Anda di halaman 1dari 14

ILMU PENYAKIT MATA

CEDERA MATA (TRAUMA)

KELAS: A
KELOMPOK: 4

Nama kelompok:
1. Annisa Nurul 2011-11-020
2. Anty Wulandari 2011-11-021
3. Aprilia Hadiningtyas 2011-11-022
4. Arini Cyndwiana 2011-11-023
5. Arini Dwiputri 2011-11-024
6. Assyifa Hasyimi 2011-11-025
7. Astrid Darnirati 2011-11-026

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami buat
untuk melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Penyakit Mata dan membahas tentang Cedera
Mata.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa
adanya bimbingan dari dr. Winarti dan dorongan dari beberapa pihak lain. Di dalam
pembelajaran dapat diperlukan suatu panduan baik berasal dari buku bacaan, internet, dosen,
dan pihak yang ikut serta dalam membuat makalah ini. Makalah yang kami buat ini
mengambil bahan dari beberapa jurnal dan referensi yang ada di internet sehingga data yang
kami sajikan merupakan data yang dapat dipertimbangkan kebenarannya. Untuk
mempermudah memahami makalah ini kami membuat kata-kata yang mudah dimengerti oleh
pembaca.
Untuk semua pihak yang ikut serta dalam penyelesaian makalah ini, kami ucapkan
terimakasih. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
menerima dengan baik adanya saran dan kritik demi penyempurnaanya makalah ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................
BAB II ISI
....................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................

Daftar Pustaka.................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola
mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat.
Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan
mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun
demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang
sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus
diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.

...................................................................

1.2. Rumusan Masalah


1.3. Tujuan

4
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus
polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma
mata.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata.Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk
kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7

Etiologi
Dibagi menjadi :
I. Trauma tumpul :
a. Concusio = Trauma tumpul pada mata yang masih reversibel, dapat sembuh dan
normal kembali.
b. Contusio = Trauma tumpul yang biasanya menyebabkan kelainan vaskular dan
kelainan jaringan, robekan.

II. Luka akibat benda tajam :


a. Tanpa perforasi
b. Dengan perforasi
- Tanpa corpus alienum intraokuler
- Dengan corpus alienum intraokuler

III. Luka terbakar dan etsing :


a. Sinar dan tenaga listrik

5
b. Agent fisik misalnya luka bakar
c. Agent kimia : etsing

Contusio Oculi
Dapat menyebabkan :
1. Hyperemia conjuctivae
Disebut juga conjunctivitis traumatica, suatu nama yang salah. Dapat sembuh
sendiri.
Pengobatan : Simptomatis. Sulfazinci. Antibiotika bila takut terkena infeksi.
2. Oedema cornea
Visus menurun, disertai rasa sakit, silau. Dapat sembuh dengan spontan. Tetapi
harus diperiksa apakah ada ulcus cornea.
Pengobatan : Simptomatis. Sulfa-zinci, terramycin salep mata. Terracortil salep mata
dapat diberikan bila tidak ada ulcus cornea, untuk mempercepat hilangnya oedma.
3. Timbulnya lipatan-lipatan pada membran Descemet atau Bouwman
Oleh karena pada waktu ternjadinya trauma tensi intra okuler menurun, dan disusul
dengan naiknya tonus menjadi normal. Lipatan ini akan hilang bila tonus normal
kembali.
4. Perdarahan di C.O.A. = Hyphaema
Merupakan keadaan yang serius. Sebaiknya penderita dirawat. Perdarahan di COA
berasal dari iris dan corpus ciliaris.

Perdarahan dapat sedikit atau banya. Bila sedikit visus mungkin masih baik dan tensi
intraokuer masih normal.
Bila mengisi setengah C.O.A. visus dapat terganggu dan tensi intraokular meninggi.
Oleh karna itu menyebabkan rasa sakit. Bila perdarahan mengisi seluruh C.O.A. rasa
sakit bertambah dan pengelihatan lebih menurun lagi, oleh karena tensi intraokuler
tabah tinggi pula.

