Anda di halaman 1dari 17

Hartiwi (08021181419001)

Universitas Sriwijaya

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah suatu ilmu mengenai berbagai macam alat yang
digunakan di lapangan untuk mengukur dan mengedalikan besaran-besaran seperti
suhu (temperature), aliran (flow), tekanan (pressure) dan ketinggian (level).
Proses pengontrolan merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem industri,
terutama di industri kimia yang melibatkan proses rumit dan kompleks. Hal ini
dilakukan agar proses dalam industri dapat berjalan dengan efisien, aman dan
menghasilkan pupuk yang berkualitas tinggi. Untuk melaksanakan proses
pengontrolan tersebut maka digunakan sistem instrumentasi. Adapun beberapa
fungsi instrumentasi secara garis besar yaitu :
1. Sebagai Pengukuran (Measurement)
Dimana instrumentasi berfungsi mengetahui / memonitoring jalannya
suatu kondisi operasi melalui pengukuran besaran dari variabel proses yang
sedang diukur.
2. Sebagai Pengendali / Pengontrol (Control)
Sebagai alat kontrol yaitu berfungsi mengendalikan jalannya operasi agar
variabel proses yang diukur dapat diatur atau dikendalikan sesuai harga yang
diinginkan.
3. Sebagai Pengaman (Safety)
Sebagai alat pengaman yaitu berfungsi untuk mencegah kerusakan pada
peralatan, mencegah terjadinya bahaya kecelakaan pada orang yang bekerja, dan
mencegah kerusakan lingkungan. Sistem pengaman ini mempunyai tahap-tahap
yaitu memberi peringatan berupa alarm dan melakukan shutdown terhadap proses
yang ada.
4. Sebagai Penganalisa (Analyzer)
Sebagai alat analisa peralatan instrumen berfungsi untuk menganalisis
kualitas kandungan dari suatu produk yang dikelola. Kemudian dapat juga
dipergunakan sebagai alat analisa untuk pencegahan polusi dari hasil buangan
industri agar tidak membahayakan dan merusak lingkungan (Cahyoko, 2015).

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 1


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

3.2 Instrumentasi Pengukuran


Instrumentasi pengukuran pada umumnya digunakan untuk melakukan
pengukuran pada besaran-besaran tertentu, yang merupakan suatu sensor atau
transduser. Sensor merupakan suatu elemen dalam sistem kontrol yang merasakan
(to sense) besaran yang diukur dalam bentuk energi termal, listrik, mekanik dan
sebagainya. Serta mengubah besaran fisika pengukuran menjadi besaran sinyal
standar. Transduser adalah suatu alat yang mengubah suatu energi menjadi bentuk
energi lainnya. Instrumentasi pengukuran bertujuan untuk memberikan nilai suatu
besaran yang dapat dibaca oleh manusia maupun alat elektronik lainnya untuk
mengetahui kondisi suatu proses yang sedang berlangsung (Cahyoko, 2015).
3.2.1 Tingkat Ketinggian (Level)
Pengukuran level cairan merupakan pengukuran yang mempunyai tujuan
untuk mengetahui ketinggian cairan pada suatu titik atau pada range tertentu.
Level merupakan salah satu variabel yang banyak dijumpai di industri. Oleh
karena itu pengukuran level merupakan salah satu hal yang penting dalam
kaitannya dengan kelangsungan proses secara keseluruhan. Kegagalan
pengukuran level dapat berakibat pada kegagalan suatu proses atau bahkan dapat
menimbulkan faktor yang berbahaya bagi keselamatan. Beberapa contoh
instrument yang berkaitan dengan pengukuran level dapat diperlihatkan pada
gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Transmitter Level

a. Floater Level Measurement System

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 2


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Pengukuran level menggunakan float atau pelampung secara sederhana


dapat dideskripsikan sebagai pengukuran menggunakan suatu material yang dapat
terapung di fluida yang diukur dan dihubungkan dengan menggunakan sebuah tali
atau kabel. Level terukur dapat diketahui dengan mengukur panjang tali dari float
hingga ke bagian atas tangki dam kemudian mengurangkannya dengan tinggi
tangki yang baiasanya sudah diketahui sebelumnya.

