OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan Medan :
(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan
phone number : 021 8317064 Phone number : 061 8229229
pin BB 2A8E2925 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694 Www.Optimaprep.Com
ILMU
P E N YA K I T
DA L A M
A
1. Karsinoma Kolorektal
Carcinoma colorectal merupakan keganasan
yang paling sering pada traktus
gastrointestinal.
Keganasan yang menyerang bagian colon dan
rectum dengan predileksi terbanyak di
rectosigmoid.
Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan
di rectosigmoid.
Kadar ALT
Indikator kerusakan hati
namun pasien dengan kadar ALT yang rendah
menunjukkan bahwa pasien berada pada fase imuno
tolerant dan memiliki penurunan respon terapi.
Hepatoma
Keganasan hati Tipe paling umum
Berbagai penyebab hepatoma hepatocellular
Infeksi kronik hepatitis Bsirosis
hepatoma carcinoma
Resistensi insulin non alcoholic
liver disease (NAFLD) sirosis
Metode diagnostik
hepatoma AFP
Konsumsi alkohol alcohlic liver penanda tumor
disease sirosis hepatoma akan meningkat pada:
Gejala : hepatocelluler carcinoma,
ikterik, ascites germ cell tumor dan kanker
mudah memar (gangguan metasatasis hati
koagulasi), CT-scan dengan
penurunan berat badan kontraspilihan metode
nyeri abdomen. diagnostik.
5. Malaria C
Tidak boleh diberikan pada ibu
hamil dan anak usia <1 thn
C
6. Penyakit Ginjal Kronik
Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural
atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan
dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam
tes pencitraan (imaging test).
LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3
bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
TABEL KLASIFIKASI PGK BERDASARKAN DERAJATNYA
Klasifikasi di samping
banyak digunakan,
Dera Deskripsi LFG (ml/mnt/1,73m2) berdasarkan guideline dari
jat National Kidney
Foundation. Rumus
0 Adanya faktor risiko >90 Kockroft-Gault dijadikan
untuk PGK
dasar penghitungan LFG.
1 Kerusakan ginjal dengan 90
LFG normal atau
LFG (ml/mnt/1,73m2) =
2 Kerusakan ginjal dengan 60-89
(140-umur) x BB* / 72x
LFG ringan
kretinin plasma (mg/dl)
3 Kerusakan ginjal dengan 30-59
LFG sedang *pada perempuan dikalikan
4 Kerusakan ginjal dengan 15-29 0,85
LFG berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
Sumber: diadaptasi dari Suwitra K (2009)
Terapi PGK
Terapi Penyakit Dasar PGK
Waktu yang optimal untuk memberikan terapi untuk penyakit dasar PGK
adalah sebelum terjadinya penurunan LFG (Tabel).
Namun bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi
terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
Hereditary spherocytosis.
ANEMIA
Hereditary elliptocytosis
Abetalipoproteinemia Pyruvate
kinase and hexokinase defic
iencies
Enzyme deficiencies
Intrinsic Glucose-6-phosphate
Increased RBC dehydrogenase
destruction deficiency and glutathione
synthetase deficiency
(hemolytic anemias)
Extrinsic
Hemoglobinopathies
causing unstable
Fluid overload Paroxysmal nocturnal hemoglobins
hemoglobinuria
Glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency
http://www.diseaseaday.com/wp- http://en.wikipedia.org/wiki/Glucose-6-
content/uploads/2009/05/g6pddeficiencyprocess.png phosphate_dehydrogenase_deficiency
Mekanisme anemia akibat defisiensi
G6PD
G6PD adalah enzim yang berfungsi pada jalur
pentosa phosphate
Apabila G6PD tidak adagluthation menurun
(glutathion berfungsi untuk menetralisis free
radical free radical meningkat
peningkatan stress oksidatif.
Faktor pemicu
Penyakit (khususnya infeksi)
Obat-obat tertentu
Antimalarialprimaquine, pamaquine, and chloroquine
Sulfonamidessulfanilamide, sulfamethoxazole, and mafenide
Thiazolesulfone
methylene blue
Naphthalene
Analgesicsaspirin, phenazopyridine, and acetanilide
non-sulfa antibioticsnalidixic acid, nitrofurantoin, isoniazid,
dapsone, and furazolidone
Henna
Makanan tertentu fava beans
Kimia tertentu
Diabetic ketoacidosis
A
9. Polisitemia Vera
Polisitemia Vera
Polisitemia adalah keadaan dimana kadar sel
darah merah meningkat.
Polisitemia bisa dibagi menjadi:
Polisitemia primer yang merupakan gangguan
neoplastik genetik. Mutasi somatikproliferasi
neoplastik sel darah emrah
Polisitemia sekunder merupakan peningkatan sel
darah merah sebagai respon dari penyebab sekunder
seperti hypoxia yang menyebabkan peningkatan
produksi eritropoietin, atau produksi eritropoietin
yang meningkat oleh tumor, seperti: wilms tumor
Polycythemia Vera
Complications
Blood clots can cause:
a heart attack or stroke,
sudden, intense pain because of blood clot in liver & spleen,
liver and spleen enlargement.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/poly/signs.html
E
10. Shok
B 11. Transudate Vs Eksudate
Transudate
cairan ekstravaskular dengan kandungan protein yang rendah,
kandungan sel yang rendah dengan mayoritas sel adalah
makrofag, limfosit dan sel mesotelial
Penyebab:
Gangguan kesimbangan tekanan Starling
peningkatan tekanan hidrostatik
penurunan tekanan osmotik koloid.
gagal jantung, dan sirosis
Exudate
cairan dengan kadar protein yang tinggi,
umumnya terlihat keruh
Penyebab reaksi inflamasi
infeksi, tumor
Berdasarkan kriteria light, ada dua jenis cairan
yaitu transudate dan eksudate.
Kriteria eksudate :
Rasio protein cairan dan serum >0,5
Rasio LDH cairan dan serum >0,6
Kadar LDH cairan > kadar LDH serum
D 12. Pericardial Disease
Efusi Pericardial dapat disebabkan oleh:
Acute pericarditis
Noninflammatory serous effusions:
Increased capillary permeability (e.g., severe
hypothyroidism);
Increased capillary hydrostatic pressure (e.g.,
congestive heart failure); or
Decreased plasma oncotic pressure (e.g., cirrhosis or
the nephrotic syndrome).
Three factors determine whether a pericardial effusion
remains clinically silent or whether symptoms of
cardiac compression ensue:
the volume of fluid,
the rate at which the fluid accumulates,
the compliance characteristics of the pericardium.
Pemeriksaan fisik :
Bunyi jantung jauh
Pelebaran batas jantung
Peningkatan JVP
Pemeriksaan diagnostik:
ECG: pericarditis (diffuse ST elevation), effusion low voltage.
CXR: large effusion (250 mL): cardiomegaly with waterbottle
heart & epicardial halo.
Tatalaksana
Stimulated chondrocytes in
OA synthesize enzymes
& new matrix molecules
gradual depletion of
aggrecan & loss of type 2
collagen increasing
vulnerability of cartilage
lost compressive stiffness.
13. Osteoarthritis
Osteoarthritis progresses in
stages:
joint space begins to narrow
and osteophytes form
joint space disappears as
cartilage wears away and
bone rubs on bone in the
joint
subchondral cysts appear
(fluid-filled sac that extrudes
from the joint, consisting of
mostly hyaluronic acid)
bone tries to repair itself and
there is bone remodeling
D 14. Diseksi Aorta
Faktor mendasari: HT (70%), Marfan sy
Manifestasi klinis:
Nyeri dada akut seperti dirobek, menjalar ke
punggung
Penjalaran ke leher & ekstremitas sesuai
berlanjutnya diseksi
Bedakan dgn nyeri infark!
Nyeri maksimal saat onset
Tidak dengan nitrat
Perbedaan TD & pulsasi pada lengan
Hipertensi > hipotensi
Sesak, diaforesis
Kompresi mediastinum tamponade jantung, dll
Gejala anemia yang timbul, antara lain cepah lelah dan pucat, kekuningan.
Gangguan neurologi hanya terjadi pada defisiensi vitamin B12, tidak pada
defisiensi folat. Gejala neurologi yang ditemukan:
Neuropati perifer: kesemutan, kebas, lemas
Kehilangan sensasi proprioseptif (posisi) dan getaran
Gangguan memori, depresi, iritabilitas
Neuropati optik: penglihatan kabur, gangguan lapang pandang
Hipersegmentasi (segmen 5/lebih)
PATOFISIOLOGI DIAGNOSIS
Keluarnya K+ dari intrasel timbul bila kadar K+ >7
ekstrasel mEq/L atau peningkatan
Berkurangnya ekskresi K+ terjadi dalam waktu yang
mll ginjal cepat.
Gangguan konduksi listrik
jantung, kelemahan otot ,
paralisis sehingga pasien
merasa sesak nafas.
EKG apd Hiperkalemia
Gelombang T yang
tinggi,
pemanjangan
inetrval PR,
Pelebaran QRS
kompleks yang
dapat mengarah ke
VF dan asistol.
TATA LAKSANA
Batasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel
10 ml kalsium glukonat 10% infus intravena, 2-3
menit pantau EKG. kalsium glukonas dapat diulangi
setelah 5 menit.
ACLS
A
25. Hepatology
Pyogenic Liver Abscess
The most common organisms isolated: gram-negative enteric bacilli
(E.coli) , anaerobic gram-negative bacilli, & microaerophilic
streptococci.
Clinical features:
fever, malaise, weight loss, and right upper quadrant abdominal pain.
Hepatomegaly and right upper quadrant abdominal tenderness
Jaundice is seen in approximately 25% of cases.
http://emedicine.medscape.com/article/2036003-treatment#a1156
Epididymitis
Inflamasi dari epididimis
Bila ada keterlibatan
testisepididymoorchitis
Biasanya disebabkan oleh
STD
Common sexually
transmitted pathogen,
Chlamydia
PRESENTATION TREATMENT
Nyeri skrotum yang ORAL ANTIBIOTIC.
menjalar ke lipat paha dan
pinggang. SCROTAL ELEVATION,
Pembengkakan skrotum bed rest,&use of NSAID.
karena inflamasi atau
hidrokel admission & IV drugs
Gejala dari uretritis, used.
sistitis, prostatitis.
in STD treat partner.
O/E tendered red scrotal
swelling. in chronic pain do
Elevation of scrotum epididymectomy.
relieves painphren sign
(+)
http://www.racgp.org.au/afp/2013/november/acute-scrotal-pain/
soundnet.cs.princeton.edu
29. Posterior Hip A
Dislocation
Gejala
Nyeri lutut
Nyeri pada sendi
panggul bag.
belakang
Sulit
menggerakkan
ekstremitas
bawah
Kaki terlihat
memendek dan
dalam posisi
fleksi, endorotasi
dan adduksi
Risk Factor
Kecelakaan
Improper seating
adjustment
sudden break in
the car
netterimages.com
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
Complication Hip Dislocation
Up to 50% of
patients sustain
concomitant
fractures elsewhere
at the time of hip
dislocation.
Sciatic nerve injury
is present in 10% to
20% of posterior
dislocations
Cedera N. Ischiadikus
Biasanya cabang peroneus yang terkena
dengan sedikit disfungsi dari n. Tibialis
Gejala:
Drop foot
Tidak dapat dorsofleksi kaki
Cedera N. Peroneus
Foot drop :
Complete
sciatic or lateral popliteal nerve injury
Incomplete
superficial or deep peroneal nerve
High lesionstotal foot drop
Low lesionsincomplete foot drop
Type 1 :
Dorsiflexion and inversion is not possible
Front of the leg is wasted
Sensation over the dorsal web space is lost
Type 2 :
Cannot evert but can dorsiflex and invert the foot
Wasting of the outer half of the leg
Sensation lost over outer leg and foot
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Abdomen:
Dapat ditemukan gambaran single bubble
Dilatasi dari gaster akibat udara usus yang tidak dapat
melewati pilorus
Gambaran Caterpillar sign
Terjadi akibat hiperparistaltik pada gaster
GERD signs and symptoms
The margin of the left diaphragm is not
visulized. Barium study shows intrathoracic
herniation of the stomach through a left
diaphragmatic rupture (hourglass sign)
C 32. Volume Perdarahan Fraktur Femur
Anatomi Os Femur
Terletak dekat dengan
pembuluh darah
besar (femoral artery)
Perdarahan akibat
fraktur femur dapat
mencapai 1,500 ml
per femur
Hemorrhaegic Shock
D 33. Colloid For Resuscitation
Koloid merupakan molekul besar
yang lebih sulit melewati
hambatan difusi ( diffusional
barriers ) dibandingkan kristaloid
Kolloid dimasukkan ke dalam
vaskular memiliki kecenderungan
untuk tetap di dalam pembuluh
darah yang lebih besar, sehingga
dapat meningkatkan volume
plasma yang lebih besar
dbandingkan kristaloid
Hal ini berkaitan dengan sifat
koloid yang dapat meningkatkan
tekanan onkotik intravaskuler
D
34. Simple/Closed Pneumothorax
optimized by optima
C 36. Indikasi rawat pasien luka bakar
(LB)
LB derajat II > 10 % ( < 10 LB Listrik / Petir dengan
tahun / > 50 tahun ). kerusakan jaringan
LB derajat II > 20 % ( 10 dibawah kulit
50 tahun ) LB Kimia / Radiasi /
LB derajat II > 30 % ( 10 Inhalasi dengan penyulit.
50 tahun )ICU LB dengan penyakit
LB yang mengenai : Penyerta.
wajah, leher, mata, LB dengan Trauma
telinga, tangan, kaki, Inhalasi
sendi, genitalia.
