Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS WISATAWAN

Kata wisatawan berasal dari bahasa Sangsakerta, dari asal kata wisata yang berarti
perjalanan ditambah dengan akhiran wan yang berarti orang yang melakukan perjalanan
wisata. Dalam bahasa Inggris, orang yang melakukan perjalanan disebut traveller. Sedangkan
orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut Tourist.

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis,
berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempattempat yang indah atau sebuah
negara tertentu.
Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang melakukan
perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan
perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal
enam bulan di tempat tersebut.

Menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana memanfaatkan waktu luang untuk
menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang melelahkan dan kejenuhan.

Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian hubungan yang dijalin oleh
pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan penduduk lokal. Krapf
Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah munculnya serangkaian
hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang yang bukan penduduk
asli. Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang terus berkembang.
Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis, dan memarakkan
pertumbuhan ekonominya.

B. JENIS JENIS WISATAWAN

Adapun jenis jenis wisatawan berdasarkan sifat perjalanan dan lokasi di mana perjalanan
itu diakukan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997):

a. Foreign Tourist (Wisatawan asing)


Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara
lain yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing
disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

b. Domestic Foreign Tourist


Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal.Misalnya, staf
kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda,
tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).
c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas
wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga
negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan
ini disingkat wisnus.

d. Indigenous Foreign Tourist


Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di
luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah
negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan
di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan
melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari
Domestic Foreign Tourist.

e. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang terpaksa
singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

f. Business Tourist
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan
wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan
wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai
dilakukan.

Sumber: http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-wisatawan-dan-jenis-
jenis-wisatawan.html
C. KARAKTERISTIK WISATAWAN

Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu karakteristik sosial-
ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata Smith (1989:13). Dalam hal ini karakteristik
pengunjung memberikan pengaruh yang tidak langsung terhadap pengembangan pariwisata.
Tidak dapat diterapkan secara langsung langkah-langkah yang harus dilakukan hanya dengan
melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu melihat keterkaitan dengan persepsi
pengunjung.

Pengunjung pada suatu objek wisata memiliki karakteristik dan pola kunjungan, kebutuhan
ataupun alasan melakukan kunjungan ke suatu objek wisata masing-masing berbeda hal ini
perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia pariwisata sehingga dalam menyediakan produk
dapat sesuai dengan minat dan kebutuhan pengunjung.

Adapun karakteristik pengunjung meliputi:

1. Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan


2. Usia adalah umur responden pada saat survey
3. Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal responden
4. Tingkat pendidikan responden
5. Status pekerjaan responden
6. Status perkawinan responden
7. Pendapatan perbulan responden

Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya


(trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan Bennet,
1996).

1. Trip Descriptor
Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang
dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi : perjalanan rekreasi,
mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and relatives), perjalanan bisnis
dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995)
menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok
lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi berdasarkan
lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis
akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian
perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.

2. Tourist Descriptor
Memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan Who wants what,
why, when, where and how much?. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan
beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Sosio-demografis
Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan who wants what.
Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan
analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan
relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang termasuk dalam karakteristik sosio-
demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga
dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut.

Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak
langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat
pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga.

Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata


kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur
misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet,
1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu
luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada kemampuannya berwisata.

Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam


mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah
laku (behavior) (Smith, 1995).

b. Karakteristik geografis
Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya,
biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian
ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size) kota tempat
tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota
tersebut dan lain-lain.

c. Karakteristik psikografis
Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-
kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal. Wisatawan
dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang
sangat berbeda.

Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya


keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu produk wisata. Pengelompokan-
pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap
kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok
tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, kesetiaannya terhadap suatu produk
wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan harga produk wisata, serta
respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut,
pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk
wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok pasar tertentu, termasuk
merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut (Ir. Ina
Herliana Koswara, M.Sc.)

Karakteristik wisatawan lokal

1. Royal/gemar belanja
Turis indonesia terkenal sangat royal mengeluarkan uang ketika berwisata.
Kemanapun dia pergi selalu menyempatkan belanja souvenir,oleh-oleh dan apa saja
yang sekiranya menarik bagi mereka. Alasannya membeli oleh-oleh cukup banyak
adalah untuk dibagi-bagi kenapa saudara dan tetangganya ditempat asalnya. Bahkan
dia cenderung merepotkan diri dengan barang belanjaannya,terkadang ketika di
bandar barang bawaannya over limit dan kena tambahan biaya lagi.

Berbeda dengan turist asing,ketika datang ke sebuah objek wisata. Terlebih dahulu
adalah menikmati suasana tempat barunya. Sambil jalan-jalan dan mengabdikan
melalui kamera maupun camrecordnya. Bahkan turis asing ini betah berlama-lama
berada ditempat wisata,sambil menggali informasi tentang sejarah objek wisata
tersebut kepada pemandu wisata. Baru setelah waktunya kembalu ketempat asalnya ia
akan membeli beberapa oleh-oleh dan mengirimnya lewat paket dari pada ia bawa
sendiri. Sehingga disimpulkan turis asing lebih mengutamakan ke praktisan dan
kenyamanan selama berwisata.

2. Senang tour rombongan


Kebiasaan turis lokal lainnya adalah menyukai berpergian secara rombongan,bersama
teman-teman pergaulan/sekeluarga. Menyewa bus / mobil rental yang tujuannya agar
mengurangi biaya pengeluaran. Kalaupun wisatanya bermalam,mereka akan memilih
hotel / motel kecil atau bahkan menginap disalah satu rumah rekannya demi
mengurangi ppengeluaran. Selain itu berwisata ramai-ramai bagi sebagian orang itu
lebih mengasyikan. Kebiasaan ini sulit dijumpai pada turis asing. Mereka pergi
sendirian atau erdua dengan pasangannya saja.

