Anda di halaman 1dari 11

WARFARIN

WARFARIN

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan
Senyawa hidroksikumarin (4,15); kumarin antikoagulan (7)
1.2. Sinonim/Nama Dagang (3,5,6,7,8,9,13)
3-(alpha-Acetonylbenzyl)-4-hydroxycoumarin; 4-Hydroxy-3-(3-oxo-1-phenyl
butyl)-2H-1-benzopyran-2-one; (RS)-4-hydroxy-3-(3-oxo-1-phenylbutyl)
coumarin; WARF 42; Athrombine-K; Coumadin; Coumafene; Zoocoumarin;
Marevan (Sodium salt); Sodium warfarin; Warfarin; Warfarin sodium
clathrate; Prothrombin; Tintorane; Warfarin potassium; Warfarinum;
Coumadin sodium; Sodium coumadin; Varfine; Warfarin Sodium; Warfarin
natricum; WARF; Arab Rat Death; Coumarin, 4-hydroxy-3-(1-phenyl-3-
oxobutyl); 1-(4'-Hydroxy-3'-coumarinyl)-1-phenyl-3-butanone; Rat-Kill;
Ratorex; Ratoxin; Ratox; Ratron; Rats-No-More; Rodafarin; Solfarin;
Warfarat; Maveran; Dethmor; Dethnel; Brumolin; Kumadu; Kumader.
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS : 81-81-2 (3,5,6)
1.3.2. Nomor EC : 607-056-00-0 (3)
1.3.3. Nomor RTECS : GN4550000 (3,5)
1.3.4. Nomor UN : 3027 (3,12)

2. PENGGUNAAN
Derivat kumarin digunakan sebagai rodentisida dan untuk pengobatan; Warfarin
(1)
digunakan sebagai antikoagulan terapetik , warfarin yang digunakan sebagai
(4)
rodentisida di rumah tangga mempunyai kadar 0,005 0,25 % (w/w) .; Long-
(1)
acting superwarfarin banyak digunakan sebagai rodentisida ; Bentuk sediaan
(3)
komersial warfarin biasanya berupa garam natrium yang larut air ; Garam
1
natrium warfarin digunakan di bidang medis untuk mengobati pasien dengan
masalah hiperkoagulasi darah (8).

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran
Darah, sistem kardiovaskuler (5).
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup
Dapat menyebabkan batuk berdarah, darah dalam urin,
perdarahan di bawah kulit, kebingungan, tetapi munculnya
gejala keracunan dapat tertunda (3).
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
Dapat diabsorbsi kulit dan menimbulkan keracunan sistemik
(12).

3.2.1.3. Kontak dengan Mata


Tidak terdapat informasi (14).
3.2.1.4. Tertelan
(3,7)
Dapat menyebabkan diare, mual, muntah, nyeri perut ,
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya, menelan
warfarin dosis tunggal dalam jumlah kecil (misal 10-20 mg)
tidak menyebabkan keracunan serius (kebanyakan
(1)
rodentisida warfarin mengandung warfarin 0,05%) .
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup
Dapat menyebabkan perdarahan (3).
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit
(14)
Hematoma, epistaksis, perdarahan di mulut .
3.2.2.3. Kontak dengan Mata
Tidak terdapat informasi (14).
3.2.2.4. Tertelan
Paparan jangka panjang atau berulang meskipun dalam
jumlah kecil (misal 2 mg/hari) dapat menimbulkan
2
antikoagulasi yang nyata. Risiko tertinggi adalah pada
pasien dengan disfungsi hepatik, malnutrisi, atau diatesis
(1)
perdarahan (kecenderungan untuk terjadi perdarahan) .
Pada paparan berulang, gejala dapat muncul setelah hari
keenam atau ketujuh, berupa nyeri punggung dan perut
yang disertai muntah, hidung dan gusi berdarah, serta
timbulnya lebam yang lebar (4).