LB derajat III > 5 %, semua
umur.
http://emedicine.medscape.com/article/1277360-overview#showall
Indikasi resusitasi cairan
American Burn Unit Luka Bakar RSCM
Association LB derajat II > 10 % ( < 10
LB derajat II > 10 % ( < 10 tahun / > 50 tahun ).
tahun / > 50 tahun ). LB derajat II > 15% ( 10
LB derajat II > 20 % ( 10 50 tahun )
50 tahun )
Cairan RL 4cc x BB (Kg)x
% luas luka bakar
(Baxter) dibagi 8 jam
pertama dan 16 jam
berikutnya
http://emedicine.medscape.com/article/1277360
SOP Unit Pelayanan Khusus Luka Bakar RSUPNCM 2011
http://crashingpatient.com/trauma/abdominal-trauma.htm/
Congenital ~ indirect
Acquired ~ direct or indirect
Indirect Hernia
has peritoneal sac
lateral to epigastric vessels
Direct Hernia
usually no peritoneal sac
through Hasselbach triangle,
medial to epigastric vessels
Gejala hernia
strangulata :
Nyeri amat sangat dan
kemerahan
Nyeri yang makin lama
makin berat
Demam
Takikardi
Mual dan muntah
Obstruksi
http://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx
?ContentTypeID=134&ContentID=35
Hernia Treatment
Dilakukan penelitian terhadap 720 laki-laki
dengan gejala hernia yang minimal, dan
dibandingkan antara yang dilakukan operasi
repair cito dengan watchful waiting (operasi
elektif), kemudian diikuti selama 2-5 tahun
Hasil: Hernia inkarserata akut jarang muncul
Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan
Menunda operasi sampai dilakukan operasi
elektif cukup aman
(JAMA 2006,295:285)
Methods of repair
Open primary closure of the defect with
sutures (Shouldice or "Canadian" Repair,
Bassini Repair);
Patch closure with prosthetic materials
(Polypropylene or Gortex) tension-free
(Lichtenstein-type)
Laparoscopic repair
40. Arteritis Takayasu
Vaskulitis dari pembuluh darah besar, yang melibatkan aorta
dan cabang-cabang utamanya
Lebih sering pada wanita dan bergejala sebelum usia 40 thn
Typical symptoms
Klaudikatio ekstremitas saat beraktivitas
Nyeri dada
Gejala sistemikpenurunan berat badan, malaise, demam
subfebris, myalgia.
On examination
Bruit pada karotis, aorta abdominal atau a.subclavia
Perbedaan TD
Antara sisi kanan dan kiri
Antara ektremitas atas dan bawah
Murmur karena aorta regurgitasibila terdapat dilatasi dari cabang
aorta
Classification
IIA
Abdominal aorta,
renal arteries, or
both
Ascending aorta,
aortic arch, and its uvahealth.com
Type IIa region Thoracic
branches
plus thoracic descending aorta,
descending abdominal aorta,
aorta renal arteries, or a
combination
intechopen.com http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-cardiology/volume-7-number-2/
41. Anatomi Kulit D
Epidermis and Dermis
Epidermis is avascular (no blood
vessels)
Dermis is highly vascular (has blood
vessels)
Epidermis receives nourishment from
dermis
Cells far away from nourishment die
Epidermis
Dermis
Thick layer under the
epidermis
Contains blood
vessels
Oil glands
Sweat glands
Hair follicles
Fat tissue
Nerves
Connective tissue
B 42. Ureterovaginal Fistulas
Fistula Vesikovaginal and ureterovaginal fistulas
merupakan komplikasi yang paling ditakutkan
pada operasi pelvis wanita.
Lebih dari 50%fistula terbentuk post histerektomi
Inkontinensia urin
Patients with newly onset ureterovaginal fistulas
may demonstrate flank or abdominal tenderness
due to hydronephrosis and/or urinary
extravasation into the retroperitoneal space
Lateral (a) and anteroposterior (b)
pyelograms demonstrate a curvilinear
collection of contrast material (black
arrows) that extends from the distal right
ureter to the vagina (arrowheads in a), a
finding that is compatible with a
ureterovaginal fistula. White arrows in a
indicate the position of the left ureter.
41. Abdominal Colic
B
Blumberg Sign
B 44. Olecranon Fracture
Pasien datang dengan lengan atas dalam
posisi fleksi dan disangga oleh tangan
kontralateralnya
Physical examination may demonstrate a
palpable defect at the fracture site
An inability to extend the elbow actively
against gravity indicates discontinuity of the
triceps mechanism.
Classification (Mayo)
Terapi Nonoperative
Untuk fraktur
nondisplaced fractures
Displaced fractures in
poorly functioning older
individuals.
Immobilization
long arm cast with the
elbow in 45 to 90
degrees of flexion is
favored by many authors
Terminology Definitions
Enucleation Pengangkatan massa tanpa memotong atau mengiris massa
tersebuteye enucleation
Debulking Operasi pengangkatan bagian dari tumor ganas yang tidak
dapat diangkat semuanya, untuk meningkatkan efektivitas
dari radiasi atau kemoterapi
Extirpation Pengangkatan massa dari suatu organ atau jaringan
D 46.Muscles of Mastication
Figure 10.7a
Muscles of Mastication
Figure 10.7b
True Muscles of mastication
All V3 innervation
1. Temporalis m.
ADDUCTORS jaw closing/raising
2. Masseter m.
3. Medial pterygoid
4. Lateral pterygoid
upper head: to articular disc
lower head: to neck of mandibular condyle
http://circ.ahajournals.org/content/11
2/24_suppl/IV-156/F2.expansion.html
C 50. Tetanus
Tetanus: gangguan neuromuskular akut berupa
trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh
eksotosin spesifik Clostridium tetani.
Akibat komplikasi luka: Vulnus laceratum (luka
robek), Vulnus punctum (luka
tusuk), combustion (luka bakar), fraktur terbuka,
otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat.
tetanus prone wound
Tanda dan gejala
Masa inkubasi: bervariasi antara 2 hari atau beberapa
minggu bahkan beberapa bulan, pada umumnya 8 12
hari.
Suhu tubuh normal hingga subfebris
Tetanus lokal otot sekitar luka kaku
Tetanus generalisata
Trismus: sulit/tidak bisa membuka mulut
Rhesus sardonicus
Kaku otot kuduk, perut, anggota gerak
Sukar menelan
Opistotonus
Kejang dalam keadaan sadar dan nyeri hebat.
Sekujur tubuh berkeringat.
Stadium klinis
pada anak.
Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm)
belum ada kejang rangsang, dan belum ada kejang
spontan.
Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm),
kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan.
Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm),
kejang rangsang, dan kejang spontan.
Stadium klinis pada orang dewasa. Terdiri dari :
Stadium 1 : trisnus
Stadium 2 : opisthotonus
Stadium 3 : kejang rangsang
Stadium 4 : kejang spontan
Diagnosis dan Komplikasi
Diagnosis
Klinis
Pewarnaan gram
Komplikasi
Anoksia otak
fraktur vertebra
Aspirasi, penumonia
Low intake, Dehidrasi
Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis
Kematian
Manajemen Luka Tetanus
Dosis Profilaksis:
HTIG250-500 IU
ATS 1500 IU
Tatalaksana Tetanus
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
Pemberian antitoksin tetanus. selama 2 5 hari berturut
turut
ATS : 10.000 20.000 IU IM (dewasa) dan 10.000 IU IM (anak),
HTIG : 3.000 IU 6000 IU IM (dewasa) dan 3000 IU IM (anak).
Penatalaksanaan luka.
Cross Incision dan debridemen luka segera.
Rawat terbuka untuk mencegah keadaan anaerob.
Bila perlu di sekitar luka dapat disuntikan ATS.
Pemberian antibiotika.
Penisilin Penisilin sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM (dewasa) selama
5 hari. 50.000 IU/kg BB/hari (anak), dilanjutkan hingga 3 hari
bebas panas.
Tetrasiklin 4x 500 mg/hari (dewasa). 40 mg/KgBB/hari (anak),
dibagi dalam 4 dosis.
Metronidazol 3 x 1 gram IV.
Penaggulangan Kejang
Ruang isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan
serangan kejang.
Pemberian anti kejang
Fenobarbital (Luminal) A: Mula mula 60 100 mg IM,
kemudian 6 x 30 mg per oral. Maksimum 200 mg/hari. D: 3 x
100 mg IM
Klorpromazin (Largactil) A: 4 6 mg/kg BB/hari, mula mula IM,
kemudian per oral. D: 3 x 25 mg IM
Diazepam (Valium) A: Mula mula 0,5 1 mg/kg BB IM,
kemudian per oral 1,5 4 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 6 dosis. 3
x 10 mg IM Atau 0,2-0,5 mg/kg BB IV bila kejang.
Klorhidrat. A: 3 x 500 100 mg per rectal
midazolam 2-3 mg / jam
Bila belum teratasi, muscle relaxant + ventilator ICU
Perawatan penunjang.
Tirah baring,
Oksigen, bersihkan jalan nafas secara teratur,
Cairan infus dan diet per sonde
Monitoring kesadaran, TTV, trismus, asupan /
keluaran, elektrolit
Konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
Pencegahan komplikasi
Anoksia otak dengan
Pemberian antikejang, sekaligus mencegah
laringospasme,
Jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi
(pemasangan tuba endotrakheal) atau lakukan
rakheotomi berencana, pemberian oksigen.
Pneumonia
membersihkan jalan napas yang teratur, pengaturan
posisi penderita berbaring, pemberian antibiotika.
Fraktur vertebra: pemberian antikejang yang
memadai.
C
51. Orbital Wall Anatomy
The 4 Walls of orbit
are:
Roof frontal bone
Floor maxillary and
zygomatic
Lateral sphenoid
and
zygomatic
Medial ethmoid,
lacrimal, maxilla, and
lesser wing of the
sphenoid
Left zygoma
Maxillary process of
zygoma(Red
arrow)one of the
components of
lateral orbital floor
52. Shoulder and Upper Limb Muscles A
Flexors of arm
Remember arm means
from shoulder to elbow.
Pectoralis major
Deltoid
anterior 1/3
Rohsiswatmo, Rinawati. Retinopathy of prematurity. Paediatrica Indonesiana, Vol. 45, No. 11-12. 2005
Siapa yg harus diskrining?
Guideline Memenuhi salah satu kriteria berikut
Usia Gestasi Berat Lahir
Canadian Pediatric Society(1998): 30 minggu 1500gr
American Association of Pediatric 30 minggu 1500gr
(2013) atau atau
> 30 minggu dgn keadaan 1500-2000 gr dgn keadaan
klinis tidak stabil (perlu klinis tidak stabil (perlu
bantuan kardiopulmoner/ bantuan kardiopulmoner/
risiko tinggi ROP seperti risiko tinggi ROP seperti
penggunaan suplemen penggunaan suplemen
oksigen) oksigen)
UK <31 minggu <1251 gr
India < 35 minggu < 2000 gr
(Rohsiswatmo, Rinawati: 2005). Saran:
<34 minggu <1600 gr
atau atau
< 36 minggu dengan 1600 - < 2100 gr dengan
keadaan klinis parah suplemen oksigen
atau
< 2200 gr dengan keadaan
klinis parah
Zona 1 Zona 3
Zona 2
http://www.rostimes.com/2011RJO/RJO20110113.htm
Tatalaksana
Cryopexy circumferential: upaya untuk mencegah
progresifitas penyakit dengan cara
menghancurkan sel-sel yang melepas faktor
angiogenik.
Fotokoagulasi laser: data menunjukkan teknik ini
sangat efektif dan lebih aman dari cryopexy.
Pemberian vitamin E (masih kontroversial).
Mengurangi intensitas cahaya: efeknya terhadap
insiden RPP masih dipertanyakan.
Operasi retina yang lepas (ablasio retina)
B
56. DAKRIOSTENOSIS
Anomali nasolakrimalis
Spektrum: Dacryostenosis, Pemeriksaan:
absence of valves, anomalies of A dye disappearance test:
the sac, anomalies of the puncta, teteskan fluoresens pada mata,
anomalies of the canaliculi lihat dengan sinar cobalt blue. Jika
Dakriostenosis paling sering genangan fluoresens masih ada
ditemukan: Pada ujung duktus kemungkinan besar ada obstruksi
sistem nasolakrimal.
nasolakrimalis gagal melakukan
kanalisasi menuju punctum Tx:
nasolakrimalis 90% kasus akan mengalami
Simtom muncul pada 2-4% resolusi dalam tahun pertama
neonatus Lakukan masase duktus untuk
memaksanya terbuka. Dengan
Neonatus tidak memproduksi air
cara menekan kuat pojok dalam
mata hingga berusia beberapa mata menuju ke tulang hidung
minggu, sehingga tidak disadari dan dorong ke arah lubang hidung
pada awal-awal usia kelahiran.
D
Hifema Blood in the front (anterior) chamber of Treatment :elevating the head at night, wearing an
the eyea reddish tinge, or a small patch and shield, and controlling any increase in
pool of blood at the bottom of the iris intraocular pressure. Surgery if non- resolving hyphema
or in the cornea. or high IOP
May partially or completely block Complication: rebleeding, peripheral anterior
vision. synechiea, atrophy optic nerve, glaucoma (months or
The most common causes of hyphema years after due to angle closure)
are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
The main goals of treatment are to
decrease the risk of rebleeding within
the eye, corneal blood staining, and
atrophy of the optic nerve.
TRAUMA MATA (DISLOKASI LENSA)
Kondisi Akibat trauma mata
Hematoma Pembengkakan atau penimbunan darah di Sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Bila
Palpebral bawah kulit kelopak akibat pecahnya perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
pembuluh darah palpebra. kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang
sedang dipakai
Perdarahan Pecahnya pembuluh darah yang terdapat Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap
Subkonjungtiva dibawah konjungtiva, seperti arteri penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat
konjungtiva dan arteri episklera. Bisa trauma tumpul. Akan hilang atau diabsorbsi dengan
akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau sendirinya dalam 1 2 minggu tanpa diobati.
pada keadaan pembuluh darah yang
mudah pecah.
Penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola
Edema Kornea Terjadi akibat disfungsi endotel kornea lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan
local atau difus. Biasanya terkait dengan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positif
pelipatan pada membran Descemet dan
penebalan stroma. Rupturnya membran
Descemet biasanya terjadi vertikal dan
paling sering terjadi akibat trauma
kelahiran.
Ruptur Koroid Trauma keras yang mengakibatkan ruptur Perdarahan subretina, visus turun dengan sangat, bila
koroid perdarahan subretina, biasanya darah telah terabsorpsi maka daerah ruptur akan tampak
terletak di posterior bola mata berwarna putih (daerah sklera)
Subluksasi Lensa berpindah tempat Penglihatan berkurang, pada iris tampak iridodenesis (iris
tampak bergetar atau bergoyang saat mata bergerak)
TRAUMA MATA (DISLOKASI LENSA)
Dislokasi Lensa :
putusnya zonula Zinn kedudukan lensa terganggu
Subluksasi Lensa :
putusnya sebagian zonula Zinn lensa berpindah tempat.