Perdarahan oleh trauma dibedakan :


a. Primary bleeding : Perdarahan yang segera terjadi pada waktu trauma

6
b. Secondary bleeding : Datangnya 3-5 hari kemudian, meskipun penderita itu dirawat.
Jadi seolah-olah tanpa pnyebab,
c. Biasanya lebih hebat dari primer dan menyebabkan tensi intraokuler meninggi.
Karena itulah harus dirawat secepat-cepatnya 5 hari.

Komplikasi
Glaukoma sekunder : oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabecula.
Imbibisio cornea : oleh karena penyerapan unsur-unsur darah yang telah terurai yang masuk
diantara lamel-lamel cornea, sehingga cornea berwarna kuning dan hanya dapat ditolong
dengan keratoplastik. Biasanya disebabkan oleh karena hyphaem yang penuh disertai
tekanan intraokuler yang tinggi.
Imbibisiocorna disebut juga hemosiderosis.
Pengobatan :
- Konservatif : Penderita dirawat dan diberi istirahat total ditempat tidur dengan kepala
difiksasi dengan meletakkan bantal berisi pasir ada kedua sisi kepala, supaya tidak
bergerak. Bed rest total ini harus dilakukan minimal 5 hari mengingat kemungkinan
perdarahan skunder.
Hal ini sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak, sehingga kalau perlu harus diikat
tangan kakinya ke tempat tidur dan pengawasan dilakukan dengan sabar.
Kedua mata harus ditutup supaya tidak banyak bergerak.
Mata tidak perlu diberi zalf atau tetes. Diberi coagulatia oral atau parenteral
Tensi intraokuler diukur setiap hari. Kalau terjadi glaucoma berilah Diamox 33 dd I
tablet 250 mg.
- Tidakan operatif : Paracentese dilakukan bila :
Terjadi glaucoma
Hyphaem tidak hilang dalam 5 hari
Hyphaem mengisi lebih dari 1/3 COA

Cara melakukan paracentese.


1 jam sebelum operasi, penderita diberi sedative cocktail terdiri dari :
- Largactil 25 mg
- Pethidin 50 mg
7
- Phenergen 25 mg
Mata yang sakit di desinfektir dengan asam pikrin 2%.
Cornea ditetesi Pantocain 2% atau procain 2% setiap 3 mnit 3 kali. Suntikan retrobulbair
novocain, untuk block semua otot ekstra okuler. Pasang speculum (eyelid holder) untuk
memegang kelopak mata, supaya jangan menutup.
Dengan jarum paracentese yang steril dilakukan incisi pada cornea di jam 6 dekat limbus.
Jangan di limbus karena disini terdapat banyak pembuluh darah. Dengan beratnya sendiri
darah akan keluar melalui luka tersebut, sesudah jarum paracentese dikeluarkan lagi.
Kadang-kadang COA masih harus dibersihkan lagi dengan larutan garam physiologis yang
disuntikan melalui luka tadi sampai semua unsur-unsur darah keluar semuanya.
Berikan kemudian salep antibiotika dan mata di verband dan penderita disuruh tidur
kembali.
Bila darah masuk juga kedalam Corpus vitreum maka :
Disuntikan larutan NaCl 2% subconjunctival supaya dapat menyerap darah.
Suntikan cortison subconjuntival, untuk mencegah timbulnya jaringan fibrotik.
Bila terdapat glaukoma yang tak dapat dikontrol dengan cara diatas, maka dilakukan
iridencleisis, dngan merobek iris yang kemudian diselipkan diantara luka incisi cornea-
scleral, sehingga pupil tampak sebagai lubang kunci yang terbalik.
5. Pupil midriasis Oleh karena 2 sebab :
1. Iridoplegia M.Sphincter pupillae. Masih reversible, dapat diteteskan
pilocarpin.
2. Ruptura M.Sphincter pupillae. Keadaan ini irreversible.
6. Iridodialyse
Lepasnya akar iris diperifer, sehingga terdapat pseudo pupil diperifer. Kadang-
kadang dapat menyebabkan diplopia karena terdapat dua pupil. Dapat diberi
midriatica.
7. Kelainan lensa
Subluxatio lentis oleh karena ruptura dari zonula zinii. Dapat kebelakang atau
kedepan. Dapat total atau partiel. Bila tak menimbulkan komplikasi dibiarkan saja
dengan diberi koreksi keadaan refraksinya. Baru dilakukan extraksi lensa, bila timbul
glaukoma, uveitis, cataract, setelah uveitis dan glaukomanya diredakan dahulu. Yang
sukar lens extraksi bila lensa masuk kebelakang. Penderita harus ditempatkan

