Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

Satu metode PRAKTIKUM SEMESTER KIMIA DASAR

PENDAHULUAN

Latar Belakang
untuk memurnikan zat cair adalah destilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaan titik didih masing-masing komponen. Penurunan
tekanan luar menyebakan larutan akan mendidih pada temperatur lebih rendah. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul memasuki fase uap.
Destilasi ada dua macam, yaitu distilasi sederhana dan distilasi bertingkat. Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan
menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Sublimasi adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan
campuran, sehingga dihasilkan sublimat. Ketika iod dipanaskan tidak menguap, sedangkan komponen yang lain tidak. Kristalisasi cara ini
berdasarkan perbedaan larutan dari komponen campuran dalam pelarut tertentu.

Kromatografi adalah sautu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan perbedaan suatu kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Kertas kromatografi dibuat dari serat selulosa danselulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa.
Kompleksitas tmbul karena serat-serat selulosa berantraksi dengan uap air dari atmosfir sebagaimana dalam hal air yang timbul pada saat
pembuatan kertas.

Stoikiometri berkaitan dengan hubungan kuantitatif antara unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu
reaksi,pengetahuan tentang masa atom dan masa molekul dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu ekperimen
maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah
yang sangat besar.

Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, partikel temperatur dan katalis. Katalisator adalah zat yang
ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi dengan
jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.

Titrasi Oksidasi reduksi (redoks),merupakan bagian terbesar dari analisis volumetri karena metoda ini dapat digunakan untuk
sejumlah besar unsur. Selain itu metoda ini digunakan juga untuk menentukan sejumlah zat organic.

Buret dibuat dari kaca panjang dengan garis skala yang ditera secara teliti. Di ujung bawah terdapat sebuah kran untuk
mengaliri aliran cairan yang akan dikeluarkan. Alat ini digunakan untuk memperoleh volum suatu cairan secara teliti dalam ukuran kecil.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan Pemurnian

Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat tersebut atau zat pada tersebut
dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi
dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).

Garam dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan
memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air
sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil dengan suhu. (Arsyad, 2001).

Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori. Kristalisasi
pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan
yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald sitorus, 2002).

Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam
rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan zat padat hanya
membicarakan kristal. (Syukri, 2000).

Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk
dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kriistal-kristal yang terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah mereka dapat
disaring dan mungkin sekali makin cepat kristal itu akan turun keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. (Svehla, 2000).
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah
kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan
(Nisa halimah.2009).
Stoikiometri

Thomas (2005), menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dapat memperlajari dalam kinetika kimia.
Michael Purba (2005) menyatakan bahwa stoikiometri adalah pengetahuan tentang masa atom dan masa molekul.
J.A Hunt (2004), menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dinyatakan dalam rumus kimia.
Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal.
Penicum aracis (2002),menyatakan stoikiometri ialah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan dan komposisi-
komposisi dari suatu zat dan nilainya.
Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan suatu eksperimen
maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah
yang sangat besar.

Kromatografi

(Joko, 2008:157) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan
penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak.

(fransisco, 2004) berpendapat bahwaSemakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin
rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan

Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah
satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat
menembus sepanjang lapisan stasioner. (annisa 2000 : 117)

(Riccard, 2006:980) Semakin tinggi volume asam maka suhu semakin rendah, Semakin rendah volume asam maka suhu semakin
tinggi, begitu pula sebaliknya dengan basa. (sama dengan hasil penelitian yang kami lakukan).

(Rassy,2004:367)stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk


membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.

Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah
satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat
menembus sepanjang lapisan stasioner. (annisa 2000 : 117)

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Aswad (2001) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah benda-benda yang mempengaruhi konsentrasi,
besar partikel dan temperatur atas laju reaksi.

Bird (2000) mengatakan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada ion yang mengandung asam dan dengan adanya natrium tiousulfat
maka akan membebaskan iodium telah diasamkan dengan asam sulfat.

Konnaso (2001) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah pengaruh konsentrasi, pengaruh besar
partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi, pada temperatur-temperatur atas laju reaksi ini tergantung pada zat-zat pereaksi.

Sahma (2001) mengatakan bahwa laju pertumbuhan butir seng merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran balon yang akan
mengalami pengembangan yang sangat cepat karena dipengaruhi oleh larutan asam klorida dan butiran seng.

Whiskia (2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal dari sederet percobaan.
Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan
hasil yang tepat.

Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak
seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk
memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik
terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas
(Krisbiyanto : 2008).

Titrasi oksidasi dan reduksi

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn
perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2009).
Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari
tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih
dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati
adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 2009).

Suatu proses didlm laboratorium utk mengukur jumlah suatu reaktan yg bereaksi sempurna dgn sejumlah reaktan lainnya, dimana
reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dlm reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan
reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree.(Thomas,2003)

Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrant telah cukup ditambahkan untuk
bereaksi dengan titree.Salah satu masalah teknis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk
mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. (Kuncoro, 2001)

Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat
kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006).

Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan utk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis
yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah
kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan
menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).

MATERI DAN METODA

Kromatografi dan stoikiometri

Pada pratikum ini menggunakan alat dan zat yaitu : kertas kromatografi, gelas kimia, lidi, tinta biru, merah, hitam, gelas penagaduk,
termometer, larutan CuSO4 larutan NaOH, larutan HCL dan larutan H2SO4.

Fator-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan yaitu : Pada kegiatan 1, labu 250 ml 3 buah, tabung ukur 100 ml, larutan natrium
tiosulfat 1 M, dan asam klorida 5 M. P ada kegiatan 2, batang gelas, gelas kimia 100 ml, mortar, kalium iodida, merkuri klorida. Pada kegiatan
terakhir yaitu, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 ml, tabung ukur 25 ml, tabung reaksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung reksi, stopwatch,
larutan asam oksalat 0,05 M, kalium permanganat 0,01 M, asam sulfat 0,5 M.

Titrasi oksidasi dan reduksi

Pada praktikum ini alat dan zat yang digunakan adalah pipet 25 ml, buret 50 ml, labu titrasi 250 ml, labu takar, larutan asam oksalat,
Larutan KmnO4, dan pembakar.

Metoda

Pemisahan dan pemurnian

Memasukkan lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah berisi air, kemudian di aduk.biarkan pasir mengendap
,kemudian tuangkan larutan bagian atas.
Memasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian di aduk.siapkan corong dan kertas saring, lalu lakukan penyaringan.
Larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutkan garam ini disaring dengan menggunakan kertas
saring.uapkan larutan garam yang telah di saring ini dalam cawan penguapan.
Larutkan 10 gram garam CuSo4.5H2O ke dalam 50 ml air.uapkan larutan ini sehingga volum menjadi 20 ml, keudian di dingin kan
.perhatikan bentuk Kristal yang terjadi.
Campurkanlah lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia dan 1 sendok garam dapur sampai homogen, dan masukkan ke dalam
gelas kimia.panaskan campuran ini kemudian saring.zat padat yang tertinggal di corong di cuci dua sampai tiga kali dangan lebih kurang 5 ml air.air
saringan dan cucian di satukan kemudian di uapkan dalam cawan penguapan . jika air nya hamper habis, handak nya pembakar di sisih kan
sebentar dan biarkan air menguap sendiri.
Memasukkan lebih kurang 2 gram yod yang kotor ke dalam cawan penguapan.tutup cawan penguapan terbentuk zat padat pada alat
kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk tersebut dengan kaca erloji yang berisi
air.panaskan perlahan-lahan sampai terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal tersebut.pehatikan
bentuk Kristal yang terbentuk.

Kromatografi

Pertama, buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah keatas. Kromatografi (kertas saring)
Kedua, buat titik dengan tinta hijau di tengah garis.

Ketiga, buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan disebelah kanan titik hijau pada jarak 2cm. biarkan sampai kering

Keempat, gulung kertas berbentuk silinder

Kelima, tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga
titik tersebut agar tidak tercelup dalam air)

Keenam, biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik.

Ketujuh, jika air sudah merambat mendekati ujung kertas, keluarkan kertas. Beri batas rambat
air. V

Kedelapan, perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas saring menjadi kering.

Kesembilan, ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna, dari garis pensil pada ujung bawah keatas.

Kesepuluh, hitung harga perbandingan kedua jarak =

Kesebelas, buat kromatograf dari titik tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran dua macam tinta.

Stoikiometri :

Pertama , stoikiometri system CuSO4 NaOH.

Gunakan larutan CuSO4 1 m dan NaOH 2 m. masukan 40 ml NaOH kedalam gelas kimia dan catat temperaturnya.

Sementara aduk, tambahkan 10 ml CuSO4 yang diketahui temperature awal dan amati temperature dari campuran.

Ulangi percobaan, menggunakan 20 ml NaOH dan 30 ml CuSO4, sekali lagi menggunakan 10 ml Naoh dan 40 ml CuSO4, akhirnya
menggunakan 30 ml NaOH dan 20 ml CuSO4.

Kedua, stoikiometri asam-basa.

Kedalam 5 buah gelas piala masukkan berturut-turut 5,10, 15, 20 dan 25 ml larutan NaOH, dan kedalam 5 buah gelas piala berturut-
turut 5,10,15,20,25 Hcl.

Temperature dari tiap tiap larutan diukur, dicatat, kemudian dirata-ratakan.

Setelah itu kedua macam larutan asam-basa ini selalu tetep yaitu 30 ml.

Perubahan temperature yang terjadi selama pencampuran dicatat sebagai temperature akhir,

Selanjutnya, buat grafik antara (sumbu Y) dan volume asam-basa (sumbu X)

Lakukan percobaan yang sama terhadap campuran NaOH dan H2SO4. Perbedaan apakah yang mungkin terdapat jika dibandingkan
terhadap percobaan sebelumnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Pada kegiatan 1 reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida yaitu :Yang pertama tuangkan ke dalam masing masing labu yang
ditandai A, B, dan C 25 ml natrium tiosulfat 1 M.

Lalu ke dalam B, C tambahkan berturut turut 25 ml, 50 ml air dan guncangkan labu labu itu, agar terjadi pencampuran yang
sempurna.

Langkah yang ketiga yaitu bubuhkan 10 ml asam klorida 5 M pada labu A dan kocok labu itu jalankan stopwatch tepat pada saat larutan
asam klorida dituangkan dan hentiksn stopwatch itu tepat pada saat kekeruhan timbul.Lakukan hal yang sama pada labu B dan C.

Kemudian bandingkan kecepatan pembebasan belerang itu dan terangkan hasil hasil yang tercapai itu. Catat semua hasil
percobaan pada lembaran pengamatan.

Pada kegiatan 2 reaksi antara kalium iodida dan merkuri klorida yaitu :

Yang pertama taruh kira kira 2 gr masing masing dari kalium dan merkuri klorida dalam gelas kimia dan amati perubahan yang
terjadi.
Aduk campuran itu dengan batang gelas, mula mula secara perlahan- lahan, kemudian kuat sekali, dan akhirnya tambahkan air 1 ml.
Catat semua pengamatan pada lembara pengamatan.

Sekarang gerus dahulu kedua zat itu secara terpisah dan campurkan dalam gelas kimia. Aduk dengan batang gelas dan amati apa yang
terjadi. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan.

Pada kegiatan 3 reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat yaitu :

Yang pertama encerkan 50 tetes larutan asam oksalat dengan air hingga menjadi 25 ml ( Larutan A ). Lakukan hal yang sama dengan
larutan permanganate ( Larutan B ).

Kemudian dalam suatu tabung reaksi kecil bubuhkan kepada 2 tetes larutan A, 2 tetes larutan asam sulfat 0,5 M dan 1 tetes larutan B.
Jalankan stopwatch ketika tetes terakhir ini ditambahkan. Ukur waktu yang diperlukan agar warna larutan hilang.

Lalu panaskan tabung reaksi yang mengandung 2 tetes larutan A dan 2 tetes larutan asam sulfat 0,5 M dalam air mendidih selama 10
detik. Kemudian tambahakan 1 tetes larutan B, dan catat waktu yang diperlukan agar warna kalium permanganat itu hilang. Dan terangkan hasil
hasil yang didapat itu, dalam lembara pengamatan.