Luksasi lensa anterior :
seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus lensa masuk
ke dalam bilik mata depan
Luksasi lensa posterior :
putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa
lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran
bawah polus posterior fundus okuli
TRAUMA MATA (DISLOKASI LENSA)
Dapat karena trauma atau spontan (pada
penderita sindrom Marphan zonula Zinn
rapuh)
Gejala : visus menurun, iridodenesis, lensa
menjadi lbh cembung miopik.
Penyulit : Glaukoma, uveitis
Tatalaksana : kacamata koreksi yang sesuai,
bila timbul penyulit operasi (pengeluaran
lensa)
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Pathology Etiology Feature Treatment
Fungal Candida spp. can Not common, mostly occur in Topical antifungal
cause immunocompromised patient,
conjunctivitis after topical corticosteroid and
Blastomyces antibacterial therapy to an
dermatitidis inflamed eye
Sporothrix
schenckii
Vernal Allergy Chronic conjungtival bilateral Removal allergen
inflammation, associated atopic Topical antihistamine
family history, itching, Vasoconstrictors
photophobia, foreign body
sensation, blepharospasm,
cobblestone pappilae, Horner-
trantas dots
Inclusion Chlamydia several weeks/months of red, Doxycycline 100 mg PO
trachomatis irritable eye with mucopurulent bid for 21 days OR
sticky discharge, acute or Erythromycin 250 mg
subacute onset, ocular irritation, PO qid for 21 days
foreign body sensation, watering, Topical antibiotics
unilateral ,swollen lids,chemosis
,Follicles
Major Pathogens in Acute Bacterial
Conjunctivitis
Children Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Staphylococcus species
Moraxella species
Adults Staphylococcus species, including Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis and others
Streptococcus species
Gram-negative organisms
Escherichia coli
Pseudomonas species
Moraxella species
C 59. Katarak Komplikata
Pembagian katarak berdasarkan usia:
Katarak kongenital usia < 1 thn
Katarak juvenil sesudah usia 1 thn
Katarak senilis > 50 thn
Katarak komplikata akibat penyakit mata lain,
mis: radang, glaukoma, tumor, dll. Dpt jg
disebabkan oleh peny.sistemik endokrin (mis: DM)
dan keracunan obat (mis: steroid lokal lama)
Katarak traumatik akibat trauma, plg sering
disebabkan oleh cedera benda asing atau trauma
tumpul bola mata
Katarak sekunder tjd sesudah operasi katarak
atau sesudah suatu trauma yg memecah lensa
Sumber: - Ilmu Penyakit Mata. Sidarta Ilyas. 2000.
- General opthalmology. Vaughan, et al. 17th edition
DIABETIC CATARACT
Recent basic research studies have In addition, the polar character of
emphasized the role of the polyol sorbitol prevents its intracellular
pathway in the initiation of the disease removal through diffusion.
process. The increased accumulation of sorbitol
The enzyme aldose reductase (AR) creates a hyperosmotic effect that
catalyzes the reduction of glucose to results in an infusion of fluid to
sorbitol through the polyol pathway (a countervail the osmotic gradient
process linked to the development of results in formation of lens opacities
diabetic cataract) The Osmotic Hypothesis of sugar
the generation of polyols from glucose by cataract formation, emphasizing that
Aldose Reductase made the intracellular the intracellular increase of fluid in
accumulation of sorbitol leads to osmotic response to AR-mediated accumulation
changes resulting in hydropic lens fibers of polyols results in lens swelling
that degenerate and form sugar cataracts associated with complex biochemical
In the lens, sorbitol is produced faster changes ultimately leading to cataract
than it is converted to fructose by the formation
enzyme sorbitol dehydrogenase.
Journal of Ophthalmology: Diabetic Cataract-Pathogenesis, Epidemiology, and Treatment, Hindawi, 2010
B
60. CRVO
OKLUSI VENA RETINA SENTRALIS (CENTRAL
RETINA VEIN OCCLUSION)
Kelainan retina akibat Predisposisi :
sumbatan akut vena Usia diatas 50 thn
retina sentral yang Hipertensi sistemik 61%
ditandai dengan DM 7% -Kolestrolemia
penglihatan hilang TIO meningkat
mendadak. Periphlebitis (Sarcoidosis,
Behset disease)
Sumbatan trombus vena
retina sentralis pada
daerah posterior lamina
cribrosa)
Gejala Klinis
1. Tipe Noniskemik : 2. Tipe Iskemik :
FFA (Fundus Fluorescein FFA area nonperfusi diatas
Angiography) area nonperfusi 10 disc
kecil 10 disc - Gejala lebih ringan.
Vena dilatasi ringan dan Vena dilatasi lebih nyata
sedikit berkelok Perdarahan masif pada ke 4
Perdarahan dot dan flame kuadran
shaped Cotton wool spot
dapat disertai dengan atau Rubeosis iridis
tanpa edama papil Marcus Gunn +
Perdarahan vitreous
Edama retina dan edama
makula
Pemeriksaan : Penatalaksanaan :
FFA (Fundus Fluorescein Memperbaiki
Angiography) underlying disease
ERG
(Electroretinogram)
Fotokoagulasi laser
Tonometri Vitrektomi
Kortikosteroid belum
terbuti efektivitasnya
Anti koagulasi sistemik
tidak direkomendasikan
OKLUSI ARTERI RETINA
Kelainan retina akibat sumbatan akut arteri retina
sentral yang ditandai dengan hilangnya penglihatan
mendadak.
Predisposisi
Emboli paling sering (hipertensi, aterosclerosis, penyakit
katup jantung, trombus pasca MCI, tindakan angiografi,
Penyakit spasme pembuluh darah karena endotoksin
(keracunan alkohol, tembakau, timah hitam
Trauma(frakturorbita)
Koagulopati (kehamilan, oral kontrasepsi)
Neuritis optik, arteritis, SLE
Oklusi arteri Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan
sentral emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant
retina cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara
oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang
memperlihatkan bercak merah cherry(cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang
timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus
mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Oklusi vena Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
sentral penglihatan hilang mendadak.
retina Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke
4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
Ablatio suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters,
retina photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk
parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Perdarahan Perdarahan pada selaput vitreous sampai ke dalam vitreous. Gejala: penglihatan buram
vitreous tiba-tiba, peningkatan floaters,dan kilatan cahaya
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v3/ch013/005f.html
http://www.theeyepractice.com.au/optometrist-sydney/high_blook_pressure_and_eye_disease
Definisi dan gejala
Oklusi Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri,
arteri thrombus dan emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat
sentral terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan
retina hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara oftalmoskopis, retina superficial
mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak merah
cherry(cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai
rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus mendadak biasanya
disebabkan oleh emboli
Oklusi Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
vena penglihatan hilang mendadak.
sentral Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan
retina masif pada ke 4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa
edema papil
Retinopati Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV crossing cotton wol spot-
Hipertensi hingga edema papil; copperwire; silverwire
Retinopati Mikroaneorisme, Hard Exudate, Daerah Hipoksia dan Iskemik (cotton wool
Diabetik spot); Neovaskularisasi (NVD, NVE); perdarahan bintik dan bercak; perdarahan
intraretinal
C 62. Keratitis/ulkus Fungal
Gejala nyeri biasanya dirasakan diawal, namun lama-lama
berkurang krn saraf kornea mulai rusak.
Pemeriksaan oftalmologi :
Grayish-white corneal infiltrate with a rough, dry texture and feathery
borders; infiltrat berada di dalam lapisan stroma
Lesi satelit, hipopion, plak/presipitat endotelilal
Bisa juga ditemukan epitel yang intak atau sedikit meninggi di atas
infiltrat stroma
Faktor risiko meliputi :
Trauma mata (terutama akibat tumbuhan)
Terapi steroid topikal jangka panjang
Preexisting ocular or systemic immunosuppressive diseases
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan button appearance
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
Hifema
63. UVEITIS
C ANAMNESIS
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor
akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare,
yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
http://www.ivo.gr/files/items/1/145/51044.jpg
NEUROLOGI
D
67. Stroke Hemorhagic
Stroke Hemorhagic
Terapi pada stroke hemorhagic
Management ABC
Antikonvulsan pencegahan kejang
Antihipertensi
Sistolik >200/ MAP >150 turunkan secara agresif dengan obat iv, cek
TD setiap 5 menit
Sistolik 180-200/ MAP 130-150 dan ada tanda peningkatan TIK
turunkan tekanan darah dan pertahankan perfusi serebral 60 mmHg
atau lebih
Sistolik 180-200/ MAP 130-150 dan tanpa ada tanda peningkatan TIK
target MAP 110 atau TD 160/90 mmHg
Kontrol TIK
Elevasi kepala 30 memperbaiki outflow vena jugular dan
mengurangi TIK
Osmotik terapi manitol
Terapi pembedahan untuk evakuasi hematoma
B 68. Perdarahan Sub-arachnoid
Perdarahan Sub-arachnoid
Merupakan ekstravasi darah pada Tanda dan gejala
ruangan arachnoid diantara Sakit kepala
membran piamater dan arachnoid Pusing
Kelainan tersering sebagai Nyeri orbita
Diplopia
penyebabnya adalah aneurisma
Kejang
atau arterivenous malformation
Papiledema
Perdarahan subhyaloid
Diagnosis pasti CT-scan
Terapi
Antihipertensi bila MAP >130
Osmotik
Pembedahan clipping
ruptured aneurisma atau
endvascular treatment (coiling)
69. Dermatom
D
70. Cephalgia - Migraine B
Cephalgia : Nyeri/sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang
Migraine : nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan
sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri
kepala berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala
berkurang dengan tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama
Lama serangan pada anak adalah 2 sampai 4 jam, sedang pada dewasa 4 sampai 72
jam
Klasifikasi : migren tanpa aura, migren dengan aura, childhood periodic syndrome,
retinal migraine, probable migraine, migren dengan komplikasi, dan kejang yang
dicetuskan oleh migren
Symptoms :
Tremor - resting tremor
Rigidity - stiffness and inflexibility of the limbs, neck and trunk
Akinesia/bradikinesia - slow movement, hipofoni, mask face
Postural inability a tendency to be unstable when
standing upright
Treatment : Levodopa
A 76. HNP
Penonjolan pada diskus intervertebralis
ke dalam kanalis vertebralis
>> L4-L5 dan L5 S1
G.klinis : low back pain disertai rasa nyeri
yang menjalar ke daerah iskhias sebelah
tungkai (nyeri radikuler) paha, betis dan kaki
P. Fisik : Tes Lasegue, Tes Crossed Laseque (+)
77. Nervus Kranialis E
A 78. Meningitis & ensefalitis
Meningitis
Meningitis bakterial: E. coli, Streptococcus grup B (bulan
pertama kehidupan); Streptococcus pneumoniae, H. influenzae,
N. meningitidis (anak lebih besar)
Meningitis viral: paling sering pada anak usia < 1 tahun.
Penyebab tersering: enterovirus
Meningitis fungal: pada imunokompromais
Gejala klasik: demam, sakit kepala hebat, tanda rangsang
meningeal (+). Gejala tambahan: iritabel, letargi, muntah,
fotofobia, gejala neurologis fokal, kejang
Ensefalitis: inflamasi pada parenkim otak
Penyebab tersering: ensefalitis viral
Gejala: demam, sakit kepala, defisit neurologis (penurunan
kesadaran, gejala fokal, kejang)
Hom J. Pediatric meningitis and encephalitis.
http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview
Pemeriksaan:
Darah lengkap, kultur
CT-scan: bila dicurigai adanya abses
CSF
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan
penyakit SSP yang lain (eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1
tahun
B 79. Myasthenia Gravis
Merupakan penyakit autoimun, yang membentuk
antibodi terhadap reseptor asetilkonik nikotinik
postsinaps pada neuromuskular junction otot rangka
Tanda dan gejala
Kelemahan otot yang spesifik, jarang yang sistemik
Ptosis
Kelemahan otot minimal saat pagi dan memberat pada
saat siang atau beraktivitas
Terapi
Plasmapheresis
Thymectomy
Myasthenia Gravis
A disorder of neuromuscular transmission, characterised by :
Weakness and fatigue of some or all muscle groups
Weakness worsening on sustained or repeated exertion, or towards
the end of the day, releived by rest
Etiology : autoimmune destruction of nicotinic postsynaptic
receptors for acetylcholine. The antibodies referred to as
acetylcholine receptor antibodies (AChR antibodies)
Clinical Presentation
Facial muscle weakness is Respiratory muscle
almost always present weakness
Ptosis and bilateral facial muscle Weakness of the intercostal muscles and
weakness the diaghram CO2 retention due to
Sclera below limbus may be exposed hypoventilation
May cause a neuromuscular
due to weak lower lids emergency
Bulbar muscle weakness Weakness of pharyngeal muscles may
Palatal muscles collapse the upper airway
Nasal voice, nasal regurgitation Occular muscle weakness
Chewing and swallowing may Asymmetric
become difficult choking Usually affects more than one
Severe jaw weakness may cause jaw extraocular muscle and is not limited
to hang open to muscles innervated by one cranial
Neck muscles :Neck flexors affected nerve
more than extensors Weakness of lateral and medial recti
Limb muscle weakness may produce a pseudointernuclear
opthalmoplegia
Upper limbs more common than lower Limited adduction of one eye
limbs with nystagmus of the
abducting eye on attempted
lateral gaze
Ptosis caused by eyelid weakness
Diplopia is very common
Work Up : Treatment :
Anti-acetylcholine receptor AChE inhibitors
antibody (+) in 74% Pyridostigmine bromide (Mestinon)
Starts working in 30-60 minutes and lasts 3-
Anti-striated muscle antibody 6 hours
Individualize dose
(+) in 84% pts with thymoma Adult dose:
Chest X-ray 60-960mg/d PO
2mg IV/IM q2-3h
Chest CT Scan to identify Caution
Check for cholinergic crisis
thymoma Others: Neostigmine Bromide
Immunomodulating therapies : Prednisone
Plasmapheresis
Thymectomy
Important in treatment, especially if
thymoma is present
Neuropathy damage to the optic nerve due to any cause, leads to characteristic
occular features of optic neuropathy. The main symptom is loss of vision, with
colors appearing subtly washed out in the affected eye.
