(Erabaru.or.id) - Hua Tuo, atau biasa disebut juga Yun Hua, berasal dari Pei
Guo Jiao (sekarang Haoxian, Provinsi Anhui, China). Dia adalah seorang dokter
medis yang terkemuka di China Kuno dan terkenal dengan julukan "Tabib
Mujarab".
Hua Tuo pergi ke kota dan bertemu dengan dr. Cai. Setelah ia mengutarakan
keinginannya menjadi seorang dokter pengobatan, dr. Cai berpikir pada dirinya
sendiri, "Ayah Hua Tuo adalah teman saya. Jika saya tidak mengambilnya
sebagai murid, orang-orang di kota akan berpikir bahwa saya adalah orang yang
memutuskan hubungan dengan keluarganya setelah seorang teman meninggal,
dan memperlakukan teman tanpa kesetiaan." Saya sebaiknya mengambilnya
sebagai murid. Bagaimanapun, saya harus mengetes anak itu untuk menentukan
apakah ia memang ditakdirkan untuk pengobatan."
Selanjutnya, dr. Cai melihat dua ekor kambing sedang berkelahi dengan mata
mereka yang memerah. Tidak ada seorang pun yang bisa memisahkan kedua
kambing ini. Ia memutuskan ini akan menjadi tes kedua untuk Hua Tuo. Ia
berkata "Hua Tuo, bisakah kamu memisahkan kedua kambing ini?" Hua Tuo
segera menjawab, "Tentu saja". Ia mengambil rumput memenuhi kedua
tangannya dan meletakkanya di sebelah kambing tersebut di kedua sisi.
Kambing-kambing itu telah lapar karena berkelahi, maka mereka segera berlari
untuk menikmati rumput tersebut. Perkelahian itu berhenti bahkan tanpa perlu
diusahakan. Sangat kagum dengan kepandaian Hua Tuo, dr. Cai dengan gembira
menerimanya sebagai murid.
Hua Tuo belajar sangat rajin sejak permulaan. Dia menitikberatkan pada praktik
klinis sesungguhnya dan akhirnya menjadi seorang dokter legendaris pada
dinasti Han Timur. Bahkan setelah ia mendapat reputasi sebagai seorang dokter
pengobatan, ia tidak pernah membeda-bedakan pasiennya. Ia akan
menyediakan jasanya ke mana pun ia pergi. Ia memperlihatkan sebuah jiwa
yang mulia dengan mengobati penyakit dan menyelamatkan nyawa.
Pernah suatu ketika Hua Tuo berlari menghampiri seseorang yang sedang
mendorong gerobak di jalanan. Orang itu kondisi penyakitnya sangat parah,
mukanya pucat pasi. Napasnya pendek dan cepat; terlihat sangat tidak sehat.
Hua Tuo mendekatinya untuk mencari tahu apakah ia menderita kolik di
perutnya. Hua Tuo dengan segera mendiagnosanya sebagai peradangan usus
buntu yang harus segera dibedah. Orang itu meminum Ma Fei San dan segera
terbius. Hua Tuo membedah perutnya, membuang bagian usus yang terinfeksi,
membersihkan bagian dalamnya, menutup lukanya dengan beberapa jahitan,
dan terakhir mengoleskan salep yang akan mengurangi peradangan dan
mempercepat pertumbuhan jaringan. Pasien itu sembuh dalam beberapa hari
dan luka bedahannya sembuh dengan sangat cepat. Cerita ini membuktikan efek
pengobatan Ma Fei San, juga pemahaman Hua Tuo akan anatomi.
Hua Tuo juga telah terbukti sebagai dokter kandungan yang andal. Buku pada
periode akhir dinasti Han mencatat sebuah kasus medis kompleks yang berhasil
ditanganinya dengan sukses. Jenderal Li meminta pengobatan medis untuk
istrinya. Setelah memeriksa nadinya, Hua Tuo memberitahu bahwa penyebab
penyakitnya adalah karena istrinya terluka dalam masa kehamilan dan gagal
mengeluarkan janinnya. Jenderal Li mengatakan memang betul, selama hamil
pernah terluka, tapi janinnya sudah rontok. Hua Tuo mengatakan, menurut
pengamatan dari denyut nadi, janinnya belum terlepas. Jenderal Li ragu-ragu
dan tidak percaya akan hasil diagnosanya, jadi saat itu Hua Tuo tidak bisa
memberikan pengobatan apa pun.
Setelah lewat 100 hari, kondisi istri Li berubah menjadi parah, lalu Hua Tuo
diundang lagi untuk memeriksanya. Setelah memeriksa nadinya, Hua Tuo
berkata, "Denyut nadinya sama seperti pada saat kunjungan terakhir saya. Ini
adalah apa yang saya pikir terjadi. Istrimu mengandung sepasang janin kembar
dalam perutnya. Janin yang pertama lahir mati dan menyebabkan pendarahan
yang terlalu banyak dari si ibu, sehingga janin keduanya tidak dapat dilahirkan.
Janin itu telah mati dalam perutnya. Ia membusuk dan menempel di suatu
tempat dekat tulang belakang." Untuk megeluarkan janin itu, Hua Tuo mencoba
dengan jalan dilahirkan. Pertama-tama, ia memberikan akupunktur untuk istri Li
dan memberikan resep obat-obatan herbal. Tak lama kemudian, istri Li memulai
kelahiran, namun tetap tidak dapat mengeluarkan janinnya. Hua Tuo
menjelaskan bahwa memang sulit untuk mengeluarkan janin yang sudah mati
dengan persalinan normal. Janin itu harus dikeluarkan dengan tangan. Hua Tuo
memberi tahu seorang wanita di rumah jenderal itu bagaimana cara
mengeluarkan janin mati itu dari tubuh istri Li.
Inovasi dalam bidang akupunktur juga ditemukan oleh Hua Tuo. Pernah suatu
ketika seorang pasien mencari pengobatan medis darinya karena ia mempunyai
masalah dengan kakinya dan tidak dapat berjalan. Setelah mengecek nadinya,
Hua Tuo menotok beberapa titik akupunktur di punggungnya, dan memberi 7
tusukan akupunktur di tiap titik. Pasien dengan cepat sudah dapat berjalan
setelah pengobatan. Berdasarkan pengalamannya sendiri dalam akupunktur, ia
menemukan "Titik Akupunktur Jia Ji", sebuah titik akupunktur yang mengapit
tulang belakang. Orang-orang di kemudian hari menyebut titik akupunktur
tersebut sebagai "Titik Hua Tuo"
Hua Tuo menempati posisi penting dalam sejarah pengobatan Cina atas teknik
medisnya yang hebat, juga semangatnya dalam menolong dan menyelamatkan
orang lain.
(Sumber : http://www.zhengjian.org)
Xuan Zhang :
Cendikiawan Muda pada Zaman Dinasti Tang
(Erabaru.or.id) - Nama Sun Go Kong bagi masyarakat kita sudah tidak asing
lagi. Sebuah stasiun televisi swasta pernah menayangkan film serial "Kera Sakti"
ini sampai berulang-ulang. Sun Go Kong dikenal karena kesaktiannya melawan
segala jenis siluman. Selain dia, tokoh sentral lainnya dalam film ini adalah biksu
Tong yang selalu mengendalikannya selama perjalanannya ke Barat mencari
kitab suci.
Pertanyaannya, apakah tokoh Hsuan-tsang yang dalam cerita serial "Kera Sakti"
terkenal sebagai biksu Tong itu benar-benar pernah hidup di Tiongkok? Dari
beberapa literatur yang ada menunjukkan bahwa tokoh Hsuan-tsang ini adalah
seorang biksu yang ditasbihkan pada umur 13 tahun dan hidup di Tiongkok
sekitar tahun 602-664, dikenal juga dengan nama aslinya Chen-I, mendapatkan
gelar San-Tsang atau Mu-Ch'a-T'i-P'o (Moksadeva) atau Yuan-tsang (di Jepang
dikenal dengan nama Genjo). Beliau tercatat sebagai biksu dan penziarah dari
Tiongkok yang terbesar sepanjang sejarah dan hidup pada masa Dinasti Tang
(618-907), yang menunggang kuda melakukan perjalanan ke India melewati
Himalaya selama 4 tahun perjalanan (dalam usia 23 tahun).
Mengembara ke India
Terlahir dalam keluarga cendekiawan turun-temurun yang menganut paham
Confucianis di mana atas pengaruh kakaknya yang menyenangi agama Buddha,
akhirnya mereka berdua melakukan perjalanan ke Ch'ang-an dan kemudian ke
Ssu-ch'uan (sekarang Szechwan) guna menghindari konflik politik yang terjadi.
Semasa berada di Ssu-ch'uan, Hsuan-tsang mulai mempelajari filosofi Buddhis
tetapi menemukan banyak sekali perbedaan dan kontradiksi dari berbagai kitab
yang dibacanya. Karena tidak menemukan jawaban yang memuaskan dari
gurunya, akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke India.
Kembali ke Tiongkok
Hsuan-tsang kembali ke Ch'ang-an (ibu kota negara T'ang) pada 645 setelah
meninggalkan negaranya selama 16 tahun. Beliau disambut dengan meriah di
ibu kota dan beberapa hari kemudian di depan khalayak ramai, Raja
menawarkan posisi menteri di pemerintahan dengan pertimbangan bahwa
Hsuan-tsang mempunyai pengalaman luas di berbagai negara asing. Namun
terdorong oleh niatnya yang besar untuk mengabdi dalam Buddha, beliau
menolak secara halus penawaran Raja tsb. Hsuan-tsang menghabiskan sisa
waktunya dengan menerjemahkan sekitar 657 naskah yang dikemas dalam 520
peti (literatur lain menuturkan 527 peti) yang dibawanya kembali dari India.
Pokok-pokok Pikirannya
Karya Hsuan-tsang lebih berdasarkan filsafat ajaran Yogacara (Vijnanavada/Wei-
shih cung) yang dikembangkan oleh Asanga dan Vasabhandhu, di mana bersama
dengan muridnya K'uei-chi (632-682) mendirikan sekte Wei-shih (Hanya
Kesadaran/Vijnana) yang tertuang dalam karya Hsuan-tsang , Ch'eng-wei-shih-
lun (Treatise on the Establishment of the Doctrine of Consciousness Only) yang
menjelaskan bagaimana bisa terdapat suatu dunia emperikal yang umum untuk
setiap individu yang memiliki badan dan penyerapan yang berbeda dapat
merupakan pembentuk pikiran bersama terhadap suatu tujuan tertentu. Menurut
Hsuan-tsang, benih karma universal yang tersimpan dalam gudang kesadaran
(alayavijnana) merupakan pembentuk umum dan benih karma tertentu sebagai
pembentuk pembeda masing-masing individu.