8
terbalik, diikat didahi, didagu, dada, perut, tungkai kaki. Operasi dilakukan dari
bawah. Harus dicegah jangan sampai terjadi prolaps corpus vitreum.
8. Cataract traumatica
Oleh karena timbul gangguan nutrisi dari lensa.
Dikenal 3 macam cataract traumatica : - Vosius ring
- Star shaped
- Wrinkled anterior capsule
Kalau sudah lama timbul cataract totalis.
9. Perdarahan corpus vitreum
Darah berasal dari corpus cilliaris,choroid,retina.
Pengobatan :
- Diusahakan penyuntikan larutan garam yang hypertonis 2 % subconjuctival 0,5cc , 2
x seminggu. Dengan daya osmose yang tinggi diharapkan darah akan diserap kembali
ke pembuluh darah. Tetapi oleh karena osmose berlangsung lambat, sedangkan
perdarahannya banyak, maka hasilnya kurang memuaskan.
- Disuntikkan pula cortison subconjuctival, untuk mencegah timbulnya jaringan
fibrotik yang membentuk retinitis proliferans yang dapat menimbulkan abratio
retinae.
- Kadang-kadang perlu transplantasi corpus vitreum dari donor mata bekas eucleasi
bulbi.
- Coagulantia per oral atau parenteral.
10. Kelainan retina
- Oedema retina = comotio retinae = Berlinsche trubung
Biasanya didaerah polus posterior dekat macula atau perifer. Tampak seolah-olah retina
dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus central terganggu sangat dengan scotoma centralis.
Dengan istirahat oedema dapat diserap dan fovea reflex tampak kembali. Untuk
mempercepat penyerapan, disuntikkan cortison subconjuctival 0,5cc , 2 x seminggu.
-Ruptura retinae
Sobekan pada retina menyebabkan ablatio retinae = retinal detachment. Umumnya robekan
berupa huruf V. Melalui robekan ini cairan corpus vitreum masuk subretinal kecelah
potential diantara cel epitel pigmen dan lapisan batang-kerucut, sehingga visus dapat
menurun, campus mengecil, yang sering berakhir dengan kebutaan.

9
Pengobatan :
Cairan subretina dikeluarkan dan ruptura di-coagulasi dengan diathermi. (lihat bagian
ablatio)
-Ruptura di choroid :
Tampak sebagai garis-garis lingkaran sekitar papil disertai perdarahan. Kemudian daerah ini
menjadi atrofi diisi oleh jaringan cicatrix dengan kelompok pigmen dipinggirnya. Kalau
terjadi di-macula keadaan irreversibel dan menurunkan visus central disertai scotoma
centralis. Degenerasi macula dengan pigmentasi dan lubang di-macula (macular hole)
menimbulkan scotoma centralis, keadaan ini irreversibel.
11. Exophtalmus = protusio bulbi = proptosis
Biasanya disebabkan perdarahan retrobular berasal dari A.opthalmica beserta cabang-
cabangnya. Dengan istirahat, perdarahan diabsorbsi kembali, juga diberi coagulantia. Bila
disertai pulsasi dan souffles, berarti ada arteriovenous aneurysma.
12. Enophtalmus.
Disebabkan robekan besar dari capsula Tenon yang menyelubungi bulbus oculi diluar sclera
atau disebabkan fraktura tulang orbita. Oleh karena itu harus dibuat rontgen foto
tengkorak. Robekan capsula tenon harus dijahit.
13. Glaucoma sekunder
Segera setelah trauma sampai beberapa hari timbul hypotoni yang kemudian disusul
dengan hypertoni, yang mungkin disebabkan :
- Mekanisme pengaturan cairannya terganggu
- Ada subluxatio atau luxatio lentis
- Ada hyphaema.
14. Robekan sclera
Sekitar robekan di-diathermi dan robekannya dijahit, kalau lukanya kecil. Kalau luka besar
lebih baik di-enucleasio bulbi, untuk hindarkan opthalmia sympatika. Robekan ini biasanya
letaknya dibagian atas. Sebagai tinjauan pada pengobatan trauma tumpul dimata adalah :
- Istirahat mata, dan istirahat beberapa hari ditempat tidur, supaya gangguan-
gangguan yang reversible lebih cepat lenyap.
- Kalau ada glaucoma sekunder, berikan diamox dan miotica. Kalau tensi I.O tidak
turun dapat dilakukan iridencleisis atau kalau ragu dikirim keseorang ahli.

