Anda di halaman 1dari 15

URINALISIS DAN INTERPRETASI

Elisabeth Frida, Adriani Badji, Hardjoeno


Bagian Patologi klinik FK Unhas RS dr Wahidin Sudirohusodo Makassar

1. PENDAHULUAN

Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin secara fisik,kimia dan


mikroskopik. Tes ini merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh para
klinisi. Tes urin menjadi lebih populer karena dapat membantu menegakkan
diagnosis , mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme
tubuh. Selain itu tes urin dapat mendeteksi kelainan yang asimptomatik ,
mengikuti pejalanan penyakit dan hasil pengobatan. Dengan demikian hasil
tes urin haruslah teliti , tepat dan cepat. ( 1,2,3 )

( 1,4 )
Permintaan urinalisis diindikasikan pada pasien dengan :

Evaluasi kesehatan secara umum


Gangguan endokrin
Gangguan pada ginjal atau traktus urinarius
Monitoring pasien dengan diabetes
Kehamilan
Kasus toksikologi atau over dosis obat

Secara umum tes urin dibedakan atas tes dasar ( penyaring ) dan tes
khusus. Biasanya tes dasar diminta sebagai penyaring. Tes dasar meliputi tes
makroskopik, mikroskopik dan kimia sedangkan tes khusus meliputi tes biakan
urin, protein kwatitatif 24 jam, hemosiderin urin, oval fat bodies dan lain - lain
sesuai kebutuhan khusus. ( 3,5 )
Tes makroskopi meliputi warna, kejernihan, pH berat jenis, bau,
pengukuran volume. Tes mikroskopi yang diperiksa adalah sedimen urin dengan
menggunakan mikroskop, sedangkan tes kimia dilakukan dengan menggunakan
carik celup. ( 3,4,5 ).
Tes dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat
urine analyzer.
Di rumah sakit umum dr. Wahidin Sudirohusodo telah menggunakan alat urine
analyzer ( uriciscan 11 strip ) yang dapat mengukur 11 parameter.

1
II. METODE

PRA ANALITIK.

a. Persiapan Pasien.( 1,2,6 )


Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengganggu
pemeriksaan urin. Untuk pemeriksaan glukosa sebaiknya tidak dianjurkan untuk
makan zat yang dapat mereduksi seperti vitamin C, penisilin,streptomisin, kloral
hidrat,dan salisilat yang dapat menganggu hasil pemeriksaan.
Obat yang memberikan warna pada urin dapat mengganggu pembacaan hasil
tes seperti piridium yang akan menyebabkan warna merah pada urin dan dapat
mengganggu pembacaan bilirubin.

Urin yang dikumpulkan hendaknya dihindari dari kotaminasi sekret vagina,


smegma, rambut pubis, bedak, minyak, lotion dan bahan yang berasal dari luar.
Pada pasien anak, urin sebaiknya tidak diambil dari diaspers.

Sebelum pengambilan urin sebaiknya pasien diberitahu untuk mencuci tangan


dengan bersih kemudian diberi penampung. Penampung urin terdiri dari terdiri
dari berbagai macam tipe dan bahan, saat ini yang lazim digunakan adalah
wadah yang terbuat dari plastik. Wadah harus bermulut lebar,bersih, kering dan
bertutup. Wadah steril hanya diperlukan untuk pemeriksaan biakan urin. Untuk
bayi tersedia katong plastik polyethylene bag dengan perekat. Wadah
penampung urin hanya digunakan sekali pakai.

b . Persiapan Sampel.( 2,4 )


Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel urin adalah
identitas penderita yaitu nama,nomor rekam medis, tanggal dan jam
pengambilan bahan. Identitas ini ditulis diwadah urin dan harus sesuai dengan
nomor permintaan. Pada formulir permintaan dicantumkan nama, nomor rekam
medis dan tanggal. Sebelum mengerjakan tes, diteliti kembali jenis tes yang
diminta untuk diperiksa. Hal ini akan mengurangi kesalahan yang mungkin
terjadi.