Pokok utama ajaran ini mengatakan bahwa seluruh dunia ini terbentuk karena
pikiran. Bentuk-bentuk tampak luar adalah tidak nyata (maya), tidak ada yang
nyata diluar pikiran. Pendapat umum tentang adanya bentuk luar hanyalah
disebabkan konsepsi yang salah dimana dapat dihilangkan dengan proses
meditasi yang menarik kembali semua bentuk luar yang bersifat maya tersebut
(semacam vipassana bhavana). Benih karma merupakan pembentuk
pancaskandha yang terkumpul dalam gudang kesadaran dimana membentuk
pikiran atas keberadaan dunia luar berdasarkan persepsi dan cita. Gudang
kesadaran inilah yang harus disucikan dari dualitas subyek-obyek dan
keberadaan yang maya dengan menempatkannya pada alam kemurnian yang
dapat disamakan dengan kenyataan atau kesamaan yang menunjukkan sifat
dasar dari semua benda sesuai apa yang telah ditentukan (tathata). Alam
kesadaran inilah yang dicapai oleh para Bodhisattva sebagaimana tercermin dari
konsep Trikaya.
Perkembangan ajaran
Pokok pikiran ajaran tersebut sempat populer pada masa kehidupan Hsuan-
tsang dan K'uei-chi , tetapi karena filsafat dan terminologi ajaran tersebut yang
kurang dimengerti dan sulit dicerna secara umum, demikian juga bentuk
pemahaman yang berkaitan dengan analisa pikiran dan perasaan merupakan
suatu hal yang asing bagi tradisi di Tiongkok saat itu, maka dengan
meninggalnya Hsuan-tsang dan K'uei-chi, sekte ini pun akhirnya mengalami
kemerosotan. Pada saat meninggalnya Hsuan-tsang, Raja T'ang mengumumkan
hari berkabung nasional selama tiga hari guna menghormati segala pengorbanan
yang telah dilakukan oleh Hsuan-tsang yang ditunjukkan oleh pengabdiannya
yang tanpa pamrih dalam mengembangkan Buddhisme di Tiongkok.
Dalam sebuah buku karangannya yang berjudul Ling Xian, di awal ceritanya
sudah memaparkan tentang asal-usul serta evolusi langit dan bumi. Dia
berpendapat sebelum langit dan bumi terpisah, keadaannya kacau balau, setelah
berpisah, unsur yang ringan naik dan disebut sebagai langit, yang berat
membeku menjadi bumi. Langit disebut sebagai energi positif (Yang), sedang
bumi disebut energi negatif (Yin), kedua energi saling bereaksi satu sama lain,
menciptakan maujudat (semua yang ada di alam semesta ini), energi yang
timbul dari bumi itu sebagai bintang. Dia menggunakan teori "semakin dekat
dengan langit itu lambat adanya, sebaliknya semakin jauh dari langit itu cepat",
yakni menggunakan istilah perubahan jarak untuk menjelaskan kecepatan dari
rotasi planet itu.
Zhang Heng tidak saja memperhatikan riset teori, tapi menekankan praktik, dia
pernah merancang dan menciptakan sendiri armilari berbentuk corong, serta
seismograf. Armilari ciptaannya itu sama dengan globe langit yang ada sekarang
ini, penemu aslinya: Geng Sou Chang di zaman Xihan (216 M) pada masa dinasti
Han. Tapi dimodifikasi oleh Zhang Heng, digunakan sebagai alat peraga teori
armilari.
Dia menggunakan sistem gear untuk menggabungkan globe langit serta jam air,
air dari ceret jam air tersebut mendorong globe langit dan berputar secara
merata, satu putaran persis sama dengan satu hari. Demikian orang yang
berada dalam rumah dengan melihat globe langit itu dapat mengetahui posisi
bintang tersebut berada. Seismograf yang selesai dibuat pada tahun 132 M,
yang merupakan instrumen pengetesan gempa bumi pertama di dunia.
Seismograf buatannya dan buatan Zhu Ge Liang (tokoh Sam Kok 220-265) yang
terkenal itu (Mu Niu Liu Ma) diakui secara umum belum dapat ditiru atau
dijiplak, melebihi instrumen canggih yang ada pada saat itu.
Menurut catatan buku riwayat sejarah Tiongkok kuno dari dinasti Hou Han (947-
950 M) yang berjudul Hou Han Shu Xu Heng Lie Zhuan, Zhang Heng mewariskan
32 karya tulisnya yang mencakup bidang: ilmiah, filosofi, dan sastra budaya,
dua dari karya tulisnya yang diambil secara keseluruhannya adalah: Ying Xian Fu
serta Si Xian Fu. Kedua prosa deskriptif itu sungguh mencerminkan tingkat alam
pemikiran Zhang Heng. Karya bukunya yang pertama memanivestasikan sikap
keilmuannya, sedangkan yang satunya lagi adalah sebuah karya tulis yang
langka mengenai khayalan manusia berpariwisata ke planet lain. Di dalam buku
Si Xian Fu termaktub dengan jelas yuan-shen (jiwa prima) Zhang Heng yang
berkelana antarplanet setelah meninggalkan tubuh fisiknya, itu sebabnya Zhang
Heng dapat mengetahui bola bumi merupakan tubuh berbentuk bola dan bukan
bidang rata yang tak terbatas. Hal ini pula sebabnya Zhang Heng
mengemukakan teori globe langit yang sesuai dengan struktur jagat raya.
Metode yang dipakai dalam studi kosmosnya berbeda sekali dengan pembuktian
ilmiah [iptek] yang ada pada saat ini. Keberhasilan Zhang Heng yang gemilang
sangat berkaitan erat dengan kepribadian dan sikap keilmuannya.
Ilmu perbintangan Tiongkok kuno memiliki beberapa ciri khas seperti di bawah
ini:
Pada zaman Tiongkok kuno, mengeluarkan susunan almanak adalah salah satu
lambang kekuasaan kaisar, maka pergantian dinasti kadang-kadang juga
mengganti nama tahun, mengganti almanak. Sejak dinasti Qin (221-207 SM)
dan dinasti Han (206 SM-220 M), kira-kira sudah lebih dari 100 macam almanak.
Orang dahulu percaya bahwa fenomena alam sebagai petunjuk nasib dan
kekuatan negara, maka mementingkan peredaran matahari dan bulan,
memperhitungkan gerhana matahari dan gerhana bulan, timbul dan
tenggelamnya 5 besar planet (air, emas, api, kayu, tanah ), penentuan panjang-
pendeknya tiap-tiap musim, fenomena bintang selatan dan tengah pada tiap
bulan, pencatatan penentuan baca serta penjelasannya terhadap bermacam-
macam gejala astronomi yang tidak normal, adalah menggunakan susunan
almanak Tiongkok kuno sebagai susunan almanak astronomi. Orang zaman
dahulu juga sangat mempercayai ramalan astrologi, menganggap makmur atau
merosotnya negara dan kondisi nasib orang yang memiliki kekuasaan kaisar,
juga bisa diramal dijelaskan melalui gejala astronomi yang tidak normal,
sehingga ilmu pengetahuan astronomi sering digolongkan sebagai rahasia
negara.
Orang dahulu berpendapat, Pan Gu menciptakan langit dan bumi sebagai asal
mula alam semesta (atau disebut langit dan bumi). Dan juga berpendapat bahwa
langit dan bumi semuanya bergerak di lapisan kulit bumi.
Berdasarkan makna tertentu membagi wilayah langit dan memberi nama bintang
tetap, seperti: 28 konstelasi bintang: Chen shing (Merkuri), Tai bai (Venus), Ying
huo (Mars), Xue xing (Yupiter), Shing (Saturnus).
Selain itu, pada zaman Tiongkok kuno juga menggunakan pembagian lingkaran
dengan 365 ? derajat, sedangkan yang dipakai secara umum dunia Barat adalah
sistem lingkaran 360 derajat.
Pandangan Tiongkok kuno tentang jumlah bintang tetap di seluruh langit, yang
tepat adalah 1.464 bintang 283 guan dari temuan Cheng Zhuo. Dibagi jadi 3
tetap 28 xiu dan 31 wilayah di Barat ditetapkan sebanyak 1.022 bintang dari
penemuan Ptolemy. Tradisi kalender kuno adalah gabungan dari Yin-Yang, telah
medirikan 24 musim udara, berhubungan erat dengan pertanian.
(Sumber: Dajiyuan)
Mengenal Lao Tzu dan Ajarannya
(Erabaru.or.id) - Lao Tzu hidup pada rentang masa 604-531 SM. Ia dilahirkan
di negara Ch'u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi
Hunan. Ia bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau
C'un, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama
panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu
tua.' Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar
tahun 100 SM, Lao Tzu berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup
sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tzu hidup pada era
Ciu dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa
pemerintahan Dinasti Chou (1111-255 SM), Lao Tzu sempat diangkat sebagai
seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai seorang ahli perpustakaan, ia juga
dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan,
yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Sedikit sekali catatan yang dapat ditemukan mengenai kehidupan Lao Tzu. Karya
besarnya adalah sebuah kitab yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao
Tzu yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik
mengenai jalan dan daya). Kitab ini dipandang sebagai karya kefilsafatan
pertama dalam sejarah China. Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China,
Lao Tzu tidak pernah hilang. Bagi para Confucianis, Lao Tzu dipandang sebagai
seorang filsuf yang agung, dan bagi kebanyakan orang, ia adalah seorang dewa
atau orang suci. Sedangkan bagi para Taois, ia merupakan pancaran dari Tao
dan sesuatu yang merupakan keilahian agung mereka.
Legenda Kehidupannya
Banyak sekali versi yang mengisahkan tentang kelahiran Lao Tzu, salah satunya
dipengaruhi oleh cerita tentang kelahiran Sang Buddha. Dikisahkan bahwa
ibunda Lao Tzu mengandung selama 72 tahun, dan ia dilahirkan melalui ketiak
kirinya. Menurut legenda ini, ia telah berulang kali turun dari langit dalam
berbagai wujud manusia sepanjang sejarah untuk menurunkan ajaran Taoisme
kepada para kepala negara. Legenda lainnya dari keluarga Li mengisahkan,
bahwa bayi tersebut terlahir bersinar di bawah kaki pohon plum ('Li') sehingga
diputuskan bahwa 'Li' adalah nama keluarganya. Legenda ini berkembang dari
cerita perjalanan Lao Tzu ke Barat (India). Bahkan legenda ini mempercayai
bahwa Sang Buddha merupakan perwujudan Lao Tzu juga.
"Tao Te Ching"
Ajaran Lao Tzu, lebih dikenal dengan sebutan Taoisme, yakni suatu paham
spiritual yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai perkembangan
selama ribuan tahun. Taoisme dikembangkan oleh Lao Tzu dengan kitab
utamanya yang disebut Tao Te Ching yakni kitab tentang Jalan Kebenaran. Kitab
ini merupakan suatu buku spiritual singkat yang sangat rumit dan hanya terdiri
dari 5.250 huruf. Penulisan Tao Te Ching sendiri menurut kisahnya berawal
ketika pada usia tuanya Lao Tzu meninggalkan negara Chu dan hendak hidup
bertapa. Dalam perjalanannya, ia dihentikan di pintu gerbang Hsien Ku oleh
seorang penjaga yang bernama Yin Hsi, di perbatasan negara Chin. Yin Hsi
mengenali Lao Tzu sebagai seorang Yang Suci, lalu ia memintanya untuk
menuliskan kebijaksanaannya dalam suatu kitab. Lao Tzu menyanggupi dan
selang tiga hari kemudian, ia berhasil menyelesaikannya.
