Universitas Sriwijaya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah suatu ilmu mengenai berbagai macam alat yang
digunakan di lapangan untuk mengukur dan mengedalikan besaran-besaran seperti
suhu (temperature), aliran (flow), tekanan (pressure) dan ketinggian (level).
Proses pengontrolan merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem industri,
terutama di industri kimia yang melibatkan proses rumit dan kompleks. Hal ini
dilakukan agar proses dalam industri dapat berjalan dengan efisien, aman dan
menghasilkan pupuk yang berkualitas tinggi. Untuk melaksanakan proses
pengontrolan tersebut maka digunakan sistem instrumentasi. Adapun beberapa
fungsi instrumentasi secara garis besar yaitu :
1. Sebagai Pengukuran (Measurement)
Dimana instrumentasi berfungsi mengetahui / memonitoring jalannya
suatu kondisi operasi melalui pengukuran besaran dari variabel proses yang
sedang diukur.
2. Sebagai Pengendali / Pengontrol (Control)
Sebagai alat kontrol yaitu berfungsi mengendalikan jalannya operasi agar
variabel proses yang diukur dapat diatur atau dikendalikan sesuai harga yang
diinginkan.
3. Sebagai Pengaman (Safety)
Sebagai alat pengaman yaitu berfungsi untuk mencegah kerusakan pada
peralatan, mencegah terjadinya bahaya kecelakaan pada orang yang bekerja, dan
mencegah kerusakan lingkungan. Sistem pengaman ini mempunyai tahap-tahap
yaitu memberi peringatan berupa alarm dan melakukan shutdown terhadap proses
yang ada.
4. Sebagai Penganalisa (Analyzer)
Sebagai alat analisa peralatan instrumen berfungsi untuk menganalisis
kualitas kandungan dari suatu produk yang dikelola. Kemudian dapat juga
dipergunakan sebagai alat analisa untuk pencegahan polusi dari hasil buangan
industri agar tidak membahayakan dan merusak lingkungan (Cahyoko, 2015).
f. Bubbler System
Alat ini merupakan salah satu bagian dari tipe alat pengukuran ketinggian
yang cukup menarik menggunakan suatu prinsip gelembung (bubbler), karena
mendapatkan hasil pengukuran ketinggian menggunakan gas yang digunakan
untuk mengukur tekanan hidrostatis dari cairan di dalam vessel. Gas dipaksa
melewati pipa dan berujung didalam cairan. Berat jenis dari gas dianggap tidak
terlalu mempengaruhi, dibandingkan dengan berat jenis cairan. Tekanan yang
dibutuhkan untuk melewatkan gas keluar dari pipa akan sama dengan tekanan
hidrostatis pada cairan, dan setara dengan cairan yang akan diukur dibandingkan
dengan alat pengukuran ketinggian lainnya, terutama untuk mengukur ketinggian
cairan yang bersifat korosif (Cahyoko, 2015).
Manometer terdiri dari sebuah tube yang didalamnya diisi fluida cair
dimana pada saat diberi tekanan dari fluida gas maka fluida cair akan ikut
bergerak sesuai dengan tekanan yang diberikan.
b. Bourdon Tube
Alat ini terdiri dari tabung silinder yang membentuk huruf C, spiral atau
helical. Alat ini memiliki range 0 - 100.000 Psig. Prinsip kerja tabung bourdon ini
cukup sederhana dimana ketika tekanan P meningkat maka tabung bourdon akan
mengalami deformasi yang membuat perubahan pada bentuk tabung dan
pergerakkan itu akan menggeserkan jarum.
c. Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu jenis thermometer yang memanfaatkan
tegangan yang tereksitasi pada saat dua buah kabel logam disatuka pada salah satu
ujungnya. Munculnya tegangan ini proporsional terhadap perubahan temperature.
Prinsip dasar thermocouple adalah termo-electrik, yaitu apabila terjadi temperatur
pada ujung kawat yang berbeda, dimana kawat yang digunakan berbeda jenis,
akan menciptakan suatu tegangan lisrtrik. Kawat atau logam yang digunakan
biasanya adalah besi atau tembaga. Alat ini paling banyak digunakan pada
industri, dikarenakan akurasi dan kemampuan dalam pengukuran yang sangat
tinggi.
Alat jenis ini menggunakan prinsip bahwa fluida harus melewati suatu
hambatan yang akan menujukkan pada skala aliran yang diukur. Yang termasuk
variabel-area flowmeter adalah rotameter, moving-vane dan target-flowmeter.
Dimana rotameter menggunakan benda padat yang disebut plummet sebagai flow
indikatornya.
C. Velocity based flowmeter
Velocity based flowmeter adalah alat ukur kecepatan aliran dengan
memanfaatkan laju aliran itu sendiri sebagai media yang diukur. Pinsip dasar dari
alat pengukuran aliran tipe ini berdasarkan pada hukum kontinuitas aliran, dimana
laju fluida akan sebanding dengan aliran volume pada suatu penampang pipa. Ada
beberapa jenis flowmeter ini, diantaranya :
Turbine Flowmeter
Turbin Flowmeter menggunakan suatu roda turbin yang akan berputar saat
terjadi aliran, sehingga menghasilkan hasil pengukuran laju aliran.