Bahan tes yang terbaik adalah urin segar kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan.
Urin yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan menyebabkan
perubahan pada urin. Apabila terpaksa menunda pemeriksaan , urin harus
disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8 C dan penudaan tidak lebih dari 8 jam.

2
Pada keadaan tertentu sehingga urin harus dikirim pada tempat yang jauh dan
atau tidak ada lemari es, bisa gunakan pengawet.

c. Cara Pengumumpulan Sampel.( 1,3,5,6 )


Metode yang sering digunakan adalah pengumpulan seluruh urin ketika
berkemih pada suatu saat.
Kateterisasi, dapat dilakukan untuk:
- Pasien yang sukar kencing.
- Pasien wanita, untuk menghindari kontaminasi discharge vagina
terutama saat menstruasi.
Namun penggunaan kateter ini bukan merupakan prosedur pengumpulan
yang rutin, karena dapat menimbulkan risiko infeksi.
Punksi suprapubik, dapat dilakukan untuk :
- Menghindari kontaminasi uretral dan vaginal.
- Pasien bayi dan anak kecil.
- Studi sitologi.
Clean Catch atau Clean Voided Midstream adalah merupakan metode
terpilih, dapat dilakukan untuk:
- Tes bakteriologi.
Cara memperolehnya: genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu dengan
larutan antiseptik khusus. Aliran urin pertama dibuang, lalu diambil
aliran urin tengah atau midstream urine yang ditampung dalam wadah
steril. Aliran urin akhir juga dibuang.
- Tes urin rutin.
Langsung diambil midstream urine (urin aliran tengah) yang
ditampung dalam wadah bersih dan kering.

d. Jenis Sampel

Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis : ( 1,5,6 )


Urin sewaktu
Adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
secara khusus.
Urin pagi
Adalah urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun
tidur. Baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (Bj), protein dan untuk
tes kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic
gonadotropin (HCG).

Urin post prandial

3
Pasien disuruh berkemih sebelum makan pagi hari,porsi tersebut dibuang
kemudian urin ditampung setelah 2 jam makan.Porsi urin kedua ini
digunakan untuk memeriksa glukosa dan pemantauan pengobatan insulin
pada penderita diabetes melitus.
Timed specimen atau sampel terjadwal
- Urin 24 jam, contohnya:
Urin yang dikeluarkan jam 7 pagi dibuang. Seluruh urin yang
dikeluarkan kemudian termasuk urin jam 7 pagi esok harinya
ditampung. Urin 24 jam biasanya memerlukan pengawet.
- Urin siang 12 jam, contohnya:
Urin yang dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam.
- Urin malam 12 jam contohnya:
Urin yang dikumpulkan dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi esok
harinya
Urin 3 gelas dan urin 2 gelas
Berguna untuk memberikan gambaran letak radang atau lesi yang
terdapat pada saluran kemih pria.

e. Pengawet (3,4,5 )
Untuk melindungi sampel urin 24 jam dari dekomposisi dan kontaminasi maka
urin diberi bahan pengawet.

Macam-macam pengawet urin antara lain sebagai berikut:


Toluen
Toluen menghambat perombakan urin oleh kuman. Digunakan 2 5 ml
toluen untuk mengawetkan urin 24 jam. Dipakai sebagai pengawet
glukosa, aseton, dan asam asetoasetat.
Timol
Sebutir timol mempunyai daya pengawet seperti toluen. Dipakai sebagai
pengawet sedimen.
Formaldehid dan kloroformDigunakan 1 2 ml larutan forma
ldehid 40% (formalin) atau 50 tetes larutan kloroform untuk mengawetkan
urin 24 jam. Dipakai untuk mengawetkan sedimen.
Asam sulfat pekat
Sebagai pengawet untuk penetapan kuantitatif kalsium, nitrogen (N) dan
zat anorganik lainnya. Diberikan dalam jumlah tertentu sehingga pH urin
tetap < 4,5 yang dikontrol dengan kertas nitrazin. Reaksi asam
mencegah terlepasnya unsur N dalam bentuk amoniak dan mencegah
terjadinya endapan kalsium fosfat.