10
- Kalau hyphaem tak lenyap dalam 5 hari, naik sampai 1/3 COA, atau timbul
glaucoma sekunder lakukan parasintese.
- Untuk gangguan irreversibel kalau tak dapat diatasi sendiri lekas kirim ke seorang
spesialis.
- Bila ada ruptura bulbus oculi : bila ada kecil dapat dijahit, bila besar dan bahaya
terhadap phtysis bulbi, infeksi atau opthalmia sympatica harus dilakukan
enucleasio bulbi. Kalau ragu dikirim ke seorang ahli secepatnya.
Prognose : tergantung dari jenis dan hebatnya kerusakan.

LUKA AKIBAT BENDA TAJAM


1. Luka pada palpebra
Kalau pinggiran palpebra putus dan tak diperbaiki, dapat timbul coloboma palpebrae
aqcusita. Bila besar dapat menimbulkan kerusakan cornea. Oleh karena itu tindakan
harus dilakukakn secepatnya. Kalau tidak kotor (tercemar kotoran) dapat ditunggu
sampai 24 jam. Pada tindakan tersebut harus diperbaiki continuitas margo palpebrae
dan kedudukan bulu mata, jangan sampai menimbulkan trichiasis.
Bila robekan mengenai margo palpebrae inferior bagian nasal, dapat memotong
canaliculi lacrimalis inferior, sehingga air mata tak dapat melalui jalan yang
seharusnya dan mengakibatkan epiphora.
Rekanalisasi harus dilakukan secepatnya bila ditunggu 1-2 hari sukar untuk mencari
ujung-ujung canaliculi tersebut.
Caranya : operasi dilakukan dengan anasthesi lokal procain 2-4% disuntikkan
disekitar yang robek. Daerah luka didesinfektif dengan asam pikrin 2%.
1. Sondage dari kedua ujung canaliculi
2. Sondage kemudian diikuti dengan jarum dan benang jahitan, sampai menembus
kulit.
3. Kemudian kedua ujung benang disambung.
4. Luka di margo palpebrae dan kulit dijahit. Jahitan rekanalisasi dilepa setelah 4
hari dan kemudian dilakukan anel test dengan jarum no.18 sampai terasa asin
oleh orang itu.
2. Luka pada orbita.

