PENGUKURAN ALIRAN
OLEH:
1. NURHASANAH (F1C015061)
2. NURLAILI RAHMAWATI (F1C015062)
3. REVI RINANDA (F1C015068)
4. MUSTIADI (F1C015058)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB I
PENDAHULUAN
a. Klasifikasi aliran
Secara garis besar jenis aliran dapat dibedakan atau dikelompokkan sebagai berikut
(Olson, 1990):
Suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh perubahan waktu sehingga kecepatan
b. Tipe-tipe aliran
Bilangan Reynolds merupakan bilangan yang tak berdimensi yang dapat membedakan suatu
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisanlapisan
atau laminalamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminar ini mempunyai
2) Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. Keadaan
peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang menyangkut
geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000
(2300<Re<4000) .
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel-partikel fluida
sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dimana nilai bilangan Renoldsnya lebih besar dari 4000
(Re>4000).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran, volume
aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan pengukuran, harga,
kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut.
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
4. Volumenya
2.2 Pengenalan alat ukur laju aliran fluida
Yang dimaksud alat ukur primer adalah bagian alat ukur yang berfungsi sebagai
alat perasa (sensor).
Alat ukur yang sering dijumpai dalam pabrik dibagi menurut fungsinya yaitu:
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran dari fluida yang mengalir.
Alat yang digunakan untuk mengukur dan menunjukan besaran tekanan dari suatu
fluida.
c. Alat Pengukur Tinggi Permukaan Cairan
Alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian dari permukaan suatu cairan.
Tujuan dari pada pengukuran aliran fluida adalah untuk mencegah kerusakan
peralatan, untuk mendapatkan mutu produksi yang diinginkan dan mengontrol jalannya
proses.
Acuan secara umum untuk pengukuran aliran (flow measurement) adalah API RP 550,
Manual on Installation of Refinery Instrument and Control System. Part 1,
Process Instrumentation and Control. Section 1, Flow.
Di dalam pemilihan alat ukur flow (flow measuring device), berikut kondisi-kondisi yang
sangat berpengaruh dan harus diketahui untuk perhitungan, antara lain :
1. Ukuran pipa dimana laju aliran diukur (Line Size)
2. Daerah laju aliran (Range of flow rates) ; maximum, normal dan minimum
3. Karakteristik fluida (fluid properties) :
Liquid, gas, slurry, dll.
Pressure
Temperature
Viscosity
Specific gravity at standard and flowing conditions
Compressibility
Molecular weight (for gases and vapors)
Steam quality (for steam)
4. Pengaruh korosif (untuk membantu didalam pemilihan material)
5. Apakah aliran yang diukur adalah aliran yang stabil atau aliran fluktuasi.
Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U.
Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan ruangan yang
besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah.
Untuk sebuah venturi meter tertentu dan sistem manometer tertentu, kecepatan
aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran berubah maka
diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan yang akurat atau
diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran maksimum yang baru.
a. Bagian Inlet
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter
pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone
c. Throat (leher)
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran yang
keluar dari inlet cone.
Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet
cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian
inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet
cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian fluida
masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat
ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu
outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat,
dan pada Outlet cone ini tekanan kembali normal.
Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan
fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan
kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam
sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat.
Prinsip kerja venturimeter tanpa manometer ini berdasar pada Asas Bernoulli yang
berbunyi: Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida yang paling besar adalah pada
bagian kelajuan alirnya paling kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada bagian kelajuan
alirnya paling besar.
Venturi meter Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis .
Kecepatan fluida mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada pipa sebelah kiri
lebih besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut diukur oleh manometer yang
diisi dengan fluida dengan massa jenis dan manometer menunjukkan bahwa perbedaan
ketinggian permukaan fluida di kedua sisi adalah H. Dengan menggunakan persamaan
kontinuitas dan Persamaan Bernouli, diperoleh :
Maka pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatisnya : P1 = .g.hA dan P2 = .g.hB
Keterangan:
Kelebihan
Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas yang sama.
Dapat pengukur debit besar.
Jauh dari kemungkinan tersumbat kotoran.
Mengukur cairan yang mengandung endapan padatan (solid).
Kekurangan
2. Orifice meter
Orifice adalah plat berlubang yang disisipkan pada laluan aliran fluida yang diukur,
juga merupakan alat primer yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan antara aliran
pada up stream dan down stream dari orifice itu sendiri. Orifice merupakan salah satu alat
ukur yang digunakan di lapangan geothermal dan umumnya orifice diletakkan sebelum
separator.
Untuk plat orifice ini, fluida yang digunakan adalah jenis cair dan gas. Pada
Flat orifice ini piringan harus bentuk plat dan tegak lurus pada sumbu pipa. Piringan
tersebut harus bersih dan diletakkan pada perpipaan yang lurus untuk memastikan pola
aliran yang normal dan tidak terganggu oleh fitting, kran atau peralatan lainnya.