4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan
LD50 oral-mencit 3 mg/kg; LD50 oral-anjing 3 mg/kg; LD50 oral-kucing 6
(6,7) (7)
mg/kg; LD50 oral-tikus 1,6 mg/kg ; LD50 oral-babi 1 mg/kg ; LDLo
oral-tikus 50 mg/kg (6).
Toksisitas dosis tunggal dalam suspensi encer: LD50 oral-tikus jantan
323 mg/kg; LD50 oral-tikus betina 58 mg/kg (4).
Toksisitas dosis tunggal dalam larutan minyak kacang pekat: LD50
oral-tikus jantan 3 mg/kg (4).
Toksisitas dosis berulang selama 5 hari: LD50 oral-babi 0,4 mg/kg/hari;
LD50 oral-tikus 1 mg/kg; LD50 oral-kucing dan anjing 3 mg/kg; LD50
oral-unggas 10 mg/kg (4).
4.1.2. Data pada Manusia
Dosis warfarin yang direkomendasikan untuk pengobatan adalah 0,5-
0,7 mg/kg sebagai therapeutic loading doses, sedangkan dosis
terendah yang dilaporkan bersifat fatal pada kasus menelan warfarin
dosis tunggal adalah 6,667 mg/kg (7).
Dosis berulang sebesar 1-2 mg/kg selama periode 6-15 hari
menyebabkan sakit serius dan kematian. Sakit yang serius yang
pernah dilaporkan adalah disebabkan oleh usaha bunuh diri dengan
cara menelan warfarin sebanyak 1,7 mg/kg/hari selama 6 hari
berturut-turut. Gejala dan tanda keracunan berupa perdarahan (4).
4.2. Data Karsinogenik
Tidak terdapat informasi (14).
3
4.3. Data Teratogenik
(7,12)
Terapi warfarin pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek teratogenik .
Risiko terbesar terjadi pada kehamilan trimester pertama, terutama selama
(7)
minggu ke-6 hingga ke-9 . Efek warfarin terhadap janin antara lain meliputi
hipoplasia nasal, berat badan lahir rendah, gangguan penglihatan,
hipoplasia anggota gerak, retardasi mental, kejang, skoliosis, gangguan
(7)
pendengaran, gangguan jantung kongenital, serta kematian .
4.4. Data Mutagenik
Tidak terdapat informasi (14).

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Segera bawa ke rumah sakit
(10)
atau fasilitas kesehatan terdekat .
5.2. Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat (10).
5.3. Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa
(10)
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat .
5.4. Tertelan
Kumur menggunakan air bersih. Jika korban dalam keadaan sadar, berikan
segelas atau dua gelas air minum. Berikan arang aktif yang telah
dicampurkan dengan air untuk diminum. Segera bawa ke rumah sakit atau
(10)
fasilitas kesehatan terdekat .

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (2)
4
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (2)
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan
miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter
untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata.
(2)
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
5
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal
- Berikan arang aktif dosis tunggal secara oral bila kondisi korban
memungkinkan (1,7).
- Pemberian arang aktif dilakukan jika korban menelan warfarin
dalam jumlah yang berpontensi toksik satu jam sebelumnya (7).
- Dosis tunggal arang aktif untuk anak-anak adalah 1-2 gram/kg
sedangkan untuk orang dewasa adalah 50-100 gram (7).
6.3. Antidotum
Vitamin K1 (fitonadion/ phytonadione) dapat secara efektif digunakan
untuk memulihkan produksi faktor pembekuan darah dan harus
diberikan jika terbukti timbul antikoagulasi yang nyata (1).
Pada pasien, baik dewasa maupun anak-anak, yang mengalami
keracunan warfarin kronik tidak boleh diberikan vitamin K1 secara
(7)
profilaktik .
Pada kasus menelan warfarin dosis akut tunggal > 0,5 mg/kg (dosis
yang berpotensi bersifat antikoagulasi), baik pada anak-anak maupun
orang dewasa, perlu segera diberikan vitamin K1 (7).
Catatan: Bila diberikan vitamin K1 secara profilaksis setelah menelan
warfarin secara akut, tidak dapat digunakan prothrombine time 48 jam
untuk menentukan tingkat keparahan overdosis, oleh karena itu
disarankan agar pasien tetap dipantau minimal selama 5 hari setelah
pemberian vitamin K1 yang terakhir (1).
Oleh karena vitamin K tidak dapat segera menormalkan produksi faktor
pembekuan darah selama 6 jam atau lebih (efek puncak adalah 24
jam), maka pasien yang mengalami perdarahan/ hemoragia aktif
memerlukan transfusi darah berupa fresh frozen plasma atau fresh
whole blood (1).
Berikan vitamin K1 secara oral setiap 6 jam. Kemungkinan diperlukan
dosis hingga 800 mg per hari untuk menjaga International Normalized
(1)
Ratio (INR) yang baik .
Pasien yang menelan produk long-acting superwarfarin kemungkinan
memerlukan vitamin K selama beberapa minggu (1).