Titrasi okidasi dan reduksi

Pipet 15 ml larutan asam osalat standar kedalam labu titrasi, tambahkan 30 ml air dan tambahkan 6 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai
hampir mendidih, titrasi dengan larutan Kmno4 sehingga terjadi perubahan warna perhatikan pada awal titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemisahan dan Pemurnian

Hasil percobaan pertama sebelum dicampurkan pasir dan air berwarna bening. Setelah dicampur dan diaduk rata warna airnya
menjadi keruh dan pasirnya mengendap dibagian bawah. Ini memakai cara dekantasi terjadinya pemisaha yang jelas

Setelah bubuk kapur tulis dilarutkan dalam air, yang terjadi kapur tidak melarut, Setelah disaring dengan kertas penyaring, kapur
tulis berubah warna menjadi bening yang tadinya berwarna.

Setelah garam dapur dilarutkan kedalam air yang terjadi garam larut dalam air, dan warna air tersebut berubah menjadi bening
dan terjadi penguapan pada kaca erloji. Garam dapur atau natrium klorida atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan
menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi
larut dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal; suatu garam yang tak mengandung
hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat digusur. Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator semisal
lakmus. Garam rangkap; garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu. Misalnya:
FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika
dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001).

Setelah garam CuSO4 . 5H2O dilarutkan kemudian dipanaskan, setelah volumenya berkurang sebagian. Kemudian didinginkan, setelah
larutan itu dingin terlihat kristal2 disekeliling cawan yang halus dan bewarna putih. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh
zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi
ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009).

Setelah garam dapur dan pasir dicampurkan ,kemudian dipanaskan dan disaring, warna cairan tersebut berubah menjadi
kuning, dan setelah didinginkan cairan tersebut membentuk Kristal-kristal. Syarat utama tebentuknya Kristal daru suatu larutan adalah larutan
induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan
pelarut tersebut untuk melarutkan zat terlarut pad suhu tetap (Fessenden,2002).

Setelah yod dicampur dengan pasir dan dipanaskan serta ditutup dengan kaca erloji yang diberi sedikit air pada bagian atasnya.
Beberapa menit kemudian yod menguap pada kaca erloji dan memebentuk zat padat (Kristal-kristal)pada bagian kaca.

Kromatografi

Setelah dilakukan percobaan sesuai dengan tahap yang ada pada diktat, maka dapat diperoleh hasil dimana jarak antara batas air
sebesar 6 cm, noda biru sebesar 1,8 cm, jarak batas air sebesar 6 cm dan noda merah yaitu 1,4 cm, jarak batas air 6 cm dan noda hitam sebesar 1,6
cm.
(fransisco, 2004) berpendapat bahwaSemakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin
rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan. Semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar
pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak

Dari hasil yang diperoleh dari praktek dapat diketahui perhitungan sebagai berikut dik : jarak air biru 6 cm, jarak air merah 6cm, jarak
air hitam 6 cm, jarak noda biru 1,8, jarak noda merah 1,4 jarak noda hijau 1,6 cm.

Dit : Perbandingan kedua jarak

Penyelesaian : biru = 0,3 cm merah = 0,26 cm Hijau = 0,23 cm.

Jadi kesimpulannya, dari hasil percobaan bahwa jarak dari air pada tiap zat warna tidak sama dan juga jarak noda yang ikut merambat
naik juga tidak ada yang sama. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa warna dari tinta yang merambat lebih muda dari warna tinta yang pertama
kali diteteskan pada kertas

Stoikiometri

Pengamatan Stoikiometri CuSO4 NaOH

NaOH CuSO4
TM TA T
Ml Ml

8 5 27 + 28 = 55 : 2 = 27,5 30 2,5

7 6 27 + 27 = 54 : 2 = 27 31 4

6 7 27 + 26,5 = 53,5 : 2 = 26,75 30 3,25

5 8 27 + 26,5 = 53,5 : 2 = 26,75 31 4,25

Grafik pengamatan Stoikiometri

T y
5 4,25

4 4

3 3,25

2 2,5

5 6 7 8 CuSO4
8 7 6 5 NaOH

Stoikiometri Asam Basa

a. NaOH HCL

NaOH HCL
TM TA T
Ml Ml

8 5 29,5 48 18,5

7 6 29,75 48 18,25

6 7 29,5 36 6,5

5 8

Kesimpulan
Stoikiometri CuSO4
Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperatur yang dihasilkan dan semakin rendah volume larutan NaOH, maka
semakin tinggi temperatur yang dihasilkan.

Stoikiometri NaOH HCL


Semakin tinggi volume asam Maka suhu semakin rendah, semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi dan semakin tinggi
basa, maka suhu rendah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Percobaan pertama tuangkan kedalam 3 labu ukuran 25 ml natrium tiosulfat, lalu dicampur dengan HCL dan air, maka waktu yang
diperlukan untuk terjadinya reaksi atau perubahan warna akan berbeda-beda tergantung pada kosentrasi ke tiga campuran. Dan tidak terjadi
reaksi antara tidak ada kosentrasi. Seperti pada tabel berikut :

Labu Larutan Waktu (sekon)

A 10 ml HCL 23,00 sekon

B 25 ml Air + 10 ml HCL 25,51 sekon

C 50 ml Air + 10 ml HCL 59,80 sekon

Jadi kesimpulannya yaitu : semakin besar molar suatu zat, semakin cepat laju reaksi terjadi. Bird (2000) mengatakan, bahwa kecepatan
reaksi tergantung pada ion yang mengandung asam dan dengan adanya natrium tiosulfat maka akan membebaskan iodium telah diasamkan
dengan asam sulfat.

Pada percobaan kedua antara kalium iodida dengan merkuri klorida terjadi perubahan warna orange setelah dicampur dan diaduk
secara perlahan, kemudian diaduk dengan kuat sekali sehingga warna menjadi warna orange yang merata dan ditambah 1 ml air, maka partikel
mengecil sehingga warnanya menjadi orange pekat. Katalisator adalah zat yang ditambah ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar
kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuk
tahap-tahap reaksi baru.

Pada percobaan ketiga antara kalium permanganat dan asam oksalat

Tabung Temperatur Waktu (menit)

1 Dipanaskan 27,74 detik

2 Tidak dipanaskan 2 menit 15 detik

Jadi, kesimpulannya yaitu : semakin besar temperatur yang diberikan, maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Dan juga
semakin besar molaritas, maka semakin cepat konsentrasinya. Konnaso (2000) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
adalah pengaruh konsentrasi, pengaruh besar partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi pada temperatur atas laju reaksi reaksi
ini tergantung pada zat-zat pereaksi. Whiskia (2004) mengatakan bahwa salah satu metode penentuan orde reaksi menurut waktu dan reaksi awal
dari sederajat percobaan . metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang dipergunakan untuk
mendapatkan hasil yang tepat.

Titrasi Oksidasi dan Reduksi

Tabel pengamatan

Titrasi

Kedudukan Buret :
- Setelah titrasi 11
- Awal titrasi 15
Jumlah KMnO4 yang 4 ml
digunakan

15 ml larutan asam oksalat memerlukan 4 mL KmnO4. asam Oksalat yang telah panaskan sekitar suhu 80 derajat celcius akan
berunah warna dan terdapat endapan pada dasar labu setelah dicampurkan 4 ml KMnO4.
PENUTUP

Kesimpulan

Pemisahan dan pemurnian ada beberapa cara pemisahan campuran yaitu filtrasi, kristalisasi, destilasi. Jadi suatu larutan yang
dicampurkan dengan air dan kemudian disaring terdapat perbedaan dan hasil saringan tersebut dipanaskan akan terlihat beberapa kristal. Sebagai
contoh garam ini merupakan suatu komponen. Bila suatu campuran yod dengan natrium karbonat dapat menimbulkan kristal yang berwarna.
Begitupula dengan campuran garam dan pasir, air yang awalnya bening semakin disaring dan dicuci air saringan tersebut semakin pekat.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan perbedaan suatu kecepatan perambatan
komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi, komponen-komponenya akan dipisahakan antara dua buah fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Difase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen diam
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal dan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan dapat bergerak lebih cepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah semakin besar temperatur yang diberikan maka semakin cepat laju reaksi yang
berlangsung. Dan juga semakin besar molaritas maka semakin cepat konsentrasinya. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan laju raksi
dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.
Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan
dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4.

Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan
dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4.

Saran

Dalam praktikum kimia dasar masih sangat perlu bimbingan khusus, terutama pada penggunaan alat-alat laboratorium. Serta dalam
pembahasan materi juga diperlukan bimbingan yang baik. Sehingga permasalahan dan tujuan dalam praktikum dapat terselesaikan dan tercapai
dengan maksimal.
Sebelum melakukan praktikum alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu disiapkan, agar dalam melakukan kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan baik, sehingga waktu praktikum dapat dimanfaatkan dengan seeffisien mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa 2000 : 117 http://blogspot.com metode kromatografi , di postkan tanggal 11 januari 2002. Diakses tanggal 02 November 2011
pukul 17.00 WIB.
Aswad. Dkk., 2001. Kimia SMA 2. Erlangga. Jakarta.
Arsyad. M. Natsir.2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Bird. 2000. Kimia XI A. Jakarta. Erlangga.
B.J Stokes. 2004. Kimia Dasar 3. ITB Press. Bandung.
Fransisco, 2004 http://blogspot.com asam-basa , di postkan tanggal 11 januari 2005. Diakses tanggal 02 November 2011 pukul 17.00
WIB.
http://blogspot-news,pemisahandan pemurnaian _(Nisa halimah.2009). http://blogspot-news,pemisahandan
pemurnaian _(Fessenden,2002) ).
http://blogspot-news,pemisahandan pemurnaian (kotz,2006:435-436).
J.A. Hunt. Dkk. 2009. Kimia Universitas Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Keenan. Charles W. Dkk. 2000. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta
(Joko, 2008:157) http://blogspot.com kromatografi kertas, di postkan tanggal 11 januari 2009. Diakses tanggal 02 November 2011
pukul 17.00 WIB.
Krisbiyanto. Adi. 2008, Panduan Kimia Praktis SMA. Pustaka Widyautama; Jakarta
Konnaso. 2001. Katalis Pada Laju Reaksi. Erlangga. Jakarta.
Purba Michael. 2002. Pemisahan filtrasi destilasi dan kristalisasi. Erlangga. Jakarta.
Rassy,2004:367 http://blogspot.com stoikiometri, di postkan tanggal 11 januari 2004. Diakses tanggal 02 November 2011 pukul 17.00
WIB.
Riccard, 2006:980 http://blogspot.com teori asam-basa, di postkan tanggal 11 januari 2006. Diakses tanggal 02 November 2011 pukul
17.00 WIB.