Gambar 3.2 Floater

b. Pengukuran level dengan gelas penduga (Sight Glass)


Sight Glass digunakan untuk mengetahui level fluida secara langsung
dengan menghubungkan sebuah tabung kaca atau plastik tembus pandang
sehingga level fluida dapat dilihat secara langsung. Metode ini adalah cara yang
paling sederhana namun sangat efektif untuk mengetahui dengan pasti level fluida
yang ada pada tangki tersebut.

Gambar 3.3 Sight Glass

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 3


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

c. Differential Pressure Level Measurement.


Metode ini digunakan untuk mengetahui level tangki dengan
membandingkan tekanan di dalam tangki antara tekanan tertinggi dengan tekanan
terendah. Tekanan tertinggi pada tangki terletak dibagian paling bawah tangki
sedangkan untuk tekanan terendah ada di bagian teratas tangki. Untuk tangki
terbuka biasanya dibandingkan dengan tekanan atmosfer. Yang selanjutnya kedua
tekanan tersebut dimasukkan ke dalam transmitter. Transmitter yang dimaksud ini
adalah differential pressure trasmitter atau biasa disebut dengan DP transmitter.

Gambar 3.4 DP Transmitter

d. Ultrasonic Level Measurement


Pengukuran level dengan menggunakan ultrasonic ini didasarkan pada
hukum fisika bahwa gelombang suara apa bila ditembakkan dan menumbuk suatu
permukaan maka gelombang tersebut akan memantul kembali ke sumber
gelombangnya. Dimana waktu tempuh antara pemancaran dan penerimaan
gelombang dapat diukur, sedangkan cepat rambat suara sudah diketahui maka
jarak antara pemancar dan permukaan liquid dapat diketahui.
e. Displacer
Alat pengukuran ketinggian jenis displacer menggunakan prinsip
Archimedes dengan mendeteksi ketinggian cairan berdasarkan berat dari batang
yang terbenam di dalam cairan. Saat ketinggian cairan bertambah, maka pada
batang akan muncul gaya bouyant sehingga berat dari batang akan semakin
berkurang. Semakin berkurangnya berat batang, maka ketinggian cairan akan
semakin naik. Prinsip kerja alat pengukuran ini mirip dengan prinsip kerja
pengukuran berdasarkan gaya apung, namun memiliki akurasi yang lebih baik.

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 4


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Gambar 3.5 Diplacer

f. Bubbler System
Alat ini merupakan salah satu bagian dari tipe alat pengukuran ketinggian
yang cukup menarik menggunakan suatu prinsip gelembung (bubbler), karena
mendapatkan hasil pengukuran ketinggian menggunakan gas yang digunakan
untuk mengukur tekanan hidrostatis dari cairan di dalam vessel. Gas dipaksa
melewati pipa dan berujung didalam cairan. Berat jenis dari gas dianggap tidak
terlalu mempengaruhi, dibandingkan dengan berat jenis cairan. Tekanan yang
dibutuhkan untuk melewatkan gas keluar dari pipa akan sama dengan tekanan
hidrostatis pada cairan, dan setara dengan cairan yang akan diukur dibandingkan
dengan alat pengukuran ketinggian lainnya, terutama untuk mengukur ketinggian
cairan yang bersifat korosif (Cahyoko, 2015).