Myasthenia an autoimmune neuromuscular disease leading to fluctuating muscle
Gravis weakness and fatigability. Characterised by: weakness of some or all
muscle groups, weakness worsening towards the end of the day,
relieved by rest
Lobus Parietalis
Lobus Oksipitalis
Sistem limbik :
Berfungsi untuk mengontrol
emosi (marah, motifasi,
bahagia, sexualitas, tidur,
lapar, haus, takut, agresif
terkait erat dengan kognitif
dan memori)
1. Hypothalamus mengatur
drives dan actions. Neuron
yang mempengaruhi nadi
dan respirasi terhubung
dengan bagian ini. Respon
Fight or Flight
2. Amygdala perilaku agresif
3. Hippocampus
memproses berbagai
informasi untuk membentuk
memori jangka panjang
Memori
Sistem memori meliputi proses penerimaan, penyimpanan,
recall, dan reproduksi dari memori
Terbentuknya memori bergantung pada fungsi sistem limbik
yang intak beserta area otak yang berhubungan dengan
sistem ini :
Declarative/explicit memory (memori untuk kejadian atau fakta)
Informasi baik short atau long term memory dapat diakses dalam
kondisi sadar bergantung kerja bagian mediobasal lobus
temporalis
Semua informasi dari area kortikal) ethonial kortex (sistem
limbik) perirhinal/parahipocampal korteks hipokampus
Non declarative memory (ingatan prosedural naik
motor,belajar piano, berenang, refleks menghindari panas)
Basal ganglia neocortex cerebellum striatum amygdala
jalur refleks
P S I K I AT R I
B
81. Gangguan Afektif
Diagnosis Karakteristik
Skizofrenia Terdapat gejala waham, halusinasi, perubahan perilaku yang telah
berlangsung minimal 1 bulan.
Waham Waham merupakan satu-satunya ciri khas yang mencolok & harus
menetap sudah ada minimal 3 bulan.
Siklotimia Ketidakstabilan menetap dari afek, meliputi banyak periode depresi
ringan & hipomania, di antaranya tidak ada yg cukup parah atau lama
untuk memenuhi gangguan afektif ipolar atau depresi.
Distimia Afek depresif yang berlangsung sangat lama, tapi tidak penah
cukup parah untuk memenuhi kriteria depresi. Penderita biasanya
masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari, namun tidak dapat
menikmati aktivitas yang mereka lakukan.
Skizoafektif gejala skizofrenia & afektif muncul bersamaan & sama-sama
menonjol.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
E 82. Pathophysiology OCD
Neurobiologic
Serotonin
inhibitory neurotransmitter emotion and
mood
Functions
regulation of mood
appetite, sleep
muscle contraction
some cognitive functions memory
and learning
Dopamine
inhibitory neurotransmitter that blocks
the functioning of neurons
functions
important roles in behavior and
cognition
Motivation
punishment and reward
sexual gratification, sleep
Neurotransmitter utama dalam mood, attention
tubuh dan fungsinya working memory, and learning
Neurotransmitter yang berperan dalam OCD:
Serotoninaktivitas berkurang
Dopaminaktivitas meningkat
Glutamatdipikirkan ikut berperan dalam proses OCD, terjadi
peningkatan kadar glutamat pada pasien OCD
http://www.cnsforum.com/educationalresources/imagebank/brain_struc_anxiety/neuro_biol_ocd_2
C
83. Pervasive Developmental Disorder
Patricia Manning-Courtney. Autism Update 2011. American
academy of pediatrics. In Pediatrics online.
Sadock BJ, Sadock VA. Somatoform disorders. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins; 2007.
p.634-51.
Gangguan Somatoform
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.
PPDGJ
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for
Body Dysmorphic Disorder
PPDGJ
Diagnosis Karakteristik
Depersonalisasi Perasaan dan/atau pengalamannya lepas dari dirinya, jauh, bukan
dari dirinya, hilang.
Derealisasi Objek, orang, dan/atau lingkungan menjadi seperti tidak
sesungguhnya, jauh, semu, tidak hidup.
Kepribadian Adanya dua identitas berbeda yang mengontrol perilaku individu
ganda secara berulang, disertai sulit mengingat informasi pribadi yang
penting.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
86. Ansietas A
Diagnosis Characteristic
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan
perasaan akan datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya
provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif
bebas dari gejala di antara serangan panik.
Gangguan fobik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek
atau situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian,
penyakit, cedera, dan kematian.
Gangguan Gejala emosional (ansietas/afek depresif ) atau perilaku
penyesuaian dalam waktu <3 bulan dari awitan stresor. Tidak
berhubungan dengan duka cita akibat kematian orang lain.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus disertai ketegangan motorik
menyeluruh (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Gangguan panik
Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan
perasaan akan datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa
adanya provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan
yang relatif bebas dari gejala di antara serangan panik
Tanda fisis:
Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang
melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
PPDGJ
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.
C
87. Gangguan Waham Menetap
Serangkaian gangguan dengan waham-waham
yang berlangsung lama, sebagai satu-satunya
gejala klinis yang khas atau paling mencolok,
dan tidak dapat digolongkan sebagai
gangg.mental organik, skizofrenik, atau
gangg.afektif
Termasuk : paranoia, psikosis paranoid,
keadaan paranoid, parafrenia
Skizofrenia Gangguan isi pikir, waham, halusinasi, minimal
1 bulan
Paranoid merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik 15-25 tahun, afek tidak wajar, perilaku tidak dapat diramalkan,
senyum sendiri
Katatonik stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas cerea
Skizotipal perilaku/penampilan aneh, kepercayaan aneh, bersifat magik,
pikiran obsesif berulang
Waham menetap hanya waham
Psikotik akut gejala psikotik <2 minggu.
Skizoafektif gejala skizofrenia & afektif bersamaan
Residual Gejala negatif menonjol, ada riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
Simpleks Gejala negatif yang khas skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar) tanpa didahului halusinasi/waham/gejala
psikotik lain. Disertai perubahan perilaku pribadi yang bermakna
(tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri).
PPDGJ
C 88. Delirium
Pedoman diagnostik:
Gangguan kesadaran & perhatian
Gangguan kognitif (distorsi persepsi, halusinasi, hendaya daya pikir,
daya ingat, disorientasi)
Gangguan psikomotor: hipo/hiperaktivitas
Gangguan siklus tidur-bangun
Gangguan emosional: depresi, ansietas, lekas marah
Onset cepat, hilang timbul, kurang dari 6 bulan
Penyebab:
SSP: kejang (postictal)
Metabolik: gangguan elektrolit, hipo/hiperglikemia
Penyakit sistemik: infeksi, trauma, dehidrasi/ovehidrasi
Obat-obatan
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Delirium
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam
Physician. 2003 Mar 1;67(5):1027-1034.
Delirium
Subtypes of Delirium
Hyperactive subtype
may be agitated, disoriented, and delusional, and may
experience hallucinations. This presentation can be
confused with that of schizophrenia, agitated
dementia, or a psychotic disorder.
Hypoactive subtype
Subdued, quietly confused, disoriented, & apathetic.
Delirium in these patients may go unrecognized or be
confused with depression or dementia.
Mixed subtype
Fluctuating between the hyperactive &hypoactive.
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam
Physician. 2003 Mar 1;67(5):1027-1034.
Diagnosis Banding Delirium
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam
Physician. 2003 Mar 1;67(5):1027-1034.
Delirium
Diagnosis Karakteristik
Psikotik akut Onset < 2 minggu, gejala beraneka ragam & berubah cepat atau
schizophrenia like, adanya stres akut yang berkaitan.
Psikotik akut lir Onset < 2 minggu, terdapat gejala skizofrenia untuk sebagian besar
skizofrenia waktu, tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.
Polimorfik 1) Onset < 2 minggu, 2) ada beberapa jenis halusinasi/waham yang jenis
psikotik akut & intensitasnya berubah-ubah, 3) terdapat keadaan emosional yang
tanpa gejala beragam, 4) walau gejala beragam tapi tidak satupun dari gejala itu
skizofrenia konsisten memenuhi kriteria skizofrenia/manik/depresi
Polimorfik Onset < 2 minggu, ada beberapa jenis halusinasi/waham yang jenis &
psikotik akut intensitasnya berubah-ubah, memenuhi poin 1-3 psikotik polimorfik akut
dengan gejala disertai gejala yang memenuhi skizofrenia. Jika lebih dari 1 bulan maka
skizofrenia diagnosis menjadi skizofrenia
Gangguan Onset < 2 minggu, waham & halusinasi harus sudah ada dalam sebagian
psikotik akut lain, besar waktu, tidak memenuhi skizofrenia & gangguan psikotik polimorfik
predominan akut.
waham
E 89. Alcohol intoxication
DSM-IV criteria
1. Baru mengkonsumsi alkohol
2. Setelah konsumsi, timbul perilaku yang
maladaptif atau tidak dapat berfungsi dengan
benar
3. Setelah konsumsi, timbul gejala neurologis:
slurred speech, inkoordinasi, unsteady, nystagmus,
gangguan kognitif
4. tidak sedang menderita penyakit atau kelainan
lan
Zat Intoksikasi Withdrawal
Alkohol Cadel, inkoordinasi, unsteady gait, nistagmus, Hiperaktivitas otonom, tremor, insomnia,
gangguan memori/perhatian, stupor/koma mual/muntah, halusinasi, agitasi,
ansietas, kejang.
Heroin Euforia, analgesia, ngantuk, mual, muntah, Miosis/midriasis, mengantuk/koma,
napas pendek, konstipasi, midriasis, gangguan cadel, gangguan perhatian/memori
jiwa
Kanabis/ganja Injeksi konjungtiva, peningkatan nafsu makan,
/marijuana mulut kering, takikardia, halusinasi,delusi
Kokain Taki/bradikardia, dilatasi pupil, Disforik mood, fatigue, mimpi buruk,
peningkatan/penurunan TD, insomnia/hipersomnia, peningkatan
perspirasi/menggigil, mual/muntah, turun BB, nafsu makan, agitasi/retardasi psikomotor
agitasi/retardasi psikomotor, kelemahan otot.
Depresi napas, nyeri dada, aritmia, bingung,
kejang, distonia, koma
Amfetamin Taki/bradikardia, dilatasi pupil, Disforik mood, fatigue, mimpi buruk,
peningkatan/penurunan TD, insomnia/hipersomnia, peningkatan
perspirasi/menggigil, mual/muntah, turun BB, nafsu makan, agitasi/retardasi psikomotor
agitasi/retardasi psikomotor, kelemahan otot.
Depresi napas, nyeri dada, aritmia
Benzodiazepin Cadel, inkoordinasi, gangguan berjalan, Hiperaktivitas otonom, tremor, insomnia,
nistagmus, gangguan perhatian/memori, mual/muntah, halusinasi
stupor/koma. visual/taktil/auditorik, agitasi psikomotor,
ansietas, bangkitan grand mal.
A 90. Psikoterapi
Group Individu yang sakit bertemu dalam kelompok & saling membantu
psychoterapy untuk berubah dipandu oleh terapis.
Family Psikoterapi yang berfokus pada perubahan interaksi antar
therapy anggota keluarga & memperbaiki fungsi keluarga serta fungsi
masing-masing anggota keluarga.
Behavior Mengubah perilaku pasien untuk mengurangi disfungsi &
therapy meningkatkan kualitas hidup.
Cognitive Terapi terstruktur, jangka pendek menggunakan kolaborasi antara
therapy pasien & terapis untuk mencapai tujuan terapeutik yang
diarahkan pada masalah saat ini.
Interpersonal Terapi yang bertujuan untuk mengurangi gejala psikiatrik dengan
therapy memperbaiki kualitas hubungan interpersonal pasien & fungsi
sosialnya.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
91. Psikoterapi A
Transference
Saat si pasien mengembangkan reaksi emosional ke terapis
Pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang di masa
lalunya, misalnya orang tua atau kekasih
Positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan
sayang dan kekaguman
Negative transference apabila perasaan ini mengandung
permusuhan atau kecemburuan
Countertransference
Saat terapis menjadi suka atau tidak suka kepada pasien
karena pasien tersebut mirip dengan seseorang di
kehidupannya
Penting untuk disadari terapis karena dapat mempengaruhi
efektivitas terapi
http://education-portal.com/academy/lesson/transference-in-
psychotherapy-definition-lesson-quiz.html#lesson
D
92. Terapi Depresi
Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling
efektif.
Figure 10.2
Sequence of events leading to sexual orientation
The Nature of Gender Identity
Disorder
Clinical Overview
Pasien merasa terjebak di tubuh yang salah
Ingin mengganti identitas seksual namun bukan untuk
kepuasaan seksuall
Causes are Unclear
Timbul antara usia 18 bulan-3 tahun
Operasi ganti kelamin terapi dari gangguan identitas
seksual
Who is a candidate? Some basic prerequisites before surgery
75% report satisfaction with new identity
Female-to-male conversions adjust better than male-to-female
Transeksualism
Paraphilias
(Disorders Of Sexual Preference)
Nature of Paraphilias
Ketertariakn seksual dan terangsang pada orang atau objek yang
tidak semestinya
Often multiple paraphilic patterns of arousal
High comorbidity with anxiety, mood, and substance abuse
disorders
Main Types of Paraphilias
Fetishism
Voyeurism
Exhibitionism
Transvestic fetishism
Sexual sadism and masochism
Pedophilia
Fetishism and Transvestic Fetishism
Fetishism
Mendapatkan kepuasaan seksual dari benda-benda mati
(i.e., inanimate and/or tactile)
Numerous targets of fetishistic arousal, fantasy, urges, and
desires
Transvestic Fetishism
Mendapatkan rangsangan seksual dengan memakai
pakaian dari lawan jenis
Laki-laki yang mengalami gangguan ini biasa menunjukkan
perilaku yang lebih maskulin sebagai kompensasi
Sebagian besar tidak didapatkan perilaku kompensasi
Many are married and the behavior is known to spouse
Transvestic Fetishism
Juga dikenal sebagai transvestism atau cross-dressing
Karakteristik:
Fantasi, kebutuhan (urges), atau perilaku yang melibatkan
memakai baju dari lawan jenis untuk mendapatkan rangsangan
atau kepuasaan seksual
Tipikal pasien dengan transvestism laki-laki heteroseksual
yang mulai memakai baju lawan jenis saat anak-anak atau
remaja
Sering salah diagnosis dengan gangguan identitas gender
(transsexualism)keduanya memiliki pola yang berbeda
The development of the disorder seems to follow the
behavioral principles of operant conditioning
Pemphigus Foliceus
Cicatricial Pemphigoid
Paraneoplastic Pemphigus e.c
Castleman tumor
Cleared when the tumor removed
96. Jenis Stadium Malaria D
Istilah Definisi
Serangan primer Periode mulai dari akhir masa inkubasi hingga mulai terjadi serangan
paroksismal (trias dingin, menggigil, demam & berkeringat)
Periode laten Periode asimptomatik tanpa parasitemia, antara dua keadaan
paroksismal, setelah terjadinya infeksi
Rekurensi Berulangnya parasitemia aseksual setelah pengobatan. Dapat
disebabkan oleh rekrudensi, relaps (P. vivax dan P. ovale), atau
infeksi baru. Terjadi dalam 24 minggu setelah serangan pertama
Rekrudensi Berulangnya parasitemia aseksual (dengan infeksi yang sama)
pasca pengobatan. Akibat klirens parasitemia inkomplit karena
pengobatan yang tidak adekuat. Terjadi dalam 8 minggu setelah
serangan pertama. Biasa terjadi pada malaria falsiparum dan
malaria malariae
Relapse/rechute Berulangnya parasitemia aseksual pada malaria P. vivax dan P. ovale
yang dorman (hipnozoit) di hati.