11
Mudah terkena infeksi (menimbulkan cellulitis orbitae, orbital phlegmon), karena
adanya corpus alienum atau adanya hubungan terbuka dengan rongga-rongga
disekitar orbita. Olh karna itu kalau ada luka diorbita harus segera dibuat rontgen
foto dan tindakan dilakukan secepatnya untuk menghindarkan infeksi dengan
pemberian antibiotika atau chemoterapi lokal dan sistemik. Kalau ada corpus
alienum segera dikeluarkan.
Akibat yang lain-lain :
- Bila terdapat fraktura basis cranii, menimbulkan kerusakan N.Opthalmicus.
- Kelainan pergerakan mata
- Kelainan tindakan pada bulbus oculi.
Sebaiknya sesudah diberi antibiotika lokal dan sistemik, diteruskan kepada seorang
ahli, untuk memperbaiki tulang yang rusak secara operatif.
3. Luka pada bulbus oculi
Kalau ada perforasi dibagian depan (cornea) : camera oculi anterior dangkal, kadang-
kadang iris melekat, terjepit atau menonjol pada perforasi cornea, tensi intraokuler
merendah, fistel test (+). Kalau perforasinya mengenai bagian posterior (sclera) :
camera oculi anterior dalam , hemorraghi di corpus vitreum, choroid, retina,
mungkin ada ablatio retinae, tensi intra okuler rendah.
Luka di conjunctiva, bila kecil dapat sembuh dengan spontan, bila besar perlu dijahit,
disamping pemberian antibiotika lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi
sekunder.
Luka di cornea :
Bila tanpa perforasi :
- Erosio cornea atau corpus alineum dicornea. Fluorescensi test (+) jaga jangan
sampai terkena infeksi sehingga timbul ulcus serpens atau herpes cornea, dsb.
Dengan pemberian antibiotika atau chemoterapeutica yang berspektrum luas,
lokal dan sistemik. Corpus alieneum di cornea diangkat dengan pahat corpus
alieneum, setelah diberi anesthesi lokal dengan pantocain 1%. Kalau mulai ada
neovaskularisasi dari limbus, berikanlah cortison lokal atau subconjuctival. Tetapi
jangan diberikan cortison pada luka yang baru atau bila ada ulcus serpens,
herpes cornea.
Bila ada perforasi

12
Harus bertindak selekas mungkin.
Bila luka dicornea kecil, lepaskan conjunctiva di-limbus yang berdekatan, kemudian
ditarik supaya menutupi luka cornea tersebut. Bila luka di cornea luas, maka luka itu
harus dijahit. Kemudian ditutup dengan conjunctival flap.
Bila disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya direposisi,
robekan dicornea dijahit dan ditutup dengan conjunctiva flap. Kalau luka telah
berlangsung beberapa jam sebaiknya COA dibilas dulu dengan larutan penicilin
10.000 U/cc, sebelum cornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika
dengan spektrum luas, lokal dan sistemik, juga subconjunctival.
Pada luka robekan jangan sekali-kali memberi cortison sebelum hari ke 5. Setelah
hari ke 5 biasanya luka sudah menyembuh. Sebaiknya penderita dirawat. Pada
pekerjaan tersebut, harus dilakukan se-asepsis mungkin untuk mencegah infeksi
sekunder, dan ophtalmia sympatica. Selama perawatan harus diperhatikan pula
keadaan mata yang lain (mata yang sehat). Terutama bila :
1. Pada mata yang sakit, terus menerus merah, karena injeksi ciliair, lakrimasi, dan
terdapat eksudat di COA, yang berlangsung lebih dari 3 minggu.
2. Mata yang sakit menunjukkan tanda radang yang hilang timbul.
3. Pada mata yang sehat kemudian menunjukkan tanda-tanda irritatio sympatica
yaitu : visus menurun, lalkrimasi, silau, injeksi ciliair, sukar membaca, di COA
Tyndal effect (+) (flare +)
Bila telah ada tanda irritatio sympatica ini, maka harus dipertimbangkan untuk
melakukan enuclasio bulbi pada mata yang terkena trauma, mata yang terserang
irritatio sympatica diobati sebagai iridocyclitis biasa.
Kalau ada cataract traumatica, harus diawasi sampai seluruh masa lensa diresorpsi,
sebab sisa masa lensa dapat menyebabkan uveitis dan glaukoma sekunder. Kalau
terjadi glaucoma dapat dilakukan pemberian diamox dan operasi paracentese untuk
menurunkan tensinya. Kalau ragu, teruskan secepatnya keseorang ahli.
- LUKA DI SCLERA
Bahaya, karena dapat menimbulkan perdarahan di corpus vitreum dan infeksi =
hyalitis, ablatio retinae karena retraksi dari membran yang ada di corpus vitreum.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/06/12/trauma-mata-trauma-oculi/

.........................................

14

Anda mungkin juga menyukai