4
Natrium karbonat
Digunakan 5 g Natrium karbonat bersama beberapa ml toluen. Khusus
untuk mengawetkan urobilinogen.
Asam hidroklorida 10 ml atau asam borat 50 g digunakan sebagai
pengawet urin 24 jam untuk mencegah dekomposisi bahan / zat pada
medium alkali.

ANALITIK DAN PASCA ANALITIK

A . Tes Makroskopi.

Meliputi tes : ( 3,4,7 )


Kejernihan dan warna:
Normal jernih atau sedikit keruh dan berwarna kuning muda.
Derajat Keasaman atau pH:
Penetapan pH urin dilakukan dengan memakai indikator strip
Bau
Bau normal yang karakteristik disebabkan oleh asam organik yang
mudah menguap.
Pengukuran volume
- Pada orang dewasa normal produksi urin kurang lebih 1500 ml / 24 jam.
- Berguna untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal serta
kelainan keseimbangan cairan tubuh.
.
Berat jenis (Bj)
- Bj memberikan kesan tentang kepekatan urin. Urin pekat dengan Bj
> 1,030 mengindikasikan kemungkinan adanya glukosuria.
- Tes Bj secara makroskopi dengan alat urinometer ataupun
refraktometer tidak dilakukan. Untuk menetapan Bj dipakai reagen
strip.
- Batas rujukan Bj urin berkisar antara 1,003 1,030.

B . Tes mikroskopi.

Tes mikroskopi berupa tes sedimen urin. Urin yang dipakai adalah adalah urin
segar,yaitu urin yang ditampung 1 jam setelah berkemih.Untuk mendapatkan
sedimen yang baik diperlukan urin pekat yaitu urin yang diperoleh pada pagi
hari dengan berat jenis 1,023 atau osmolalitas 300 m osm/ kg dengan pH
yang asam. ( 8)

5
Cara Kerja Tes Sedimen Urin.( 4,8 )
Masukkan 10 15 ml urin kedalam tabung reaksi lalu urin tersebut
disentrifuse selama 5 menit pada 1500 2000 rpm.
Buang cairan di bagian atas tabung sehingga volume cairan dan sedimen
tinggal kira-kira 0,5 1 ml.
Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
Letakkan 2 tetes suspensi tersebut di atas kaca objek lalu tutup dengan
kaca penutup.
Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10 x untuk
Lapangan Pandang Kecil (LPK) dilaporkan jumlah selinder., serta lensa
objektif 40 x untuk Lapangan Pandang Besar (LPB) dilaporkan jumlah
unsur lekosit,eritrosit,epitel, bakteri ,ragi, kristal dan protozoa .( 8 )

Cara pelaporan unsur sedimen menurut JCCLS

Sel darah dan epitel dilaporkan : Protozoa dilaporkan:


1+ < 4 sel / LPB - 0 / LPB
2+ 5-9 sel / LPB + 1-4 / LPB
3+ 10 -29 sel / LPB ++ 5-9 / LPB
4+ > 30 sel - LPB +++ > 10 / LPB
5+ > LPB

Silinder dilaporkan : Kristal dilaporkan :


- 0/ LPK - 0 / LPB
+ 1/ 100 LPK + 1-4 / LPB
++ 1-10 / LPK ++ 5-9 / LPB
+++ 10 -100 / LPK +++ > 10/LPB
++++ > 100 / LPK

Bakteri dan jamur dilaporkan :


- 0 /LPK
jarang / LPK
+ dijumpai sedikit /LPK
++ banyak / LPK
+++ penuh / LPK

Nilai Rujukan dan Interpretasi Tes Sedimen Urin.