3.2.2 Pengukuran Tekanan (Pressure)


Pressure adalah pengukuran besaran suatu gaya dalam satuan luas yang
terjadi dalam suatu ruang tertutup atau terbuka. Pengukuran terhadap tekanan
berguna untuk mengetahui seberapa besar tekanan fluida pada suatu area.
Pengukuran terhadap tekanan juga bertujuan untuk menjaga kestabilan produksi
dari suatu sistem proses di industri.
Adapun macam-macam alat ukur tekanan :
a. Manometer

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 5


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Manometer terdiri dari sebuah tube yang didalamnya diisi fluida cair
dimana pada saat diberi tekanan dari fluida gas maka fluida cair akan ikut
bergerak sesuai dengan tekanan yang diberikan.

Gambar 3.6 Manometer

b. Bourdon Tube
Alat ini terdiri dari tabung silinder yang membentuk huruf C, spiral atau
helical. Alat ini memiliki range 0 - 100.000 Psig. Prinsip kerja tabung bourdon ini
cukup sederhana dimana ketika tekanan P meningkat maka tabung bourdon akan
mengalami deformasi yang membuat perubahan pada bentuk tabung dan
pergerakkan itu akan menggeserkan jarum.

Gambar 3.7 Bourden tube

c. Differential Pressure Transmitter


Alat ini adalah sebuah alat ukur pengukuran tekanan yang paling sering
digunakan. DP Transmitter mengukur perbedaan tekanan diantara dua port dan
mengeluarkan output berupa sinyal digital. Pada DP Transmitter sensing elemen

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 6


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

yang sering digunakan adalah tipe diaphragma. Diaphragma adalah perangkat


mekanis yang membaca perubahan tekanan yang menyentuh pada permukaannya
yang ditempatkan diantara dua port inlet. Dimana diaphragma ini dapat
mengembang atau mengempis tergantung bagian mana yang memiliki tekanan
paling tinggi. DP transmitter dipilih karena selain harganya yang murah juga
merupakan alat ukur yang paling mudah dilakukan pemasangan dan maintenance
(Akasum, 2013).

3.2.3 Pengukuran Suhu (Themperature)


Themperature adalah pengukuran tinggi rendahnya suhu dalam suatu
ruang baik ruang terbuka maupun ruang tertutup. Dimana perubahan suhu terjadi
karena adanya pemanasan maupun pendinginan.
Berikut beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu, yaitu :
a. Thermometer Fluida
Prinsip kerja alat ini adalah pemuaian suatu fluida dikarenakan adanya
kenaikan suhu, sehingga ketinggian dari fluida di dalam tabung akan naik dan
dapat dibaca dengan mudah pada skala. Alat jenis ini sangat sering digunakan,
contohnya adalah thermometer raksa.
b. Thermometer Bimetal.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menempelkan dua jenis logam yang
berbeda koefisien muainya. Apabila terjadi perubahan suhu maka logam akan
memuai, namun karena koefisien muai yang berbeda maka alat tersebut akan
melengkung dan menyebabkan perubahan jarum penunjuk skala akan bergerak.
Alat jenis ini banyak digunakan di industri dan disebut dengan temperature
gauge.

Gambar 3.8 Thermometer Bimetal

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 7


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

c. Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu jenis thermometer yang memanfaatkan
tegangan yang tereksitasi pada saat dua buah kabel logam disatuka pada salah satu
ujungnya. Munculnya tegangan ini proporsional terhadap perubahan temperature.
Prinsip dasar thermocouple adalah termo-electrik, yaitu apabila terjadi temperatur
pada ujung kawat yang berbeda, dimana kawat yang digunakan berbeda jenis,
akan menciptakan suatu tegangan lisrtrik. Kawat atau logam yang digunakan
biasanya adalah besi atau tembaga. Alat ini paling banyak digunakan pada
industri, dikarenakan akurasi dan kemampuan dalam pengukuran yang sangat
tinggi.

Gambar 3.9 Prinsip Kerja thermocouple

d. Resistane Temperature Ditector (RTD) dan Termistor.