Prinsip dasar pengukuran Flat orifice dari suatu penyempitan yang menyebabkan
timbulnya suatu perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir.
a. Prinsip kerja dari orifice meter adalah:
Kelebihan:
Konstruksinya sederhana
Rancangannya mudah
Harganya relatif murah
Mudah dikalibrasi
Mudah dirancang/didapat
Tingkat ketelitian cukup baik
Kekurangan:
3. Pitot Tubes
1. Pipa yang mengukur tekanan statis terletak secara radial pada batang yang
dihubungkan ke manometer (pstat).
2. tekanan pada ujung pipa di mana fluida masuk merupakan tekanan stagnasi
(p0).
3. Kedua pengukuran tekanan tersebut dimasukan dalam persamaan Bernouli
untuk mengetahui kecepatan alirannya.
4. Sulit untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan stagnasi secara nyata
karena adaanya friksi pada pipa. Hasil pengukuran sealu lebih kecil dari
kenyataan akibat factor C (friksi empirik).
b. Kelebihan dan Kekurangan Pitot Tube
Kelebihan:
Susunan sederhana.
Relatif mudah dan murah.
Tidak perlu adanya kalibrasi.
Pressure drop aliran kecil.
Kekurangan:
Dimana :
C = discharge coefficient, tergantung pada Reynolds Number dari flow
Aa = cross section area at a
Ab = cross section area at b.
g = gravity acceleration constant (9.81 m/s2 or 32.2 ft/s2)
= density of the fluid
Vf = volume of the float
Af = cross section area of the float
f = density of the float
Mass flow rate dapat dihitung dengan mengalikan Q dengan fluid density ,
Kekurangan
a. Nutating Disk
b. Rotating Valve
a. Prinsip Operasi
Postive Displacement Flowmeters (PD meters), bekerja berdasrkan pengukuran volume dari
fluida yang sedang mengalir dengan menghitung secara berulang aliran fluida yang
dipisahkan kedalam suatu volume yang diketahui (chamber), selanjutnya dikeluarkan
sebagai volume tetap yang diketahui.
Bentuk dasar dari PD meter adalah suatu chamber yang berfungsi memisahkan atau
menghalangi aliran fluida. Di dalam chamber tersebut terdapat sebuah alat mekanik yaitu
rotating/reciprocating unit yang ditempatkan untuk menciptakan paket volume tetap dari
fluida yang sedang mengalir.
Oleh karena itu, volume dari fluida yang melewati chamber dapat diketahui
dengan menghitung jumlah discreate parcels yang lewat atau setara dengan
jumlah putaran dari rotating / reciprocating. Dengan demikian volume flow rate dapat
dihitung dari laju perputaran alat rotating / reciprocating.
Kelebihan
Kekurangan
D. Magnetic Meters
1. Magnetic Meters
a. Prinsip Operasi
Magnetic flowmeter (mag flowmeter) adalah suatu volumetric flow meter yang
tidak mempunyai bagian yang bergerak (moving part) dan ideal untuk aplikasi
air limbah (wastewater) atau cairan kotor yang konduktif listrik.
Secara umum magnetic flowmeter tidak berfungsi pada fluida hidrokarbon dan
air suling (distilled water), namun ideal untuk mengukur aliran fluida seperti
slurry dan material korosif. Flowmeter jenis ini sangat ideal untuk aplikasi
dimana disyaratkan pressure drop rendah dan maintenance yang rendah.
Prinsip kerja flowmeter jenis ini didasarkan pada hukum induksi
elektromagnetik (Faradays Low), yaitu bila suatu fluida konduktif elektrik
melewati pipa tranducer, maka fluida akan bekerja sebagai konduktor yang
bergerak memotong medan magnet yang dibangkitkan oleh kumparan
magnetic dari transducer, sehingga timbul tengangan listrik induksi. Hubungan
ini dapat dinyatakan sebagai :
e=B.l.v
Dimana :
e = tegangan listrik induksi
B = rapat fluksi medan magnet
l = panjang konduktor (diameter dalam pipa)
v = kecepatan konduktor (laju aliran)
Kekurangan
E. Thermal Flowmeters
1. Thermal Flowmeters
a. Prinsip Operasi
Thermal mass flowmeter didasarkan pada pengukuran panas yang diserap dari sensor
akibat dialiri fluida. Jumlah panas yang diserap menentukan laju aliran massa (mass flow
rate). Flowmeter ini mempunyai dua buah sensor, salah satu dari sensor adalah sensor flow
terbuat dari heated wire atau film (self heated).
Bentuk umum sensor ini adalah platinum/tungsten RTD (Resistance Temperature
Detector).