Sahna. 2001. Buku Ajar Vogel : Analis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Sitorus. Ronald. 2002. Pemisahan dan Pemurnian. Erlangga. Jakarta.
Syukri.2000. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung.
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta
Wahyustatistik.blogspot.com/2010/05/laporan-kimia-laju-reaksi.
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT

I. TUJUAN
1. Lebih memahami cara-cara pemisahan dan pemurnian dari campuran
2. Dapat mempelajari cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya

II. DASAR TEORI


A. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair
Salah satu metode untuk memurnikan zat cair adalah distilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaan titik didih masing-masing
komponen. Penurunan tekanan luar menyebabkan larutan akan mendidih pada tempeeratur lebih rendah. Pemanasan zat cair menyebabkan
molekul memasuki fase uap. Destilasi ada dua macam, yaitu distilasi sederhana dan distilasi bertingkat.
a. Distilasi Sederhana
Merupakan proses penguapan yang diikuti pengembunan. Distilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya
apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komonen lain jauh lebih tinggi). Misalnya pengolahan air tawar dari aiir laut.
b. Distilasi Bertingkat
Merupakan proses distilasi berulang-ulang, yang terjadi pada kolom fraksionasi. Kolom fraksionasi terdiri atas beberapa plat yang lebih
tinggi lebih banyak mengandung cairan yang mudah menguap, sedangkan cairan yang tidak mudah menguap lebih banyak dalam kondensat.
Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran alkohol-air, pemurnian minyak bumi; yaitu memisahkan gas, bensin, minyak tanah dari
minyak mentah.
B. Pemisahan dan Pemurnian Zat Secara Fisik
Ada beberapa cara pemisahan dan pemurnian zat secara fisik antara lain dengan dekantasi, sublimassi, filtrasi, ekstraksi, koagulasi,
adsorpsi, dan destilasi.
a. Dekantasi
Merupakan proses pemisahan padatan dari cairan. Padatan dibiarkan turun dari dasar labu, kemudian cairannya dituangkandengan
hati-hati agar padatan tidak terganggu.
b. Filtrasi
Adalah proses pemisahan padatan dari cairan dngan menggunaka bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Penyaringan
biasanya menggunakan kertas saring yaitu keertas yang porinya relatif kecil sehingga dapat menahan partikel suspensi. Contohnya adalah
menyaring suspensi kapur dalam air. Kapur akan tertahan pada kertas saring sedangkan air dapat melewati kertas saring tersebut. Dalam hal ini
kapur disebut residu dan air disebut fitrat.
c. Sublimasi
Adalah proses pemrnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran, sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi pada tempat
tertentu yang terbentuk dari pemanasan zat yang dapat berubah langsung dari fasa padat kefasa gas dan kembali lagi kefasa padat. Contohnya
pemisahan iodin dari campurannya dengan pasir. Ketika campuran dipanaskan iodin ak menguap, sedangkan komponen yang lain tidak. Dengan
demikin dapat diperoleh iodin murni.
d. Ekstraksi
Adalah proses pengambilan salah satu komponen campuran dengan menggunakan pelarut. Pemisahan ini didasarkan karena salah satu
komponen cairan dari campuran tersebut dapat larut ke dalam pelarut tersebut. Proses ini sering dilakukan dalam laboratorium kimia.
e. Koagulasi
Adalah proses pengendapan koloid
f. Adsorpsi
Adalah kemampuan zat untuk menyeerap gas, cairan atau zat terlarut pada permukaanya.
g. Kristalisasi
Cara ini berdasarkan perbedaan larutan dari komponen campuran dalam pelarut tertentu. Kelarutan juga tergantung pada suhu, makin
tinggi suhu makin tinggi kelarutan.

Diantara metode di atas ada salah satu metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair yaitu dengan metode distilasi. Karena
pada metode ini memanfaatkan perbedaan titik didih masing-masing komponen. Distilasi sederhana kurang efektif untuk memisahkan komponen-
komponen dalan campuran yang perbedaan titik didihnya tidak terlalu besar, sedangkan distilasi bertingkat dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut. Karena pada proses ini terjadi pada kolom fraksionasi yang terdiri dari atas beberapa plat yang lebih tinggi lebih banyak
mengandung cairan yang mudah menguap.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat

No Nama Alat Ukuran Gambar Jumlah

1 Tabung Reaksi - 2

2 Gelas Ukur 5 ml 1

3 Erlenmeyer 250 ml 1

4 Pipet Tetes - 1

5 Corong - 1
6 Kertas Saring - 1

7 Stand Tabung Reaksi - 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang
bergantung pada jenis komponen yang tergantung didalamnya.
Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi
sembarangan. Zat murni yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair, atau padatan.
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam bentuk campuran. Contohnya, air laut terdiri dari iar dan
berbagai zat yang tercampur didalamnya, misalnya garam. Tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, atau gas.
Udara yang kita hirup setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa, seperti oksigen, nitrogen, uap air, karbon monoksida, dan
sebagainya.
Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari bahan-bahan pencemar atau pencampuran lainnya pada suatu campuran
dengan sistem pemisahan dan pemurnian.
Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran. Hal tersebut bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen
yang terkandung didalamnya, seperti pemisahan pemisahan zat padat dari suspensi, pemisahan zat padat dari larutan, pemisahan campuran zat
cair, pemisahan campuran dua jenis padatan.
Pada prinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.

1.2 Tujuan Percobaan


- Untuk mendapatkan zat murni dari zat yang telah tercemar atau tercampur.
- Mempelajari jenis-jenis pemisahan dan pemurnian.
- Mengetahui cara-cara pemurnian suatu campuran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari
suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah
senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan heterogen.
(Ralph H Ptrucci-Seminar, 1996, Kimia Dasar Jilid 1)
Campuran merupakan suatu materi yang dibuat dari penggabungan dua zat berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik. Tiap zat dalam
campuran ini tetap mempertahakan sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat asli campuran :
- Campuran terbentuk tanpa melalui reaksi kimia.
- mempunyai sifat zat asalnya
- Terdiri dari dua jenis zat tunggal atau lebih.
- Komposisinya tidak tetap.
Campuran terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen.
Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur-unsur dan atau senyawa yang mempunyai susunan seragam dalam contoh itu
tetapi berbeda susunan dari contoh lain, selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar
merata sehingga membentuk satu fase. Yang disebut satu fase adalah zat dan sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian lain
didekatnya dan juga campuran dapat dikatakan campuran homogen jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak
terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya
dan juga memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh cairan.

Campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya
dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnyatidak
sama diberbagai bejana. Dan juga campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika antara komponennya masihterdapat bidang batas dan
sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran memiliki dua fase, sehingga sifat-
sifatnya tidak seragam.
(Ralph H Petrucci-Seminar, 1987. kimia dasar 1)
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan,
sedangkan secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan.
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya. Jika
komponen berwujud padat dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari yang
porinya besar sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan
atau padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya.
(Syukuri S. 1999, Kimia Dasar 1)
Karena perbedaan keadaan agregasi (bentuk penampilan materi) sangat mempengaruhi metode pemisahan dan pemurnian yang
diperlukan, maka diadakan pembedaan :
a. Memisahkan zat padat dari suspensi
suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel sangat kecil (padat), setengah padat, atau cairan tersebutr secara
kurang lebih seragam dalam medium cair.
Suatu suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan (filtrasi) dan sentrifugasi.
- Penyaringan (filtrasi)
Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya, sasarannya adalah agar endapan dan medium penyaring secara
kuantitatif bebas dari larutan. Media yang digunakan untuk penyaring adalah:
- kertas saring
- penyaring asbes murni atau platinum
- lempeng berpori yang terbuat dari kaca bertahanan misalnya pyrex dari silika atau porselin.
- Sentrifugasi (pemusingan)
Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit. Sentrifugasi digunakan untuk memutar dengan
cepat hingga gaya sentrifugal beberapa kali lebih besar daripada gorsa berat, digunakan untuk mengendapkan partikel tersuspensi.
b. Memisahkan zat padat dari larutan
Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi). Zat padat terlarut dapat
dipisahkan melalui penguapan atau kristalisasi.
- Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai
titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya.
- Kristalisasi
Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika
suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan
pendinginan melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan yang lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut
mengkristal.
- Rekristalisasi
Teknik pemisahan dengan rekristalisasi (pengkristalan kembali) berdasarkan perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu harus
cukup besar, dan sebaiknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya garam dapat
dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air garam bila dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit demi
sedikit. Pemanasan dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal garam secara perlahan. Setelah pengkristalan
sempurna garam dapat dipisahkan dengan penyaring.
(Syukri S. 1991. Kimia Dasar 1)
c. Memisahkan campuran zat cair
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui distilasi. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan
dengan dekantasi dan coronh pisah.
- Distilasi
Dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika canpuran dipanaskan maka komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat kita dapat menguapkan dan kemudian
mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap. Pengmbunan terjadi dengan mengalirkan uap ketabung pendingin. Contohnya
memisahkan campuran air dan alkohol. Titik didih air dan alkohol masing-masing 100C dan 78C. Jika campuran dipanaskan (dalam labu destilasi)
dan suhu diatur sekitar 78C, maka alkohol akan menguap sedikit demi sedikit. Uap itu mengembun dalam pendingin dan akhirnya didapatkan
cairan alkohol murni.
(Syukri S. 1999. Kimia Dasar 1)
- Dekantasi (pengendapan)
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan
pada massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap, contohnya air dan pasir. selain itu zat terlarut (yang
akan dipisahkan) diproses diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan endapan:
- suhu
- ph
- efek garam
- kompleksasi
- derajat supersaturasi
- sifat pelarut
(Husein H. Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisaka)
- Corong Pisah
Untuk pelarut-pelarut yang lebih ringan dari air, dapat digunakan corong pemisah yang dimodifikasi, yang dirancang untuk
menyederhanakan penyingkiran fase yang lebih ringan. Setelah keadaan seimbang, lapisan yang lebih ringan (misalcter) dan lapisan air, didesak
keatas dengan memasukkan merkurium melalui kran pada dasar bulatan corong, dengan bantuan sebuah bola pembantu pengatur permulaan
merkurium.
- Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode
ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter kloroform,
karbon tetraklorida dan karbon disulfida.
Dalam industri, ekstraksi pelarut sering kali dilaksanakan, dimana tetesan pelarut yang lebih ringan bergerak ke atas melewati arus ke
bawah lambat-lambat dari pelarut yang lebih berat. Penerapan teknik ini di tunjukan untuk mengekstrak DDT dan airke minyak. Ekstraksi arus
lawan semacam itu sangat efisien karan pada ujung bawah tabung, pelarut yang telah kehilangan hamper semua zat terlarutnya di ekstrak oleh
pelarut lain yang masih bersih.
Diantar berbagai metode pemisahan ekstraksi merupakan metode yang paling baik dan paling popular, alas an utamanya karena
metode ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus atau canggih, melainkan hanya
memerlukan corong pisah. Pemisahan yang dilakukan sangat sederhana, bersi, cepat dan mudah.
Sublimasi adalah diman suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya,
langsung kembali dalam keadaan padat.
Syarat sublimasi :
- Padatan akan menyublin bila tekanan uapnya mencampai tekanan atmosfer di bawah titk lelehnya.
- Secara teoritis setiap zat yang dapat didestilasikan tanpa tanpa terurai, dapat di sublimasikan pada suhu dan tewkanan yang
cocok.
Penggunaan sublimasi :
- Terbatas pada pemisahan senyawa-senyawa Kristal mengaup dari senyawa-senyawa yang sukar menguap atau dari senyawa-
senyawa yang menguap tapi tdak mengembun pada kondisi yang di gunakan.
- Senayawa-senyawa prgani seperti :
Naftalena, asam benzoate, asam salisilat, fosfor, sakarin, kafein, kinin dan lain-lain.
- Senyawa-senyawa organic :
I2, S, AS, AS2O3 , klorida dari logam-logam Hg, Ag, Al dan sebagainya.
Sublimasi yang terjadi sebenarnya hanya dapat terjadi jika tekanan uap parsial dari senyawa itu lebih rendah dari pada tekanan titik
berkaki 3, misalnya pada naftalena yang mem[unyai titik berkaki 3 790 dan tenana keseimbangan 179 mm hg, jia di panaskan perlahan-lahandi
bawah 1790 naftalena akan menguap tanpa meleleh terlebih dahulu dengan demikian penguapan akan berjalan terus sehingga padatan hilang.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
- Sendok
- Gelas kimia 100 ml
- Corong gelas
- Tabung reaksi
- Corong pisah
- Cawan penguap
- Batang pengaduk
- Alat pemanas
- Neraca akalitik

3.1.2 Bahan-bahan
- Garam
- Norit
- Kapur tulis
- Sirup
- Naftalena
- Pasir
- Minyak goreng
- Aquades
- Kertas saring

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Dekantasi
- Dimasukkan satu sendok pasir kedalam gelas kimia yang telah diisi air, pasir dibiarkan mengendap dan cairan yang ada
dibagian atasnya dituang.