Salah satu jenis sensor temperatur yang paling sederhana adalah
pengindraan temperatur yang memanfaatkan perubahan resistansi atau tahanan.
Dengan cara ini dapat dengan mudah mengubah ohmmeter menjadi thermometer
dengan menginteroretasikan resistansi sebagai pengukur temperatur. RTD terbuat
dari logam murni biasanya menggunakan platina atau tembaga yang mana
resistansinya akan naik apabila terjadi kenaikan themperatur. Thermistor adalah
alat yang terbuat dari metal-oksida, dimana nilai resistansinya dapat berubah
apabila terjadi perubahan temperatur.
Perbedaan antara RTD dan Thermistor terletak pada linieritasnya. RTD
memiliki nilai perubahan antara temperatur dan resistansi sangat linier akan tetapi
tidak sensitif, sedangkan Thermistor memiliki kemampuan sangat sensitif akan
tetapi nilai perubahan antara temperatur dan resistansi tidak linier.

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 8


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Gambar 3.10 RTD dan Thermistor (Akasum, 2013).

3.2.4 Pengukuran Aliran (Flow)


Pengukuran aliran fluida ini bisa dibilang merupakan jenis pengukuran
prises tunggal variabel yang paling kompleks di semua instrumentasi industri.
Flow adalah pengukuran kecepatan fluida yang diukur dan di kontrol dalam
kecepatan dan volume. Satuan flow adalah m3/jam. Untuk benda cair flow didapat
berdasarkan diameter penampang atau pipa dikali kecepatan. Adapun alat
pengukuran aliran yang biasa digunakan yaitu :
A. Differential Pressure.
Alat pengukuran aliran jenis ini menggunakan prinsip Bernoulli, dimana
apabila terjadi beda tekanan maka dapat ditentukan aliran fluida yang terjadi pada
pipa. Salah satu cara yang sangat umum untuk menyebabkan percepatan linier
dalam cairan bergerak adalah untuk melewatkan cairan melalui penyempitan
dalam pipa, sehigga meningkatkan kecepatannya dan terjadi percepatan. Alat
pengukuran ini terdiri dari beberapa jenis yaitu orifice plate, venturi tube, flow
nozzle, v-one dan segmental wedg.
Kelemaham dari alat ini adalah terjadi penurunan tekanan secara permanen
pada aliran, karena adanya penghalang aliran yang dipasang pada pipa. Alat ukur
yang banyak digunakan adalah orifice, karena tidak membutuhkan tempat yang
besar namun menimbulkan penurunan tekanan yang paling besar. Venturi
menimbulkan penurunan tekanan yang paling kecil namun memerlukan
pemasangan di tempat yang sangat besar.
B. Variabel-area flowmeter

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 9


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Alat jenis ini menggunakan prinsip bahwa fluida harus melewati suatu
hambatan yang akan menujukkan pada skala aliran yang diukur. Yang termasuk
variabel-area flowmeter adalah rotameter, moving-vane dan target-flowmeter.
Dimana rotameter menggunakan benda padat yang disebut plummet sebagai flow
indikatornya.
C. Velocity based flowmeter
Velocity based flowmeter adalah alat ukur kecepatan aliran dengan
memanfaatkan laju aliran itu sendiri sebagai media yang diukur. Pinsip dasar dari
alat pengukuran aliran tipe ini berdasarkan pada hukum kontinuitas aliran, dimana
laju fluida akan sebanding dengan aliran volume pada suatu penampang pipa. Ada
beberapa jenis flowmeter ini, diantaranya :
Turbine Flowmeter
Turbin Flowmeter menggunakan suatu roda turbin yang akan berputar saat
terjadi aliran, sehingga menghasilkan hasil pengukuran laju aliran.
Vortex flowmeter
Vortex flowmeter menggunakan prinsip bahwa pada aliran fluida yang
turbulen apabila dihalangi suatu objek akan menciptakan pusaran air, yang
menghasilkan tekanan dan frekuensi. Tekanan dan freukensi dari aliran akan
diukur pada sensor, dan diolah menghasilkan nilai pengukuran laju aliran.
Ultrasonic flowmeter
Ultrasonic flowmeter mengukur kecepatan fluida dengan menembakkan
gelombang suara denga frekuensi tinggi sepanjang aliran fluida. Pergerakan fluida
mempengaruhi propagasi dari gelombag suara tersebut, yang mana selanjutnya
akan terukur sebagai kecepatan fluida. Ada dua jenis flowmeter ultrasonic, yaitu
doppler dan transit-time. perbedaan dari kedua tipe ini adalah jika doppler
mengukur perbandingan berdasarkan frekuensi yang dipancarkan dengan yang
diterima. Sedangkan untuk Transit-time mengukur waktu antara dipancarkan
hingga diterima (Liptak,2006).