6
7. SIFAT FISIKA KIMIA
7.1. Nama Bahan
Warfarin
7.2. Deskripsi (3,4,5,8,12)
Berbentuk serbuk kristal tidak berwarna hingga putih, tidak berasa, dan tidak
berbau; Rumus molekul C19H16O4; Berat molekul 308,3; Titik lebur 159-161
o
C; Titik didih 515oC; Sukar larut dalam air, benzen, sikloheksan, dan
heksan; Cukup larut dalam alkohol, metanol, isopropanol; Sangat larut
dalam aseton, dioksan, dan larutan basa encer; Tidak korosif.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (13)
Kesehatan 1 = Tingkat keparahan rendah
Kebakaran 0 = Tidak akan terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
(3)
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)
T = Beracun
R 61 = Dapat membahayakan janin
R 48/25 = Beracun: berbahaya karena kerusakan serius pada
kesehatan akibat paparan jangka panjang jika tertelan.
R 52/53 = Berbahaya bagi organisme perairan, dapat
menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di
lingkungan perairan.
S 45 = Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak
sehat, jika memungkinkan segera menghubungi dokter/
rumah sakit/ puskesmas (perlihatkan label kemasan).
S 53 = Hindari paparan dapatkan instruksi khusus sebelum
penggunaan.
S 61 = Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk pada lembar
data keamanan/ instruksi khusus.

7.3.3. Klasifikasi GHS (3,13)


Tanda = Berbahaya
Pernyataan bahaya
7
H300 = Fatal bila tertelan
H312 = Berbahaya bila kontak dengan kulit
H360 = Dapat mengganggu fertilitas atau janin
= Menyebabkan kerusakan organ akibat paparan
jangka panjang atau paparan berulang melalui
rute paparan tertelan
H402 = Berbahaya terhadap kehidupan perairan
Pernyataan kehati-hatian
P201 = Dapatkan petujuk khusus sebelum digunakan
P264 = Cuci tangan dengan bersih setelah menangani
bahan
P280 = Kenakan sarung tangan pelindung/ pakaian
pelindung
P301 + P310 = Jika tertelan: Segera hubungi Sentra Informasi
Keracunan atau dokter/ tenaga medis
P308 + P313 = Jika terpapar atau khawatir: Segera cari
pertolongan medis

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas
(4)
Garam natrium warfarin bersifat relatif stabil . Kontak dengan oksidator
kuat dapat menimbulkan ledakan dan kebakaran (3,12).
8.2. Kondisi yang Harus Dihindari
(3)
Hindarkan dari sumber api dan bahan pengoksidasi kuat . Hindarkan
dari paparan sinar ultra violet karena dapat menyebabkan bahan
terdekomposisi (15).
8.3. Bahan Tak Tercampurkan
(5)
Bahan pengoksidasi kuat , seperti perklorat, peroksida, permanganat,
klorat, nitrat, klorin, bromin, dan fluorin; asam kuat, seperti asam
hidroklorida, asam sulfat, dan asam nitrat; basa kuat, seperti natrium
hidroksida, kalium hidroksida (11).
8.4. Dekomposisi

8
(3,12)
Bila terbakar dapat menghasilkan gas yang bersifat mengiritasi ,
(12)
korosif, atau beracun . Dapat menghasilkan karbon dioksida dan karbon
monoksida (15).
8.5. Polimerisasi
Tidak akan terpolimerisasi (15).