Dapat terjadi dalam interval minggu-bulan.
97. Amoebic Liver Disease E
Manifestasi klinis
Amoebiasis intestinal ulkus bergaung
(flask-shaped ulcer) diare berdarah
Amoebiasis ekstraintestinal
menembus dinding colon sistemik
Amoebic liver disease (abses hepar)
demam menetap, nyeri epigastrium,
diare
Dx:
Disenteri amoeba: feses trofozoit
yang mengandung RBC di feses, PCR, uji
antigen feses
Amoebic liver disease USG, serologi,
mikroskopi sediaan aspirasi
Tx:
Jaringan: Metronidazole 3 x 750 mg ~7-
10 hari
98. Fasciola hepatica A
Bentuk pipih seperti daun, besarnya
kira-kira 30 x 13 mm.
Pada bagian anterior berbentuk
seperti kerucut dan pada puncak
kerucut terdapat batil isap mulut
yang besarnya kira-kira 1mm,
Pada bagian dasar kerucut terdapat
batil isap perut yang besarnya kira-
kira 1,6 mm.
Mikroskopi telur di feses telur
dikeluarkan di feses beberapa bulan
pasca infeksi akut
Bentuk elipsoidal lebar, memiliki
operkulum
Nama cacing Gejala Klinis Morfologi Bentuk
http://quizlet.com/12931611/parasitology-flash-cards/
Nama cacing Gejala Klinis Morfologi Bentuk
BT Makula eritematosa tak teratur, mula- Jelas Kering bersisik, +/- + lemah
mula ada tanda kontraktur anestesi
Halus agak
I Makula hipopigmentasi Jelas - +
berkilat, anestesi
Makula eritematosa
Kering bersisik,
TT bulat/lonjong, bagian tengah Jelas - + kuat
anestesi
sembuh
PEMERIKSAAN P E N YA K I T
Dalam 1-3 hari, bula akan ruptus, Ketika lesi ruptur, akan mengeluarkan serum,
meninggalkan krusta tipis, berwarna kering, dan membentuk krusta berwarna seperti
cokelat terang, varnishlike (collaret madu. Lesi sering multipel, kadang-kadang
squama) terjadi di region yang sama.
Central healing results in circinate lesion Dapat menyebabkan limfadenopati regional
108. SINDROM STEVEN JOHNSON B
Memiliki trias:
Lesi pada kulit: eritema, vesikel, bula yang bila pecah menjadi erosi dan dapat
dosertai purpura
Selaput lendir orificium: timbul erosi, ekskoriasi dan krusta kehitaman di mulut.
Mata: konjunctivitis
Bedakan dengan TEN (Toxic Epidermal Necrolysis), yang merupakan bentuk
parah dari SSJ dengan cirri-ciri pasien tampak sakit berat, epidermolisis
menyeluruh, dan Nicolsky sign (+).
Prinsip penanganan pada SSJ adalah menghentikan obat yang menjadi
tersangka dan pemberian kortikosteroid segera untuk life saving.
Resusitasi cairan bila tanda vital tidak stabil.
Dexametasone IV dengan dosis initial 4-6 x 5mg per hari atau
metilprednisolon dengan dosis setara dapat diberikan.
Tappering off dilakukan setelah masa krisis teratasi (2-3 hari) dan jika tidak
muncul lesi baru.
ILMU
K E S E H ATA N
ANAK
109. DENGUE FEVER E
Dengue Fever Immune Response
Fig. 1. DV-induced cytokine cascade. DV replicates in macrophage and is presented to recruit CD4 cells which produce hCF. hCF induces a cytokine
cascade that may lead to Th1-type response causing a mild illness, the DF or to a Th2-type response resulting in various grades of severe illness, the
DHF. Thin line, positive induction; Interrupted line, inhibition; Thick line, damaging effect.
molecular mechanisms that contribute
to dengue-induced thrombocytopenia
110. KOMPLIKASI DIARE D
Dehidrasi
Asidosis Metabolik
Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
Gangguan elektrolit
hipo/hipernatremia
Hipokalemia
(NB: Hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal
motility menyebabkan watery diarrhea.)
Gangguan gizi
Gangguan sirkulasi (syok)
ELECTROLYE: KALIUM
ELECTROLYTE: KALIUM
ELECTROLYTE: KALIUM
K has important role in resting membrane potential & action potentials.
HYPOKALEMIA HYPERKALEMIA
Disorientation Rapid heart beat
Confusion (fibrillation)
Discomfort of muscles Skin tingling
Muscle weakness Numbness
Ileus paralytic Weakness
Paralysis of the muscles Flaccid paralysis
of the lung, resulting in
death
PPM IDAI
http://emedicine.medscape.com/article/907757-treatment
111. KONTRAINDIKASI IMUNISASI A
Berlaku umum untuk semua vaksin
I N D I K A S I KO N T R A B U K A N I N D I K A S I KO N T R A
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Teknik Ventilasi dan Kompresi
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60
per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik.
Untuk neonatus, rasio kompresi: ventilasi = 3:1 (1/2 detik untuk masing-
masing).
Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara
periodik dan kompresi ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut
jantung sama atau lebih dari 60 per menit.
Kompresi dada dilakukan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3
dari diameter antero-posterior dada.
Teknik kompresi: (1) teknik kompresi dua ibu jari dengan jari-jari
melingkari dada dan menyokong bagian punggung, (2) teknik kompresi
dengan dua jari dimana tangan lain menahan bagian punggung
Pada kompresi, dada harus dapat berekspansi penuh sebelum kompresi
berikutnya, namun jari yang melakukan kompresi tidak boleh
meninggalkan posisi di dada.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Indicator of Successful Resuscitation
A prompt increase in heart rate remains the most sensitive
indicator of resuscitation efficacy (LOE 55).
Of the clinical assessments, auscultation of the heart is the most
accurate, with palpation of the umbilical cord less so.
There is clear evidence that an increase in oxygenation and
improvement in color may take many minutes to achieve, even in
uncompromised babies.
Furthermore, there is increasing evidence that exposure of the
newly born to hyperoxia is detrimental to many organs.
For this reason color has been removed as an indicator of
oxygenation or resuscitation efficacy.
Respirations, heart rate, and oxygenation should be reassessed
periodically, and coordinated chest compressions and ventilations
should continue until the spontaneous heart rate is 60 per
minute
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
Kapan menghentikan resusitasi?
Pada bayi baru lahir tanpa adanya denyut jantung,
dianggap layak untuk menghentikan resusitasi jika
detak jantung tetap tidak terdeteksi setelah dilakukan
resusitasi selama 10 menit (kelas IIb, LOE C).
Keputusan untuk tetap meneruskan usaha resusitasi
bisa dipertimbangkan setelah memperhatikan
beberapa faktor seperti etiologi dari henti hantung
pasien, usia gestasi, adanya komplikasi, dan
pertimbangan dari orangtua mengenai risiko
morbiditas.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909S919.
113. INFANT FEEDING PRACTICE C
Rekomendasi WHO dan UNICEF, 2002, dalam Global Strategy for Infant
and Young Child Feeding :
Memberikan ASI segera setelah lahir-1jam pertama
Memberikan hanya ASI saja atau ASI Eksklusif sejak lahir sampai
umur 6 bulan
Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi mulai
umur 6 bulan
Diberikan karena ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan zat gizi
Pengaturan MP-ASI agar tidak diberikan terlalu
dini/terlambat/terlalu sedikit/kurang nilai gizi
Tetap memberikan ASI sampai anak umur 2 tahun atau lebih
Pemberian ASI
ASI eksklusif : - on demand Tanda perlekatan bayi yang baik
adalah:
monitor kenaikan BB : Lebih banyak areola yang terlihat di
trimester 1 : 25-30 g/h = 200 atas mulut bayi
g/mg = 750-900 g/bln Mulut bayi terbuka lebar
trimester 2 : 20 g/h = 150 Bibir bawah bayi membuka keluar
Dagu bayi menyentuh payudara ibu.
g/mg = 600 g/bln
Trimester 3: 15 g/h = 100 Cara ibu menyangga bayinya.
Bayi digendong merapat ke dada ibu
g/mg = 400 g/bln
Wajah bayi menghadap payudara ibu
Trimester 4: 10 g/h = 50-75 Tubuh dan kepala bayi berada pada
g/mg = 200-300 g/bln satu garis lurus
Seluruh tubuh bayi harus tersangga.
Tahap Penyapihan
ENERGI
JUMLAH
YA N G
USIA TEKSTUR FREKUENSI R ATA - R ATA
DIBUTUHKA
MAKANAN
N
Tiga perempat
12-23 3-4 kali/hari Plus
550 kkal/hari Makanan keluarga sampai satu cangkir
bulan 1-2 kali snack
250 m
Panduan praktis mengenai kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dianjurkan
untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan yang diberi ASI on demand
Makanan lumat adalah jenis makanan yang
konsistensinya paling halus seperti bubur
susu dan nasi tim/bubur saring.
Pada usia 9 bulan jenis buah yang boleh
diberikan: pisang, jeruk, alpukat, apel,
mangga harum manis, papaya, melon.
Bubur Susu:
Campurkan tepung beras 1-2 sdm dan
gula pasir 1-2 sdm menjadi satu ,
tambahkan susu/santan 5 sdm yang
sudah dicairkan dengan air 200 cc
sedikit-sedikit aduk sampai rata ,
kemudian masak di atas api kecil
sambil diaduk-aduk sampai matang.
Perkembangan Makanan Bayi
Bayi umur 5 bulan baru belajar menggerakkan sendi
rahangnya dan makin kuat refleks hisapnya.
Bayi umur 7 bulan bisa membersihkan sendok
menggunakan bibirnya, menggerakkan sendi rahang naik-
turun, baru punya gigi seri yang bertugas memotong bukan
menggilas makanan, sehingga proses mengunyah dan hasil
partikel kunyahan masih kasar.
Mulai umur 8 bulan bayi telah mampu menggerakkan lidah
ke samping dan mendorong makanan ke gigi-geliginya,
makin stabil menjaga keseimbangan dan memegang
sehingga dia sudah bisa menerima makanan finger food.
Perkembangan Makanan Bayi
Umur 10 bulan merupakan waktu kritis bayi diharapkan
sudah bisa memakan tekstur makanan MPASI semi-padat
(lumpy solid food) sehingga mulai kenalkan makanan
lembek tanpa saring di umur 9 bulan.
Jika terlambat menaikkan tekstur makanan maka anak akan
semakin sulit memakan makanan yang lebih padat.
Umur 12 bulan sendi rahang bayi telah stabil dan mampu
melakukan gerakan rotasi sehingga sudah bisa lebih
canggih dalam mengunyah tekstur makanan MPASI kasar.
Pada saat ini bayi telah siap memakan makanan keluarga.
Pemberian Buah sebagai MP-ASI
Jangan dimulai dengan pemberian jus buah yang asam
Pada tahap awal, berikanlah kira-kira 30-50 ml jus buah sebagai
pengenalan pada organ pencernaan bayi. Lihat reaksi yang timbul.
Bila tidak ada alergi yang timbul maka bisa diteruskan
Jumlah jus buah yang diberikan sebaiknya tidak melebihi 120- 180
ml dalam sehari. Apabila bayi minum jus buah terlalu banyak dapat
mengakibatkan kembung dan terkena diare
Selalu cuci bersih setiap buah sebelum diberikan
Sebaiknya jus buah yang Anda berikan adalah 100 % dari buah asli,
bukan minuman buah yang mengandung pemanis buatan.
Berikan jus buah kepada bayi di cangkir minumnya, bukan diberikan
lewat botol
114. PERAWATAN NEONATUS B
DI RUMAH SAKIT
Penilaian bayi baru lahir Perawatan tali pusat: tali pusat
1. Apakah bayi cukup bulan? diklem dengan klem tali pusat,
2. Apakah air ketuban jernih, tidak ditutup dengan perban
tidak bercampur Studi menunjukkan bahwa
mekoneum? tidak ada keuntungan
3. Apakah bayi menangis? menggunakan antibiotik atau
antiseptik pada perawatan tali
4. Apakah tonus otot baik?
pusat dibandingkan dengan
Lakukan perawatan kering.
1. Berikan kehangatan didapatkan bahwa rata-rata
2. Bersihkan jalan napas waktu pelepasan tali pusat
3. Keringkan pada: perawatan kering adalah
4. Nilai warna 9 hari, bubuk (salisilat, green
clay, katoxin) 7 hari, alkohol 11
hari sedangkan antibiotik 12
Buku Panduan tatalaksana Bayi Baru lahir di Rumah sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Kementerian Kesehatan 2010.
hari.
Perawatan Bayi Baru Lahir Di Rumah
Sakit
Bayi tetap bersama ibunya (rawat gabung).
Inisiasi menyusu dalam jam pertama kehidupan.
Pemberian profilaksis konjungtivitis neonatorum:
eritromisin atau tetrasiklin ointment
Pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru
lahir 1 mg dosis tunggal intramuskular
Pemberian vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha
kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian
vitamin K1.
Buku Panduan tatalaksana Bayi Baru lahir di Rumah sakit. Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik. Kementerian Kesehatan 2010.