3.3 Instrumentasi Pengkondisian Sinyal dan Pengontrolan


Instrumentasi pengkondisian sinyal sangat diperlukan dalam sistem
kontrol terutama untuk sistem pengiriman data. Sistem instrumentasi dan kontrol

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 10


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

juga dibuat terpusat pada suatu control room sehingga dapat dengan mudah untuk
dilakukan monitoring sistem serta dilakukan aksi apabila terjadi fail. Pengiriman
sinyal dan pengolahan adalah elemen yang mempunyai bagian penting dalam
sistem proses industri, dimana tanpa element ini kita tidak dapat mengetahui
bagaimana keadaan proses industri tersebut. Pengiriman sinyal tdan pengolahan
mempunyai beberapa bagian yang fungsi dan kerjanya mempunyai ciri khas
masing-masing.

3.3.1 Converter / Transducer


Adalah alat pengukuran yang berfungsi untuk mengubah suatu besaran
sinyal pengukuran menjadi sinyal yang dapat dikirim, contohnya adalah I/O
converter, P/I converter, ADC dan DAC. Converter dapat disebut transduser,
karena mengubah suatu bentuk besaran ke bentuk besaran lainnya,namun
transduser pada umumnya sudah tertempel langsung pada sensor atau menjadi
bagian dari sensor tersebut. I/P Converter adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengubah sinyal listrik 4-20mA menjadi sinyal pneumatik 3-15 psi. Contoh
peggunaan alat ini pada Control valve pneumatik , sinyal yang dikirim oleh
pengontrol berupa sinyal listrik 4-20mA sedangkan control valve dapat bekerja
berdasarkan sinyal pneumatik sehingga sinyal yang dikirim harus diubah terlebih
dahulu. P/I converter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal
pneumatik 3015 psi menjadi sinyal listrik 4-20mA. Contoh penggunaan alat ini
pada Pressure Transmitter sehingga sinyal yang diterima oleh Pressure
Transmitter akan diubah menjadi sinyal listrik dan dikirim ke pengontrol.
ADC atau Analog Digital Conversion adalah suatu alat yang berfungsi
untuk mengubah sinyal yang analog menjadi sinyal digital yang dapat dikirim
melalui komunikasi digital. DAC atau Digital Analog Conversion adalah suatu
a;lat yang berfungsi mengubah sinyal digital dari pengontroilan menjadi sinyal
digital menuju elemen pengontrol, seperti control valve (Liptak,2006).

3.3.2 Transmitter
Transmitter adalah suatu alat yang berfungsi untuk memperkuat dan
menyesuaikan sinyal yang cocok untuk dikirim dengan tingkat informasi yang

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 11


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

hilang sangat kecil. Transmirrer biasanya dapat mengubah sinyal standar, karena
didalamnya terdapat converter sehingga dapat mengubah sinyal pneumatik
elektrik dan digital.