3.2.2 Filtrasi
- Dimasukkan kapur tulis kedalam gelas kimia yang telah diisi air, diaduk, disaring dengan menggunakan kertas saring.
3.2.3 Kristalisasi
- Dilarutkan 5 gram norit kedalam 10 ml aquades ditabung reaksi kemudian uapkan larutan hingga volumenya menjadi
setengahnya, lalu dinginkan.
3.2.4 Sublimasi
- Dimasukkan 2 gram naftalena yang tercemar dalam cawan penguap. Tutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah
dilubangi kecil-kecil dan tutup lagi dengan corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas.
3.2.5 Ekstraksi
- Dimasukkan air dan minyak goreng kedalam corong pisah, kocok dan biarkan hingga kedua cairan tersebut memisah.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No. Perlakuan Pengamatan
1. Dekantasi
- 1 sendok pasir dimasukkan kedalam baker gelas Mengendap, larutan keruh,
ditambah aquades 100 ml. campuran heterogen.
- Di aduk.
- Di tunggu sampai mengendap.

Kristalisasi
2. - 2 gram NaCl ditambah 10 ml H2O, lalu di aduk.
- Kemudian dipanaskan hingga terbentuk kristal- Terjadinya kristalisasi yang baru
kristal. pada NaCl.

Filtrasi
- Dimasukkan 1 sendok bubuk kapur tulis.
3. - Masukkan H2O sebanyak 25 ml, lalu di aduk
kemudian disaring. Adanya residu didalam kertas saring
- Amati hasilnya. dan filtrat pada hasil saringan (H2O).

Sublimasi
- Dimasukkan 25 gram naftalena ditambah NaCl
pada cawan penguap.
4. Dibalik kertas saring terdapat
- Letakkan kertas saring diatas corong kaca,
kristal-kristal
lalu dari naftalena karena titik uap
corong kaca dibalik untuk menutup cawan penguap. naftalena lebih rendah dari NaCl, sehingga
- Dipanaskan dan di amati hasilnya. naftalena lebih dulu menguap dibanding NaCl.

Absorpsi
- Dimasukkan sirup kedalam Baker gelas.
- Disaring dengan kertas saring yang telah diberi
norit di atas corong kaca. Sirup yang telah disaring
- Di amati hasilnya. menghasilkan warna yang lebih muda dari sirup
yang belum disaring, karena zat warna diserap
5. Ekstraksi oleh norit yang berperan sebagai absorben.
- Dimasukkan minyak kedalam corong pisah.
- Kemudian dokocok dan di amati hasilnya. Larutan keruh, terjadi dua fase pada
larutan, larutan bagian atas minyak dan bagian
bawah air. Karena massa jenis air lebih besar
daripada massa jenis minyak. Air bersifat polar
dan minyak bersifat non polar.

6.

4.2 Pembahasan
Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari
suatu zat yang telag tercemar atau tercampur.
Ternik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar atau mengalami percampuran dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya :
- Penyaringan adalah proses pemisahan yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel. Contohnya penyaringan suspensi kapur
dalam air
- Rekristalisasi adalah proses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalkannya kembali. Contohnya adalah pemurnian
garam dapur.
- Dekantasi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan mengendapkan zat lain, didasarkan pada massa jenis
yang lebih besar akan berada pada lapisan bagian bawah. Contohnya campuran pasir dan air.
- Absorpsi adalah proses pemisahan suatu zat dengan menggunakan teknik penyerapan. Contohnya sirup yang disaring dengan
menggunakan norit.
- Sublimasi adalah proses pemisahan dan pemurnian zat yang dapat menyublim dari suatu partikel atau zat yang bercampur.
Contohnya adalah pemisahan naftalena dari campurannya dengan garam.
- Ekstraksi adalah proses pemurnian zat bercampur dengan menggunakan sifat kepolaran suatu zat yang menggunakan corong
pisah. Contohnya adalah pemisahan minyak goreng dari campurannya.
Proses pemisahan campuran pasir dan air dilakukan dengan dekantasi. Pasir dilarutkan kedalam air kemudian dibiarkan hingga pasir
mengendap karena massa jenis pasir lebih besar daripada massa jenis air.
Proses filtrasi pemisahan suspensi kapur tulis dalam air dilakukan dengan filtrasi (penyaringan), kapur tulis yang dihaluskan dilarutkan
dalam air dan campuran tampak keruh. Kemudian campuran disaring dengan kertas saring, kapur tulis tertahan pada kertas saring karena kapur
memiliki ukuran partikel yang lebih besar daripada ukuran pori-pori kertas saring.
Proses pemurnian naftalena dilakukan dengan sublimasi. Naftalena yang tercemar oleh garam pada cawan penguap ditutup oleh oleh
kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil, kemudian ditutup lagi dengan corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat oleh tissue.
Kemudian diuapkan hingga naftalena berubah menjadi gas dan dari wujud gas langsung kepadat pada pendinginan tidak menjadi cairan dahulu.
Proses penyaringan sirup dengan kertas saring yang telah diberi norit diatasnya corong kaca dengan menggunakan teknik absorpsi
(penyerapan) menghasilkan warna yang lebih muda dari sirup sebelumnya, karena zat warna diserap oleh norit yang berperan sebagai absorben.
Proses pemurnian minyak goreng dilakukan dengan teknik ekstraksi, air dan minyak goreng dimasukkan kedalam corong pisah dan
terbentuk dua fase karena air dan minyak goreng merupakan larutan yang tidak saling melarutkan. Air bersifat polar, sedangkan minyak goreng
merupakan zat cair non polar. Setelah itu dikocok hingga minyak goreng larut dalam air dalam bentuk gelembung-gelembung kecil. Kemudian kran
corong pisah dibuka untuk mengeluarkan air yang mengandung zat pengotor air dan minyak goreng dapat tercampur dengan mencampurkan
sabuntertentu yang mengandung surfaktan.
Minyak dan air tidak bercampur karena massa jenisnya dan sifat kepolarannya berbeda. Air bersifat polar dan minyak bersifat non
polar, dan massa jenis air lrbih besar daripada massa jenis minyak. Massa jenis air adalah 1 gr/cm3 dan massa jenis minyak 0,8 gr/cm3. Sehingga
keduanya tidak bercampur.
Struktur Naftalena ( C10H8)

Referensai : Struktur Naftalena : Kimia SMA Jilid 3


Titik Uap Naftalena : Kimia Fisika, Ir Soekardjo

Minyak Nabati

Referensi : Struktur Minyak : Kimia Organik Jilid 2

Aplikasi proses pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari adalah :


- Pembuatan Garam ( kristalisasi)
- Proses terjadinya awan (sublimasi)
- Penjernihan air menggunakan tawas (dekantasi)
- Pembuatan gula (kristalisasi)
- Pembuatan minyak kayu putih (penyulingan)

Adapun fungsi dari pengadukan pada setiap percobaan ditujukan untuk mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar menjadi suatu
campuran. Dan fungsi pengocokan pada percobaan ekstraksi adalah untuk mencampurkan minyak dan air.
Mendiamkan campuran setalah diaduk pada percobaan dekantasi adalah untuk menunggu zat terlarut pada campuran tersebut
mengendap.
Pemanasan pada percobaan kristalisasi adalah untuk menguapkan zat terlarut pada camouran tersebut hingga meninggalkan zat
terlrutnya.
Penyaringan pada precibaan fitrasi afalah untuk menyaring padatan yang terdapat pada campuran.
Pemanasan yang dilakukan pada pencampuran naftalena dan garam pada e\percobaan sublimasi adalah untukmemisahkan kedua
campuran padatan tersebut dengan menguapkan dahulumzat yang mempunyai titik uap paling rendah.
Memberi norit pada kertas saring sebelum menyaring sirup pada percobaan adsopsi adalah untuk menyaring zat pewarna pada sirup
karena norit berperan sebagai adsorben, yaitu penyerap, yang menyerap zat pewarna pada sirup.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Zat-zat yang telah tercampur dan tercemar dapat dipisahkan dengan menggunakan metode pemisahan dan pemurnian.
Pemisahan dilakukan untuk memisahkan campuran, sedangkan pemurnian dilakukan untuk pemurnian suatu campuran.
- Ada bermacam-macam jenis pemisahan dan pemurnian. Misalkan dekantasi, kristalisasi, filtrasi, sublimasi, ekstraksi dan
absorpsi.
- Pemisahan dan pemurnian campuran dilakukan berdasarkan pada zat-zat yang tercampur tersebut. Misalnya campuran air dan
pasir dipisahkan dengan menggunakan pengendapan atau dekantasi. Campuran air dan garam dipisahkan dengan menggunakan metode
kristalisasi. Campuran air dan kapur dipisahkan dengan menggunakan metode penyaringan atau filtrasi, dan sebagainya.
5.2 Saran
Agar pada saat praktikum menggunakan teknik yang lain selain yang dipercobakan, seperti teknik pemusingan (sentrifugal) dan
distilasi.
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan Praktikum : Untuk mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya.
Waktu Praktikum : Sabtu, 15 oktober 2011
Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar I, lantai III, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mtaram.

B. LANDASAN TEORI
Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode-metode tersebut, yaitu pengayakkan,
penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi.
Metode dekntir digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup
besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan
terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan
tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara
sempurna. Hal ini disebabkan kadang-kadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut masuk
ke dalam wadah baru (Mikarjudin, 2007: 195).
Seperti halnya dekantir, proses penyaringan juga digunakan untuk memisahkan campuran yang zat penyusunnya cairan dan
padatan. Bedanya, ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap di dasar cairan, tetapi tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini
dipisahkan dengan dekantir, maka padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan
menuang campuran ke atas kertas saring dari sebuah corong gelas. Kertas saring akan menahan padatan yang lebih besar dari pada ukuran lubang
saring. Padatan yang tertinggal pada kertas saring ini disebut residu. Sementara zat dengan ukuran partikel lebih kecil dari ukuran lubang saring
akan lolos melalui kertas saring. Zat yang dapat melewati kertas saring ini disebut filtrate (Lutfi, 2007: 51).
Pengupan dan kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu
dengan yang lain. Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan, maksudnya
dua zat berbeda titik didihnya dapat dispisahkan dengan cara penguapan (Partana, 2008: 64).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dispisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-
senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Pemisahan senyawa dengan destilasi
bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran (Rahayu, 2011: 168-169).
Rekristalisasi adalah proses pertumbuhan kristal-kristal baru dari kristal-kristal sebelumnya yang telah mengalami deformasi. Proses
rekristalisasi membutuhkan pergerakkan dan penyusunan kembali atom-atom. Penyusunan kembali untuk rekristalisasi ini lebih mudah terjadi
pada suhu tinggi (Vlack, 2004: 298-299).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-Alat Praktikum
Gelas arloji
Gelas kimia 50 ml
Gelas kimia 250 ml
Labu erlenmeyer 100 ml
Labu erlenmeyer 250 ml
Pemanas
Pengaduk
Pipet tetes
Satu set alat destilasi
Sentrifuge
Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
Termometer
Timbangan digital
2. Bahan-Bahan Praktikum
Aquades
Batu didih
Bubuk kapur (CaCl3)

Etanol 96%

Iodium

Kloroform (CHCl3)

Kertas saring

Natrium klorida (NaCl)

Tembaga (II) sulfat (CuSO4)


D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Tiga sendok bubuk kapur dimasukkan ke dalam gelas kimia yang sebelumnya telah diisi dengan 25 ml aquades. 5 ml larutan ini
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, larutan ini kemudian disentrifuge dan dipisahkan larutan dari endapannya dengan cara dekantasi.
Selanjutnya 20 ml larutan sisa dimasukkan ke dalam gelas kimia dan difiltrasi dengan menggunakan kertas saring sehingga terbentuk filtrat. Warna
sentrat dan filtrat kemudian dibandingkan.

2. Garam dapur (NaCl) yang kotor dilarutkan dengan aquades secukupnya hingga larut. Kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring sehingga didapat filtratnya. Filtrat itu kemudian diuapkan sampai kering. Setelah dirasakan cukup, pemanasan dihentikan dan
dibiarkan semua larutan menguap. Garam dapur (NaCl) sebelum dan sesudah proses dibandingkan.

3. Satu gram tembaga (II) sulfat dilarutkan ke dalam 20 ml aquades. Kemudian ditambahkan batu didih yang berfungsi untuk
mengurangi letupan saat pemanasan dan mempercepat penyebaran panas. Kemudian larutan ini dipanaskan agar menguap kemudian didiamkan
hingga dingin. Perubahan-perubahan yang terjadi kemudian dicatat.