Perawatan Pada Awal Kehidupan Bayi
Merawat tali pusat Memandikan bayi
Setelah dipotong, tali pusat Saat lahir, bayi belum perlu
dibiarkan terbuka dan kering dan dimandikan. Vernix (zat lemak
tidak perlu dikompres dengan putih)berfungsi untuk menjaga
kasa yang mengandung cairan suhu bayi.
antiseptik. Setelah 6 jam bayi dapat dilap
Cuci tangan terlebih dahulu, dengan air hangat saja.
jangan oleskan apapun pada tali Sebelum tali pusat lepas, bayi
pusat, tidak perlu ditutup dengan dapat dimandikan dengan kain
kasa,dengan popok maupun lap atau spon.
gurita. Setelah tali pusat lepas bayi dapat
Jika tali pusat kotor, segera cuci dimandikan dengan dimasukkan
bersih dengan air yang bersih ke dalam air.
dan sabun lalu keringkan dengan
kain bersih.
Biarkan tali pusat terlepas sendiri.
http://idai.or.id/public-articles/klinik/pengasuhan-anak/perawatan-bayi-baru-
lahir.html
Perawatan Pada Awal Kehidupan Bayi
Menidurkan bayi Pola buang air besar (BAB) dan
Dalam sehari bayi dapat tidur buang air kecil bayi (BAK)
sampai total 20 jam, yang Bayi normal akan BAK dalam
terpecah dalam periode tidur 24 jam pertama dan BAB
20 menit hingga 4 jam. paling telat dalam 48 jam
Usahakan kamar bersuhu pertama.
sejuk, tidak terlalu dingin dan Selanjutnya bayi akan BAK 5-6
tidak terlalu panas, dan kali per hari dan BAB 3-4 kali
mendapat cahaya serta per hari.
ventilasi cukup. Warna BAB akan berubah dari
Posisi tidur yang dianjurkan warna hitam pekat, menjadi
adalah posisi terlentang untuk hijau dan akhirnya berwarna
mencegah sudden infant death kekuningan pada sekitar usia 5
syndrome (SIDS). hari.
http://idai.or.id/public-articles/klinik/pengasuhan-anak/perawatan-bayi-baru-
lahir.html
Perawatan Pada Awal Kehidupan Bayi
Membersihkan popok dan Membersihkan mata, telinga
kemaluan bayi dan hidung bayi
Bersihkan kemaluan dari Mata dapat dibersihkan
bagian depan ke belakang dengan kapas bersih yang
dengan menggunakan kapas dibasahi dengan air hangat,
yang sudah dibasahi air mulai dari arah hidung ke
bersih ataupun handuk luar.
basah. Kotoran telinga tidak perlu
dibersihkan secara rutin
dengan mengorek liang
telinga
Lubang hidung bayi juga
tidak perlu dibersihkan
secara khusus
http://idai.or.id/public-articles/klinik/pengasuhan-anak/perawatan-bayi-baru-
lahir.html
115. ORAL THRUSH C
Clenched hands, Crossed legs, abnormally shaped head; micrognathia, Feet with a
rounded bottom (rocker-bottom feet), Low birth weight & IUGR, Low-set ears, Mental
SINDROM delay, microcephaly, Undescended testicle, coloboma iris, Umbilical hernia or inguinal
EDWARD hernia, congenital heart disease (ASD, PDA, VSD), kidney problems (i.e: Horseshoe
TRISOMI 18 kidney, Hydronephrosis, Polycystic kidney), severe intellectual disability
NONINHERITED
It is three times more common in girls than boys. Many individuals with trisomy 18 die
before birth or within their first month.
SINDROM DOWN mikrosefal; hypotonus, Excess skin at the nape of the neck, Flattened nose, Separated sutures, Single
TRISOMI 21 palm crease, Small ears, small mouth, Upward slanting eyes, Wide, short hands with short fingers,
NONINHERITED White spots on the colored part of the eye (Brushfield spots), heart defects (ASD, VSD)
Physical development is often slower than normal (Most never reach their average adult height),
delayed mental and social development (Impulsive behavior, Poor judgment, Short attention span,
Slow learning)
SINDROM TURNER The most common feature is short stature, which becomes evident by about age 5. Ovarian
45 + XO hypofunction. Many affected girls do not undergo puberty and infertile.
NONINHERITED About 30 % have webbed neck, a low hairline at the back of the neck, limfedema ekstrimitas, skeletal
abnormalities, or kidney problem, 1/3 have heart defect, such as coarctation of the aorta.
Most of them have normal intelligence. Developmental delays, nonverbal learning disabilities, and
behavioral problems are possible
FRAGILE X Fragile X syndrome is a genetic condition that causes a range of developmental problems including
SYNDROME learning disabilities and cognitive impairment.
DITURUNKAN
SECARA X-LINKED Usually, males are more severely affected by this disorder than females.
DOMINAN
120. LIMFADENITIS TB C
Gambaran PA TB
kelenjar:
Inflamasi granulomatosa
kronik spesifik dengan
nekrosis perkejuan/
kaseosa.
Karakteristik morfologik:
granuloma tuberkel:
giant multinucleated
cells (Langhans cells),
dikelilingi dengan
agregasi sel-sel epiteloid,
Limfosit sel T, dan
beberapa fibroblas.
121. SLE A
3 Fotosensitif Bercak di kulit yang timbul akibat paparan sinar matahari, pada anamnesis atau pemeriksaan fisik
5 Artritis Artritis nonerosif pada dua atau lebih persendian perifer, ditandai dengan nyeri tekan, bengkak atau efusi
a. Pleuritis: Riwayat pleuritic pain atau terdengar pleural friction rub atau terdapat efusi pleura pada
6 Serositis pemeriksaan fisik atau
b. Perikarditis: Dibuktikan dengan EKG atau terdengar pericardial friction rub atau terdapat efusi perikardial
pada pemeriksaan fisik
a. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau pemeriksaan +3 jika pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan
7 Gangguan ginjal atau
b. Cellular cast : silinder eritrosit
10 kg pertama x 100 mL + 10 kg
kedua + x 50 mL + sisanya x 20 mL
ATAU kebutuhan per jam:
10 kg pertama x 4 mL + 10 kg
kedua x 2 mL + sisanya x 1 ml
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3
bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2,
dan 15.
124. SINDROM EISENMENGER C
Pemeriksaan fisis
Normal Mungkin terganggu Tidak pernah normal
di luar serangan
http://www.drugs.com/pro/loperamide.html
Papaverin
Papaverine relaxes various smooth muscles. This
relaxation may be prominent if spasm exists.
The muscle cell is not paralyzed by Papaverine and
still responds to drugs and other stimuli causing
contraction.
The antispasmodic effect is a direct one, and unrelated
to muscle innervation.
The mechanism of its pharmacological actions is not
clear, but it apparently can inhibit phosphodiesterases
and it may have direct actions on calcium channels.
It appears that papaverin dont cause ileus as side
effect
Ileus paralitik
Penyebab ileus paralitik:
Postoperative and bowel resection Diare akut pada anak
Intraperitoneal infection or
inflammation
TIDAK diberikan obat-
Ischemia obatan antimotilitas
Extra-abdominal: Chest infection,
Myocardia infarction seperti LOPERAMIDE
Endocrine: hypothyroidism, diabetes
Spinal and pelvic fractures
LOPERAMIDE dapat
Retro-peritoneal haematoma menyebabkan
Metabolic abnormalities:
Hypokalaemia konstipasi, distensi
Hyponatremia
Uraemia
abdomen, dan ileus
Hypomagnesemia paralitik
Bed ridden
Drug induced: morphine, tricyclic
antidepressants
A
127. Cerebral Palsy
Cerebral palsy (CP) describes a group of permanent disorders of the
development of movement and posture, causing activity limitation,
that are attributed to non-progressive disturbances that occurred in
the developing fetal or infant brain.
The motor disorders of cerebral palsy are often accompanied by
disturbances of sensation, perception, cognition, communication,
and behaviour, by epilepsy, and by secondary musculoskeletal
problems. Rosenbaum et al, 2007
Although the lesion is not progressive, the clinical manfestations
change over time
CP is caused by a broad group of developmental, genetic,
metabolic, ischemic, infectious, and other acquired etiologies that
produce a common group of neurologic phenotypes
Behrman: Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed
Cerebral Palsy Risk factor
Clinical Manifestation
CP is generally divided into several major motor syndromes
that differ according to the pattern of neurologic involvement,
neuropathology, and etiology
Clinical Manifestation
Spastic hemiplegia: decreased spontaneous movements on the affected
side, the arm is often more involved than the leg. Spasticity is apparent in
the affected extremities, particularly the ankle, causing an equinovarus
deformity of the foot
Spastic diplegia is bilateral spasticity of the legs greater than in the arms.
Examination: spasticity in the legs with brisk reflexes, ankle clonus, and a
bilateral Babinski sign. When the child is suspended by the axillae, a
scissoring posture of the lower extremities is maintained
Spastic quadriplegia is the most severe form of CP because of marked
motor impairment of all extremities and the high association with mental
retardation and seizures
Athetoid CP, also called choreoathetoid or extrapyramidal CP, is less
common than spastic cerebral palsy. Affected infants are characteristically
hypotonic with poor head control and marked head lag
Tujuan Terapi Cerebral Palsy
Tujuan terapi pasien cerebral palsy adalah membantu pasien dan
keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta
penyesuaian emosional dan pendidikan sehingga penderita sesedikit
mungkin memerlukan pertolongan orang lain dan diharapkan penderita
bisa mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupannya di kemudian hari.
Diperlukan tatalaksana terpadu/multi disipliner mengingat masalah yang
dihadapi sangat kompleks, dan merupakan suatu tim antara dokter anak,
dokter saraf, dokter jiwa, dokter mata, dokter THT, dokter ortopedi,
psikolog, rehabilitasi medik, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan
orang tua penderita.
Jenis rehabilitasi medik yang diperlukan pada CP: fisioterapi, terapi wicara,
okupasional (termasuk rekreasional di dalamnya), dan ortotik protese
D
128. Croup
Croup (laringotrakeobronkitis
viral) adalah infeksi virus di
saluran nafas atas yang
menyebabkan penyumbatan
Merupakan penyebab stridor
tersering pada anak
Gejala: batuk menggonggong
(barking cough), stridor,
demam, suara serak, nafas
cepat disertai tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam
Steeple sign
Pemeriksaan
Croup is primarily a clinical diagnosis
Laboratory test results rarely contribute to confirming this
diagnosis. The complete blood cell (CBC) count may suggest a viral
cause with lymphocytosis
Radiography : verify a presumptive diagnosis or exclude other
disorders causing stridor.
The anteroposterior (AP) radiograph of the soft tissues of the neck
classically reveals a steeple sign (also known as a pencil-point sign),
which signifies subglottic narrowing
Lateral neck view may reveal a distended hypopharynx (ballooning)
during inspiration
Laryngoscopy is indicated only in unusual circumstances (eg, the
course of illness is not typical, the child has symptoms that suggest
an underlying anatomic or congenital disorder)
Klasifikasi dan Penatalaksanaan
Ringan Berat
Gejala: Gejala:
Demam Stridor saat istirahat
Takipnea
Suara serak
Retraksi dinding dada bagian
Batuk menggonggong bawah
Stridor bila anak gelisah Terapi:
Terapi: Steroid (dexamethasone) dosis
tunggal (0,6 mg/kg IM/PO)
Rawat jalan dapat diulang dalam 6-24 jam
Pemberian cairan oral, Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 2-
ASI/makanan yang sesuai 3 mL NS, nebulisasi selama 20
Simtomatik menit
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO; 2008.
A
129. Kelainan Metabolik Bawaan
Kelainan metabolik bawaan: Defek pada jalur
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi gen yang
mengkode protein spesifik sehingga terjadi
perubahan struktur protein atau jumlah protein yang
disintesis
Contoh kelainan metabolisme asam amino
Kelainan Kelainan Manifestasi Klinis Temuan Lab Pendekatan terapi
metabolisme
yang terjadi
Metabolisme asam amino
Recommendation
Phenobarbital should be used as the first-line agent
for treatment of neonatal seizures
Commonly used first-line AEDs for treatment of NS are
phenobarbital and phenytoin.
Phenobarbital is also cheaper and more easily available than
phenytoin.
Only about 55% of newborns respond to either of the two
medications.
Phenobarbital is easier to administer with a one daily dose being
sufficient following attainment of therapeutic levels.
Phenytoin has more severe adverse effects than phenobarbital
including cardiac side effects and extravasation (although these
have been mitigated by the introduction of fosphenytoin).
The therapeutic range of phenytoin is very narrow
131. Infeksi Saluran Kemih E
UTI pada anak perempuan 3-5%, laki-laki 1% (terutama yang
tidak disirkumsisi)
Banyak disebabkan oleh bakteri usus: E. coli (75-90%),
Klebsiella, Proteus. Biasanya terjadi secara ascending.
Gejala dan tanda klinis, tergantung pada usia pasien:
Neonatus: Suhu tidak stabil, irritable, muntah dan diare, napas tidak
teratur, ikterus, urin berbau menyengat, gejala sepsis
Bayi dan anak kecil: Demam, rewel, nafsu makan berkurang, gangguan
pertumbuhan, diare dan muntah, kelainan genitalia, urin berbau
menyengat
Anak besar: Demam, nyeri pinggang atau perut bagian bawah,
mengedan waktu berkemih, disuria, enuresis, kelainan genitalia, urin
berbau menyengat
Fisher DJ. Pediatric urinary tract infection. http://emedicine.medscape.com/article/969643-overview
American Academic of Pediatrics. Urinary tract infection: clinical practice guideline for the diagnosis and
management of the initial UTI in febrile infants and children 2 to 24 months. Pediatrics 2011; 128(3).
ISK
3 bentuk gejala UTI:
Pyelonefritis (upper UTI): nyeri abdomen, demam, malaise, mual,
muntah, kadang-kadang diare
Sistitis (lower UTI): disuria, urgency, frequency, nyeri suprapubik,
inkontinensia, urin berbau
Bakteriuria asimtomatik: kultur urin (+) tetapi tidak disertai gejala
Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisis : Proteinuria, leukosituria (>5/LPB), Hematuria
(Eritrosit>5/LPB)
Biakan urin dan uji sensitivitas
Kreatinin dan Ureum
Pencitraan ginjal dan saluran kemih untuk mencari kelainan
anatomis maupun fungsional
Diagnosa pasti : Bakteriuria bermakna pada biakan urin (>10 5 koloni
kuman per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) yang diambil
pagi hari)
PPM IDAI
C
133. Penyakit jantung kongenital
Asianotik: L-R shunt
ASD: fixed splitting S2, murmur
ejeksi sistolik
VSD: murmur pansistolik
PDA: continuous murmur
Sianotik: R-L shunt
TOF: AS, VSD, overriding aorta,
RVH. Boot like heart pada
radiografi, cyanotic spell/ tets
spell (serangan sianosis yg
dikompensasi dengan
berjongkok lutut ditekuk)
TGA
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002103/
Tekanan di dalam Jantung
Congenital HD
Acyanotic Cyanotic
Common lesions:
Tricuspid atresia, ToF, single ventricle with pulmonary stenosis
increased
myocardial
contractility + KEMATIAN
infundibular
stenosis.