3. Lebih menyukai tempat yang populer


Turis lokal biasanya ketika berwisata memutuskan objek yang sudah populer dan
banyak dikunjungi. Misalnya candi,kebun binatang,pantai atau pemandian umum.
Selain itu jarak tempat wisata dan rumahnya tak begitu jauh. Karakter demikian
dimasukka dalam kategori turis konservatif. Dia menyukai tempat-tempat yang sudah
mapan terkenal.

Mereka kurang suka hal-hal yang sifatnya baru dan belum ada rekomendasi dari pihak
lain. Mereka tak begitu suka hal-hal yang bersifat spekulatif.

Sumber : https://www.academia.edu/14612347/Karakteristik_Wisatawan
D. POLA PENGELUARAN WISATAWAN DALAM PERJALANAN WISATA

Pengeluaran wisatawan padasarnya adalah sebuah proses konsumsi terhadap barang dan jasa
yang dilakukan oleh wisatawan selama dalam perjalanan berwisata.

Menurut Yoeti (2008:197) secara sederhana, konsumsi/pengeluaran wisatawan adalah barang


dan jasa (goods and services) yang dibeli oleh wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan
(needs), keinginan (wants), dan harapan (expectations) selama ia tinggal di DTW yang
dikunjunginya.

Pengeluaran wisatawan (tourist expenditures) pada suatu negara perlu dihitung dengan
cermat. Kegunaan praktisnya adalah untuk mengetahui berapa besar devisa yang diperoleh
dari industri pariwisata yang dikembangkan pada suatu negara tertentu. Pengeluaran
wisatawan biasanya mencakup pada akomodasi hotel, bar dan restoran, transportasi lokal,
tours atau sightseeing, cenderamata, dan keperluan-keperluan lainnya (Yoeti, 2008:296).

komponen pengeluaran wisatawan sesuai dengan General Guideline For Developing The
Tourism Satelite Account (WTO) dibedakan menjadi dua tipe yaitu pengeluaran konsumsi
akhir wisatawan dan transfer sosial wisatawan.

Pengeluaran konsumsi akhir wisatawan dapat berupa pengeluaran konsumsi yang dibayar
secara tunai dan konsumsi dalam bentuk barang. Sementara itu transfer sosial wisatawan
dapat berupa social security, biaya konsultasi, jasa non pasar wisata.

Distribusi pengeluaran wisatawan, dimana pada umumnya pengeluaran tersebut sebagian


besar digunakan untuk keperluan akomodasi hotel dan keperluan makan-minum, sedangkan
yang lainnya sangat bervariasi.

(Prof. Dr. Salah wahab dalam buku Yoeti, 2008:202)

Sumber : https://www.academia.edu/5506492/MATERI_PENGELUARAN_WISATAWAN
E. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PARIWISATA

Dampak Positif Pariwisata

Pariwisata membawa banyak investasi yang dibutuhkan ke suatu daerah. Jika pada
negara berkembang, mata uang asing sangat penting untuk masyarakat setempat.
Pariwisata menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang lokal, mulai dari bekerja di
hotel hingga menjual pernak-pernik di pantai misalnya. Tanpa industri pariwisata di
negara kurang berkembang akan memiliki masalah pengangguran jauh lebih besar.
Uang dari hasil pariwisata dapat digunakan untuk memperbaiki infrastruktur daerah.
Jalan baru, bandara dan fasilitas dapat dibangun, yang diperuntukkan untuk
meningkatkan jumlah wisatawan serta juga bermanfaat bagi warga setempat.
Negara bisa mendapatkan keuntungan dari investasi luar negeri baik di sektor
pariwisata atau sektor pendukung lainnya.
Pariwisata dapat membantu untuk melestarikan budaya dan kearifan masyarakat
setempat , karena mereka menjadi objek wisata . Hal ini tentunya kasus dengan
beberapa suku Masai di Kenya dan Maori di Selandia Baru. Budaya mereka dijadikan
objek wisata bagi turis asing yang belajar kehidupan mereka.

Dampak Negatif Pariwisata

Di negara berkembang kenyataannya uang yang dihasilkan sektor wisata kebanyakan


tidak masuk kas negara. Perusahaan penerbangan, agen liburan dan hotel yang banyak
menerima uang.
Pekerja lokal seringkali tidak menerima upah yang besar dengan kondisi kerja yang
buruk.
Banyaknya wisatawan yang masuk menambah besar kerusakan lingkungan terutama
dari sampah.
Peningkatan jumlah wisatawan membawa masalah seperti membuang sampah
sembarangan, pencemaran dan erosi jalan setapak. Semua ini membutuhkan waktu
dan uang untuk membersihkan.
Investasi luar negeri, seperti hotel mewah, dapat berarti bahwa uang akan kembali ke
negara asal. Hotel ini juga dapat mengambil untung dari wisatawan lokal dan asing.
Budaya lokal bisa mendevaluasi oleh pariwisata. Mereka mungkin hampir menjadi
pertunjukan orang aneh, di mana pengunjung mulai melihat ke bawah pada penduduk
setempat sebagai yang berbeda.
Adakala wisatawan asing memanfaatkan kelonggaran imigrasi untuk
menyelundupkan narkoba dan menjualnya di lokasi wisata.

Sumber : http://geograph88.blogspot.co.id/2016/08/dampak-positif-dan-negatif-
pariwisata.html

Anda mungkin juga menyukai