Hasil yang mungkin ditemukan pada tes sedimen urin dapat dibedakan atas:

6
1. Elemen organik, dapat berupa : ( 3,8 )
Sel:
Eritrosit, nilai rujukannya < 4 / LPB. Hematuri mikroskopi
menunjukkan adanya perdarahan pada saluran kemih.
Leukosit, nilai rujukannya < 4 / LPB. Glitter cells adalah leukosit yang
berukuran lebih besar berasal dari ginjal, dapat dikenali dengan
meneteskan 2 3 tetes pewarna SternheimerMalbin. Piuria
menunjukkan adanya infeksi pada saluran kemih.
Epitel adalah sel berinti satu dengan ukurannya lebih besar dari
leukosit.
Macam-macam sel epitel:
sel epitel gepeng / skuamous dari uretra bagian distal yang
normal ditemukan dalam urin.
sel epitel transisional dari kandung kemih.
sel epitel bulat dari pelvis dan tubuli ginjal, ukurannya lebih kecil dari
epitel skuamous.
Silinder / Torak / Cast:
Silinder terbentuk pada tubulus ginjal dengan matriks glikoprotein yang
berasal dari sel epitel ginjal. Silinder pada urin menunjukkan adanya
keadaan abnormal pada parenkim ginjal yang biasanya berhubungan
dengan proteinuria. Tetapi pada urin yang normal mungkin saja ditemui
sejumlah kecil silinder hialin. Macam-macam silinder yang dapat dijumpai
adalah:
Silinder hialin / hyaline cast:
o tidak berwarna, homogen dan transparan dengan ujung
membulat.
o meningkat pada setelah latihan fisik dan keadaan
dehidrasi.
Silinder sel / cellullar cast, yang dapat berupa :
o Silinder eritrosit / erythrocyte cast:
ditemukan pada glomerulonefritis akut (GNA), lupus nefritis,
Goodpastures sindrome, subakut bakterial endokarditis,
trauma ginjal, infark ginjal, pielonefritis, gagal jantung
kongestif, trombosis renalis dan periarteritis nodosa.

o Silinder leukosit / leucocyte cast:

7
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih, pielonefritis
akut, nefritis interstisial, lupus nefritis dan pada penyakit
glomerolus.
o silinder epitel / epithelial cast:
menunjukkan adanya infeksi akut tubulus ginjal.
Silinder berbutir / granular cast, bisa berbutir halus atau kasar :
o berisi sel-sel yang mengalami degenerasi, mula-mula
terbentuk granula kasar kemudian menjadi halus.
o ditemukan pada nefritis kronik, dapat juga pada inflamasi
akut.
Silinder lemak / fatty cast:
o berhubungan dengan proses yang kronik misalnya pada
sindroma nefrotik, glomerulonefritis kronik (GNK)
o Silinder lilin / waxy cast :
merupakan degenerasi yang lebih lanjut dari silinder
granular.
Terbentuk karena adanya stasis urin yang lama.
Menggambarkan kondisi patologi yang serius pada
ginjal dan saluran kemih misalnya pada gagal ginjal
kronik, hipertensi maligna, renal amiloidosis, dan nefropati
diabetika.
( 3,4 )
Oval fat bodies
Adalah sel epitel tubulus berbentuk bulat yang mengalami
degenerasi lemak. Sering kali disertai dengan proteinuria. Dapat dijumpai
pada sindroma nefrotik.
Nilai rujukannya negatif.
Spermatozoa
Nilai rujukannya negatif.
Mikroorganisma yang dapat dijumpai:
Bakteri :
Diidentifikasi dengan pewarnaan gram pada sedimen atau
dengan biakan urin.
Mungkin dijumpai gram negatif basilus seperti
Escherichia coli, Pseudomonas, Proteus atau kokus gram
positif : Sterptokokus piogen.
Nilai rujukan untuk bakteri adalah < 2 /LPB atau < 1000/ml
Sel Yeast dan Kandida.Nilai rujukan negatif
Parasit, nilai rujukan negatif

8
Trichomonas vaginalis biasanya dijumpai bersamaan
dengan adanya leukosit dan sel epitel.
Schistosoma haematobium.
Enterobius vermicularis.