Ide ajaran dalam Tao Te Ching yang terkenal adalah mengenai wuwei (tanpa
upaya disengaja). Wuwei mengandung pengertian membiarkan segala hal terjadi
sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat atau direncanakan.
Doktrin 'wuwei' merupakan suatu bentuk pengolahan diri untuk mencapai
kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran.
Skeptisme Cendekiawan
Namun demikian lepas dari berbagai kontroversi yang ada, patutlah disimak
penghormatan Confusius pada Lao Tzu, seperti yang ditulis oleh Suma Xian,
bagaimana Lao Tzu pada suatu hari bertemu dengan Confucius, yang dikritiknya
sebagai seorang budiman yang menimbun kebajikan begitu rapat, seolah-olah
kosong adanya. Sesudah pertemuan, Confucius berkata kepada murid-muridnya,
"Saya tahu bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang, bagaimana
binatang darat berlari. Tetapi yang berlari, tetap saja bisa terperangkap, yang
berenang bisa terjala, yang terbang bisa terpanah. Namun siapa yang tahu
bagaimana seekor naga mengendarai angin melalui awan menuju surga? Hari ini
saya bertemu Lao Tzu dan hanya dapat membandingkannya dengan seekor
naga."
Sekilas Kehidupannya
Konghucu dilahirkan 551 SM, pada masa pemerintahan Raja Ling dari Dinasti
Zhou di Desa Chang Ping negara bagian Lu (sekarang Chu-fu, Provinsi
Shandong). Kelahirannya ditandai dengan penampakan qilin, binatang sejenis
kuda yang bertanduk. Leluhurnya merupakan anggota wangsa bangsawan
penguasa negara Sung yang termasuk dalam wangsa raja-raja Shang, yakni
dinasti yang berkuasa sebelum berkuasanya Dinasti Zhou. Akibat kekacauan
politik menyebabkan orang tuanya kehilangan kebangsawanannya dan pindah ke
negara Lu, hingga ia dilahirkan. Nama keluarganya adalah K'ung dan nama
kecilnya adalah Khung Chiu atau Zhong Ni. Ketika berumur tiga tahun, ayahnya
meninggal dunia, ia dibesarkan ibunya dalam keadaan melarat.
Sejak masa kecil anak itu telah memperlihatkan kebijaksanaan yang luar biasa
dalam pergaulan sehari-hari. Pada usia 17 tahun ibunya meninggal. Menginjak
usia 19 tahun, ia menikahi gadis dari negara bagian Song bernama Yuan Guan.
Setahun kemudian ia mempunyai anak yang diberi nama Khung Li.
Kehidupannya berubah setelah ia berhasil menjadi pegawai pemerintahan di
negara Lu yang dijalaninya sejak usia 35 hingga 60 tahun.
Lima Kebajikan
Ada lima kebajikan yang diutarakan Konghucu yang kesemuanya bertujuan
sosial. Yang pertama dan paling luhur ialah jen, artinya perikemanusiaan, murah
hati, kecintaan. Jen merupakan perwujudan akal budi luhur dari seseorang.
Dalam hubungan antarmanusia, jen diwujudkan dalam cung, atau sikap
menghormati terhadap seseorang (tertentu) ataupun orang lain (pada
umumnya), dan shu, atau sikap mementingkan orang lain (altruisme).
Seperti ucapan Konfusius, "Janganlah engkau lakukan kepada orang lain apa
yang tidak ingin engkau lakukan terhadap dirimu sendiri." Kata jen tidak hanya
untuk menyebut satu jenis kebajikan tertentu, melainkan juga untuk menyebut
segenap kebajikan secara keseluruhan, sehingga istilah 'manusia jen' menjadi
searti dengan manusia serba bajik. Dalam hubungan demikian, jen dapat
diterjemahkan sebagai 'kebajikan sempurna.'
Kebajikan yang kedua disebut yi, keadilan atau kebenaran. Yi berarti keadaan
"yang seharusnya" terjadi. Ini merupakan amar tanpa syarat (categorical
imperative). Setiap orang memperlakukan sesama manusia sesuai dengan
kesusilaan dan bukan karena pertimbangan lain, "jangan perlakukan orang lain
dengan cara yang kita sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu walaupun cara
itu digunakan terhadap kita". Inilah tindakan yi.
Yang ketiga ialah li, yakni tindakan yang pantas, sopan santun, sesuai dengan
keadaan. Konfusius menyelaraskan kelakuan lahir dengan keluhuran batin. Biar
haus sekali, tidak pantas minum langsung dari teko, itu wu li (tidak ada li). Wu li
juga kelakuan yang mengakibatkan rasa kurang enak bagi orang lain.
Diceritakan bahwa kalau di kalangan orang dusun, Konghucu itu sederhana dan
ikhlas, kalau di keraton kata-katanya teliti dan diucapkan dengan penuh
perhatian. Tindakan lahir harus dilakukan dalam harmoni dan keseimbangan.
Seorang luhur, mengetahui istilah-istilah yang patut dipakai dan tingkah lakunya
sesuai dengan maknanya.
Kebajikan keempat disebut zhi, "kebijaksanaan". Pengetahuan diperoleh dengan
mempelajari fakta-fakta luar, tetapi kebijaksanaan berkembang dari pengalaman
batin. Dalam hidup, aspek yang kedua lebih bermutu. Kebajikan kelima ialah
hsin, yang mengandung pengertian 'percaya terhadap orang lain'. Seperti yang
dikatakan Konghucu, "Dalam pergaulan terlebih dahulu saya mendengarkan apa
yang dilakukan orang dan mempercayai kelakuannya, sesudah itu baru saya
dengar lagi perkataannya dan mengamati kelakuannya."
Konghucu yakin bahwa keluhuran hati serta kebajikan dapat diperoleh karena ia
percaya manusia dapat dididik. Ia mengajarkan bahwa Tao, yakni 'jalan' sebagai
prinsip utama dari kenyataan, merupakan "jalan manusia." Artinya bahwa
manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup
dengan baik. Bagi Konghucu keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan.
Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (jen), yang merupakan
model untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan
mereka berbeda.
Perjalanan Pencerahan
Pangeran Siddhatta dikenal juga sebagai Buddha Gotama. Ia putra tunggal dari
pasangan Raja Suddhodana dan Ratu Maya, yang berkuasa di kerajaan Sakya.
Saat dalam kandungan sang ibu, ia terlihat dalam posisi duduk bermeditasi
dengan muka menghadap ke depan. Tepat saat purnama sidi di bulan Vaisak
tahun 623 SM, ia dilahirkan dalam keadaan bersih, tiada darah, ataupun noda
yang melekat di tubuhnya. Sang bayi lalu berdiri tegak dan berjalan tujuh
langkah di atas tujuh kuntum bunga teratai ke arah utara. Saat kelahiran empat
Mahabrahma menerima sang bayi dengan jala emas, dari langit turun air dingin
dan panas untuk memandikan bayi sehingga segar.
Baru sekitar tujuh hari dilahirkan, ibunya meninggal dunia. Semenjak ditinggal
ibunya ia dirawat oleh Putri Pajapati (adik Ratu Maya) yang dinikahi ayahnya. Ia
tumbuh dalam keluarga penuh kasih. Oleh karena itu sejak kanak-kanak ia
dikenal sebagai seorang yang welas asih terhadap sesamanya. Di samping itu ia
juga mempunyai kelebihan dan kecerdasan yang luar biasa. "Keganjilan" yang
ditunjukkan Siddhatta sejak kecil telah terlihat misalnya sewaktu diadakan
perayaan membajak. Saat perayaan sedang berlangsung, ia bermeditasi dengan
duduk bersila dipayungi bayangan pohon jambu. Anehnya bayangan pohon
jambu tidak mengikuti jalannya matahari, namun tetap menaunginya.
Selama 6 tahun dia bertapa mencapai tingkatan Buddha pada usia 35 tahun.
Buddha menghabiskan sisa ketidakkekalan tubuhnya selama lebih 45 tahun
membabarkan dharmanya, ajaran luhurnya sebagai obat yang akan dapat
membebaskan penderitaan manusia dari penderitaan dan mengantarnya ke
pantai pembebasan. Suatu masa yang cukup panjang, sang Buddha
membabarkan ajarannya hingga parinirvana-nya (wafat) di usia 80 tahun di
Kusinara.
Penerangan Buddha
Mereka yang telah sadar atau yang disebut Buddha itu adalah mereka yang telah
dapat mengatasi kekotoran batinnya, terbebas dari lobha (keserakahan), dosa
(kebencian), dan moha (kebodohan). Hendaknya manusia tidak terjebak dalam
keterikatan arus kehidupan duniawi, namun sebaliknya terus ingat dan waspada
agar dimensi keluhuran atau transenden dalam diri kita tidak tercemari dan
terbenam dalam lumpur ketidaksadaran dan kesemuan hidup duniawi.
EmpatKebenaranMulia
Empat Kesunyataan (Kebenaran) Mulia, merupakan inti dan bagian terbesar dari
isi khotbah pertama Sang Buddha, kepada lima pertapa, yakni Kondana, Vappa,
Bhaddiya, Mahanama, dan Assaji. Khotbah pertama ini dikenal sebagai
Dhammacakkapavatthana Sutta, yang membabarkan mengenai Empat
Kebenaran Mulia, yakni; Dukkha Ariyasacca, Dukkhasamudaya Ariyasacca,
Dukkhanirodha Ariyasacca, Dukkhanirodha Gamini Patipada Ariyasacca. Dukkha
Ariyasacca merupakan Kesunyataan Mulia tentang Dukkha. Dukkha yang
dimaksud adalah; kelahiran, usia tua dan kematian, berkumpul dengan yang
tidak disenangi, berpisah dengan yang dicintai, tidak memperoleh apa yang
diinginkan. Ringkasnya jasmani dan rohani, lima kemelekatan merupakan
dukkha. Dukkhasamudaya Ariyasacca adalah Kesunyataan Mulia tentang sebab-
musabab dukkha. Sebab-musabab dukkha adalah nafsu keinginan yang
menyebabkan kelahiran kembali, disertai dengan hawa nafsu yang menemukan
kesenangan disana-sini.
Manusia Buddha
Setiap orang berjalan menuju Nirvana, dan terbangun kesadarannya untuk
menjadi Buddha. Setiap orang hendaknya mengenali kembali bahwa Buddha
hidup di hati manusia. Apabila Buddha tetap hidup di hati, maka tubuh dan
kehidupan pun akan menyerupai Buddha. Dalam Buddha Mahayana mengenal
ajaran mengenai Trikaya atau tiga tubuh Buddha, Dharmakaya (sumber
kebuddhaan), Nirmanakaya (penampakan Buddha dalam bentuk fisik), dan
Sambgohakaya (arus religiusitas dalam diri dan kehidupan manusia).
