. BIDANG USAHA DAN DANA


1. Menyusun Anggaran Pendepatan dan Belanja Organisasi secara terencana, realistis
dan terukur baik, sehingga dapat dijadikan acuan bagi penyusunan program
penggalian dana maupun pelaksanaan program kerja sehari-hari.
2. Mengembangkan konsep dana punia secar lebih luas dari wilayah upacara ke
wilayah pembinaan dan pengembangan lembaga derta sumber daya manusia, termasuk
menyusun program penghimpunan dana punia dari umat secara langsung atau melalui
pembentukan Yayasan dan/atau lembaga keuangan umat, yang akan dimanfaatkan
secara optimal untuk membiayai kegiatan Parisada dan peningkatan pelayanan umat
di berbagai bidang.
3. Menyusun tim investigasi untuk melakukan inventarisasi aset dak kekayaan Parisada
dan menyusun program penggalian dana abadi selama jangka waktu tertentu, agar
Parisada memiliki sejumlah dana yang bersifat kekal, sehingga pada suatu saat nanti
Parisada tidak lagi sepenuhnya menggantungkan diri kepada dana punia dari umat.
4. Memberdayakan kemampuan sosial ekonomi umat melalui pembentukan lembaga
kajian strategis yang melakukan pembinaan dan pemberian modal usaha bagi
pengusaha kecil serta merupakan jaringan antar pengusaha Hindu di Indonesia (Hindu
Incorporated).
5. Membentuk lembaga pemeriksa keuangan (auditor) yang bertugas memeriksa
keuangan Parisada dan melaporkan hasil pemeriksaannya secara berkala, dalam
rangka transportasi manajemen, untuk meningkatkan kepercayaan umat kepada
lembaga-lembaga Hindu.

E. BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN KEMASYARAKATAN


1. Meningkatkan pemahaman umat Hindu tentang berbagai nilai budaya dan hukum
dalam agama Hindu, baik yang menyangkut persamaan derajat, hukum waris dan juga
hak serta kewajiban anggota keluarga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
2. Mendorong pelaksanaan kegiatan dan partisipasi umat Hindu dalam berbagai
aktivitas yang mengangkat nilai keagamaan secara terhormat seperti ; dharmasanti,
utsawa dharma gita, lomba mejejahitan dan lainnya, yang dilakukan secara berjenjang
dan berkesinambungan untuk mempersiapkan generasi Hindu yang lebih baik dan
berkualitas di masadepan.
3. Mendorong umat Hindu untuk tampil dan turut serta berpartisipasi dalam setiap
kegiatan sosial kemasyarakatan pada setiap tingkat di lingkungan masing-masing,
sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis antar intern umat beragama, dan
antar umat beragama dengan pemerintah.
4. Mendorong terbentuknya lembaga konseling, baik pada tingkatan remaja,
mahasiswa, pemuda maupun orang tua, untuk melayani berbagai permasalahan umat
yang sering dialami dan dihadapi didalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengayomi kelompok-kelompok spiritual keagamaan Hindu sebagai saudara se-
Dharma, sebagai bagian dari konsep Hindu yang besar dan menghargai konsep
kebhinekaan dan multikulturalisme kebudayaan yang saling menghormati satu sama
lain.
6. Mengupayakan agar pencatatan perkawinan umat Hindu dilaksanakan oleh
Parisada Hindu Dharma Indonesia dan dilegalisasi oleh Departemen Agama RI.