Sensor kedua adalah RTD yang digunakan untuk mengukur temperature aliran gas
(temperature reference). Keduanya dikenal sebagai sensing element dan dipasang didalam
sebuah probe sebagai flowmeter (insertion style) atau flowmeter (in-line style).
Ketika aliran gas melewati hot wire (flow sensor) maka molekul gas menyerap atau
membawa panas dari permukaan sensor tersebut, sehingga sensor menjadi dingin akibat
kehilangan energi. Selanjutnya sensor mengaktifkan rangkaian elektronik untuk mengisi
energi yang hilang dengan cara memanaskan flow sensor hingga perbedaan temperature
yang tetap diatas reference sensor.
Daya listrik yang diperlukan untuk mempertahankan perbedaan temperature yang tetap
adalah berbanding lurus dengan mass flowrate dan selanjutnya dikeluarkan sebagai output
signal yang linear dari flowmeter.
Kekurangan
E. Turbine Meters
1. Turbine Meters
a. Prinsip Operasi
Teori dasar pada turbine meters adalah relatif sederhana, yaitu aliran fluida melalui
meter berbenturan dengan turbine blade yang bebas berputar pada suatu poros sepanjang
garis pusat dari turbin housing. Kecepatan sudut (angular velocity) dari turbine rotor adalah
berbanding lurus dengan laju aliran (fluid velocity) yang melalui turbine. Keluaran dari
meter diukur oleh electrical pickup yang dipasang pada meter body. Frekwensi keluaran dari
electric pickup adalah sebanding dengan laju aliran (flow rate). Accuracy dan rangeability
dari alat ukur turbine meter tersebut sangat baik. Rangeability bervariasi dari 100 : 1 s/d 200
: 1. Accuracy sekitar : s/d
%.
Kekurangan
F. Ultrasonic Flowmeters
1. Ultrasonic Flowmeters
a. Prinsip Operasi
Pengukuran laju aliran (flow rate) dengan metoda ini melibatkan elemen pengirim
(transmitter) dan penerima (receiver) untuk frekuensi akustik. Pada elemen pengirim,
transducer berfungsi mengubah tegangan listrik frekuensi tinggi menjadi getaran kristal
(akustik). Sedangakan pada elemen penerima, transducer mengubah getaran kristal (akustik)
menjadi sinyal listrik. Oleh karena daerah kerja frekuensi dari pengirim dan penerima di
atas 20 KHz (misalnya 10 MHz), maka disebut ultrasonic.
Ultrasonic flowmeter dapat digolongkan ke dalam dua jenis didasarkan pada metoda
instalasi, yaitu :
Tidak ada penghalang di lintasan aliran, sehingga tidak ada pressure drop.
Tidak ada part bergerak (moving parts), sehingga maintenance cost rendah.
Model multi-path mempunyai ketelitian lebih tinggi
Dapat digunakan untuk mengukur flow fluida yang korosif dan slurry.
Model portable tersedia untuk analisa dan diagnosa di lapangan.
Kekurangan
Tidak ada penghalang di lintasan aliran, sehingga tidak ada pressure drop.
Tidak ada part bergerak (moving parts), sehingga maintenance cost rendah.
Dapat digunakan untuk mengukur flow fluida yang korosif dan slurry.
Model portable tersedia untuk analisa dan diagnosa di lapangan.
Kekurangan
G. Vortex Flowmeters
1. Vortex Flowmeters
a. Prinsip Operasi
Flowmeter ini dikenal juga sebagai vortex shedding flowmeters atau oscillatory
flowmeters, prinsip kerjanya didasarkan pada pengukuran getaran (vibration) pada
downstream pusaran (vortex) yang disebabkan oleh penghalang yang ditempatkan pada
aliran fluida. Frekwensi getaran dari vortex dapat dihubungkan dengan laju aliran fluida.
Dimana :
Q = Volum flowrate
fv = frequency of vortex shedding
D = diameter of the pipe
S = strouhal number
K =K factor (pada umumnya diperkenalkan untuk mengganti kerugian untuk profil yang
tidak seragam dari pipa).
S strouhal number ditentukan secara eksperimen.
Persamaan di atas mengasumsikan keadaan mantap (steady state) dari aliran pada
upstream. Gangguan pada upstream akan mempengaruhi frekuensi dari vortex sehingga
mengakibatkan kesalahan pengukuran.
Kekurangan
http://www.academia.edu/7234475/Dasar_Instrumentasi_dan_Proses_Kontrol_1_158_
Bimbingan_Profesi_Sarjana_Teknik_BPST_Direktorat_Pengolahan_Angkatan_XVII_-
Balongan_2007 (Diambil pada tanggal 15 November 2017 ), Pada pukul 11.01.