Nirmanakaya merupakan aspek penampakan fisik Buddha seperti yang terwujud
dalam diri manusia. Kehidupan Siddhata Gotama merupakan perwujudan fisik
yang mencerminkan kebuddhaan. Buddha tampak dalam wujud manusia. Karena
itu, kelahiran kita sekarang ini bukanlah sesuatu yang sia-sia atau harus
dihabiskan percuma begitu saja tanpa mengembangkan sifat kebuddhaan yang
terdapat dalam diri kita.
Ibunda Yesus, Maria yang sedang mengandung 6 bulan, mau tidak mau harus
menempuh sejauh ratusan kilometer mengikuti sang suami hingga tiba di
Bethlehem. Namun, tempat penginapan semua telah penuh, tiada tempat untuk
bernaung, dan dengan terpaksa Maria melahirkan Yesus di sebuah kandang
kuda. Pada saat itu, para kaki tangan kerajaan Roma di Yerusalem melaporkan
kepada raja tua Yahudi bahwa raja baru Yahudi telah lahir ke dunia. Sang raja
merasakan kekuasaannya mendapat ancaman, oleh karena itu segera
memerintahkan untuk membunuh semua anak yang berusia di bawah 2 tahun.
Sebuah sifat seorang raja lalim, curiga berlebihan dan berpikiran sempit. Orang
tua Yesus yang mendengar kabar itu, dengan tergesa-gesa melarikan diri ke
sebuah bukit di bagian utara dan bersembunyi.
Sang raja Yahudi tentu saja menjadi gelisah, demikian pula para pendeta agama
(orang yang mengepalai urusan keagamaan). Katanya: "Oh, semuanya telah
mempercayai Yesus itu, lalu bagaimana dengan kita ini? Siapa lagi yang
mempercayai kita? Dan ini bagaimana menanganinya kelak? Tidak, tidak boleh
membiarkan lagi kata-kata sesat dan tipuannya menyesatkan masyarakat. Pergi,
periksa seluk beluk tentang Yesus itu!" Raja tua Yahudi yang memerintahkan
untuk membunuh anak kecil telah meninggal, namun tampaknya raja kecil
Yahudi penggantinya mewarisi sifat lalim orang tuanya.
Para pendeta dengan tidak sabar ingin membawa Yesus kepada pembesar Roma,
namun orang Roma tidak akan menerima begitu saja tuduhan tersebut. Seorang
pejabat administrasi Roma yang sangat licik, mengetahui bahwa "surga" yang
dikumandangkan Yesus sama sekali tidak akan bertentangan dengan kaisar
Romawi, juga tahu apa yang akan dilakukan orang Yahudi, ia tidak mau "terjun
ke dalam air keruh". Ia berkata pada orang Yahudi: "Saya tidak merasa orang ini
(Yesus) tidak punya kesalahan apa-apa", ia membiarkan orang Yahudi sendiri
yang memutuskan hidup matinya Yesus. Di bawah dorongan para pendeta dan
beberapa orang yang punya maksud-maksud tertentu, massa bersama-sama
menghujat berbagai macam umpatan kepada Yesus, dan menuntut menghukum
mati. Begitu pejabat administrasi melihat "kemarahan massa sukar diatasi", mau
tidak mau membawa Yesus ke atas salib.
Lalu apa yang dilakukan murid-muridnya, sejumlah besar orang yang pernah
mendengar ajarannya, dan menyaksikan orang yang pernah disembuhkan
olehnya? Ahli sejarah Roma seperti Tachitus, dalam karyanya menyebut murid
Yesus sebagai "sekelompok orang yang sesat dan menyebalkan," pemerintah
"merekayasa dakwaan" terhadap orang-orang tersebut, menjatuhkan hukuman
kejam dengan sewenang-wenang, dan menindas aktivitas sesat itu, teror putih
dalam negeri dapat kita lihat bagaimana seriusnya. Meskipun Yesus berkali-kali
secara jelas memberitahu pada murid-muridnya, bahwa dirinya sendiri akan
mengalami penderitaan di kota Yerusalem dan akan bangkit kembali pada hari
ke-3 setelah wafat. Namun, di bawah fitnahan, sindiran, cacian, siksaan di
penjara, dan bahkan di bawah ancaman hukuman mati yang berasal dari langit
dan bumi, para murid tidak memiliki keberanian untuk menyerukan
ketidakadilan demi gurunya sendiri. Di depan sentimen massa yang marah dan
prajurit yang berseragam lengkap para murid Yesus terkejut hingga tidak tahu
apa yang mesti dilakukan, lalu berpencar ke segala penjuru dan lari. Bahkan
murid Yesus yang setia yaitu Petrus, pernah tiga kali di hadapan Yesus, namun
tidak berani mengakui bahwa Yesus adalah gurunya.
Namun justru adalah massa pengikut yang baik namun takut ini, dalam waktu
yang tidak lama setelah kematian Yesus, bagaikan suatu keajaiban rasa takut
dan putus asa menjadi lenyap, dengan keyakinan keberanian, dan kebaikan hati
yang teguh, membuktikan pada semua orang akan kebesaran guru di wilayah
dan lingkungan masing-masing, demi hal ini sejumlah besar orang juga tidak
segan-segan mengorbankan jiwanya. Lalu apakah penyebabnya ini? Di dalam
catatan memori murid Yesus yang berbeda, semua dengan tepat dan jelas telah
tercatat bahwa memang benar Yesus seperti apa yang dikatakannya, yaitu
bangkit kembali pada hari ke-3 setelah wafat, dan akan bangkit kembali di
hadapan massa yang berbeda, pada tempat dan waktu yang tidak sama.
Keyakinan para murid bertambah, percaya dengan pasti bahwa gurunya sendiri
adalah mutlak benar, demikian pula dengan keyakinannya sendiri.
Akan tetapi mengapa seorang gadis desa yang sederhana dan masih berumur 16
tahun bisa memimpin Tentara Perancis? Joan bukanlah siapa-siapa, hanya
seorang gadis sederhana. Pada usia 12 tahun, beliau mulai mendengar suara-
suara dari Santa Michael, Santa Catherine dan Santa Margaret. Para Santa ini
mengatakan padanya bahwa misi besarnya adalah membebaskan negaranya dari
invansi tentara Inggris. Beliau mempercayai para Santa ini membawa pesan dari
Jesus, kemudian Joan memutuskan untuk melaksanakan perintah suara itu.
Lalu Joan memotong pendek rambutnya dan memakai seragam militer pria serta
mencoba meyakinkan Raja Charles VII bahwa beliau dikirim oleh Tuhan. Setelah
melewati berbagai tes dari dewan agama, akhirnya dia diberikan sepasukan
tentara, dengan petunjuk kekuatan supernormalnya Beliau dapat memenangkan
peperangan.
Pada saat itu, tentara Inggris berhasil menduduki kota Paris dan seluruh Perancis
sebelah utara dari Loire. Kekuatan raja Perancis sangat lemah sehingga banyak
mengalami kekalahan perang. Penduduk desa harus menanggung kemarahan
tentara Inggris dengan menjarah harta benda dan membakar desanya juga
memperkosa para wanitanya. Kemenangan2 menakjubkan yang diperoleh
pasukan Joan mulai mendapat simpati dari rakyat. Pada pertempuran di Orleans
tahun 1429, beliau memimpin pasukannya untuk memenangkan dan
meneruskan pertempuran melawan musuh didaerah lainnya disepanjang Loire.
Pada akhir tahun 1429, Charles VII dinobatkan sebagai Raja Perancis di Gereja
Kathedral Reims dan memberikan penghargaan atas kemenangan yang diraih
Joan untuk mendampinginya dalam penobatan tersebut.
Akan tetapi setelah beberapa bulan di tahun 1430, Joan tertangkap oleh pasukan
Burgundians saat mempertahankan Compigne. Kemudian dia dijual kepada
tentara Inggris dan diuji kemampuan supernormalnya oleh pengadilan gereja di
Rouen.
Pengadilan tidak menyukai cara berpakaian Joan yang memakai baju pria,
dimana pada saat itu dianggap sebagai sebuah kejahatan melawan Tuhan. Oleh
karena itu diperintahkan untuk melepasnya dan sebagai pelindung, dibuatkan
tali pengaman yang dapat dikencangkan untuk menghindari pemerkosaan oleh
penjaga penjara.
Takseorangpun baik Raja ataupun Paus yang membelanya, dan Joan dinyatakan
bersalah setelah 14 bulan diinterograsi. Beliau dibakar hidup-hidup disebuah
tempat keramaian pada usia 19 tahun. Joan adalah salah satu pahlawan yang
paling ternama dalam sejarah. 500 tahun setelah kematiannya beliau dinobatkan
sebagai Santa.
Teori Idea
Plato memandang bahwa kehidupan ideal adalah kehidupan pikir, harmoni
adalah idealitas jiwa manusia. Artinya bahwa akal sebagai dasar, pengendali,
pengatur bagi setiap pemahaman. Ia seorang rasionalis seperti halnya Socrates.
Realitas pada dasarnya terbagi ke dalam realitas yang dapat ditangkap oleh
indera (kasat mata) dan realitas yang hanya dapat dipahami oleh akal. Segala
yang nyata dalam alam bersifat mengalir, dapat hancur, dapat terkikis oleh
waktu, karena terbuat dari materi yang dapat ditangkap oleh indera. Ini dikenal
dengan sebutan dunia materi.
Sedangkan ada realitas di balik dunia materi yang di dalamnya tersimpan pola-
pola yang kekal dan abadi tak terkikis oleh waktu yang dikenal dengan dunia ide.
Dunia ide ini hanya dapat ditangkap oleh akal. Dunia ide inilah dunia yang
sebenarnya. Dalam analogi mitos gua Plato, realitas yang sebenarnya berada di
dunia terang di luar gua, bukan bayang-bayang dinding gua dari benda yang
sebenarnya. Fenomena alam hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang
kekal.
IdeKebahagiaan
Boleh dikatakan bahwa Plato memandang akal sebagai sarana untuk menangkap
pengetahuan mengenai segala sesuatu idea dalam realitas, seperti ide kebaikan,
ide kebahagiaan dan ide keadilan. Ide kebaikan tertinggi manusia adalah
kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang bersifat absolut, abadi dan kekal, bukan
kesenangan karena kesenangan hanyalah sekadar memuaskan nafsu badaniah
semata. Lalu dari mana kebahagiaan terbentuk?