2.Elemen anorganik, dapat berupa: ( 3,8 )


Bahan amorf:
Urat-urat dalam urin asam dan fosfat-fosfat dalam urin alkali.
Kristal:
Pada urin normal yang asam (pH < 7.0 ) dapat dijumpai kristal:
asam urat (berwarna kuning), natrium urat, kalsium sulfat (jarang),
Pada urin normal yang asam, netral atau sedikit alkali dapat
dijumpai kristal kalsium oksalat, asam hipurat (kadang-kadang).
Pada urin normal yang netral dan alkali dapat dijumpai kristal tripel
fosfat (amonium magnesium fosfat) dan dikalsium fosfat (jarang).
Pada urin normal yang alkali dapat dijumpai kristal kalsium
karbonat, amonium biurat dan kalsium fosfat.
Pada keadaan abnormal, dalam urin yang asam dapat dijumpai
kristal sistin, leusin, tirosin, dan kolesterol
Kristal yang berasal dari obat seperti sulfonamida juga dapat
dijumpai pada urin yang asam. Dapat diidentifikasi dengan tes lignin
terhadap sedimen.
Zat lemak
Pada lipiduria dapat ditemukan butir-butir lemak bebas yang dapat
berupa trigliserida atau kolesterol. Butir lemak ini diidentifikasi dengan
pewarnaan Sudan III atau IV pada sedimen atau memakai mikroskop
polarisasi.
C. Pemeriksaan Kimia.

Pemeriksaan kimia urin cukup banyak diminta oleh para klinisi. Pemeriksaan
kimia urin yang dilakukan di RS dr Wahidin Sodirohusodo dengan
menggunakan carik celup. Tes carik celup menggunakan reagen strip dimana
reagen telah tersedia dlm bentuk kering siap pakai, reagen relatif stabil,
murah, volume urin yang dibutuhkan sedikit, bersifat siap pakai serta tidak
memerlukan persiapan reagen. Prosedurnya sederhana dan mudah. Penilaian
secara semikuantitatif dilakukan dengan melihat skala warna pada area tes
yang kemudian dibaca dengan alat semiotomatik atau urin analyzer seperti
uriscan untuk penilaian secara kuantitatif. ( 12,7,10 )

9
Cara Kerja Tes Reagen Strip.
Celupkan selembar reagen strip kedalam tabung reaksi yang berisi
sampel urin kira-kira 1 detik sehingga urin membasahi seluruh
permukaannya.
Hapus sisa urin dengan cara menyentuhkan satu sisi reagen strip ke
permukaan kerta tissue.
Letakkan reagen strip pada alat uriscan untuk dibaca
Hasilnya keluar pada printer.

Parameter dapat diketahui dengan memakai reagen strip, salah satu contoh
reagen strip yang digunakan di RSU Wahidin Sudirohosodo adalah Uriscan
11 strip yang dapat menentukan 11 parameter tes urin yaitu :( 2,7,10 )
1. Glukosa .
Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase
yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen
peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan adanya peroksida
akan mengkatalisis reaksi antara potassium iodida dengan hidrogen
menghasilkan H20 dan O n .O nascens akan mengoksidasi zat warna
potassium iodide dalam 60 detik membentuk warna biru muda,hijau
sampai coklat. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 50 mg/dl .dan
pemeriksaan ini spesifik untuk glukosa.Hasil negatif palsu pada
pemerisaan glukosa dapat disebabkan oleh bahan reduktor seperti
vitamin C, keton, ,asam homogentisat,aspirin , dan obat- seperti
dipyrone. Nilai rujukan : < 30 mg/dl
2. Bilirubin.
Pemeriksaan bilirubindalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam kuat yang
menimbulkan suatu kompleks yang berwarna coklat muda hingga
merah coklat dalam waktu 60 detik. Sensitivitas pemeriksaan ini
adalah 0,5 mg /dl. Beberapa zat yang menimbulkan warna pada urin
dapat mengganggu pemeriksaan bilirubin urin yaitu rifampicin,
piridium.Clorpromazine dalam jumlah banyak memberikan reaksi
positif palsu, vitamin C dan asam salisilat dapat memberikan hasil
negatif palsu.Nilai rujukan : negatif
3. Urobilinogen.
Pemeriksaan urobilinogen dalam urin berdasarkan reaksi antara
urobilinogen dengan reagen Ehrlich.Intensitas warna yang terjadi dari
jingga sampai merah tua, dibaca dalm 60 detik warna yang timbul
sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urin.Hasilnya