BENTUK PROGRAM KERJA

A. BIDANG TATWA DAN PEMAHAMAN AGAMA


1. Menginvestarisasi kriteria dan kretirea dan kareteristik upakara dan upacara
persembahyangan keagamaan sesuai sifat multi peradaban suku-suku umat sedharma
di masing-masing daerah.
2. Pembentukan Widya Bhawana Parisada sebagai badan pelaksana kajian dan
perumusan berbagai sastra agama Hindu setelah disahkan oleh Parisada untuk
diwartakan.
3. Penerbitan buku pedoman pelaksanaan persembahyangan dan upacara keagamaan
serta petunjuk praktis pemberian dharma wacana di dalam setiap acara tersebut.
4. Penerbitan buku panduan mengenai perencanaan dan pembangunan maupun
pengelolaan tempat suci berdasarkan ajaran Weda disesuaikan dengan desa kalapatra.
5. Penerbitan buku pedoman dharma wacana yang disusun untuk para dharma duta,
sebagai panduan awal dalam pewartaan ajaran agama di berbagai tempat.
6. Menerbitkan peraturan dan ketentuan yang jelas tentang penggunaan bahasa,
aksara dan simbol serta budaya Hindu dalam berbagai bidang kehidupan.
7. Memberikan penugasan kepada seluruh pengurus Parisada untuk melakukan
kunjungan ke daerah terpencil menimal satu kali dalam setahun dan memberikan
dharma wacana di setiap pura minimal 2 (dua) kali dalam setahun.
8. Mengusulkan kepada pemerintah agar Hari Raya Siva Ratri dijadikan hari libur
nasional dan libur Hari Raya Nyepi menjadi dua hari.

B. BIDANG PENERANGAN DAN PENDIDIKAN


1. Pembentukan pusat pengelolaan dan penympanan data pada Sekretariat Jenderal
Parisada berupa ; pusat informasi Parisada, perpustakaan induk dan operator
homepage.
2. Pengaktifan kembali penerbitan dan pendistribusian majalah dan buletin Hindu ke
daerah-daerah sebagai media komunikasi umat dengan ditambah program pertemuan
antar pimpinan redaksi media sejenis sebagai ajang diskusi berbagai materi, isu dan
masalah aktual yang berkembang atau dihadapai umat sehari-hari.
3. Peningkaatan kualitas dan kuantitas penyiaran dharma wacana, dharma tula dan
dharma gita melalui media elektronik, termasuk memberi peran yang lebih besar
kepada organisasi atau individu lain yang berminat, bersedia dan mampu mengajukan
program alternatif yang lebih menarik.
4. Pendirian lembaga Penerbitan Parisada (Parisada Publishing House).
5. Membangun dan mengoperasikan radio swasta yang bernafaskan Hindu.
6. Pelaksanaan program pengiriman dharma duta ke berbagai daerah yang diniai
strategis untuk dikunjungi, baik atas inisiatif Parisada maupun atas permintaan umat
setempat.
7. Pendataan jumlah dan pemantauan aktivitas tenaga kependidikan agama Hindu
pada semua tingkat pendidikan, mengupayakan pengangkatan status jabatan mereka
dan upaya menciptakan berbagai intensif kompensasi tambahan sebagai pendorong
semangat pengabdian mereka.
8. Pendataan jumlah lembaga pendidikan agama Hindu pada semua tingkat
pendidikan, mengupayakan pembangunan sekolah baru dan penyempurnaan yang
sudah ada serta peningkatan status akademis dan peningkatan kualitas sistem maupun
manajemen pengajarannya.
9. Memulai program pendalaman shrada pada semua tingkatan usia dan kelompok
sosial di lingkungan umat secara periodik seperti ; pasraman arhir minggu bagi murid
TK dan SD, kemah remaja bagi murid-murid sekolah lanjutan, sedangkan forum
diskusi agama/tapa brata/yoga semadhi bagi mahasiswa dan pemuda serta tirta yatra
bagi para orang tuanya.
10. Mendistribusikan semua literatur dan koleksi buku maupun data yang tersedia di
perpustakaan Parisada Pusat ke Daerah dalam rangka pembangunan perpustakaan
daerah yang lengkap dan menjadi sumber pengetahuan bagi umat di seluruh wilayah di
Indonesia.
11. Menbuka pelatihan umum kepada kelompok remaja, mahasiswa maupun pemuda,
untuk memperkuat keyakinan, mental dan semangat mereka sebelum bepergian ke
wilayah lain dalam rangka melanjutkan sekolah, menjalankan tugas maupun bekerja.
12. Mengadakan pelatihan atau kursus singkat tentang dharma wacana dan dharma
duta, tidak saja bagi pengurus Parisada melainkan juga kepada pinandita/pemangku
dan serati banten serta calon pinandita/pemangku dan calon serati banten dan umat
Hindu yang berminat.
13. Memberikan penerangan perihal upacara keagamaan dan tradisi/adat istiadat
keagamaan di daerah agar dapat dipahami secara baik, tidak menimbulkan konflik
serta dapat berlangsung dengan tertib dan damai.