Ketiga elemen tersebut yang terdiri dari akal, rohaniah dan nafsu badaniah
disebut dengan jiwa tripartit. Rasa kebahagiaan manusia sebagai kebaikan
tertinggi bersumber dari sifat-sifat alaminya yang berfungsi sebagai
penyeimbang dari pemenuhan kebutuhan ketiga elemen yang membentuk
manusia. Oleh karena itu, karena memiliki jiwa tripartit inilah maka kebaikan
tertinggi bagi manusia adalah rasa tenteram atau kebahagiaan. Kebahagiaan
didapat dari tiga pemenuhan tiga bagian jiwa di bawah aturan dan kendali akal.
Dari ketiga elemen tersebut penggunaan akal sebagai sarana berpikir adalah
yang paling penting dalam esensinya sebagai manusia. Dalam hierarki berada
pada tingkat tertinggi. Nafsu badaniah berada pada tingkatan paling rendah,
sedangkan elemen rohaniah berada pada tingkatan menengah. Inilah yang
dikenal sebagai teori diri atau kepribadian tripartit milik Plato.
Harmoni Tripartit
Dengan demikian dari ketiga elemen tidaklah boleh dihilangkan atau diabaikan
salah satunya dalam mencapai kebahagiaan. Harmoni atau keseimbangan
pemenuhan di antaranya dengan akal sebagai pengarah rohani dan nafsu maka
seseorang bisa memuaskan sifat alami manusia yang kompleks. Dan jika setiap
elemen mampu berfungsi dalam kapasitas dan perannya masing-masing sesuai
dengan bangunan diri, maka kehidupan orang seperti ini bisa dikatakan bijak
dan mengalami keadilan jiwa. Penggabungan kepribadiannya menjadi
ketenteraman dan kebahagiaan. Keharmonian di antara elemen rasional dan tak
rasional jiwa inilah yang harus dipahami, karena berkaitan dengan sikap moral,
moralitas seseorang.
Plato menganalogikan dengan jelas tentang fungsi dan peran ketiga elemen
dengan analogi lain. Misalkan elemen akal adalah manusia, elemen roh adalah
singa, dan elemen nafsu badaniah adalah naga berkepala banyak. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana cara membujuk singa agar membantu manusia
menjaga naga hingga tetap dapat diawasi? Tentu saja dengan peran sebagai
pawang manusia harus mampu menjaga harmoni serta mengendalikan singa
dan naga. (Mat/dari berbagai sumber)
Kisah Sesepuh ke-enam Zen : Hui Neng
Kepala Bhikshu Shen-hsiu berpikir, "Orang-orang ini tidak mau mengarang gatha
karena saya adalah instruktur mereka. Sehingga saya harus mempersembahkan
suatu gatha di hadapan Guru. Jika saya tidak melakukannya, bagaimana Guru
dapat mengetahui dalam atau dangkalnya pengetahuan saya? Niat dari
penyajian gatha tersebut akan merupakan suatu hal yang tepat, jika dilakukan
berdasarkan Dharma. Tetapi akan salah jika dilakukan berdasarkan tampuk
pimpinan Sesepuh, karena akan seperti kebanyakan orang pada umumnya yang
merebut tampuk pimpinan suci. Jika saya tidak menyajikan gatha, saya tidak
akan meneruskan tampuk pimpinan Sesepuh. Benar-benar suatu perkara yang
pelik!" Setelah berpikir panjang lebar dan dengan berbagai keraguan, ia berkata
pada dirinya sendiri, "Bagaimana kalau saya menuliskan gatha tersebut di
dinding koridor selatan, pada tengah malam dimana tiada seorangpun di sekitar
tempat tersebut, dan membiarkan Guru melihatnya sendiri? Jika Guru
melihatnya dan berkata bahwa gatha tersebut tidak bagus, maka hal ini dapat
dianggap sebagai berbuahnya karma buruk saya di masa lampau, dan saya
tidaklah tepat untuk memperoleh posisi sebagai Sesepuh." Sehingga pada
tengah malam, Shen-hsiu pergi ke koridor selatan dan dengan memegang
sebatang lilin, ia menuliskan gatha berikut di dinding untuk mengekspresikan
pengetahuannya.
Semua orang kagum akan gatha tersebut. Guru Hung-jen khawatir orang-orang
akan terhasut, dan beliau berkata, "Gatha ini juga tidaklah sempurna."
Setelah diberikan Jubah dan Dharma, Hui-neng pergi pada tengah malamnya.
Guru Hung-jen mengantarkannya ke dermaga Chiu-chiang dimana beliau
mengarahkannya ke sebuah perahu dan berkata, "Pergilah sekarang, arahkan ke
sebelah selatan. Jangan menyebarkan Dharma terlalu cepat. Dharma tidaklah
mudah disebarkan." Setelah mengucapkan selamat tinggal, Hui-neng memulai
perjalanannya ke arah selatan.
Dalam waktu dua bulan, Hui-neng telah mencapai Gunung Ta-yu. Banyak orang
mengubernya untuk merebut kembali Jubahnya. Diantara mereka terdapat
seorang bhikshu yang bernama Ch'en Hui-ming, seorang bekas jenderal dan
sangat kasar sifatnya. Dia sempat menangkap Hui-neng, dan Hui-neng
menyerahkan Jubah tersebut. Tetapi, dengan alasan tertentu, Ch'en tidak
sanggup menerima Jubah tersebut. Ia berkata, "Saya kemari untuk Dharma.
Saya bukan menghendaki Jubah." Hui-neng kemudian membabarkan Dharma.
Setelah mendengarkan ceramah tersebut, Ch'en mencapai Pencerahan. Dan
bersujud kepada Hui-neng sebagai Gurunya. Ch'en kemudian pergi ke arah
utara.
Hal yang terpenting dalam ajaran Ch'an adalah pada perenungan Hakekat Diri,
yang berarti menghidupkan cahaya diri sendiri dan memantulkannya ke dalam
batin kita. Sebagai gambaran, dapat kita ambil contoh suatu lampu. Kita
mengetahui bahwa cahaya dari suatu lampu apabila dibalut oleh suatu halangan,
akan memantul ke dalam dengan pancarannya yang berpusat pada lampu
tersebut. Sedangkan sinar dari suatu lampu yang tidak terhalang akan
memancar ke luar.
Disebutkan juga saat Nicholas ke tanah suci, kapalnya dilanda angin ribut, salah
satu dari tiang layarnya patah dan menimpa kepala seorang kelasi hingga
mengakibatkan kematiannya. Dengan doa Nicholas akhirnya angin ribut reda,
bahkan ia bisa "menghidupkan" kembali kelasi yang telah meninggal itu. Sejak
saat itulah ia dikenal sebagai Saint atau orang suci pelindung dari para pelaut
dan semua kapal dagang. Kepercayaan tersebut semakin besar dan kuat
sehingga Sinterklaas sudah dianggap sebagai wakil Tuhan untuk melindungi
mereka oleh para pelaut Yunani maupun Italia.
Karena kebaikan St. Nicholas, ia diagungkan oleh gereja-gereja pada saat itu.
Salah satu contoh yang bisa kita lihat adalah gereja yang dibangun Kaisar
Justinian bagi St. Nicholas sekitar tahun 540 di Konstantinopel. Banyak negara
yang mengangkat Nicholas sebagai santo pelindung bagi negara tersebut. Ketika
ia meninggal, Nicholas dikuburkan di Myra. Tapi pada abad ke-11, kuburan St.
Nicholas digali dan diangkut oleh para pedagang dari Italia dan dipindahkan ke
Bari di Italia. Di Bari sebuah gereja dibangun bagi St. Nicholas. Banyak orang
datang ke sana untuk berziarah.
Gereja sempat melarang tradisi memuja orang-orang suci, lebih mendorong
untuk memusatkan diri pada Kristus saja sebagai pemberi keselamatan dengan
memperingati hari kelahirannya pada 25 Desember. Perayaan St. Nicholas pun
ditiadakan. Tetapi tradisi perayaan St. Nicholas tidak bisa dihapus dengan
mudah. Tradisi itu bukannya hilang tetapi malah menempel pada hari Natal
tersebut, dan diteruskan pada masa-masa berikutnya. Perayaan St. Nicholas
dirayakan pada malam Natal.
Cheng Ho dan Perayaan 600 tahun
ekspedisinya
Biografi
Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan kaisar
Cina Yongle (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama
aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (? ??), berasal
dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho
ditangkap dan kemudian dijadikan kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku
bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu, seorang putri Cina,
Hang Li Po (atau Hang Liu), dikirim oleh kaisar Cina untuk menikahi Raja Malaka
(Sultan Mansur Shah).
Pada tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa
tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di
lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa
kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).
Penjelajahan
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara
lain:
Asia Tenggara
Sumatra
Jawa
Srilangka
India
Persia
Teluk Persia
Arab
Laut Merah, ke utara hingga Mesir
Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik
Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua
dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan,
Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain
kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar
Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.
Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa
pemerintahan raja Wikramawardhana. Cheng Ho sewaktu berkunjung ke
Semarang, membuat Vihara Sam Poo Kong yang sangat terkenal itu.
3 Agustus 2005 Peresmian revitalisasi Tempat Ibadah Tri Dharma Sam Poo Kong
dan upacara peringatan 600 tahun Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Poo
Kong
3 - 5 Agustus, 2005 Festival Lampion di Klenteng Gedung Batu Sam Poo Kong
Semarang
4 Agustus 2005 Prosesi ritual dan arak-arakan Sam Poo dari Klenteng Tay Kak
Sie menuju Sam Poo Kong, Gedung Batu
Han Xin (?? 196 BC), seorang anggota militer pada masa awal Dinasti Han,
berasal dari Huayin (sekarang Provinsi Jiangsu). Kedua orang tuanya telah
meninggal dunia sejak ia masih kecil. Walaupun ia sangat miskin, dia belajar
dengan keras dan menjadi sangat mengerti tentang strategi dan taktik militer. Ia
mempunyai ambisi yang besar dan bercita-cita menjadi orang penting suatu hari
nanti. Tanpa penghasilan, ia sering ke rumah teman yang berbeda untuk makan.
Kadang-kadang ia pergi ke Sungai Huai untuk menangkap ikan untuk ditukar
dengan sejumlah uang. Ia sering didiskriminasi oleh orang-orang yang ada di
sekitarnya. Pernah sekali, segerombolan penjahat mempermalukannya di depan
publik. Seorang tukang daging berkata padanya: Walaupun kau tinggi dan
besar dan suka membawa pedang, saya tahu kau adalah seorang pengecut.
Apkah kau berani membunuhku dengan pedangmu? Jika kau tidak berani, kau
harus merangkak di antara kaki saya. Han Xin mempunyai banyak ambisi dan
tahu bahwa bila ia membunuh orang itu ia harus membayar atas perbuatannya
dengan nyawanya. Bagaimana ia dapat membunuh pria itu? Pikirannya tidak
terpancing oleh hal itu, ia jadi merangkak diantara kaki tukang daging itu di
depan semua orang. Cerita sejarah menamakannya: Penghinaan merangkak
diantara selakangan kaki.