10
dilaporkan dalam Erlich Units ( EU ). Sensitivitas adalah Trace 1 EU/
dl. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan hasil negative palsu.
Nilai rujukan : laki-laki 0,3 2,1 mg/2 hours, perempuan 0,1 1,1 mg/
2 hours.
4. Keton.
Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara asam asetoasetat dengan
senyawa nitroprusida.Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila
tidak terjadi reaksi , dan ungu untuk hasil yang positif. Positif palsu
terjadi apabila urin banyak mengantung pigmen atau metabolit
levodopa serta phenylketones.Sensitivitas asam asetoasetat adalah 5
mg/ dl. Nilai rujukan : negatif.
5. Protein.
Pemeriksaan protein berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan
pH oleh adanya protein. Sebagai indikator digunakan tetrabromphenol
blue yang dalam suatu system buffer akan menyebabkan pH tetap
konstan. Akibat kesalahan penetapan pH oleh adanya protein ,urin
yang mengandung albumin akan bereaksi dengan indikator
menyebabkan perubahan warna hijau muda menjadi hijau.Indikator
tersebut sangat spesifik dan sensitif terhadap albumin.Sensitivitasnya
adalah 10 mg/dl.Nilai rujukan : < 20 mg/dl.
6. Nitrit.
Tes nitrit urin adalah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya bakteriuri. Prisip tes adalah nitrit yang terbentuk bereaksi
dengan p- arsanilic acid menjadi senyawa diazonium yang akan
berikatan dengan 1,2,3,4 tetrahydrobenzoquinolin -3-1,dalam suasana
asam membentuk warna merah muda, negatif bila tidak terdapat nitrit
maka warna tidak berubah.Sensitivitasnya adalah 0,05 mg ( 105
bakteri /ml ).Nilai rujukan adalah negatif.
7. Lekosit
Pemeriksaan esterase lekosit didasarkan adanya reaksi esterase yang
merupakan enzim pada granula azudofil. Esterase akan menghidrolisis
derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam
diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda
menjadi warna ungu.Sensitivitas nya 10 wbc/ l atau 3-5 wbc / LPB
Nilai rujukan : negatif
8. pH.
Pemeriksaan pH urin berdasarkan adanya indikator ganda ( methyl red
dan bromthymol blue ), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai
pH yang berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan hijau
kebiruan. Nilai rujukan adalah pH 5-8

11
9. Blood.
Pemeriksaan darah samar dalam urine berdasarkan berdasarkan
hemoglobin dan mioglobin akan mengkatalisa oksidasi dari indikator
3,3,5,5-tetramethylbenzidine menghasilkan warna berkisar dari
kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tua. Protein
kadar tinggi dan vitamin C dapat menghasilkan negatif palsu. Positif
palsu kadang dijumpai pada apabila urin terdapat bakteri.
Sensitivitasnya adalah 5 RBC / l atau 3-5 RBC/ LPB. Nilai rujukan :
negatif
10. Berat jenis.
Pemeriksaan berat jenis dalam urin berdasarkan pada perubahan pKa
dari polielektrolit. Polielektrolit yang terdapat pada carik celup akan
mengalami ionisasi menghasilkan ion hidrogen.Ion hidrogen yang
dihasilkan tergantung jumlah ion yang terdapat dalam urin.Perubahan
pH akan terdeteksi oleh indikator bromthymol blue.Bromthymol blue
akan berwarna biru tua hingga hijau pada urin dengan berat jenis
rendah dan berwarna hijau kekuning-kuningan jika berat jenis urin
tinggi.Nilai rujukan adalah 1,003 1.029, anak dengan intake cairan
yang normal Bj 1,016 1,022.
11. Ascorbic acid.
12. jika kadar ascorbic acid lebih dari 25mg/dl akan menunjukkan warna
ungu.Glukosa, nitrat, darah samar akan mempengaruhi hasil.
Sensitivitasnya 10mg/dl .