Right-to-left shunt meningkat
aliran darah ke
sianosis progresif
paru berkurang
secara tiba-tiba penurunan PO2 dan
peningkatan PCO2 arteri
penurunan pH darah
TET SPELL
Stimulasi pusat pernapasan di
HYPERCYANOTIC SPELL reseptor karotis + nucleus hiperpnoea
batang otak
Tatalaksana Tet Spell
Knee chest position/ squatting
Diharapkan aliran darah paru bertambah karena
peningkatan resistensi vaskular sistemik dan afterload
aorta akibat penekukan arteri femoralis
Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV
untuk menekan pusat pernapasan dan mengatasi
takipnea
Natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB IV untuk
mengatasi asidosis. Dosis yang sama dapat
diulang dalam 10-15 menit.
Metode permanen
Digunakan oleh pasangan yang sudah tidak
menginginkan anak/ berisiko bila memiliki anak
Ampulla
Isthmus
Infundibulum
Fimbria
Methods of Female Sterilization
1 Pregnancy After Tubal Sterilization with Bi-Polar Electrocoagulation. Obstetrics and GYN. August 1999 Volume
94. Herbert B Petterson et al for the CREST Working Group
VA S E C T O M Y
Kontrasepsi Mantap
Keuntungan Kerugian
Efektif dan permanen Rasa sakit/ tidak nyaman
Tidak ada efek samping jangka pendek
jangka panjang Risiko pembedahan
Tidak mempengaruhi proses Tidak dapat dilakukan untuk
menyusui orang yang masih memiliki
Tidak mengganggu anak
hubungan seksual
Tindakan aman &
sederhana
A
139-140. Trichomoniasis
B
Infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
trichomonas vaginalis
Karakter keputihan
Keputihan berbuih
Gatal
Pada inspekulo strawberry appearance cervix
Pada pemeriksaan mikroskop
Parasist berflagel berbentuk buah pear dan bergerak
Pengobatan metronidazole 2 g single dose
oral atau 2 x 500 selama 7 hari
D
141. Prolapse uterus
Prolapse uterus adalah Risiko terjadi
defek pada segmen apikal Multiparitas
pada vagina dan ditandai Batuk kronik
dengan penurunan uterus. Obesitas
Derajat prolapse Gejala yang dirasakan
0 organ di atas 2 cm di Retensio uri
atas himen
Terapi
1 organ turun 1 cm di atas
himen Konservatif pessarium,
pelvic exercise (kegel)
2 organ turun hingga di
himen bedah
3 organ turun 1cm
melewati himen
4 organ turun >2cm
melewati himen
142. Anemia pada Kehamilan C
Diagnosis
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau
< 10,5 g/dl (pada trimester II)
Faktor Predisposisi
Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
Kelainan gastrointestinal
Penyakit kronis
Riwayat Keluarga
Indikasi
Defisiensi besi yang tidak toleran terhadap preparat besi oral
Sebagai alternatif transfusi darah saat peningkatan Hb yang cepat diperlukan
(anemia perioperatif, anemia berat di kehamilan trimester akhir, atau anemia
postpartum)
Potensial menimbulkan keracunan jaringan anemia perlu dipastikan melalui
pemeriksaan kadar feritin
Kontraindikasi
reaksi anafilaksis, kehmailan trimester I, infeksi akut/ kronik, penyakit hati kronik
Dosis
Total dosis tunggal IV (slow) tidak lebih dari 200 mg bisa diulang hingga 3x dalam
1 minggu
http://www.bcshguidelines.com/documents/UK_Guidelines_iron_deficiency_in_pregnancy.pdf
E
143. Candidiasis
Candida adalah flora normal pada vagina
Bila tanpa gejala tidak diobati
Keputihan pada candidiasis:
Seperti gumpalan susu
Sangat gatal
Pengobatan
Golongan azole: single dose fluconazole 150 mg
Nistatin
144. Perubahan Fisiologis Kehamilan D
Organ Perubahan
Uterus Membesar, menebal, mengalami dextrorotation, peningkatan aliran
darah ke uterus
Kulit Perut striae gravidarum
Wajah melasma (chloasma) hiperpigmentasi akibat estrogen
dan progesteron
Wajah, leher, dada, tangan vascular changes angioma
(vascular spiders) hiperestrogenemia
Payudara Membesar, puting menghitam, menghasilkan colostrum
Metabolisme Peningkatan berat badan
Retensi cairan
Peningkatan metabolisme protein
Hiperinsulinemia, fasting hipoglikemia, postprandial hiperglikemia
Darah Peningkatan volume darah
Peningkatan sel darah merah
Peningkatan plasma volume
(namun karena peningkatan plasma volume > sel darah merah
kadar Hb menurun
Perubahan Fisiologis Kehamilan
Organ Perubahan
Zat besi Kebutuhan zat besi meningkat menjadi 1000mg, terutama saat
kehamilan trimester akhir
Imunitas Supresi humoral and cell-mediated immunological function
Leukosit normal kehamilan 5000-12.000/uL
Koagulasi dan Meningkat
fibrinolisis
Kardiovaskular Cardiac output meningkat, tahanan vascular sistemik menurun, nadi
meningkat
Muncul sistolik murmur
Perubahan tekanan darah pada saat tidur telentang penekanan
vena cava inferior (kehamilan trimester II-III)
Pernafasan Respiratory rate tetap
Tidal volume dan resting minute ventilation meningkat
Ginjal Ukuran ginjal membesar sedikit, menyerupai hidronefrosis
GFR meningkat
Pencernaan Posisi lambung dan usus terdorong oleh uterus
Hemoroid umum ditemukan
145. Perdarahan pada Kehamilan A
Lanjut
Solusio Plasenta previa Ruptur uteri Vasa previa
plasenta
Banyak Tergantung Tergantung Banyak Banyak
perdarahan derajat letak
Nyeri Nyeri Biasa tidak Nyeri Minimal
USG Tidak khas Plasenta pada Tidak khas Tidak khas
ostium
Tatalaksana Manajemen ABC
Jangan langsung di VT, diagnosa menggunakan USG dulu
Plasenta Previa
Plasenta yang implantasinya pada segmen bawah
rahim yang menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum
Klasifikasi
Totalis menutupi seluruh ostium uteri interna
Parsialis menutupi sebagian ostium uteri interna
Marginalis implantasi di tepi ostium uteri interna
Letak rendah jarak plasenta dan ostium kurang dari
2 cm
Solusio Plasenta
Terlepasnya seluruh atau sebagian plasenta
dari tempat implantasinya yang NORMAL
sebelum janin lahir
Jenis:
Marginalis terlepas pinggirannya
Parsialis terlepas sebagian
Totalis terlepas seluruhnya
Solusio Plasenta
Derajat:
Ringan lepas 25%, perdarahan <250cc, komplikasi
minimal
Sedang lepas 25-50%, perdarahan 250-1000cc,
komplikasi nyata (takikardi janin, hipotensi ibu)
Berat lepas >50%, perdarahan >1000cc, komplikasi
koagulopati, gagal ginjal
Etiologi
Hipertensi
Kelainan pembekuan darah
korioamnionitis
Mioma di tempat plasentasi
trauma
D
The oncogenic
proteins
http://media.jaapa.com/Images/2009/
Kanker Serviks: Tanda dan Gejala
Perdarahan pervaginam
Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya
Perdarahan post menopause atau keputihan >>
Perdarahan post koitus
Nyeri saat berhubungan
Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
Massa pada serviks, mudah berdarah
Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Diagnostik
Diagnostik
Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks, sistoskopi,
IVP, foto toraks dan tulang, konisasi, amputasi serviks
Pelayanan Tersier: Proktoskopi
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks
Displasia Serviks
Perubahan abnormal pada sel di permukaan
serviks, dapat terlihat dari pengamatan
mikroskopik
Histologi
Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) I
(mild) a benign viral infection
CIN II (moderate)
CIN III (severe)
Sitologi
low-grade SIL (squamous intraepithelial
lesion)low-grade lesions
high-grade SIL (HSIL) high-grade
dysplasia
Kanker Serviks: Klasifikasi
Kanker Serviks: Pembagian
http://www.sh.lsuhsc.edu/fammed/Images/PAP-fig1.jpg
147. Pap Smear dan IVA
Pap smear dan IVA skrining kanker serviks
Pap smear lebih akurat daripada IVA
Syarat-syarat Pap smear
Dalam 2x24 jam tidak berhubungan seksual
Dalam 2x24 jam tidak membersihkan atau memakain tampoon
vagina
Tidak sedang menstruasi
Kapan pap smear:
Dimulai dari usia 21 tahun tanpa memandang status sex
pertama kali
Usia 21-29 Setiap 3 tahun sekali
Usia 30-65 HPV DNA + pap smear 5 tahun sekali atau pap smear
saja setiap 3 tahun sekali
147. Pap Smear dan IVA
IVA pemeriksaan inspeksi visual asam
asetat (3-5%)
Pada IVA syaratnya adalah zona transformasi
bisa terdeteksi
Kanker Serviks: Klasifikasi
Kanker Serviks: Pembagian
http://www.sh.lsuhsc.edu/fammed/Images/PAP-fig1.jpg
Lesi Pra Kanker: Tatalaksana LSIL
Skrining 12
bulan
Observasi
LSIL ulang test 3
bulan
(+) Kolposkopi
LSIL/HSIL
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Lesi Pra Kanker: Tatalaksana HSIL
(-) Observasi
- Observasi
NIS I DNA HPV
+ Ablasi
NIS II + Ablasi
Konisasi
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
C
148. N. Gonorrhea
Merupakan infeksi purulent pada membran mukosa
yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhea
Penyebaran terjadi dari kontak seksual atau saat
persalinan
Tanda dan gejala (tidak khas)
Keputihan
Nyeri berkemih
Dispareunia
Demam
Serviks mudah berdarah
Nyeri goyang portio
N.Gonorrhea
Diagnosis menemukan N.gonorrhea pada
lokasi infeksi
Kultur
Gram stain intraseluler gram negatif diplokokus
Terapi
Ceftriaxone 250 mg IM single dose atau cefixime 400
mg PO single dose
Ditambahkan dengan
Azithromycin 1 gr PO single dose, atau
Doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari
C
149. Mioma Uteri
Miom adalah tumor panggul yang paling sering
ditemukan pada wanita terpengaruh hormon
estrogen jarang ditemukan pada wanita menopause
Gejala dan tanda tergantung jumlah dan ukuran:
Dysmenorrhea
Rasa tidak nyaman di perut dan kembung
Nyeri pinggang
Diagnosa
Anamnesis
PF
USG
Miom
Berdasarkan lokasi
Subserosum: berada pada jaringan serosa
Intramural: berada pada miometrium
Submukosum : berada pada jaringan dibawah
endometrium
150. Ekstraksi Cunam D
INDIKASI TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM
Indikasi Ibu:
Penyakit Jantung
Penyakit Pulmonar
Infeksi Intrauterin
Gangguan Neurologik
Kelelahan Ibu
Kala II memanjang
Mempersingkat kala II : pre eklampsia , eklampsia
Indikasi Anak:
Gawat janin
Prolapsus talipusat dengan kepala sudah didasar
panggul
After coming head
KONTRAINDIKASI TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM
Terdapat kontra-indikasi berlangsungnya persalinan pervaginam.
Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam obstetrik.
Dilatasi servik belum lengkap.
Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas.
Kegagalan ekstraksi vakum.
Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
Operator tidak kompeten.
616
We t P r e p : B a c te r i a l Va g i n o s i s
Saline: 40X objective
Clue cells
Vaginal pH >4.5
http://emedicine.medscape.com/article/127547-overview
DM pada Kehamilan: Terapi
644
Faktor Risiko
Faktor genetik:
Risiko 7x lbh besar pada riwayat ibu penderita
endometriosis
Faktor imunologi
Tidak semua wanita dengan mesntruasi retrograd
akan menderita endometriosis, mungkin ada
kekurangan imun yang mempengaruhi
645
Gejala Klinik
Dismenore
Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid,
berlangsung selama menstruasi dan progresif
Subfertilitas/infertilitas
Abortus spontan
Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
Keluhan lain
Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
646
Pemeriksaan Klinis
Umumnya tidak menunjukan kelainan
Nodul pada daerah ligamentum sakrouterina
dan kavum douglas
Nyeri pada septum rektovagina dan
pembesaran ovarium unilateral (kistik)
Kasus berat : uterus retroversi fiksata,
pergerakan ovarium dan tuba terbatas
Pemeriksaan Penunjang
Laparoskopi : untuk biopsi lesi
USG, CT scan, MRI
Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala dan Tanda Temuan USG
ADVERSE
EVENTS
UNPREVENTABLE
STDs in Patients with Multiple Partners: Confidentiality. JANET FLEETWOOD, PH.D., Am Fam
Physician. 2006 Dec 1;74(11):1963-1964
A
165. Jenis-jenis Pertanyaan
Pertanyaan permintaan (compliance question):
pertanyaan yang mengharapkan agar pasien mematuhi
perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh: Dapatkah Ibu tenang terlebih dahulu?
Pertanyaan sintesis (synthesis question): pertanyaan
yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal,
tetapi lebih dari satu dan menuntut untuk membuat
ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari
komunikasi. Contoh: Apa yang terjadi bila musim
kemarau tiba?
a. Pertanyaan Terbuka b. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan terbuka Pertanyaan isian
contoh : Apa yg dapat Contoh : Berapa
anda ceritakan kepada banyak slot yg dimiliki
saya tentang diri anda personal computer CX
Pertanyaan terbuka 1000
terarah Pilihan berganda
contoh: Apa yg dapat Pertanyaan bipolar
anda ceritakan tentang (memilih diantara 2
pengalaman jawaban
pengobatan anda?