Pada tahun 209 SM, dua petani, Chen Sheng dan We Guang, memulai sebuah
pembrontakan melawan Dinasti Qin yang korup. Dengan cepat terjadi
pembrontakan terjadi di seluruh China. Han Xing bergabung dengan tentara
pembrontakan Xiang Liang, yang mendirikan kerajaan Chu Barat. Setelah Xiang
Liang tewas dalam perang, keponakan laki-lakinya Xiang Yu menjadi pemegang
kekuasaan Chu Barat. Xiang yu tidak berpikir banyak terhadap Han Xing dan
hanya memberinya posisi sebagai penjaga. Han Xing memberikan banyak usulan
kepada Xiang Yu, tapi tidak satupun diambil. Ia marah akan perlakuan tersebut
dan meninggalkan kemah Chu untuk bergabung dengan tentara pembrontakan
lain yang dikenal Han dibawah bangsawan Liu Bang.
Pada awalnya, Liu Bang juga tidak berpikir banyak terhadap Han Xing dan hanya
mengatakannya sebagai petugas yang mengatur suplai makanan. Han Xing
menyadari Liu Bang tidak akan memberinya jabatan penting dan memutuskan
untuk pergi lagi. Tetapi Perdana menteri Liu Bang, Xiao He, sadar akan
kemampuan Han Xing. Ketika ia mendengar berita bahwa Han Xing telah pergi,
ia menunggang kudanya mengejar Han Xing sepanjang malam dan
meyakinkannya untuk kembali. Ada suatu ungkapan tentang kisah ini: Xiao He
meyakinkan Han Xin dibawah bulan.
Kemudian, setelah mendapat banyak rekomendasi dari Xiao He, Liu Bang
mendiskusikan strategi militer dengan Han Xin dan sadar Han Xin adalah
seorang yang memiliki bakat militer yang langka. Liu Bang akhirnya
mengadakan upacara dan mengangkat Han Xin sebagai Jenderal besar
Bulan Mei tahun 206 SM, tentara Han memenangkan kemenangan utama
melawan tentara bangsawan Zhang Han. Tentara bangsawan Zhang Han
bermarkas di dekat kota Hangzhou. Jalan di sana telah dihancurkan. Han Xin
secara terbuka mengirim banyak prajurit untuk memperbaiki jalan tersebut.
Bangsawan Zhang Han mengetahui hal itu dan menempatkan penjaganya
dengan berpikir bahwa tentara Han tidak akan mampu meluncurkan serangan
hingga jalan selesai diperbaiki. Pada pertengahan waktu itu, Han Xin memimpin
sendiri pasukan menyusuri sebuah jalan belakang yang tua dekat Nanzheng dan
keluar melalui kota Chen Cang. Tentara bangsawan Zhang Han sepenuhnya
terkejut dan dihancurkan oleh tentara Han. Karena kemenangan ini, Liu Bang
bisa mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang dari tiga pemimpin
pembrontakan.
Bulan Pebruari tahun kedua Hangaozu, Han Xin memimpin pasukannya ke luar
menyebrangi Hanguguan dan berjalan menuju kota Luoyang. Ia mendapat
rangkaian kemenangan. Tentara Han bahkan menaklukkan Peng, ibukota Chu,
yang diperintah oleh Xiang Yu. Pada waktu itu, Xiang Yu sedang
bertanggungjawab terhadap perang melawan negeri Qi. Ketika ia mendengar
jatuhnya kota Peng, ia memimpin 30.000 kavaleri yang terlatih dengan sangat
tinggi kembali ke kota Peng saat malam dan mengalahkan tentara Han dengan
cepat. Han Xin menyatukan kembali pasukan yang kalah dan bergabung dengan
kekuatan Liu Bang di wilayah Luoyang. Ia menggunakan taktik perang memblok
dan memojokkan dan mengalahkan tentara Chu diantara Kabupaten Jiang dan
Suoting, dan menghentikan tentara Xiang Yu bergerak menuju ke barat.
Akhirnya, pertempuran terdepan terjadi di Yingyan (sekarang adalah Provinsi
Henan).
Bulan Agustus, Liu Bang mengangkat Han Xin sebagai Perdana Menteri Kiri. Han
Xin memimpin tentara untuk menyerang negeri Wei. Bangsawan Bao Wei
menempatkan sejumlah besar pasukan sepanjang timur tepi Sungai Kuning.
Untuk menanggulangi strategi pasukan Wei, Han Xin menempatkan sejumlah
besar kapal di Linjin yang berseberangan dengan sisi Sungai Kuning, berpura-
pura akan menyerang dengan menyeberang sungai dengan kapal. Sementara itu
ia mempunyai peralatan sementara yang dibangun untuk menyeberang sungai
menggunakan kerangka kayu yang diikat bersama dengan vas keramik. Pasukan
menyebrangi hulu sungai di Xiayang dan membuat serangan kejutan di Anyi.
Dengan kemunculan tak terduga, pasukan Han di belakang tentara Wei, Han Xin
mengalahkan tentara Wei dan menangkap bangsawan Bao Wei.
Bulan September tahun ketiga Hangaozu, Han Xin memimpin pasukan menuju
timur untuk menyerang Eyu: ia menangkap penjabat Perdana Menteri Xia Chuo
dan menguasai Kabupaten Dai. Pada waktu itu, Liu Bang memerintahkan Han
Xin secepatnya menempatkan kekuatan utamanya di wilayah Yinyang untuk
memperkuat pertahanan wilayah. Dengan demikian, Han Xin memimpin hanya
kira-kira sepuluh ribu pasukan menuju timur untuk menyerang Zhao di Jingxing.
Bangsawan Xie Zhao dan kepala komandan, Chen Wu, menempatkan dua ratus
ribu prajurit di pintu gerbang Jingxing di wilayah Pegunungan Taixing. Tentara
Zhao berada pada daerah yang menguntungkan dan bersiap untuk bertempur
dengan Han Xin. Han Xin mengirim 2.000 kavelari ringan bermalam untuk
mengepung resimen utama tentara Zhao. Pada dini hari, Han Xin mengatur
kekuatan utama di pinggir tepi sungai, dengan sungai di belakang pasukan dan
memancing tentara Zhao untuk menyerang. Tentara Han berjuang dengan
sungai di belakang mereka. Mengetahui mereka tidak mempunyai jalan untuk
mundur, setiap orang berjuang dengan putus asa. 2.000 Kavaleri menggunakan
kesempatan untuk menyerang batalion Zhao. Ketika tentara Zhao melihat
bendera merah tentara Han berkibar dimana-mana, mereka panik dan jatuh
dalam kekacau-balauan. Han Xin menggunakan situasi yang menguntungkan ini
untuk menyerang dan mengalahkan 200.000 orang-kuat pasukan Zhao. Pasukan
Han membunuh komandan Chen Yu dan menangkap Bangsawan Xie Zhao.
Bulan November tahun keempat Hangaozu (203 SM), Han Xin menggunakan
taktik pasukan berat untuk cepat menyerang ibukota Qi, Linzi. Jenderal Chu,
Long Qie memimpin tentara 200.000 pasukan untuk penyelamatan dan bertemu
dengan tentara Qi yang kalah di Gaomi (sekarang adalah Provinsi Shandong).
Mereka berhadapan dengan tentara Han Xin pada sisi yang berseberangan dari
Sunga Huai. Secara rahasia, Han Xin telah mengirim pasukan saat malam untuk
memblokade air sungai di hulu dengan lebih dari sepuluh ribu kantung pasir.
Pada dini hari, ia mengirim sebagian pasukannya untuk menyeberang Sungai
Huai untuk menyerang pasukan Chu dan menarik diri berpura-pura telah
dikalahkan. Jendral Long Qie keliru menganggap tentara Han Xin takut dan
mengirim kekuatan utamanya menyebrang sungai untuk menyerang. Han Xin
memerintahkan pasukannya membuka hulu bendung dan air memisahkan
pasukan Chu menjadi dua bagian. Ia kemudian menggunakan strategi
menyerang musuh di tengah penyebrangan sungai dan membunuh semua
pasukan yang telah menyeberangi sungai. Jendral Long Qie juga ikut terbunuh.
Pasukan gabungan Qi dan Chu, yang berada di sisi lain sungai, mengalami
kegagalan tanpa pertempuran. Han Xin mengambil kesempatan dan mengejar
pasukan yang kabur dan menangkap Bangsawn Qi, Tin Guang. Ia menaklukkan
seluruh wilayah teritorial Qi.
Setelah Han Xin menguasai wilayah Qi, Xiang Yu panik. Ia cepat mengirim orang
untuk membujuk Han Xin untuk bergabung dengannya dan bertempur melawan
Han, berjanji akan memberikan sepertiga dari negerinnya. Han Xin menolaknya.
Pelapor Han Xin, Quqi Tong mencoba membujuknya: Jenderal, pernahkah anda
mendengar bahwa sangat berbahaya apabila seorang pemberani dan berbakat
melebihi seorang master dan jasa yang sangat besar tidak akan dibalas?
Reputasi anda sekarang merupakan peringatan bagi anda dan anda mempunyai
jasa yang besar. Jika anda bergabung dengan Chu, mereka tidak akan
mempercayai anda, dan kau akan kembali kepada Han, bangsawan Han akan
takut pada anda. Jika anda tidak membangun diri sendiri sebagai bangsawan
sesuai dengan hak anda, kalau begitu dimana yang akan menjadi rumah anda?
Han Xin Dengan cepat menghentikannya: Jangan bicara lagi. Bangsawan Han
memperlakukan saya dengan kebaikan dan kemurahan hati yang begitu besar.
Beliau memberi saya kereta kudanya sendiri untuk saya gunakan. Beliau
memberi saya bajunya untuk dipakai. Beliau memberi makanan untuk dimakan.
Nenek moyang kita berkata: Ketika kita mengendarai kereta kuda orang lain,
kau akan berbagi keresahannya; ketika kau memakai pakaiannya, kau juga
harus berbagi kecemasannya; dan ketika kau mengambil makanannya, kau
seharusnya melakukan yang terbaik untuknya. Bagaiman bisa saya melihat
hanya keuntungan saya sendiri dan lupa akan kebaikannya?
Ia menolak melawan Liu Bang. Tetapi wilayah Qi telah ditaklukkan dan di sana
perlu menciptakan seorang bangsawan untuk memerintah negeri itu dan
menenteramkan pikiran rakyat. Lalu Han Xin menulis sebuah surat kepada Liu
Bang meminta untuk menjadi penjabat bangsawan untuk Qi. Pada awalnya, Liu
Bang tidak menyetujui permintaan tersebut. Tetapi setelah mendengar pendapat
dari Zhang Liang dan Chen Ping, Liu Bang menjadikan Han Xin bangsawan Qi
dan memerintahkannya menyerang Chu.