4. Kurang lebih tiga butir iodium (I) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml aquades kemudian dikocok dan diperhatikan
warna larutan. Kemudian ke dalam larutan ini ditambahkan tiga tetes kloroform (CHCl3) dan diperhatikan perubahan warna dan apa saja yang
terjadi pada larutan tersebut.

5. Lima ml aquades dicampurkan denga 15 ml etanol 96%. Sebelumnya, satu set alat destilasi telah dirangkai terlebih dahulu.
Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu alas bundar dan dimulailah proses destilasi hingga diperoleh lagi destilatnya.

E. HASIL PENGAMATAN

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan

1. Kedalam gelas kimia yang telah diisi 25 mL Warna awal bubuk kapur putih keruh.
aquades, dimasukkan 2 atau 3 sendok bubuk kapur lalu 5mL larutan setelah disentrifuga warnanya
diaduk. Sebagaian isi (5 mL) dituangkan kedalammenjadi tabungbening tetapi masih keruh.
sentrifuga atau tabung reaksi. Sentrat dipisahkan dari Larutan sisa difiltrasi, warnanya menjadi bening.
endapan dengan cara dekantasi. Bagian isi lainnya dalam Perbandingan : warna sentarat lebih keruh
gelas kimia disaring, filtratnya ditampung. Filtrat dandaripada
sentrat warna filtrat.
dibandingkan.
2. Garam dapur yang kotor dilarutkan dengan Warna garam dapur sebelum proses : putih
aquades sedikit mungkin. Kamudian disaring dan filtratnya
kotor.
diuapkan (dalam cawan penguap) sampai kering. Singkirkan Warna garam dapur sesudah proses : putih
pembakar dan biarkan semua air menguap. Garam bersih. sebelum
dan sesudah proses dibandingkan.
3. Proses rekristalisasi : 1 gram tembaga (II) sulfat Warna awal bubuk CuSO4: biru muda.
dilarutkan dengan aquades hingga larut. Saring bila Aquades + bubuk CuSO4: CuSO4 larut dalam
diperlukan. Kedalam larutan ditambahkan batu didih aquades.
dan
diuapkan hingga kering. Singkirkan api dan biarkan dingin Aquades + bubuk CuSO4 diuapkan + batu didih:
tanpa digoyang. letupannya rata tidak begitu besar. Batu didih tidak mengalami
perubahan.
Setelah diuapkan hingga kering warnanya
menjadi putih dan berwujud bubuk.
4. Sebutir kecil iodium dimasukkan kedalam tabung Warna butiran iodium : hitam.
reaksi yang diisi aquades sabnyak 5 mL, dikocok dan warna Aquades + iodium : iodium tidak larut.
larutan diamati. Beberapa tetes kloroform diambil, diamati Aquades + iodium + CHCl3: larutan berwarna
warnanya, lalu dimasukkan kedalam larutan iodium. bening
Diamati,kekuningan dan ioduim melebur, terjadi gumpalan
kemudian dikocok dengan membenturkan dasar gel/gumpalan tabung raksa, masih ada serpihan iodium.
dengan telapak tangan, diamati.
5. Alat destilasi biasa dipasang. Kemudian 15 mL Terdapat gelembung.
etanol 96% dicampur dengan 5mL aquades kemudian Setelah suhunya cukup tinggi terdapat uap
dimasukkan kedalam labu destilasi. Labu dipanaskandiujung hinggaatas labu destilasi.
suhu 80 - 95 C. Uap masuk kedalam kondensor. Dan
mengembun, lalu mengalir keujung kondensor. Diperoleh destilat
dengan volume 7,5 mL.
Pemanasan dilakukan hingga suhu 87,5C.

F. ANALISIS DATA

1. Gambar alat destilasi


Fungsi masing-masing komponen:

Labu alas bundar berfungsi sebagai tempat larutan yang akan didestilat.

Kondensor digunakan sebagai pendingin uap yang dihasilkan dari hasil pemanasan sehingga terjadi pengembunan.

Labu erlenmeyer berfungsi sebagai wadah penampung hasil destilasi.

Selang masuk sebagai tempat aliran air yang masuk pada permukaan kondensor.

Selang keluar berfungsi sebagai tempat aliran air yang keluar.

Pipa konektor berfungsi sebagai penghubung antara kondensor dengan wadah penampung (labu erlenmeyer).

Termometer untuk mengukur suhu.

Pemanas berfungsi untuk memanaskan larutan.

2. Perhitungan
Diketahui: Volume etanol awal = 15 ml
Volume aquades = 5 ml
% etanol = 96%
Volume destilat = 7,5 ml
Volume etanol murni = Volume etanol awal x % etanol
= 15 ml x 96%
= 14,4 ml
Volume campuran = Volume etanol + Volume aquades
= 15 ml + 5 ml
= 20 ml

% etanol dalam campuran =

=
= 72 %

% etanol setelah destilasi =

=
= 52%

G. PEMBAHASAN
Proses pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara ini dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi,
filtrasi, ekstraksi, kristalisasi, destilasi, dan lain-lain.
Pada percobaan pertama, bubuk kapur (CaCO3) dicampurkan ke dalam aquades sehingga menghasilkan larutan yang berwarna
putih keruh. Hal ini disebabkan karena bubuk kapur (CaCO3) berdifusi (tersebar merata) ke semua molekul aquades. Kemudian 5 ml larutan