Gambar 3.11 Transmitter

Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah perubahan


sensing element dari sebuah sensor menjadi sinyal yang mampu diterjemahkan
oleh controller. sinyal untuk mentransmisikan ini ada dua macam media transmisi
yang sering dipakai dalam industri yaitu pneumatik dan electrik. Sistem transmisi
pneumatik adalah transmisi menggunakan udara bertekanan untuk mengirimkan
sinyal, besar tekanan udara yang digunakan adalah sekitar 3-15 psi. Sistem ini
adalah sistem lama sebelum kemunculan era electrik. Sistem transmisi elektronik
adalah transmisi menggunakan sinyal elektrik untuk mengirimkan sinyal. Range
yang digunakan untuk transmisi adalah 4-20mA dan 1-5VDC. Bagian transmitter
berfungsi sebagai sinyal kondisioner yang akan mengolah besaran fisis dari sensor
menjadi besaran fisis standar dan sebagai signal transmission yang
mentransmisikan besaran standar tersebut ke instrumen yang lain yang
berkepentingan (controller) (Liptak,2006).
Tabel 3.1 Perbedaan transmitter Pneumatik dan Electrik
Pneumatik Electrik
Transmisi dengan udara bertekanan Transmisi dengan sinyal listrik
Jalur transmisi dengan tube Jalur transmisi dengan kabel biasa
Respon lambat Respon cepat
Butuh control room besar Lebih compact
Perawatan lebih mahal Perawatan relatif murah (jarang rusak)

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 12


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Tabe3.2 Bentuk Sinyal

Sinyal Pneumatic Electric


Transmisi 0.2 1.0 kg/cm 4 20 mA dc
3 15 psi
Penerimaan 0.2 1.0 kg/cm 1 5 V dc
0 10 V dc
Output 0.2 1.0 kg/cm 4 20 mA dc
Penggerak katup 0.2 1.0 kg/cm

a. Transmitter Pneumatic
Pada transmitter pneumatic, sensing element berperan sebagai sensor
untuk mendeteksi suatu besaran dengan metode tertentu. Dengan system udara
bertekanan, sensing element tersebut meng-adjust flapper dan nozzle akan
menyesuaikan posisi flapper.
Dari tekanan nozzle ini bisa ditentukan posisi transmitter sedang on (1)
atau off (0). Ada juga yang berfungsi seperti variable yaitu bisa meng-
adjust seberapa persen besar kecilnya nilai tekanan. Dari tekanan tersebut sudah
bisa terlihat outputnya memiliki tekanan berapa. Tekanan itulah yang akan dikirim
melalui tubing transmission ke control room. Jika control roomnya masih
pneumatic, maka digunakan instrument-instrument pneumatic yang ukurannya
besar dan masih kuno.
Jika system controlnya sudah elektrik, maka digunakan converter P/I
(pressure to Electric) untuk dikirimkan ke DCS. Selanjutnya dari control system,
sinyal akan dikirim ke lapangan untuk mengontrol sesuatu (missal valve). Jika
menggunakan system control elektrik dan transmisi pneumatic, maka harus ada
converter I/P (Electric to Pressure). Jika system control menggunakan pneumatic,
tinggal diputar-putar saja controllernya maka sinyal langsung ditransmisi ke
lapangan dan menggerakkan valve.
b. Transmitter Electric
Pada transmisi elektrik, cara kerjanya lebih simple. Jalur transmisi sudah
menggunakan kabel. Dari transmitter dikirim ke control room dengan kabel.

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 13


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

Control system yang digunakan pada system elektrik biasanya DCS. Sebelum
masuk DCS, jalur transmisi tersebut masuk ke panel box sebagai interkoneksi
antara lapangan dengan control room. Dengan DCS, semua bisa dikontrol melalui
layar monitor. Sistemnya sudah terintegrasi dan memiliki respon yang cepat
(Liptak,2006).