Vortex flowmeter
Vortex flowmeter menggunakan prinsip bahwa pada aliran fluida yang
turbulen apabila dihalangi suatu objek akan menciptakan pusaran air, yang
menghasilkan tekanan dan frekuensi. Tekanan dan freukensi dari aliran akan
diukur pada sensor, dan diolah menghasilkan nilai pengukuran laju aliran.
Ultrasonic flowmeter
Ultrasonic flowmeter mengukur kecepatan fluida dengan menembakkan
gelombang suara denga frekuensi tinggi sepanjang aliran fluida. Pergerakan fluida
mempengaruhi propagasi dari gelombag suara tersebut, yang mana selanjutnya
akan terukur sebagai kecepatan fluida. Ada dua jenis flowmeter ultrasonic, yaitu
doppler dan transit-time. perbedaan dari kedua tipe ini adalah jika doppler
mengukur perbandingan berdasarkan frekuensi yang dipancarkan dengan yang
diterima. Sedangkan untuk Transit-time mengukur waktu antara dipancarkan
hingga diterima (Liptak,2006).
juga dibuat terpusat pada suatu control room sehingga dapat dengan mudah untuk
dilakukan monitoring sistem serta dilakukan aksi apabila terjadi fail. Pengiriman
sinyal dan pengolahan adalah elemen yang mempunyai bagian penting dalam
sistem proses industri, dimana tanpa element ini kita tidak dapat mengetahui
bagaimana keadaan proses industri tersebut. Pengiriman sinyal tdan pengolahan
mempunyai beberapa bagian yang fungsi dan kerjanya mempunyai ciri khas
masing-masing.
3.3.2 Transmitter
Transmitter adalah suatu alat yang berfungsi untuk memperkuat dan
menyesuaikan sinyal yang cocok untuk dikirim dengan tingkat informasi yang
hilang sangat kecil. Transmirrer biasanya dapat mengubah sinyal standar, karena
didalamnya terdapat converter sehingga dapat mengubah sinyal pneumatik
elektrik dan digital.
a. Transmitter Pneumatic
Pada transmitter pneumatic, sensing element berperan sebagai sensor
untuk mendeteksi suatu besaran dengan metode tertentu. Dengan system udara
bertekanan, sensing element tersebut meng-adjust flapper dan nozzle akan
menyesuaikan posisi flapper.
Dari tekanan nozzle ini bisa ditentukan posisi transmitter sedang on (1)
atau off (0). Ada juga yang berfungsi seperti variable yaitu bisa meng-
adjust seberapa persen besar kecilnya nilai tekanan. Dari tekanan tersebut sudah
bisa terlihat outputnya memiliki tekanan berapa. Tekanan itulah yang akan dikirim
melalui tubing transmission ke control room. Jika control roomnya masih
pneumatic, maka digunakan instrument-instrument pneumatic yang ukurannya
besar dan masih kuno.
Jika system controlnya sudah elektrik, maka digunakan converter P/I
(pressure to Electric) untuk dikirimkan ke DCS. Selanjutnya dari control system,
sinyal akan dikirim ke lapangan untuk mengontrol sesuatu (missal valve). Jika
menggunakan system control elektrik dan transmisi pneumatic, maka harus ada
converter I/P (Electric to Pressure). Jika system control menggunakan pneumatic,
tinggal diputar-putar saja controllernya maka sinyal langsung ditransmisi ke
lapangan dan menggerakkan valve.
b. Transmitter Electric
Pada transmisi elektrik, cara kerjanya lebih simple. Jalur transmisi sudah
menggunakan kabel. Dari transmitter dikirim ke control room dengan kabel.
Control system yang digunakan pada system elektrik biasanya DCS. Sebelum
masuk DCS, jalur transmisi tersebut masuk ke panel box sebagai interkoneksi
antara lapangan dengan control room. Dengan DCS, semua bisa dikontrol melalui
layar monitor. Sistemnya sudah terintegrasi dan memiliki respon yang cepat
(Liptak,2006).
Prinsip kerja control valve adalah buka dan tutup valve sesuai dengan
sinyal atau perintah dari kontroler. Bagian utama dari kontrol valve adalah
valvepositioner dan akuator (diafragma dan pegas). Steam bekerja dengan adanya
interaksi dari tekanan udara yang mempengaruhi daifragma dan pegas. Sehingga
ada yang dinamakan direct acting dan reverse acting. Pada Direct acting udara
3.4 P & ID
P & ID atau Piping & Instrumentation Diagram adalah suatu gambar yang
menunjukkan suatu unit proses yang terdiri dari berbagai macam instrumentasi
dan komponen yang berada diunit proses tersebut. Isi dari P&ID ini terdiri dari
ukuran pipa dan tube yang digunakan, kondisi proses saat maksimum-minimum
dan keadaan normal, serta jenis dari instrument dan komponen pengirim sinyal
yang digunakan.
Reforming
1. Gas Saturation
2. Primary Reformer
3. Secondary Reformer
Purification
1. HTSC
2. LTSC
3. CO2Removal
Synthesis NH3
and 4. Methanation
Refrigeration
1. Synthesis Ammonia
2. Ammonia Refrigeration
3. Ammonia Storage Facilities
Ammonia Product