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


9.1. Ventilasi
(3,4)
Sediakan ventilasi sistem tertutup serta forced ventilation untuk
mengurangi sebanyak mungkin paparan bahan di tempat kerja (4).
9.2. Perlindungan Mata
Kenakan pelindung mata atau wajah yang dilengkapi pelindung
(3)
pernapasan, terutama jika bahan dalam bentuk serbuk . Jangan
(9)
gunakan lensa kontak ketika bekerja menggunakan bahan ini .
9.3. Pakaian
Kenakan pakaian pelindung yang memadai (3).
9.4. Sarung Tangan
Kenakan sarung tangan pelindung yang memadai (3).
9.5. Respirator
(5)
Respirator yang direkomendasikan NIOSH/ OSHA :
3
Kadar hingga 0,5 mg/m :
(APF = 5) Setiap respirator seperempat wajah.
Kadar hingga 1 mg/m3:
(APF = 10) Setiap respirator partikel yang dilengkapi filter N95, R95, atau
P95 (termasuk filter penutup wajah N95, R95, dan P95), kecuali respirator
seperempat wajah. Filter berikut ini juga dapat digunakan: N99, R99, P99,
N100, R100, P100.
(APF = 10) Setiap respirator pemasok udara.
Kadar hingga 2,5 mg/m3:
(APF = 25) Setiap respirator pemasok udara yang dioperasikan dalam
modus mengalir terus.
(APF = 25) Setiap respirator pemurni udara yang bertenaga, yang
dilengkapi filter partikel berefisiensi tinggi.
9
Kadar hingga 5 mg/m3:
(APF = 50) Setiap respirator pemurni udara yang dilengkapi penutup
seluruh wajah dengan filter N100, R100, P100.
(APF = 50) Setiap respirator pemasok udara dengan penutup wajah rapat
yang dioperasikan dalam modus mengalir terus.
(APF = 50) Setiap respirator pemurni udara yang bertenaga dengan
penutup wajah rapat dan dilengkapi filter partikel berefisiensi tinggi.
(APF = 50) Setiap perlengkapan pernapasan serba lengkap dengan
penutup wajah.
(APF = 50) Setiap respirator pemasok udara dengan penutup seluruh
wajah.
Kadar hingga 100 mg/m3:
(APF = 1000) Setiap respirator pemasok udara yang dioperasikan dalam
modus memerlukan tekanan atau tekanan positif lain.

10. DAFTAR PUSTAKA


1. Anderson, I.B. Warfarin and Related Rodenticides in Poisoning & Drug
Overdose Sixth Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.). McGraw-Hill Companies,
Inc./Lange Medical Books. New York. 2012.
2. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001.
3. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0821.htm (diunduh Juli 2013)
4. http://www.inchem.org/documents/pds/pds/pest35_e.htm (diunduh Juli 2013)
5. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0665.html (diunduh Juli 2013)
6. http://www.cdc.gov/niosh/idlh/81812.html (diunduh Juli 2013)
7. http://www.toxinz.com/Spec/2317482# (diunduh Juli 2013)
8. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/r?dbs+hsdb:@term+@rn+81-81-2
(diunduh Juli 2013)
9. http://www.epa.gov/iris/subst/0202.htm (diunduh Juli 2013)
10. http://www.pesticideinfo.org/Detail_Chemical.jsp?Rec_Id=PC33044 (diunduh
Juli 2013)
11. http://nj.gov/health/eoh/rtkweb/documents/fs/2012.pdf (diunduh Juli 2013)

10
12. http://www.chemicalbook.com/ProductMSDSDetailCB0413732_EN.htm
(diunduh Juli 2013)
13. http://www.chemicalland21.com/lifescience/agro/3-%28ALPHA-ACETONYL
BENZYL%29-4-HYDROXYCOUMARIN.htm (diunduh Juli 2013)
14. http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/pim563.htm#SectionTitle:5.
4%20%20Eye (diunduh Juli 2013)
15. http://www.pthomeandgarden.com/media/bluemill/pdf/Warfarin,%20Rat%20&
%20Mouse%20Killer%20Pellets%287704260,%207704270%29%20PCP%2
06944.pdf (diunduh Juli 2013)

11

Anda mungkin juga menyukai