3.3.3 Final Element


Final element berfungsi sebagai alat pengatur yang berhubungan langsung
dengan produksi, ada banyak jenis filan element seperti control valve, damper dan
motor servo. Control valve adalah elemen control akhir yang paling umum
digunakan untuk mengatur aliran bahan dalam sebuah proses. Control valve
bertugas melakukan langkah koreksi terhadap variable termanipulasi, sebagai
hasil akhir system pengendalian. Control valve hanyalah salah satu elemen
pengendali akhir (final element control), namun paling umum yang digunakan,
Akibatnya muncul pengertian control valve sama dengan elemen pengendali
akhir. Elemen pengendali akhir lainnya adalah heating element, electrical
contactor, dan lain-lain.

Gambar 3. 12 Control Valve

Prinsip kerja control valve adalah buka dan tutup valve sesuai dengan
sinyal atau perintah dari kontroler. Bagian utama dari kontrol valve adalah
valvepositioner dan akuator (diafragma dan pegas). Steam bekerja dengan adanya
interaksi dari tekanan udara yang mempengaruhi daifragma dan pegas. Sehingga
ada yang dinamakan direct acting dan reverse acting. Pada Direct acting udara

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 14


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

tekan akan memasuki bagian atas diafragma sehingga menggerakkan steam ke


bawah.Pada reverse acting udara tekan akan memasuki bagian bawah diafragma
sehingga menggerakkan steam ke atas. Berdasakan dari cara membuka dan
menutupnya, dikenal dengan dua macam valve yaitu :
a. Air- To-Open (ATO)
Jenis ATO ini akan membuka apabila tekanan ditambah. Jika dalam
keadaan normal maka katup ini akan menutup atau sering disebut normally
closed. Keuntungan dari ATO adalah gaya awal yang dibutuhkan untuk membuka
katup tidak terlalu besar, sebab dibantu oleh tekanan udara yang berada dibawah
sumbat.
b. Air-To-Close (ATC)
Pada jenis ATC ini katup akan tertutup nilai tekanan bertambah. Dalam
keadaan tidak ada tekanan, katup ini berada dalam posisi terbuka. Katup ini
disebut normally closed.

3.4 P & ID
P & ID atau Piping & Instrumentation Diagram adalah suatu gambar yang
menunjukkan suatu unit proses yang terdiri dari berbagai macam instrumentasi
dan komponen yang berada diunit proses tersebut. Isi dari P&ID ini terdiri dari
ukuran pipa dan tube yang digunakan, kondisi proses saat maksimum-minimum
dan keadaan normal, serta jenis dari instrument dan komponen pengirim sinyal
yang digunakan.

Gambar 3.13 P&ID

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 15


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

3.5 DCS (Distributed Control System)


DCS (Distributed Control System) merupakan suatu sistem yang berfungsi
untuk mendistribusikan berbagai parameter yang digunakan untuk mengendalikan
berbagai variabel proses dan unit operasi menjadi suatu pengendalian yang
terpusat pada suatu control room yang berfungsi sebagai pengendalian,
monitoring dan optimasi.
Secara garis besar sistem pada DCS dapat dideskripsikan sebagai berikut,
dimana modul input dari DCS menerima data dari input instrumen yang ada di
plant proses kemudian data diproses di DCS dan kemudian ditransmisikan
kembali menuju ke final control element yang ada di field melalui output module
(Ogata,1997).

3.6 Proses Pembuatan Amoniak


Blok diagram proses pembuatan amoniak :
1. Filtration
Feed
Treating 2. Desulfurisation H2S
3. CO2Removal
4. Desulfurisation RSH

Reforming
1. Gas Saturation
2. Primary Reformer
3. Secondary Reformer

Purification
1. HTSC

2. LTSC

3. CO2Removal
Synthesis NH3
and 4. Methanation
Refrigeration

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 16


Hartiwi (08021181419001)
Universitas Sriwijaya

1. Synthesis Ammonia
2. Ammonia Refrigeration
3. Ammonia Storage Facilities
Ammonia Product

Gambar 3.14 Blok diagram proses pembuatan amoniak

Laporan Kerja Praktek PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 17

Anda mungkin juga menyukai