Bulan Desember tahun kelima Hangaozu (202 SM, Chu dan Han berhadapan
langsung didalam suatu pertempuran yang sengit di Gaixe (sekarang Binan,
Provinsi Anhui). Liu Bang mengangkat Han Xin sebagai kepala komandan. Xiang
Yu mengomandani 100.000 pasukan Chu untuk menyerang dengan sengit di
depan Han. Han Xin memerintahkan bagian tengah pasukannya untuk mundur
sedikit dan untuk menghindari pengendara yang bersemangat dari pasukan Chu.
Ia kemudian membentangkan kedua sayap ke luar untuk menjalankan serangan
sisi dan memerintahkan bagian tengah pasukan untuk mendesaknya ke depan.
Strategi ini sepenuhnya mengepung pasukan Chu. Malam itu, Han Xin
memerintahkan pasukannya untuk menyanyikan lagu kebangsaan Chu dari
semua sisi. Pasukan Chu kehilangan semangat bertempur mereka dan sebuah
kenihilan di Haixia. Xiang Yu melakukan bunuh diri di tepi Sungai Wu. Lima
tahun peperangan antara Chu dan Han berakhir ketika Liu Bang menaklukkan
Negeri Chu.
Dimulai dari menjadi penjaga untuk Xiang Yu, Han Xin menjadi Jenderal dibawah
Liu Bang dan memperoleh kemenangan terkemuka berulangkali hanya dalam
beberapa tahun. Beliau adalah seorang tokoh utama dalam penentuan hasil
perang antara Han dan Chu. Quai Tong memuji semua ini tokoh kekuatan
militer sebagai: Seorang dengan strategi brilian yang langka. Prinsipnya dalam
memanuver pasukan adalah pujian tertinggi melalui surat strategi militer.
Berdasarkan Han Yiwenxhi, Han Xin menulis tiga bab Strategi Militer Hanxin.
Sangat disayangkan buku tersebut telah hilang
Kemampuan Han Xin membuat Liu Bang iri. Setelah mengalahkan Xiang Yu, Liu
Bang merampas komando militernya dan membuatnya menjadi bangsawan Chu.
Selanjutnya ia diturunkan ke Marquis Huayin dan kemudian ditempatkan
dirumah penahanan.
Pada tahun kesebelas Hangaozu (196 SM), Kaisar Lu dan Perdana Menteri Xiao
He mengumpankan Han Xin ke Istana Changle dan mengeksekusinya dengan
alasan konspirasi melawan negara. Sangat menyedihkan melihat seorang
jenderal besar dibunuh pada masa jayanya.
[dajiyuan berita 25 April] Ming Tai Zu (Pendiri Dynasty Ming) Zhu Yuanzhang
(tahun 1368 - 1398), ahli strategi militer dan pakar politik. Di dalam masa
pemerintahannya, berturut-turut telah mendirikan Kota Kerajaan Ibu Kota
Tengah dan kota Nanjing, menerima pewarisan, melanjutkan dan mendalami
pembangunan ibu kota dengan konsep lingkungan hidup: Dikelilingi Gunung
dan Air, Gunung dan Air yang Indah Permai; implementasi hukum dan
perundang-undangan oleh dynasti Ming terdapat banyak sepak terjang yang
melindungi lingkungan alam.
Zhu Yuanzhang sejak kecil hidup miskin, orang tua dan kakak-kakaknya
meninggal karena wabah, setelah terlunta-lunta tanpa sanak saudara ia menjadi
bhiksu di Kuil Huang Jue. Kemudian pada masa akhir dynasti Yuan ia mengikuti
tentara pemberontak dasi kuning Guo Zixing, karena jasanya menonjol maka
diangkat sebagai wakil panglima tertinggi bagian sayap kiri, berturut-turut
mengalahkan divisi Chen Youliang dan Zhang Shicheng, pada tahun 1368 telah
mendirikan dinasti Ming.
Untuk pembangunan ibu kota, Zhu Yuanzhang telah mewarisi dan meneruskan
konsep lingkungan hidup dari dinasti Han, Tang, Song dan Yuan. Tahun 1386,
dalam landasan pembangunan kota Nanjing, telah mendirikan kota raja, kota
residen dan kota luar. Perencanaan, pengaturan dan tata letak dari kota dinasti
Ming telah merefleksikan akan kesadaran lingkungan hidup. Sebetulnya jauh
pada tahun 1369, Zhu Yuanzhang telah mendirikan kota raja ibu kota tengah di
kota Feng Yang, meski telah melalui terpaan hujan dan angin selama ratusan
tahun, sampai saat ini masih menyisakan kekokohan dan kemegahannya.
Kemudian kaisar Ming Chengzu, Zhu Di pada tahun 1420 telah mendirikan kota
terlarang di Beijing, pada dasarnya telah menyesuaikan kerangka perancangan
kota raja ibu kota tengah dan Nanjing, malah kemegahannya lebih agung dan
menakjubkan. Pahatan batu, ukiran kayu dan lukisan yang indah nan langka,
gazebo dan pavilion yang indah beraneka ragam, mewujudkan pengkristalan inti
sari dan style unik dari seni bangunan tradisional Tionghoa; Kumpulan pohon
cemara yang hijau royo-royo, genteng glazur biru, atap istana keemasan dan air
sungai pelindung kota yang beriak bergelombang kehijauan memantulkan warna
cahaya langit, secara keseluruhan menghasilkan lembaran-lembaran lukisan
indah dari keelokan antic bangunan lingkungan hidup istana kuno. Pakar
bangunan tersohor masa kini Liang Sicheng memuji-muji kota terlarang sebagai
Ibu kota abad pertengahan yang masih eksis yang paling akbar di dunia.
Seharusnya dikatakan, kota Nanjing dan kota terlarang (Beijing) yang dibangun
oleh Zhu Yuanzhang dan penerus dinastinya secara berturut-turut, telah
mendalami konsepsi bangunan ibu kota berwawasan lingkungan hidup yakni:
Dikelilingi Gunung dan Air, Gunung dan Air yang Indah Permai.
Pada masa awal pembangunan negara, Zhu Yuanzhang mematuhi prinsip dari
kaum Konfusianis yakni: Raja & Kaisar membudidayakan materi maka Langit
& bumi lestari, mengumumkan dan melaksanakan peraturan larangan yang
menguntungkan pemulihan lingkungan hidup alami dan perlindungan sumber
daya alam antara lain: Pada masa peralihan musim dingin dan musim semi,
dilarang mengolah sungai dan rawa; pada masa peralihan musim semi dan
musim panas, dilarang menaburkan racun ke padang rumput. Pada saat tunas
mengembang dilarang menginjak-nginjak, pada saat masa panen padi-padian
dilarang melakukan bakar-membakar, terhadap pengembangan sumber daya
alam dan perlindungan ragam hayati dll telah melakukan pembatasan dan
pelarangan yang mendasar. Setelah itu masih ada lagi titah raja tentang
penghentian penangkapan burung Zhegu (sejenis jalak endemik) dan ayam
bamboo (sejenis ayam hutan endemik) dll serta melarang negara-negara
taklukan mempersembahkan margasatwa langka.
Semasa dinasti Ming, dari pusat hingga ke daerah terdapat pengumuman tetang
peraturan reboisasi / penanaman pohon dan hutanisasi. Pada tahun 1394, Zhu
Yuanzhang memerintahkan setiap tentara di tangsi-tangsi militer untuk
melakukan: Penanaman seratus batang pohon berupa: Murbei dan Bidara;
Sementara pohon Kesemek, Sarangan dan Persik dlsb penanamannya
disesuaikan dengan situasi kondisi setempat, juga Memerintahkan rakyat
seluruh negeri harus banyak menanam pepohonan Murbei dan Bidara,
bersamaan dengan itu mengumumkan kebijaksanaan tentang penanaman baru
pepohonan Murbei dan Bidara dan dibebaskan dari pemungutan pajak cukai.
Dengan cara penggabungan reward & punishment semacam ini telah membuat
skala taman dan hutan bertambah besar. Ditambah lagi pihak istana dalam
penerimaan pegawai yang diuji tentang prestasinya dalam reboisasi dan
hutanisasi, telah semakin mendorong kemajuan volume penanaman hutan.
Reboisasi dan hutanisasi menjadi trend masyarakat kala itu, bahkan pejabat
tinggi pendiri negara seperti Liu Ji juga menulis: Penanaman sejumlah pohon,
pohon kayu dan pohon buah berpasangan, kota raja dan jalan serta gang-gang
hingga ke pedesaan: Menyongsong musim semi daun hijau lebat bagai awan
mendung, menerawang musim gugur buah besar bagai bintang berkerumun.
Sesuai data tahun 1395, penanaman pohon buah-buahan di provinsi-provinsi Hu
(Hu Nan & Hu Bei) dan Guang (Guang Dong & Guang Xi) mencapai 80 juta
batang, total seluruh negeri 1 milliard batang, 4000 buah lebih sungai yang
mengalir lancar, prestasi ekosistem cukup menonjol.
Dinasti Ming pernah membentuk department yang mengurusi hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup Jawatan Pekerjaan Umum Bagian
Prediksi Keseimbangan & Pengendalian, memanajemeni Gunung Rawa
Pemetikan Penangkapan dan Barang Tembikar Peleburan Logam,
menerapkan larangan tentang masa jedah perikanan dan masa jedah
peternakan, dalam bidang instansi dan system peraturan telah melindungi
penggunaan yang wajar sumber daya alam. (WHs
Mengapa Orang-orang Menyebut Bian Que
Seorang Dokter Ajaib?
Penulis: Dai Guoren
Bian Que minum obat tersebut sesuai dengan anjuran Chang Sangjun. Tiga
puluh hari kemudian ia dapat melihat orang dari balik tembok. Menggunakan
bakat khusus ini, ia dapat melihat organ dalam dan penyakit dari orang-orang.
Tetapi ia masih menggunakan teknik tradisional mengecek denyut nadi guna
menyembunyikan kemampuan aslinya. Ia membuka praktek pengobatan selama
Kerajaan Qi dan Zhao. Selama Kerajaan Zhao, ia menyebut dirinya Bian Que.
Zhao Jianzi, pejabat senior di Kerajaan Jin dalam keadaan sakit serius dan koma
selama 5 hari. Ketika Bian Que dipanggil untuk menemuinya, ia hanya melihat
sekilas pada Zhao Jianzi dan segera meninggalkan kamar. Ketika pejabat Dong
An bertanya Bian Que mengenai diagnosisnya, Bian Que berkata, Sirkulasi
darahnya normal, jangan panik. Pada masa lalu, Qin Mu Gong, raja dari
Kerajaan Qin juga mengalami hal yang sama dan ia sembuh dalam 7 hari.
Beberapa hari kemudian Zhao Jianzi bangun dari komanya. Ketika seseorang
memberitahu Zhao kata-kata Bian Que, Zhao Jianzi terpesona. Ia kemudian
memberikan Bian Que 40.000 mu (ukuran tanah di Tiongkok, 1 mu=0,165 Ha)
tanah untuk menunjukkan penghargaannya.