CaCO3 ini disentrifugasi selama 5 menit sehingga terlihat jelas perbedaan antara larutan dan endapannya. Kemudian hasil sentrifugasi ini
didekantasi sehingga kita peroleh sentratnya. Sisa dari larutan sebelumnya difiltrasi untuk mengambil filtratnya. Ketika sentrat dan filtrat
dibandingkan, terlihat bahwa sentrat terlihat lebih keruh dari pada filtrat. Hal ini disebabkan karena proses dekantasi tidak dapat memisahkan
cairan dan padatan secara sempurna sehingga terkadang padatan ikut masuk ke dalam wadah baru. Sedangkan pada proses filtrasi dengan
menggunakan kertas saring, kertas saring akan menahan padtan yang lebih besar dari pada ukuran lubang saring. Sehingga ketika dibandingkan
sentrat lebih keruh dari pada filtrat karena mungkin sebagian padatan pada proses dekantasi ikut tertung pada wadah yang baru.
Pada percobaan kedua, garam dapur (NaCl) yang kotor yang telah dilarutkan dan difiltrasi diuapkan dengan cara pemanasan
sehingga terbentuk garam dapur yang lebih bersih dari pada sebelum diproses. Hal ini diakibatkan karena larutan garam dapur telah mengalami
proses filtrasi dan garam dapur yang sudah dilarutkan dapat terbentuk garam dapur padatan kembali karena terjadi penguapan. Sehingga hal
inilah yang menyebabkan larutan NaCl mengkristal dan terbentuk NaCl padatan yang lebih bersih dari sebelumnya.
Pada percobaan ketiga, CuSO4 yang dilarutkan dengan aquades memiliki warna biru. Kemudian larutan tersebut dipanaskan yang
sebelumnya telah ditambahkan batu didih. Batu didih ini berfungsi untuk mengurangi terjadinya letupan dan menyebarkan panas. Penguapan
dengan cara pemanasan ini akan menghasilkan padatan kembali. Warna larutan setelah proses menjadi sedikit pudar karena konsentrasinya sudah
berkurang.
Pada percobaan keempat, butiran iodium yang dicampurkan dengan 5 ml aquades mula-mula berwarna kuning bening disebabkan
karena iodium berdifusi pada aquades. Akan tetapi butiran iodium ini tidak larut dalam aquades karena aquades bersifat polar sedangkan iodium
bersifat nonpolar. Sehingga kedua zat tidak dapat larut. Setelah ditambahkan tiga tetes kloroform (CHCl3) warna yang dihasilkan tetap dan larutan
kloroform larut bersama butiran iodium dan mengendap dibagian bawah dengan warna ungu pekat. Hal ini karena adanya perbedaan massa jenis
CHCl3 lebih besar sehingga CHCl3 mengendap dibagian bawah.
Pada percobaan terakhir, campuran antara 15 ml etanol 96% dan 5 ml aquades didestilasi. Proses pemanasan ini menghasilkan uap
dan uap tersebut dialirkan ke wadah untuk mengambil hasil dari destilasi. Uap yang dihasilkan pada pemanasan tersebut dialirkan menuju pipa
konektor yang telah dikombinasikan dengan kondensor. Kondensor ini berfugsi untuk mengubah fase gas menjadi fase cair (pengembunan)
sehingga diperoleh kembali etanol dari proses destilasi. Hal ini dikarenakan perbedaan titik didih antara etanol dan aquades.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, dekantasi,
filtrasi, kristalisasi, destilasi dan lain-lain.
Proses dekantasi dan filtrasi mempunyai warna yang sedikit berbeda kekeruhannya. Karena pada proses dekantasi bisa saja endapan
ikut masuk ke wadah baru.
Didapatkan etanol murni denga volume 7,5 ml karena perbedaan titik didih aquades dan etanol.
2. Saran
Hasil pengamatan harus diketahui oleh setiap praktikan dan harus terjalin kerjasama yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta: erlangga.
Mikarjudin. 2007. IPA TERPADU. Jakrta: ESIS.
Partana, Crys Fajar. 2008. KIMIA I. Bogor: Quadra.
Rahayu, Nurhayati. 2011. KIMIA. Jakarta: Gagas Media.
Vlack, Lawrence H. Van. 2004. Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Edisi ke-6. Jakrta: Erlang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar ilmu pengetahuan kimia merupakan ilmu percobaan, dan sebagian besar pengetahuannya diperoleh dari penelitian di
laboratorium. Pada kesempatan ini saya akan memaparkan suatu bagian dari ilmu kimia yaitu mengenai pemisahan dan pemurnian. Pemisahan
dan pemurnian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.
Campuran dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing dan tidak
memiliki susunan yang tetap. Campuran dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran juga
dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat-sifat fisiknya.
Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari campurannya unyuk mendapatkan zat murni, dilakukan suatu system
yang dapat memisahkan antara zat murni dengan bahan-bahan pencemar atau pencemar lainnya pada suatu campuran yakni pemisahan dan
pemurnian.
Pemisahan dan pemurnian zat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, penyaringn (filtrasi), dekantasi, sublimasi, kristalisasi,
destilasi, adsorbsi dan ekstraksi.
Melalui percobaan pemisahan dan pemurnian kita dapat memahamisecara tepat cara untuk memperoleh produk yang lebih murni dari
campuran zat yang masih tercemar oleh zat lain.
1.2 Tujuan
Mengetahui berbagai jenis pemisahan dan pemurnian
Memahami prinsip pemurnian zat dari campurannya
Mengetahui perbedaan campuran homogen dengan campuran heterogen
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya
masing-masing. Beberapa contoh diantaranya adalah udara, minuman ringan, susu dan semen. Campuran tidak memiliki susunan yang tetap atau
sifat dan komposisi yang tetap. Berdasarkan sifatnya, campuran dikelompokka menjadi 2 macam yaitu :
1. Campuran Homogen
Merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam campuran
homogen mempunyai sifat yang sama
Contoh :
a. Teh, merupakan pencampuran antara gula, air dan teh yang diaduk secara merata dan tidak bisa dibedakan antara gula dan airnya.
b. Udara, merupakan campuran bermacam-macam gas seperti nitrogen, oksigen dan lain-lain yang masing-masing gas tidak
bisa dibedakan.
2. Campuran Heterogen
Merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat bercmapur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat
dikenali/diketahui perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur tersebut, seperti bentuk dan warna,
Contoh :
a. Tepung yang dicampur dengan air
b. Air dengan pasir
c. Beras dicampur dengan pasir
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan,
sedangkan pemisahan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara atau tahnik pemisahan
campuran bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya, jika komponen berwujud padat dan cair misalnya pasir
dan air dapat dipisahkan dengan dekantasi.
Berdasarkan sifatnya maka pemisahan dan pemurnian campuran menjadi unsure-unsur penyusunnya dapat dibedakan menjadi enam
bagian yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan), adalah pemisahan zat padat dari suatu larutan berdasarkan ukuran partikelnya yagnberbeda menggunakan
kertas saring. Contohnya bubuk kapur tulis ditambhakan air diaduk lalu disaring menggunakan kertas saring yang sangat kecil. Kapur tulis akan
tersaring diatas kertas saring dikarenakan partikel kapur tulis tidak dapat menembus pori-pori kertas saring sedangkan air dapat melewati kertas
saring, karena partikel air lebih kecil daripada pori-pori kertas saring tersebut.
2. Dekantasi (pengendapan), salah satu jenis reaksi umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan yang
cirinya adalah terbentuknya produk yang tidak larut, atau endapan. Endapan adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Rekasi
pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
3. Ekstraksi, adalah pemisahan zat dengan larutannya berdasarkan kepolarannya dan massa jenisnya.Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berada dari komponen-komponen dalam campuran. Pemisahan ini berdasarkan jenis larutannya atau kepolarannya, dan
massa jenisnya. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah.
4. Sublimasi (Penyubliman), Peralihan secara langsung suatu zat, dari padat ke gas/uap (dapat juga kembali ke wujud padat lagi),
atau dari gas/uap kepadat, tanpa melalui fase cair. Merupakan salah satu metode pemurnian untuk senyawa-senyawa yang dapat menyublim
(misalnya yodium, ammonium klorida, arsenitrioksida, dan lain sebaginya). Dan jika padatan yang tersublimasi tersebut bisa diembunkan lagi
(rekondensasi) kalau sublimasi digunakan maksud-maksud preparative, maka tekanan atmosfir diatas senyawa tersebut baru dikecilkan dengan
sebuah aspirator vakum. Ini mengakibatkan tekanan zat padat itu menyapai tekanan atm pada suhu yang lebih rendah. Pada kondisi ini kecil
kemungkinan terjadi dekomposisi jumlah senyawa yang dapat dimurnikan pada tekanan normal termasuk sedikit.
5. Kristalisasi, merupkan proses pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari sutu larutan dengan cara menguapkan pelarutny.
Pada kristlisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi Karen kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan.
Apabila larutan tidak cukup pekat maka dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan cara penguapn. Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan.
Melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
6. Destilasi, merupakan cara pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponen penyusunnya.
Prinsip kerja cara penyulingan ini didasarkan pada perbedaan titik didih dari dua zat yang bercampur atau pertikelnya yang satu mendidih atau
menguap sedangkan yang lain tidak.
Larutan, adalah campuran homogen, suatu campuran dikatakan homogen jika antar komponennya tidak terdapat bidang batas hingga
tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Komponen larutan tidak dapat dipisahkan melali penyaringan. Komponen larutan
dibedakan atas pelarut dan zat terlarut. Proses pelarutan dipengaruhi oleh suhu, pengadukan / jika zat terlarut lebih halus.
Zat adalah materi yang susunan dan komponen penyusunannya sama, zat murni memiliki komposisi konstan. Salah satu cara untuk
membedakan antara zat murni dan campuran adalah dengan mengukur titik leleh atau titik didih.Suhu zat murni akan tetap konstan ketika
meleleh, misalnya es. Es akan meleleh pada suhu 0 C dan suhu ini tetap sama sampai semua es tetap meleleh. Tetapi jika campran dilelehkan
biasanya suhu akan berubah secara bertahap ketika zat padat tersebut diubah seluruhnya menjadi cairan.
Kinetika adsorbsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh absorben dalam fungsi waktu. Adsorbsi terjadi pada
permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau
zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat
dan zat cair, mempunyai gaya adsorbsi. Peristiwa adsorbsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Dimana adsorben
yang biasa digunakan dalam percobaan adalah karbon aktif.
Perbedaan sifat ini sering kali digunakan sebagai pengujian untuk perbedaan bahan itu murni ata utidak. Jika suhu tetap, sementara
bahan itu melelh, maka bahan itu termasuk murni. Tetapi jika suhu berubah sementara zat tersebut tidak melelh, maka zat tersebut tidak
termasuk zat murni, melainkan campuran.
Materi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Setiap materi mempunyai sifat yang
khas yang membedakan dari materi lainnya. Namun demikian antara berbagai materi juga terdapat berbagai persamaan sehingga kita dapat
mengelompokkan materi itu yang juga terdapat berbagai persamaan sehingga kita dapat mengelompokkan materi berdasarkan wujud dan
komposisinya.
Materi dapat berbentuk padat, cair atau gas. Perbedaan dari ketigaga jenis wujudnya itu terletak pada struktur dan susunan
partikelnya. Dalam padatan partikelnya tersusun rapat dan diam di tempat, oleh karena itu mempunyai banyak bentuk dan volum yang tetap.
Dalam cairan partikelnya tersusun rapat tetapi dapat bergerak sehingga cairan mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya berubah sesuai dengan
wadah cairan tersebut. Dalam gas partikelnya relatif sangat renggang dan bergerak bebas, di mana bentuk dan volumnya mengikuti keadaan.
Adapun zat-zat murni dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Unsur
Usnsur adalah materi yang paling sederhana dan tidak dapat diuraikan menjadi zat-zat lain secara kimia. Misalnya air, air dapat
diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis gas, yaitu hidrogen dan oksigen, sedangkan hidrogen dan oksigen tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat
yang lebih sederhana. Zat seperti hidrogen dan oksigen , yaitu zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih
sederhana, disebut unsur. Sedangkan zat-zat sperti air, yaitu zat tunggal yang dapat diurai menjadi zat lain yang lebih sederhana, disebut senyawa.
Beberapa contoh unsur dalam kehidupan sehari-hari adalah besi, alumunium, emas, timah, tembaga, karbon, oksigen, hidrogen, dan belerang
serta perak.
Senyawa
Senyawa adlah zat tunggal yang dapat diuriaikan menjadi zat yang lebih sederhana. Jumlah senyawa jauh lebih banyak dari jumlah
unsure. Pada tahun 1799, seorang ilmuwan Prancis bernama Josep Louis Proust (1754 1826) menemukan satu sifat yang terpenting dalam
senyawa yaitu yang disebut hokum perbandingan tetap. Proust menyimpulan bahwa perbandingan massa unsur dalam suatu senyawa adalah
tertentu dan tetap. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sifat senyawa sebagaiberikut :
a) Tergolong zat tunggal
b) Dapat diuraikan menjasi zat yang lebih sederhana.
c) Terbentuk dari dua jenis unsure atau lebih dengan perbandingan tertentu.
d) Mempunyai sifat tetrtentu yang berbeda dar sifat unsure penyusunan.
Pada prinsipnya pemisahan dan pemurnian dilakukan untuk memisahkan antara dua zat atau lebih yang saling bercampur dan
pemurnian dilakukan untuk mendapatkan suatu zat murni dari suatu zat yang tidak tercemar oleh zat lain.
Banyaknya campuran dapat dinyatakan dalam persen (per satu bagian) atau BPJ (bagian per juta). Persen sering digunakan dalam
perdagangan sedangkan BPJ untuk kadar yang sangat kecil misalnya zat-zat pencemar dalam limbah. Satuan persen dengan % dalam satuan
perjuta dengan BPJ.
Sehingga dipeoleh rumus
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Keadaan zat yang
diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan
kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Sifat-sifat khusus dari zat yang diinginkan dari campurannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan
terhadap pelarut tertentu, titik didih dan sebagainya.
2. Standar kemurnian yang diinginkan.
3. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.
4. Nilai guna yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan.
5. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Batang pengaduk
Cawan penguap
Corong pisah
Corong kaca
Gelas kimia 100 mL
Gelas beker
Hot plate
Pipet tetes
3.1.2 Bahan
Garam dapur
Kapur tulis
Pasir
Naftalena
Minyak goreng
Sirup mangga
Norit
Aquades
Kertas saring
Tissu
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1. Dekantasi
- Dimasukkan 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang diisi air.
- Diaduk larutan tersebut hingga larut.
- Dibiarkan sampai air mengendap, kemudian diamati.
3.2.2 Filtrasi
- Diambil satu sendok bubuk kapur tulis lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.
- Ditambahkan 50 mL aquades.
- Diaduk larutan tersebut, hingga larut.
- Disiapkan kertas saring dan corong kaca.
- Disaring menggunakan corong kaca dan kertas saring, kemudian diamati.
3.2.3 Adsorbsi
- Diambil satu sendok norit yang telah dihaluskan dalam kertas saring.
- Dialirkan sedikit demi sedikit sirup
- Diamati filtrat dari penyaringan tersebut
3.2.4 Kristalisasi
- Diambil satu sendok garan dapur kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan aquades, kemudian aduk hingga larut.
- panaskan larutan tersebut hingga mendidih dan aquades menjadi berkurang sampai habis.
- Didinginkan larutan tersebut, kemudian diamati.
3.2.5. Sublimasi
- Dimasukkan 2gr Naftalena dan garam dicawan penguap.
- Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang dilubangi kecil-kecil.
- Ditutup lagi dengan corong kaca diatas kertas saring dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas.
- Dipanaskan dan dibiarkan sampai menguap.
3.2.6 Ekstraksi
- Diambil 50 mL minyak dimasukkan kedalam corong pisah
- Ditambahkan 50 mL aquades.
- Dikocok larutan tersebut hingga tercampur dan dibalik corong pisah tersebut dan dibiarkan terpisah
- Diamkan dan amati perubahannya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembahasan

No. PERLAKUAN PENGAMATAN


Dekantasi
Dimasukkan 1 sendok pasir
Tambahkan aquades 50 mL
Di aduk
Diamkan dan amati
- Pasir tidak larut dalam aquades
Filtrasi
- Setelah didiamkan, terbentuk dua fase,
Di masukkan 1 sendok bubuk kapur
dimana pasir mengendap pada dasar beker gelas, hal
tulis
tersebut dapat terjadi karena massa jenis pasir lebih
Di masukkan H2O sebanyak 25 ml,
besar disbanding massa jenis aquades
diaduk
- Kapur bercampur dengan air sehingga
Di saring
air berubah menjadi keruh.
Adsorbsi
- Ketika disaring, kapur tulis tersaring di
Di masukkan sirup ke dalam beker
kertas saring karena partikel kapur tulis labih besar
gelas 250 ml
1. daripada air. Sehingga airnya tidak ikut tersaring.
Di saring dengan kertas saring yang
2. - Sebelum dicampur srup warna orange
telah diberi norit diatas corong kaca.
3. - Setelah dicampur norit sirup berubah
Kristalisasi
4. menjadi warna kuning
Dimasukkan 2 gram NaCl + 10 ml
5. - Garam Melarut
H2O, lalu diaduk.
6. - Setelah Dipanaskan, Air Akan Menguap
Kemudian dipanaskan hingga
Karena Terjadi Perbedaan Titik Didih. Sementara Nacl
terbentuk kristal-kristal
Terbentuk Menjadi Kristal Yang Berwarna Putih
Di amati hasilnya.
Kapur barus menyublim dari kertas
Sublimasi
saring dan tertahan pada corong kaca berbentuk kristal
Kapur barus yang telah di gerus I
sedangkan garam yang dicampur dengan kapur barus
campur dengan NaCl
tadi, bertahan dibawah
Di tutup dengan kertas saring
Karena berat jenis minyak lebih besr
Di panaskan
daripada air, maka air berada dibawah minyak, sehingga
Ekstraksi
air dapat dikeluarkan dar corong pisah.
Diambil 50 mL minyak dimasukkan
kedalam corong pisah
Ditambahkan 50 mL aquades
Di bolak balik
Diamkan dan amati perubahannya
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaanyang telah dilakukan pada berbagai jenis campuran. Campuran antara air dan pasir dapat dipisahkan dengan
cara diendapkan. Proses pemisahan ini dinamakan dekantasi, Prinsip kerja dekantasi yaitu dilakukan karena perbedaan partikel, massa dan
wujudnya yang cukup besar. Dengan dekantasi kita dapat dengan cepat melihat pemisahannya campuran antara air dan pasir sebenarnya dapat
dilakukan dengan cara filtrasi tetapi kurang efektif karena memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan banyak kertas saring Terlihat pada
endapan pasir yang berada pada dasar beker gelas, hal ini terjadi karena massa jenis pasir lebih berat dari massa jenis air.
Berbeda dengan pemisahan antara pasir dan air, pemisahan campuran air dengan kapur tulis, dipishakan dengan cara filtrasi, prinsip
kerjanya yaitu, pemisahan zat dari campurannya melalui penyaringan yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel zat-zat yang bercampur
dimana ukuran pertikel lebih kecil dari lubang penyaring akan melewati proses penyaringan sedangkan ukuran pertikel yang lebih besar akan
tertahan. Hali ini yang terjadi pada percobaan antara air dengan bubuk kapur tulis, ketika dilakukan penyaringan, bubuk kapur tulis tertahan di
kertas saring sedangkan air melewati kertas saring.
Untuk percobaan norit dengan sirup menggunakan proses adsorpsi, proses ini membuat warna sirup menjadi lebih kuning muda dari
warna asal yaitu kuning pekat, hal ini dikarenakan prinsip kerja adsorpsi adalah menyerap zat warna yang terdapat dalam campuran suatu larutan,
karena dalam norit terdapat arbon aktif yang berfungsi untuk penghilang warna larutan. Maka dari itu warna sirup mengalami perubahan.
Pemisahan zat dari campurannya dengan cara menguapkan perlarutnya sehingga campurannya menjadi jenuh dan membentuk kristal
merupakan proses kristalisasi, proses ini dilakukan pada air dan garam yang dipanaskan hingga pelarut airnya habis kemudian saat didinginkan
terbentuk kristal-kristal kecil yang bening. Prinip kerjanya didasarkan pada salah satu zat yang bercampur pada keadaan lewa jenuh, serta
perbedaan titik beku zat tersebut.
Suatu campuran zat dimana salah satu zat dapat menyublin sedangkan yang lainnya tidak ikut menyblin karena mimiliki perbadaan titik
leleh merupakan prinsip kerja sublimasi, hal inilah yang terjadi pada campuran naftalena dengan garam yang dipanaskan, dimana naftalena lebih
cepat menguap dibandingkan garam karena titik leleh naftalena lebih rendah dari garam.
Proses pemisahan antara air dengan minyak digunakan metode ekstraksi pelarut, dimana campuran minyak goreng dengan air yang
dimasukkan kedalam corong pisah kemudian dibolak-balik, dan hasilnya adalah air berada pada lapisan bawah sedangkan air berada di atas. Prisip
kerjanya yaitu didasarkan perbedaan massa jenis dan kepolaran zat. Sehingga air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang
bersifat non-polar.
Ditinjau dari jenis ikatan antara bahan yang dipisahkan dan bahan sorpsi dapat dibedakan menjadi tiga proses, yaitu:
1. Adsorpsi
Adsorpsi yaitu proses peningkatan bahan pada permukaan sorben padat dengan cara pelekatan, dimana adsorbsi memisahkan
bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja
pada permukaan tersebut.
2. Absorpsi
Absorpsi yaitu proses peningkatan bahan pada permukaan sorben cair dengan cara pelarutan. Dimana absorpsi memisahkan
bahan dari suatu campuran dengan cara peningkatan bahan tersebut pada permakaan sorben cair yang diikuti pelarutan.
3. Like Dissolved Like
Like dissolved like sebagai sebuah ekspresi yang digunakan untuk meningkatkan cara kerja beberapazat pelarut(solvent). Hal ini
menunjukkan kepolaran (polar atau non-polar) suatu zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-
molekul solute mempunyai kesamaan dan struktur serta sifat-sifat kelistrikannya.
Aplikasi Proses Pemurnian Pada Kehidupan Sehari-hari, yaitu:
1. Dekantasi
Proses dekantasi umumnya digunakan oleh pihak-pihak industri untuk menstrilkan limbah mereka, sehingga limbah berisi bakteri dan
zat-zat lain diendapkan terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum dibuang.
2. Filtrasi.
Proses filtrasi biasanya digunakan secara sederhana dalam lingkungan rumah tangga. Seperti jika ingin minum the, daun the yang telah
diseduh disaring atau dilakukan filtrasi agar air teh tadi bebas dari daunnya.
3. Adsorpsi.
Pemurnian dengan cara penyerap biasanya sering diterapkan untuk penjernihan air, baik air minum ataupun air akuarium tempat ikan.
Biasanya adsorbs menggunakan bahan karbon aktif, resin, dan realit.
4. Kristalisasi.
Sesuai dengan pengeritannya kristalisasi yakni penguraian zat-zat karena adanya perbedaan unsure dengan pembentukan zat padatnya
langsung dari pengendapan zat cair dikarenakan adanya perbedaan suhu titik didih atau titik beku campuran. Biasanya diterapkan untuk
mengambil garam dari air laut ataupun kristalisasi natrium asetat.
5. Ekstraksi.
Penggunaan proses ekstraksi atau penambahan unsure lain biasanya digunakan dalam proses penjernihan umumnya adalah
penjernihan minyak pelumas bekas yakni dengan ditambahkannya propane.
6. Sublimasi.
Sublimasi hanya dapat digunakan pada unsur-unsur yang mudah menyublim sehingga aplikasinya biasanya pada pemurnian zat seperti
kapur barus, yodium, belerang, dan sebagainya
BAB 5
PENUTUP
5.1 Ksimpulan
Pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi, adsorpsi, kristalisai, sublimasi dan ekstraksi pelarut.
Prinsip pemisahan dan pemurnian didasarkan pada perbedaan massa jenis, titik didih, ukuran partikel dan kelarutan.
Campuran homogen merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian
dalam campuran homogen mempunyai sifat yang sama sedangkan campuran heterogen merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang
tidak dapat bercmapur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat dikenali/diketahui perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang
bercampur tersebut, seperti bentuk dan warna
5.2 Saran
Diharapkan pada percobaan selanjutnya, digunakan teknik pemisahan dan pemurnian dengan cara rekristalisasi dan sentrifugasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G. dkk.1995.Teknoklogi Kimia Bagian 2.Bandung: Bumi Aksara
Chang, Svehla. 1998.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta:Binarupa Aksara
Kleinfelter, Keenan.1991.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga
Sastrohamidjojo, Hardjono.2001.Kimia Dasar.Yogyakarta:Gadjah Mada
Syukri, S.1999.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB

PERCOBAAN
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
TUJUAN
1. Memperkenalkan proses-proses dasar cara pemisahan dan pemurnian satu atau beberapa zat dari campurannya
2. Memperkenalkan beberapa sifat dasar materi/zat melalui sifat fisika maupun kimia melalui beberapa reaksi kimia
DASAR TEORI
Proses Pemisahan
Proses pemisahan suatu zat dari campurannya pada dasarnya adalah pemisahan berdasarkan sifat fisik dari zat-zat tersebut. Beberapa
metode yang dapat sering digunakan dalam proses pemisahan yaitu dekantasi, penyaringan, destilasi, ekstraksi, dan kromatografi.
Dekantasi merupakan proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak larut dengan cara menuangkan zat cairnya melalui
batang pengaduk atau alat bantu lainnya. Proses ini dilakukan apabila kedua zat sudah terpisah dengan sendirinya, padat di bawah dan cair di atas.
Penyaringan merupakan proses pemisahan zat padat dan cair dengan melalui media kertas dengan ukuran pori tertentu, dimana zat padat tidak
dapat melewati pori sedangkan zat cair lolos.
Distilasi merupakan proses pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan titik didih atau tekanan uap komponennya. Ada
beberapa macam destilasi yaitu destilasi sederhana (perbedaan titik didih tinggi), destilasi terfraksi (perbedaan titik didih rendah), destilasi uap
(perbedaan tekanan uap), destilasi vakum (titik didih sebagai fungsi dari tekanan), destilasi azeotrop (terbentuk sistem azeotrop antar
komponennya).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan berdasarkan kelarutan (kepolaran) suatu zat terhadap dua pelarut yang berbeda.
Kromatografi merupakan proses pemisahan berdasarkan sifat adsorpsi dari partisi zat terhadap sistem zat lain.
Percobaan 1. Penyaringan dan penguapan
a. Timbang sekitart 2 atau 3 sendok garam dapur yang kotor dan larutkan dengan air sedikit mungkin (usahakan supaya semua garam
larut). Gunakan akua destilasi atau reverse osmisis untuk melarutkan garam tersebut. Saring dengan menggunakan kertas saring dalam corong
penyaringan dan tampung filtrat ke dalam cawan penguapan yang bersih. Filtrat dalam cawan kemudian diuapkan. Amati Kristal yang terbentuk,
timbang dan bandingakan dengan garam dapur awal.
b. Masukkan 2 atau 3 sendok bubuk kapur kedalam gelas kimia yang berisi 25 ml air, aduk dan biarkan sampai kapur campuran
terpisah. Pisahkan sentrat (bagian yang bening) dari endapan dengan dekantasi.
c. Larutkan 5 gr tembaga (II) sulfat, CuSO4, ke dalam 25 ml air. Saring larutan tersebut dan uapkan sampai volumenya menjadi 10 ml.
Biarkan larutan sampai dingin dan tanpa digoyang. Amati Kristal yang terbentuk.
Percobaan 2. Kromatografi Kertas
a. Gunting kertas saring dengan ukuran 3 x 15 cm 2
b. Lipat bagian atas kertas dengan pensil dan rekatkan dengan selotip
c. Coba masukkan kertas saring sedemikian rupa ke dalam gelas plastic sehingga ujung bawahnya tepat menyentuh dasar gelas dan
tidak melipat.
d. Kelurkan kertas saring dan gambarlah garis mendatar 3 cm dari ujung atas dan bawah (dengan penggaris) dengan pensil.
e. Tepat di garis bagian bawah kertas, buatlah titik-titik dengan tinta warna (beri jarak antar titik).
f. Isilah gelas dengan campuran air dan etanol dengan perbandingan 1:1 sampai 1,5 cm dari dasar gelas.
g. Letakkan kertas saring yang telah di digarisi dan diberi tinta dalam gelas. Perhatian : jangan sampai tinta pena/spidol menyentuh
langsung pelarut.
h. Biarkan proses elusi (naiknya pelarut) sampai tepat batas atas kertas.
i. Angkat kertas saring dan tentukkan nilai Rf dari masing-masing komponen dalamtinta
Jangan Lupa membawa:
1. Buku catatan praktikum (jurnal praktikum)
2. Jas lab
3. Lap dan sabun
4. Pensil, penggaris, belpoin warna/spidol
5. Selotip dan gunting

PERCOBAAN VI
PEMBUATAN DAN PEMURNIAN KALIUM SULFIT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami cara sintesis sederhana dari suatu senyawa kimia dan metode
pemisahan dan pemurnian senyawa hasil sintesis secara rekristalisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA


Pada umumnya di alam terdapat banyak campuran, maka kita perlu mempelajari cara-cara pemisahannya untuk mendapatkan zat
yang dihasilkan tertentu yang murni. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan cara filtrasi, distilasi, kristalisasi, ekstrasi, absorbsi, dan
kromatografi (Brady, 1999).
Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkan dari campurannya, contohnya untuk mendapatkan air suling (aquades) kita harus
menyulingnya dari air sumur atau sungai. Untuk memperoleh minyak goreng kita harus memisahannya dari buah kelapa atau biji jagung (Syukri,
1999).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan,
sedangkan secara kimia, satu komponen atau lebih akan direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan (Syukri, 1999).
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika
komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air dapat dipisahkan dengan saringan (Syukri, 1999)
Hasil sintesis suatu senyawa dapat diharapkan mempunyai kemurnian semaksimal mungkin. Dengan malakukan serangkaian
percobaan yang akurat kemurniaan ini dapat dicapai. Pemisahan suatu zat dimaksudkan untuk memurnikan zat tersebut. Dikenal dua golongan
pemisahan, yaitu
a. Pemisahan zat padat dari zat cair.
b. Pemisahan zat padat dari zat padat
Apabila zat padat larut dalam air, maka dapt dilakukan pemisahan dengan cara :
a. Penguapan sampai kering
Dimana campuran yang yang mengandung partikel zat padat dipanaskan sehingga cairan pada campuran tersebut menguap
seluruhnya, sehingga partikel-partikel zat yang tadinya larut dapat dipisahkan
b. Distilasi
Dasar pemisahan dengan cara distilasi adalah perbedaan titik didih dua atau lebih zat yang bercampur. Jika campuran dipanaskan,
maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan dan
mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap
c. Kristalisasi
Digunakan untuk memisahkan padatan atau cairan dengan memakai pelarut sedikit mungkin untuk mencegah supaya kristal yang
timbul tidak terlarut. Apabila larutan zat yang dikristalkan berwarna, sedangkan zat yang diinginkan tidak berwarna, maka warna tersebut dapat
dihilangkan dengan cara menambahkan karbon aktif secukupnya. Teknik pemisahan ini didasarkan atas pebedaan titik beku komponen. Perbedaan
ini harus cukup besar dan sebaiknya komponen yang dipisahkan berwujud padat dan lainnya cair pada suhu kamar
Pemisahan zat padat dari zat padat dapat dilakukan dengan cara
a. Melarutkan dan menyaring
Mula-mula zat yang akan dipisahkan dilarutkan dengan suatu pelarut, sehingga salah satu zat larut dalam pelarut dan yang lain tidak
larut dalam pelarut. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk zat-zat yang tidak dapat larut dalam pelarut
b. Kristalisasi bertingkat
Menggunakan prinsip perbedaan kelarutan zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pengotornya. Rekristalisasi dapat dilakukan
dengan cara melarutkan cuplikan ke dalam pelarut yang sesuai.

c. Sublimasi
Digunakan untuk memurnikan senyawa-senyawa organik yang berbentuk padatan. Prinsip dari metode sublimasi ini adalah adanya
kemampuan berbeda dari zat yang bercampur untuk dapat menyublim
Pemurnian zat dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi, distilasi, ekstraksi pelarut, dan penukaran ion (dengan menggunakan resin
penukar ion) (Syukri, 1999Dasar pemisahan dengan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan, maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Bila campuran mengandung lebih dari dua, maka penguapan dan
pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu, dimulai dari titik didih yang paling rendah. Tetapi, pemisahan campuran
ini sulit dan hasil yang didapat sedikit tercampur komponen lain yang titik didihnya berdekatan (Syukri, 1999
Lain halnya dengan cara destilasi, teknik pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku komponennya. Perbedaan
itu harus cukup besar dan komponen yang dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya berwujud cair pada suhu kamar (Syukri, 1999).
Pemisahan campuran dengan cara ekstraksi didasarkan atas perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang
berbeda. Kromatografi adalah teknik pemisahan dalam berbagai wujud, baik padat, cair atau gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat
dipisahkan dengan cara yang lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap satu zat dengan zat lain. Jika komponen campuran dialirkan
dengan suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka komponen campuran tersebut akan bergerak dengan kecepatan berbeda. Hal ini
dikarenakan daya serap padatan itu terhadap komponen tidak sama (Syukri, 1999).
Jika suatu larutan mengandung sejumlah besar ion, satu kelompok ion dapat dipisahkan dengan yang lainnya dengan mengendapkan
suatu campuran garam-garam yang serupa dan sedikit dapat larut. Setelah campuran endapan ini diperoleh, seringkali perlu untuk melarutkan
satu atau lebih untuk menetapkan ion-ion mana yang ada (Keenan, 1992
Endapan dapat dipisahkan dari larutan dengan menyaring. Campuran yang mengandung endapan secara hati-hati dituang ke corong
dengan kertas saring. Gelas kimia dibawahnya akan menampung filtrat yang melalui kertas saring. Sisa-sisa endapan terakhir dibilas dengan air
suling lalu dituang untuk disaring (Brady, 1999

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, gelas beker ukuran 50 dan 400 mL, pengaduk gelas, corong,
hot plate
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Kristal natrium sulfit (Na2SO3), kristal kalium klorida (KCl), akuades, kertas
saring

IV. PROSEDUR KERJA


1) Sebanyak 2,52 gram Na2SO3 dan 2,98 gram KCl ditimbang dengan menggunakan gelas arloji dan neraca analitik.
2) Kedua macam kristal tersebut dipindahkan ke dalam gelas beker 50 mL.
3) Ditambahkan 50 mL akuades, diaduk hingga seluruh reaktan larut sempurna
4) Larutan dipanaskan di atas hot plate sampai volumenya tinggal setengah dari volume larutan mula-mula, kemudian larutan
didinginkan
5) Dimasukkan gelas beker berisi larutan tersebut ke dalam gelas beker yang berisi air es ketika larutan mencapai suhu kamar.
6) Larutan didinginkan dalam penangas es hingga diperoleh endapan
7) Endapan dipisahkan dari larutan dan disaring, digunakan dengan corong dan kertas saring
8) Filtrat yang diperoleh dipanaskan hingga volume tinggal separuh dan didinginkan dalam air es hingga diperoleh endapan kristal
9) Kristal yang diperoleh dari langkah (7) dan langkah (8) digabungkan
10) Kristal yang diperoleh dalam 15 mL akuades dilarutkan kemudian diuapkan
11) Didinginkan larutan dalam air es hingga diperoleh endapan kristal12) Ditimbang kertas saring kosong
13) Dipisahkan endapan dari pelarutnya dengan menggunakan corong dan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya,
dikeringkan dalam oven14) Setelah kering, ditimbang berat kristal yang diperoleh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan


1. Hasil
No Langkah Percobaan Hasil Percobaan
1 Sebanyak 2,52 gram Na2SO3 dan 2,98 gram KCl ditimbang, memasukkan
ke gelas beker ditambahkan 50 ml aquades
2. Dipanaskan campuran larutan diatas hingga 1/2nya, dinginkan dalam
penangas es dan terdapat endapan kemudian disaring.
3 Diuapkan larutan dan mendinginkan dalam penangas es, kemudian Endapan berwarna putih
saring endapan
4 Ditimbang kertas saring kosong Berat kertas saring kosong 0,56 gram
5 Penyaringan dilakukan
6 Dimasukkan kertas saring ke dalam oven

7. Setelah dioven, kertas saring + endapan ditimbang Berat kertas saring + endapan adalah 2,04
gram
Berat endapan adalah 1,48 gram
2. Perhitungan Diketahui : Massa Na2SO3 = 2,52 gr
Mr Na2SO3 = 126 gr/mol
Massa KCl = 2,98 gr
Mr KCl = 74,5 gr/mol
Mr K2SO3 = 158 gr/mol
Massa K2SO3 = 1,48 gr
Ditanyakan : % Rendemen = ... ?
Penyelesaian:
referrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f"><vath gradientshapeok="t"

o:connecttype="rect" o:extrusionok="f"></v ath>


Reaksi yang terjadi
Na2SO3 + 2 KCl K2SO3 + 2 NaCl
Mula-mula 0,02 0,04
Reaksi 0,02 0,04 0,02 0,02
Sisa - - 0,02 0,02

B. Pembahasan
Dalam percobaan ini kita mencoba untuk melakukan sintesis sederhana suatu senyawa kimia dalam hal ini kalium sulfit, yang disintesis
melalui reaksi antara kristal natrium sulfit dan kalium klorida. Beberapa teknik pemisahan yang dapat dilakukan yaitu penyaringan, penguapan,
destilasi, ekstraksi, kristalisasi, dan kromatografi. Kemudian dalam percobaan ini dipilih perlakuan pemisahan dan pemurnian melalu metode
kristalisasi.
Pada percobaan pembuatan K2SO3, digunakan dengan cara rekristalisasi bertingkat yang berarti menggunakan prinsip perbedaan
kelarutan zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pengotornya. Rekristalisasi dapat dilakukan dengan cara melarutkan cuplikan ke dalam
pelarut yang sesuai. Percobaan kali ini merekristalisasi natrium sulfit (Na2SO3 ) dan kalium klorida ( KCl ) menggunakan akuades sebagai pelarutnya
dengan persamaan reaksi sebagai berikut
Na2SO3 + 2 KCl K2SO3 + 2 NaCl
Reaksi di atas merupakan reaksi antara garam-garam yang juga menghasilkan garam. Untuk semua fase, baik pereaksi maupun produk
adalah larutan. Hal ini dikarenakan garam pereaksi dan produk terlarut dalam air.
Pada pembuatan kalium sulfit dari natrium sulfit dengan kalium klorida, garam yang terjadi direkristalisasi dengan air. Proses
reklistalisasi ini dilaksanakan sehingga hanya terdapat ion 2K+ dan ion SO saja yang tinggal didalam larutan atau tidak ditemukan lagi ion Na- dan
Cl
Untuk pembuatan endapan K2SO3, larutan dipanaskan. Tujuannya adalah untuk mempercepat rekasi dan H2O yang menguap akan
membuat larutan menjadi lebih pekat atau memiliki konsentrasi yang lebih besar dari konsentrasi sebelumnya.Endapan yang diperoleh pada
pemurnian tersebut adalah endapan K2SO3 yang berupa kristal padat dengan larutan NaCl.
Endapan K2SO3 terjadi setelah larutan Na2SO3 dan KCl dipanaskan atau diuapkan dengan menggunakan hot plate sehingga larutan
tinggal separuh. Kemudian larutan tersebut didinginkan dalam penangas es sehingga larutan dingin dan terbentuk endapan, lalu disaring dengan
menggunakan kertas saring tetapi terlebih dahulu kertas saringnya ditimbang. Setelah endapan yang terbentuk tersaring, kertas saring yang
terdapat endapannya dimasukkan ke dalam oven untuk memperoleh K2SO3 murni.hal ini dilakukan agar yang endapan yang didapat berupa Kristal.
Dalam hal pemisahan zat atau pembuatan zat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah kristalisasi, yaitu pemisahan
suatu campuran zat padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi. Tujuan dari rekristalisasi
adalah untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang lebih murni.
Larutan dipanaskan atau diuapkan kemudian didinginkan dimaksudkan untuk mendapatkan endapan. Jika tidak terbentuk endapan
berarti larutan tersebut belum jenuh. Oleh karena itu, sisa filtrat harus dipanaskan dan didinginkan kembali. Tujuan pemanasan dan pendinginan
berulang-ulang pada percobaan ini adalah untuk memperoleh kristal atau endapan yang lebih banyak.
Dari percobaan didapatkan berat endapan hasil rekristalisasi yang sudah dikeringkan dalam oven adalah sebesar 1,48 gram. Berat
endapan diperoleh dari berat kertas saring+endapan dikurangi dengan berat kertas saring kosong. Secara teoritis, endapan yang dihasilkan adalah
3,16 gram. Hal ini menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara berat endapan secara teoritis dengan berat endapan yang dihasilkan.
Untuk mengetahui hasil rendemennya dapat dilakukan dengan menghitung berat endapan yang diperoleh dibagi dengan berat
endapan secara teoritis dikali dengan 100%, dan didapat hasil rendemennya adalah 46,84 %. Hal ini menunjukkan bahwa endapan tersebut tidak
murni dalam endapan tersebut masih ada pengotor maupun pelarutnya

VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1. Pembuatan K2SO3 dapat dilakukan dengan cara kristalisasi dengan melarutkan Na2SO3 dan KCl, kemudian menguapkannya
dan mendinginkannya sampai terbentuk kristal atau endapan
2. Pemurnian K2SO3 dilakukan dengan cara rekristalisasi endapan hasil kristalisasi sebelumnya dengan pelarut air, yang hasil
endapannya disaring kemudian dikeringkan dalam oven
3. Beret teoritis endapan melalui perhitungan adalah 3,16 gram sedangkan berta endapan yang diperoleh adalah 1,48 gram.
4. Rendemen yang dihasilkan pada percobaan ini adalah 48,84 %. Dari persen rendemen tersebut dapat kita ketahui bahwa
endapan tersebut tidak murni, dalam endapan tersebut masih ada pengotornya

Anda mungkin juga menyukai