A
166. Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang
lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Beneficence (Berbuat baik)
Prinsip tindakan
Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
janji atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpecaya
Contoh tindakan
Dokter bersikap profesional, bersikap jujur, dan luhur pribadi (integrity);
menghormati pasien, peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang,
dedikatif mempertahankan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
teknisnya
Misalnya memilih keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom
(kurang mampu memutuskan bagi dirinya), misalnya anak, pasien dengan
gangguan jiwa, pasien dalam kondisi gawat
167. Non-maleficence D
(Tidak Merugikan)
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien:
tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm)
pasien; minimalisasi akibat buruk
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke dalam),
menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian
menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Dekomposisi proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kira-kira 24
jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada menyertai
terciumnya bau busuk. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk
dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah, perbandingan
tanah:air:udara (1:2:8)
36 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat
memperkirakan saat kematian).
170. Hazard A
Hazard (bahaya) adalah sesuatu (potensi yang telah ada
dalam benda tersebut) yang dapat menyebabkan cedera
pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan.
Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya
seseorang atau alat pada suatu hazard (bahaya).
Danger: situasi dimana individu rentan terhadap bahaya
Analitik Deskriptif
Case report
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
optimized by optima
Desain Cross Sectional
KELEBIHAN: KELEMAHAN:
Mengukur angka Sulit membuktikan
prevalensi hubungan sebab-akibat,
Mudah dan cepat karena kedua variabel
Sumber daya dan dana paparan dan outcome
yang efisien karena direkam bersamaan.
pengukuran dilakukan Desain ini tidak efisien
dalam satu waktu untuk faktor paparan atau
Kerjasama penelitian penyakit (outcome) yang
(response rate) dengan jarang terjadi.
desain ini umumnya
tinggi.
Desain Case Control
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
Dapat membuktikan Pengukuran variabel
hubungan sebab-akibat. secara retrospektif,
Tidak menghadapi sehingga rentan terhadap
kendala etik, seperti recall bias.
halnya penelitian kohort Kadang sulit untuk
dan eksperimental. memilih subyek kontrol
Waktu tidak lama, yang memiliki karakter
dibandingkan desain serupa dengan subyek
kohort. kasus (case)nya.
Mengukur odds ratio
(OR).
Desain Kohort
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
Mengukur angka insidens. Memerlukan waktu penelitian
Keseragaman observasi yang relative cukup lama.
terhadap faktor risiko dari Memerlukan sarana dan
waktu ke waktu sampai terjadi prasarana serta pengolahan
outcome, sehingga merupakan data yang lebih rumit.
cara yang paling akurat untuk Kemungkinan adanya subyek
membuktikan hubungan penelitian yang drop out/ loss
sebab-akibat. to follow up besar.
Mengukur Relative Risk (RR). Menyangkut masalah etika
karena faktor risiko dari
subyek yang diamati sampai
terjadinya efek, menimbulkan
ketidaknyamanan bagi subyek.
C
172. Analisis masalah
Penyakit hipertensi diketahui merupakan masalah
utama. Analisis berikutnya adalah analisis
PENYEBAB masalah.
Analisis SWOT untuk solusi masalah
PICO pada evidence-based medicine, untuk
menjawab pertanyaan dari kasus klinis
Diagram tulang ikan: untuk mencari penyebab
masalah
Diagram pareto: untuk memilih solusi efektif
Diagram pohon: analisis prioritas masalah
A
173. Indikator Program Gizi Puskesmas
Cakupan penimbangan balita (SKDN)
Indicator partisipasi masyarakat (D/S)
Hasil Program (N/S)
Liputan Program (K/S)
Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan vitamin A dan Yodium untuk bayi, balita dan ibu
nifas
Tablet tambah darah (fe) ibu hamil
Status gizi balita : pelayanan thdp gizi buruk dan pemberian
MP-ASI
Keluarga sadar gizi
Kecamatan bebas rawan gizi
Keberhasilan Posyandu
Cakupan SKDN
S : Semua balita diwilayah kerja Posyandu
K : Semua balita yang memiliki KMS
D : Balita yang ditimbang
N : Balita yang naik berat badannya
Indikator (Hasil dinyatakan dalam persen,
dibandingkan dengan persentase target yang
ingin dicapai):
D/S : baik/kurangnya peran serta masyarakat
N / D : berhasil tidaknya Program posyandu
K/S : cakupan/liputan program
Promosi kesehatan Upaya promosi kesehatan yang bersifat umum; Pola hidup bersih dan
sehat, asupan gizi seimbang
Proteksi spesifik Ditujukan untuk mencegah penyakit tertentu; Asepsis dan antisepsis
sebelum tindakan, kemoprofilaksis preventif
Early diagnosis and Diagnosis sebelum penyakit timbul atau dimasa awal penyakit
promp treatment kemudian melakukan penanganan dengan tepat. Tujuannya untuk
mencegah penyebaran penyakit dan mengobati serta menghentikan
proses perjalanan penyakit
Limitasi Disabilitas Mengurangi keparahan penyakit jika penyakit telah terjadi, mencegah
akibat dari penyakit yang berkelanjutan
Rehabilitasi Memaksimalkan fungsi tubuh atau memperbaiki atau meningkatkan
fungsi yang menurun , sehingga dapat berfungsi optimal secara sosial,
mental dan fisik
http://dc120.4shared.com/doc/7ade2xg7/preview.html
Tahap pencegahan penyakit
Penyakit belum terjadi Penyakit sudah terjadi
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20indikator%202010%201202-2001.pdf
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20indikator%202010%201202-2001.pdf
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20indikator%202010%201202-2001.pdf
Indiktor
Derajat
Kesehatan
Indikator
Hasil Antara
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20indikator%202010%201202-2001.pdf
Indikator Proses
dan Masukan
http://dinkes-
sulsel.go.id/new/images/pdf/Peratura
n/kmk%20indikator%202010%201202
-2001.pdf
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20indikator%202010%201202-2001.pdf
177. Angka Kematian Ibu E
MMR = (I/T) x konstanta
I = adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, dan masa nifas
T = Kelahiran hidup pada tahun yang sama.
k = konstanta (1000)
Kasus:
Tidak dicantumkan angka kelahiran hidup, sehingga
diasumsikan kelahiran hidup didapat dari jumlah penduduk
dikurangi dengan jumlah kematian secara keseluruhan
(5+10+5)/(5000-30) x 1000 = 4.02
E
178. Jarak Septic tank-Sumur
Jarak 10 meter sumur dan tangki septic bermula dari bakteri Coli
patogen (bersifat anaerob) yg bertahan hidup selama tiga hari.
Kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3meter per hari (rata-rata
kecepatan aliran air dalam tanah di Pulau Jawa tiga meter/hari),
sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur sejauh tiga
meter per hari dikali tiga hari yang menghasilkan 9 meter + 1 meter
sebagai jarak pengaman = 10 meter
A
179. Surat Keterangan Kematian
Surat kematian pada dasarnya menyatakan tentang telah
meninggalnya seseorang dengan identitas tertentu, dan
berisi keterangan sebab kematian sesuai dengan
pengetahuan dokter. Karena bedah mayat tidak dilakukan,
maka sebab kematian secara klinis saja yang dilaporkan
disertai lama kira-kira menderita sakit hingga meninggal
dunia
Surat keterangan kematian tidak boleh dibuat pada orang
yang mati dengan dugaan akibat peristiwa pidana tanpa
pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu
Diatur dalam Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri dan
Menteri Kesehatan No.15 thn 2010 tentang Pelaporan
kematian dan penyebab kematian
180. Luka Akibat Kekerasan A
Kekerasan Benda Tumpul
Memar
Perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler/vena;
Dapat memberikan petunjuk tentang bentuk benda
penyebab
Luka Lecet
Cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda
yang memiliki permukaan kasar atau runcing
Luka Robek
Luka terbuka akibat trauma benda tumpul, menyebabkan
kulit teregang ke satu arah.
Bentuk luka tidak beraturan, tepi tidak rata, jembatan
jaringan
Kekerasan Benda Setengah Tajam
Cedera akibat benda tumpul yang memiliki tepi
rata (mis. meja, lempeng besi, gigi)
Luka : seperti akibat benda tumpul tapi bentuknya
beraturan
Jejas Gigit (bite-mark) : luka lecet tekan/hematom
berbentuk garis lengkung terputus-putus
Kekerasan Benda Tajam
Luka iris, luka tusuk, luka bacok
Tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis,
tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka
bentuk garis atau titik
Visum et Repertum untuk Perlukaan
Tujuan pemeriksaan forensik pada korban hidup :
Untuk mengetahui penyebab luka dan derajat parahnya
luka
Dalam pemberitaan disebutkan : Keadaan umum
korban, luka-luka dengan uraian letak, jenis, sifat,
ukuran, serta tindakan medik yang dilakukan, riwayat
perjalanan penyakit, dan keadaan akhir saat perawatan
selesai.
Dalam kesimpulan disebutkan : luka-luka atau cedera
yang ditemukan, jenis benda penyebab, serta derajat
perlukaan. Tidak dituliskan pendapat bagaimana
terjadinya luka dan oleh siapa.
Pemeriksaan Medik pada Kasus Kejahatan
Seksual
Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP :
pemerkosaan, persetubuhan pada wanita tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur
Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan
permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang
Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban
merupakan benda bukti. Jika korban datang sendiri dengan
membawa surat permintaan dari polisi, jangan diperiksa,
minta korban kembali kepada polisi
Setiap visum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan
yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan
VeR diterima oleh dokter
VeR Korban Kejahatan Susila
Kesimpulan VeR berisi :
Ada/tidaknya bukti persetubuhan, dan kapan perkiraan
terjadinya
Ada/tidaknya kekerasan pada perineum dan daerah lain
(termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi tidak
berdaya) toksikologi
Usia korban (berdasarkan haid, dan tanda seks sekunder)
Penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan
kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan
VeR Korban Kejahatan Susila
Pembuktian persetubuhan : Deflorasi himen,
laserasi vulva-vagina, adanya cairan mani dan
sel sperma (mikroskopik sediaan usap vagina)
dalam vagina
Bukti persetubuhan mempunyai nilai bila
sesuai waktu kejadiannya dengan
persetubuhan yang diperkarakan
181. Luka Tembak E
(Gun Shot Wound)
Luka yang ditimbulkan oleh anak peluru pada
sasaran tergantung indikator :
Besar dan bentuk anak peluru
Balistik (Kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak
peluru)
Kerapuhan anak peluru
Kepadatan jaringan sasaran
Vulnerabilitas jaringan sasaran
Komponen luka :
Luka akibat terjangan anak peluru
Bukti partikel logam akibat geseran anak peluru dengan
laras
Butir mesiu
Panas akibat ledakan mesiu
Kerusakan jaringan akibat moncong laras yang menekan
sasaran
Komponen produk ikutan mana yang mencapai sasaran
menentukan jenis: Luka tembak jarak jauh, jarak dekat,
jarak sangat dekat dan luka tembak tempel
Luka Tembak Masuk (LTM) :
LTM Jarak jauh : Hanya komponen anak peluru
LTM Jarak dekat : Komponen anak peluru dan mesiu
LTM Jarak sangan dekat : Anak peluru, mesiu, jelaga
LTM Tempel/kontak : Seluruh komponen dan jejak laras
Luka Tembak Keluar :
Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban
Umumnya lebih besar dari LTM karena deformitas anak
peluru
Jika menembus tulang berbentuk corong yang membuka
searah gerak anak peluru
Dapat dijumpai daerah lecet jika pada tempat keluar
terdapat benda keras
A
182. Penyebab Kematian
Penyebab kematian dapat disebabkan oleh penyakit atau
cedera/luka yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian
Sebab kematian :
Penyakit : gangguan SCV, SSP, respirasi, GIT, urogenital
Trauma
Mekanik :
tajam : iris, tusuk, bacok
tumpul : memar, lecet, robek, patah
senjata api (balistik)
bahan peledak/bom
kimiawi : asam, basa, intoksikasi (keracunan)
Untuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara
kematian ditentukan dengan Pemeriksaan AUTOPSI
Autopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau
nekropsi) adalah investigasi medis jenazah untuk
memeriksa sebab kematian. Kata otopsi berasal dari
bahasa Yunani yang berarti lihat dengan mata sendiri.
Nekropsi berasal dari bahasa Yunani yang berarti
melihat mayat.
Brainstem, cerebellum,
Involving Inner ear, vestibular nerve
cerebrum
Positional nystagmus Latency (+), fatigue (+) Latency (-), no fatigue (-)
There are no data to support the use of the "halo" sign, where
CSF may be distinguished from blood/mucus by the formation
of a "halo" when fluid is deposited on filter paper, as a specific
or sensitive marker for CSF leakage
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/398/diagnosis/step-by-step.html
189. Head & Facial Trauma
Mandible fracture:
A mandible fracture may cause the patient to complain of
malocclusion
Displacement of the maxillary or mandibular teeth of even less than 1
mm can cause severe patient complaints because of the sensitivity of
the proprioceptive fibers in the periodontal membranes of the
dentition as well as in the temporomandibular joint.
The patient often complains of pain in the region of the fracture, most
often from the disrupted periosteum surrounding the bone.
Muscle spasm also plays a key role in contributing to the pain of
mandible fractures, and difficult and painful opening of the jaw, or
trismus, is a common complaint.
Painful swallowing and sneezing may also occur.
Numbness of the lower lip, from an avulsed or badly contused inferior
alveolar nerve in any part of its course from the ramus to the
parasymphyseal area, is commonly encountered.
189. Head & Facial Trauma
E
190. Peritonsillar Abscess
Peritonsillar abscess
Inadequately treated tonsillitis spread of infection pus formation between the
tonsil bed & tonsillar capsule
Therapy
Needle aspiration: if pus (-) cellulitis antibiotic. If pus (+) abscess .
If pus is found on needle aspirate, pus is drained as much as possible.
B
191. Deafness
Neuron di korteks mengalami pematangan
dalam 3 tahun pertama kehidupan.
Usia 12 bulan pertama terjadi perkembangan
otak yang sangat cepat deteksi gangguan
pendengaran harus sedini mungkin.
Keloid
May develop at the same piercing site on the lobe.
E
193. Swallowed Foreign bodies
Problem in 6 month-6 year old children.
FB is usually found at the sites of normal
esophageal constriction.
Symptoms: choking, gagging, cough,
dysphagia, odynophagia, hypersalivation.
At a long term, FB can causes granulation
tissue or periesophageal inflammation.
Battery contain concentrated caustic
solution tissue saponification
ulceration, perforation (may occurs within 4
hours), or stricture.
Imaging: PA & lateral cervical esophagus &
CXR
Therapy: endoscopy. If failed: cervicotomy or
thoracotomy.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
E
198-199. OMSK C
C
200. Vertigo