C. BIDANG ORGANISASI DAN MANAJEMEN


1. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepemimpinan, manajeman dan keuangan
kepada para pengurus tingkat pusat maupun daerah, dengan tenaga kerja pengajar
yang profesional.
2. Mengupayakan mempunyai kantor sekretariat tetap bagi pengurus pusat maupun
daerah dan mengangkat staf harian.
3. Melakukan pendataan keberadaan umat dan berbagai organisasi bernafaskan Hindu
sebagai data induk potensi dan sumber saya umat secara nasional.
4. Menata kembali manajemen organisasi/lembaga/yayasan yang bernaungdi bawah
Parisada Hindu Dharma Indonesia termasuk melakukan audit terhadap
organisasi/lembaga/yayasan serta melaporkannya secara periodik dan transparan.
5. Mendukung pemisahan Dirjen Bimas Hindu dan Budha.
6. Mengupayakan penyelesaian administrasi penghibahan dan penyertifikatan tanah
tempat suci dan Pelaba tempat suci dan melarang penyertifikatan tanah Pura dan
Pelaba pura untuk diatas namakan secara pribadi.
7. Membentuk forum komunikasi antar lembaga pendidikan, antar lembaga pura dan
lembaga-lembaga lain.
8. Melaksanakan konferensi Hindu internasional.

D. BIDANG USAHA DAN DANA


1. Melaksanakan program pengumpulan dana punia secara nasional melalui "Punia
Seribu" yang dilaksanakan setiap tahun melalui berbagai jaringan pengumpulan dana.
2. Membentuk Hindu Incorporated, yang menyatukan semua potensi ekonomi dan
kegiatan usaha, dengan kewajiban menyisipkan hasil usaha dan kerjasama yang
diperoleh kepada Parisada maupun Lembaga Artha Parisada.
3. Mengupayakan produk Peraturan Daerah (Perda) bagi daerah yang memungkinkan
terutama di daerah Bali yang mengatur tentang kebijakan fiskal daerah (pajak atau
retribusi) mengenai pungutan terhadap pelaku pariwisara, yang digunakan untuk
melaukan konservasi dan pengembangan budaya serta agama Hindu.

E. BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN KEMASYARAKATAN


1. Pelaksanaan seminar tentang perkawinan Hindu, hukum waris, persamaan jender
dan aspek budaya Hindu lainnya untuk disosialisasikan ke berbagai daerah.
2. Pelaksanaan lomba dan keterampilan mengembangkan budaya Hindu, baik dari segi
tarian dan musik sampai kepada Utsawa Dharma Githa.
3. Pembentukan lembaga konseling remaja, khususnya yang ada di luar Bali maupun
yang akan keluar dari Bali, sehingga tetap terjaga dalam lingkungan Hindu dan tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan non-Hindu.
4. Mengembangkan dan mensosialisasikan pendirian Panti Penitipan Anak, Panti
Asuhan, Panti AnakYatim-Piatu, Panti Anak Yatim Piatu, Panti Anak Terlantar,
Rumah Jompo, Program Orang Tua Asuh dan lembaga sosial lainnya.
5. Melaksanakan forum komunikasi antar sampradaya untuk membiasakan umat
Hindu terhadap kegiatan saudara se-Dharma dengan warna yang berbeda-beda.
6. Memperjuangkan agar Parisada diberi wewenang sebagai Lembaga Pencatatan
Perkawinan untuk Agama Hindu. Atau minimal mendorong berdirinya lembaga
penasihat perkawinan dan perceraian bagi umat Hindu, sehingga tidak ada lagi kasus
umat Hindu yang terpaksa kawin dengan menggunakan status agama lain hanya
karena terbentur peraturan atau ketiadaan petugas pencatatan perkawinan Hindu.
7. Mendorong pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Hindu.
8. Mensosialisasikan pemahaman Catur Varna pada semua umat Hindu maupun umat
beragama lainnya sesuai dengan kitab suci Weda, sehingga tidak ada lagi umat yang
merasa malu menyandang status beragama Hindu.
9. Melaksanakan pelestarian lingkungan sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana.
Sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik di tahun 2009. Setelah suksesnya program Visit Indonesia Year yang telah
meningkatkan kepariwisataan Indonesia, di tahun 2010 Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata akan melaksanakan program yang lebih optimis lagi antara lain Tahun Kunjung
Museum yang memiliki peranan strategis sebagai wahana penguat program Revitalisasi
Museum.