Pada suatu ketika, Bian Que berkelana ke Kerajaan Guo di mana pangeran
terbaring, kelihatannya meninggal karena sakit. Setelah mendengarkan seorang
dokter bernama Zhong Shuzi menggambarkan tentang gejala penyakit
pangeran, Bian Que tahu bahwa pangeran tidak mati, gejalanya disebut mati
suri. Bian Que memberitahu Zhong Shuzi bahwa pangeran akan sembuth. Zhong
Shuzi berkata, Saya mendengar bahwa dulu, seorang dokter terkenal bernama
Yu Fu tidak menggunakan obat biasa dalam prakteknya. Ia dapat melihat
penyakit dengan pengamatan. Ia akan mengikuti meridian energi dari organ
dalam orang, memotong jaringannya, membuka saluran meridian, menjahit
ototnya, membersihkan membrannya, mencuci organnya, mengkultivasi jiwanya
dan mengganti tubuhnya. Jika kamu dalam melakukan semua itu maka
pangeran akan sembuh. Jika tidak, kamu bahkan tidak dapat menyakinkan anak
kecil bahwa pangeran akan kembali hidup.
Setelah ia mendengar komentar Zhong Shuzi, Bian Que menghela napas dan
berkata, Yang kamu gambarkan tadi hanya merupakan sebagian kecil cara dari
diagnosis kedokteran, seperti menyaksikan langit melalui sepotong pipa bambu
dan mengamati bunga melalui celah. Pengobatan saya sangat spesial. Tidak ada
gunanya memeriksa denyut nadi, mengamati warna dan aliran energi,
mendengarkan suara atau pun melihat kondisi fisiknya. Tanpa semua teknik itu
saya dapat memberitahukan akar penyebab penyakitnya. Jika saya melihat
gejala luarnya, saya dapat menyimpulkan penyebab internalnya. Sebaliknya, jika
saya tahu penyebab internalnya maka saya dapat memprediksi gejala luarnya.
Ketika orang sakit, itu kelihatan dari luar. Berdasarkan ini saya dapat
mendiagnosa orang dari seribu mil. Saya mempunyai banyak cara untuk
mendiagnosa dan mengobati penyakit. Kamu tidak dapat melihat sesuatu dari
satu sisi saja. Setelah itu, Bian Que menyuruh seorang muridnya untuk
melakukan tusuk jarum pada pangeran. Segera setelah itu pangeran bangun
dari kematiannya. Kejadian ini menyebabkan Bian Que sangat terkenal. Orang-
orang menyebutnya dokter ajaib yang dapat membangunkan orang dari
kematian.
Diwaktu lain, Bian Que bertemu dengan Qin Huangong, raja kerajaan Qin yang
di tubuhnya terdeteksi penyakit serius. Bian Que memberitahu Qi Huangong
bahwa penyakitnya hampir menuju ke permukaan tetapi Qi Huangong tidak
memperdulikannya. Lima hari kemudian, Bian Que memberitahu Qi Huangong
bahwa penyakitnya berada dalam aliran darahnya. Peringatannya diabaikan lagi.
Lima hari kemudian, Bian Que melihat penyakit Qi Huangong menjalar ke organ
internalnya dan lima hari kemudian menjalar ke sumsum tulangnya. Bahkan
dewa yang mengatur kehidupan dan kematian tidak dapat membalikkan
penyakit ini. Bian Que segera kabur. Ketika penyakit Qi Huangong menjadi
serius orang-orang mencari Bian Que guna mengobati penyakit raja tetapi telah
terlambat. Bian Que telah pergi. Karena mengabaikan peringatan dokter Bian
Que, Qi Huangong mati karena penyakit.
Dajiyuan.com - Qu Yuan (dibaca: chu yuen), dipanggil juga Ping alias Zhengze,
bernama: Lingjun, penduduk negara Chu dari zaman Zhan Guo (negara-negara
saling berperang, yaitu antara tahun 403 SM 221 SM). Beliau adalah
keturunan bangsawan dengan ketrampilan segudang: menulis, wawasan dan
keberanian; terlebih-lebih kecintaannya terhadap negara tak perlu diragukan
lagi. Namun sayang beliau tidak ditempatkan pada kedudukan penting oleh raja
Chu, ditambah lagi dengan pemboikotan dan pemfitnahan dari pejabat
berpengaruh saat itu: Le Shang dan komplotannya, sehingga karir politiknya jadi
kacau dan sempat dibuang sebanyak 2 kali.
Pertama kali dibuang, disebabkan oleh karena Le Shang merasa iri dengan
kemampuan Qu Yuan dan sikap kepeduliannya terhadap urusan negara, oleh
karena itu sering menjelek-jelekkan Qu Yuan di hadapan raja Chu (Chu Huai
Wang), mengatakan Qu Yuan bersikap congkak hanya karena bisa sering
berdiskusi urusan politik dengan raja Chu dan lain sebagainya. Mendengar hal itu
raja Chu marah besar dan membuang Qu Yuan. Itu adalah pertama kali dalam
hidupnya Qu Yuan dibuang. Meskipun beliau dibuang, tetapi hatinya masih
tertambat dengan urusan negara. Ketika beliau mendengar bahwa negara Qin
berencana mengumpan raja Chu dengan seorang wanita cantik yang akan
membunuhnya, dengan segera beliau kembali ke negara Chu dan berupaya
menasehati / memperingatkan raja Chu. Namun Chu Huai Wang sama sekali
tidak mau mendengar omongannya, terpaksa beliau meninggalkannya. Ternyata
benar, tidak lama kemudian, raja Chu telah terbunuh oleh konspirasi negara Qin.
Bisa dibayangkan bagaimana kala itu perasaan Qu Yuan.
Pembuangan kedua kalinya adalah karena raja baru Chu (Qin Xiang Wang) naik
tahta, Qu Yuan lagi-lagi menjadi korban kejahatan komplotan Le Shang dengan
menyebar gossip dan memfitnah Qu Yuan, akhirnya sekali lagi Qu Yuan diusir
keluar dari negerinya. Kali ini beliau tiba di Jiang Nan (wilayah selatan dari
sungai Yangtse), dengan wajah murung karena tidak tega melihat negara
terancam ambruk, namun juga merasa tidak mampu membalas budi kepada
negara, maka dengan rasa putus asa sembari memeluk batu besar beliau terjun
dan tewas di sungai Mi Luo. Pada hari itu tepat adalah tanggal 5 bulan 5
menurut penanggalan tahun Imlek (Tahun ini jatuh pada tanggal 31 Mei 2006).
Konon setelah Qu Yuan terjun ke dalam sungai, rakyat negara Chu sangat
berduka dan berbondong-bondong menuju ke sungai Mi Luo untuk melayat Qu
Yuan. Para nelayan hilir mudik berupaya mengentas jenazahnya. Ditemukanlah
satu ide bahwa di tempat dimana Qu Yuan meloncat ke dalam sungai Mi Luo
dilemparkan banyak bakcang. Mereka percaya apabila setelah kenyang
memakan bacang-bacang tersebut, ikan dan udang tidak bakal mengganggu
jenazah Qu Yuan lagi. Selain itu ada juga orang yang pada hari tersebut
mengadakan kegiatan mendayung perahu naga sebagai perlambang pencarian
dan pertolongan kepada Qu Yuan. Malah ada sebagian orang lagi yang
menuangkan arak Xiong Huang ke dalam sungai dengan keyakinan agar naga
yang berada di dasar sungai mabuk duluan sehingga tidak mengganggu Qu
Yuan. Berbagai macam cara yang menandakan rasa cinta dan hormat rakyat
negara Chu dan para generasi penerus kepada Qu Yuan.
Qu Yuan didalam karirnya walau tidak sesuai harapan, namun di dalam karya
kesusasteraannya sangat disegani.
Sebagai seorang putri raja Hongaria dia termasuk bangsawan papan atas
Eropa. Keputusannya untuk melepaskan dirinya dari situ, membuatnya menjadi
panutan paling disukai diantara wanita bangsawan pada kalangan istana
terpenting di Eropa. Juga 800 tahun sesudah kelahirannya popularitasnya tidak
terpatahkan. Banyak gereja, sekolah, rumah-sakit, yayasan, ordo dan taman
kanak-kanak dinamakan menggunakan namanya. Dia termasuk orang yang
paling dicintai pada keseluruhan masa abad pertengahan. Dewasa ini kota-kota
seperti Kln, Nrnberg, Marburg, Straburg, Udine atau Assisi menjadi saksi
pemujaan besar berupa patung, gambar pada jendela, relief kayu, tempayan
keramat.
Semenjak tgl 7 Juli s/d 19 November untuk mengenang orang suci tersebut
disajikan pameran ke 3 di daerah Thringen Wartburg tentang kehidupan sang
suci. Sejumlah pertunjukan misalnya panggung musik dipertontonkan kepada
generasi penerus tentang hasil karya, era dan karismanya.
http://www.elisabeth-wartburg.de
http://www.marburg.de/elisabeth
Kubilai menghormati sang kakak
Kubilai gemar membaca dan suka berhubungan dengan orang-orang dari suku
Han (Suku mayoritas bangsa Tionghoa sekarang) serta menjalin persahabatan
dengan para ksatria seluruh negeri. Sewaktu ia memerintah wilayah dataran
tengah yang dihuni oleh suku Han, telah memperoleh dukungan dari orang-
orang Han yang cakap dan memerintah wilayah dataran tengah dengan serba
teratur.
Pada suatu ketika anak buahnya memberikan laporan: Khan mengutus orang ke
dataran tengah untuk menginspeksi perilaku pejabat daerah kita dan telah
mengantongi 100 lebih pelanggaran, setelah selesai diperiksa tanpa kecuali akan
dihukum mati! Setelah mendengarnya Kubilai merasa sangat berduka, dalam
hati berpikir para pejabat itu semuanya adalah orang yang terpercaya, jikalau
dibunuh, mau mengandalkan siapa lagi untuk memerintah dataran tengah?
Tatkala itu seorang kawan suku Han setelah mengetahuinya, dengan tulus
berkata kepadanya: Khan adalah kakak tertua Anda lagi pula ia adalah raja
negara, walau saat ini Anda merasa terpojokkan, harap jangan
mempermasalahkannya! Sebaiknya Anda mengirim keluarga Anda sendiri tinggal
bersebelahan dengan Khan demi menunjukkan kesetiaan Anda. Khan
menyaksikan kesetiaan Anda dengan sendirinya tidak akan lagi mempercayai
omongan kasak kusuk dan lantas mencurigai Anda. Setelah mendengar
perkataan tersebut, memahami dengan mendalam maksud dari para pejabat
tersebut, maka dengan segera mengirim semua penghuni rumahnya menuju
Kotaraja He Lin, dan juga menghadap Meng Ge sendiri di He Lin.
Kesalahpahaman kedua bersaudara tersebut telah dilenyapkan, mereka kembali
bersahabat dan bekerjasama persis seperti sedia kala, sehati dan saling mengisi
serta bersama-sama membangun Negara menjadi makmur dan kuat.
(Sumber:Dajiyuan)