Guna meningkatkan wisatawan, baik domestik maupun asing pada 2010 Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata akan mencanangkan program Tahun Kunjung Museum (Visit
Museum Year). Program Tahun Kunjung Museum yang didukung dengan berbagai kegiatan
di museum seluruh Indonesia tersebut, bertujuan untuk memperbesar jumlah pengunjung
museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya
bangsa. Dengan adanya program Tahun Kunjung Museum yang dibarengi dengan mereposisi
museum, kita optimis bahwa masyarakat akan lebih bergairah untuk berkunjung ke museum,
sehingga museum menjadi lebih semarak dan hidup dalam pengelolaannya.

Museum sebagai media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana
pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif, perlu didorong agar menjadi
dinamis serta dapat melayani masyarakat dengan memadai. Indonesia juga dikenal memiliki
keragaman aset budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi. Dengan adanya
program Tahun Kunjung Museum tersebut, diharapkan dapat mengubah citra dan wajah
museum Indonesia menjadi lebih menarik dan lebih prima sehingga dapat turut meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.

Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan
Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014).
Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan Revitalisasi Museum
yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdayaguna sesuai
dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan adanya program GNCM
tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan
informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Semoga program Gerakan Nasional Cinta Museum melalui Tahun Kunjung Museum akan
berjalan dengan sukses dan mencapai hasil sesuai dengan perencanaannya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa serta
menyejahterakan masyarakat Indonesia.

IR. JERO WACIK, SE


Sekilas Gerakan Nasional Cinta Museum Melalui Tahun
Kunjung Museum 2010
Latar Belakang

Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan
kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan dapat bergerak di sektor
ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki
peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya.
Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai
wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia
kepada komunitas dan publik.

Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu: 1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2)


kepribadian bangsa; 3) ketahanan nasional dan wawasan nusantara. Ketiga pilar ini
merupakan landasan kegiatan operasional museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini.
Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum
dapat mempengaruhi dan memberi inspirasi tentang hal-hal penting yang harus diketahui dari
masa lalu untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu untuk menempatkan museum pada
posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan bersama penguatan pemahaman,
apresiasi dan kepedulian akan identitas dan perkembangan budaya bangsa yang harus
terbangun pada tataran semua komponen masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala
lokal, regional maupun nasional. Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional
Cinta Museum (GNCM).

Gerakan Nasional Cinta Museum adalah upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku
kepentingan dan pemilik kepentingan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna
memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. Gerakan ini
bertujuan untuk membenahi peran dan posisi museum yang difokuskan pada aspek internal
maupun eksternal. Aspek internal lebih kepada revitalisasi fungsi museum dalam rangka
penguatan pencitraan melalui pendekatan konsep manajemen yang terkait dengan fisik dan
non fisik. Aspek eksternal lebih kepada konsep kemasan program yaitu menggunakan bentuk
sosialisasi dan kampanye pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Salah satu
programnya adalah Tahun Kunjung Museum 2010 yang dicanangkan pada tanggal 30
Desember 2009 oleh Bapak Ir. Jero Wacik, SE selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia.

Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan
Nasional Cinta Museum. Maka dapat dikatakan bahwa Tahun Kunjung Museum ini adalah
upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang didasarkan pada pemikiran bahwa
museum merupakan bagian dari pranata sosial yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan
bangsa, menggalang persatuan dan kesatuan, memberikan layanan kepada masyarakat,
melestarikan aset bangsa sebagai sumber penguatan pemahaman, apresiasi, dan kepedulian
pada identitas bangsa. Hal ini untuk memperkuat posisi (reposisi) museum sebagai jendela
budaya dan bagian dari pranata kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia.

Gerakan Nasional Cinta Museum ini akan dilaksanakan secara bertahap selama lima tahun
dalam rangka menggalang kebersamaan antar pemangku dan pemilik kepentingan (share dan
stakeholder) untuk memperkuat fungsi museum pada posisi yang dicita-citakan guna
memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. Pencapaian
fungsionalisasi museum tersebut yang kemudian disebut sebagai Gerakan Nasional Cinta
Museum.

Gerakan Nasional Cinta Museum adalah upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
untuk mengembangkan museum-museum di Indonesia agar siap bersaing. Mari kita jadikan
Gerakan Nasional ini sebagai momentum kebangkitan museum di Indonesia yang diawali
dengan Tahun Kunjung Museum 2010.

Tujuan
1. Terjadinya peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai penting
budaya bangsa
2. Semakin kuatnya kepedulian dan peranserta pemangku kepentingan dalam
pengembangan museum
3. Terwujudnya museum sebagai media belajar dan kesenangan yang dinamis dan
atraktif bagi pengunjung
4. Terwujudnya museum sebagai kebanggaan publik
5. Terwujudnya kualitas pelayanan museum
6. Peningkatan jumlah kunjungan ke museum

Sasaran
1. Menciptakan peran museum sebagai bagian dari pranata kehidupan ekonomi, politik,
sosial, dan budaya bangsa
2. Mewujudkan peningkatan kuantitas dan kualitas kunjungan ke museum-museum
seluruh Indonesia
3. Mewujudkan landasan yang kokoh bagi masyarakat untuk meningkatkan apresiasi
kesejarahan dan kebudayaan dalam upaya memperkuat jatidiri bangsa
4. Menciptakan kerja sama yang berimbang dan saling menguntungkan antara museum
dengan pemangku kepentingan
5. Membentuk rumusan kebijakan-kebijakan terkait dengan penyelenggaraan museum
yang tidak saja menekankan kepada kepentingan ideologis dan kepentingan akademis,
tetapi juga pada kepentingan lain dalam pemanfaatan museum
6. Terbentuknya sinergisitas dari para pemangku kepentingan khususnya di bidang
pariwisata untuk menempatkan museum sebagai lembaga yang memiliki daya tarik
wisata budaya untuk dikunjungi

Strategi Program
Strategi mereposisi museum dalam menangkap peluang ke depan adalah:
1. Meningkatkan keseimbangan antara kompleksitas fungsi museum yang diemban
dengan sistem dan mekanisme pengelolaan yang profesional
2. Mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi untuk mengelola data dan
informasi koleksi, kegiatan museum, mempromosikan atau kampanye/sosialisasi
museum sebagai tempat yang atraktif dan memiliki daya tarik untuk dikunjungi
3. Meningkatkan inovasi sistem peragaan koleksi museum yang ditata secara modern
tanpa mengabaikan peran pendidikannya, misalnya melalui sentuhan teknologi
komputer, presentasi audiovisual, serta pajangan video secara interaktif untuk lebih
menarik dan lebih mendidik
4. Museum sebagai jendela budaya harus lebih dikembangkan sebagai tempat pertemuan
masyarakat atau komunitas yang nyaman, menyenangkan, akomodatif, dan lengkap
5. Mengoptimalkan kreativitas program-program, aktivitas dan promosi kegiatan
museum yang menarik, lebih mendidik sekaligus menghibur, yang dapat menggugah
emosi atau imajinasi pengunjung untuk lebih tertarik, mengetahui, dan mengapresiasi
pengalaman yang diperoleh selama berkunjung di museum sebagai bagian dari
kehidupan budayanya
6. Memperkuat data dan informasi terkait dengan koleksi, aktivitas dan promosi
kegiatan museum yang dapat diakses dengan mudah oleh para pemangku kepentingan
khususnya masyarakat dan pengunjung
7. Meningkatkan kenyamanan dan kepuasan bagi para pengunjung terhadap kualitas dan
kelengkapan fasilitas, sarana pendukung dan layanan yang disediakan oleh museum
8. Mengintegrasikan fungsi museum dengan sistem pendidikan nasional yang ada,
khususnya pada tingkat daerah (provinsi dan kabupaten) yang tidak memiliki museum
9. Memperkuat jaringan kerja museum sebagai lembaga nonprofit

Anda mungkin juga menyukai