Selain tes seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pelayanan urinalisis di


Subunit Pemeriksaan Cairan Tubuh RS Wahidin Sudirohusodo yang dilakukan
secara manual adalah Tes Protein untuk menetapkan:
Jumlah Protein Kuantitatif
Dilakukan dengan cara Esbach memakai alat albuminometer Esbach
serta sampel urin 24 jam atau 12 jam. Hasilnya dibaca setelah 18 24
jam dan dilaporkan dalam gram protein per liter urin. Nilai rujukannya <
0,5 g / liter. (3)
Cara Kerja Tes Protein Kuantitatif cara Esbach: (3)
1. Urin harus bereaksi asam. Jika perlu tambahkan beberapa tetes
asam asetat glasial kedalam urin hingga reaksinya asam.
2. Isi tabung Esbach dengan sampel urin sampai garis bertanda U.
3. Tambahkan reagen Esbach pada sampel tersebut hingga garis
bertanda R.
4. Sumbat tabung lalu bolak-balikkan tabung 12 kali ( jangan dikocok).

12
5. Letakkan tabung dalam posisi tegak dan biarkan selama 18 24
jam.
6. Tinggi kekeruhan dibaca dan menunjukkan banyaknya gram
protein per liter urin.
Protein Bence Jones (3,4 )
Penetapan Protein Bence Jones yang patologik dapat dilakukan
dengan tes cara Osgood. Protein Bence Jones adalah imunoglobulin
monoklonal dalam urin. Protein ini berlebihan dalam serum yang tidak
dapat diabsorbsi seluruhnya oleh glomerolus ginjal sehingga keluar
bersama urin. Hasil yang positip pada penyakit Multipel Mieloma ,
Amiloidosis, Sindroma Fanconi dan Makroglobulinemia
Waldenstrom. Sebelum dilakukan tes terhadap Protein Bence Jones,
sebaiknya dilakukan penetapan ada tidaknya protein dengan tes asam
sulfosalisilat yaitu dengan cara: (3)
1. Masukkan masing-masing 2 ml urin yang jernih kedalam 2 tabung
reaksi.
2. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % kedalam salah satu
tabung lalu kocok.
3. Bandingkan kedua tabung, jika tetap sama jernihnya, maka hasil
tes negatif.
4. Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, maka panasi
tabung tersebut diatas nyala api sampai mendidih lalu dinginkan
kembali dengan air mengalir.
a. Jika kekeruhan tetap ada saat pemanasan dan terus
menetap sampai didinginkan kembali, maka tes terhadap protein
positif. Protein itu mungkin albumin atau globulin atau keduanya.
b. Jika kekeruhan hilang saat pemanasan tetapi timbul kembali
setelah dingin lanjutkan dengan tes terhadap Protein Bence
Jones.

Jika tes protein dengan asam sulfosalisilat negatif, maka Protein Bence
Jones past tidak ada.

Cara Kerja dan Interpretasi Tes Protein Bence Jones: ( 3 )


1. Masukkan kira-kira 5 ml urin dan sebatang termometer kedalam
tabung reaksi lalu masukkan tabung itu kedalam gelas kimia berisi
air.
2. Panasi gelas kimia tersebut dan perhatikan suhu pada termometer.

13
3. Catat suhu saat mulai timbul kekeruhan sampai kekeruhan
maksimal.
4. Angkat tabung reaksi dari air lalu panaskan langsung diatas nyala
api sampai isinya mendidih dan perhatikan kekeruhannya:
a. Jika kekeruhan lenyap, biarkan urin itu mendingin dan
catat suhu saat kekeruhannya timbul lagi.
b. Jika kekeruhan tidak hilang saat dipanasi, tambahkan 1
ml asam asetat 50 % tetes demi tetes dan teruskan pemanasan
sampai urin mendidih. Jika kekeruhannya menetap, saringlah urin
tersebut dalam keadaan mendidih dengan kertas saring lalu
perhatikan kekeruhan pada filtratnya. Jika kekeruhan timbul lagi
saat urin mendingin dan menghilang lagi jika dipanaskan maka tes
Protein Bence Jones positif.

Catatan:
Pada langkah 3 dan 4a. jika timbul kekeruhan pada suhu 50 0
650 C dan hilang pada suhu 1000 C maka hasil tes Protein Bence
Jones juga positif.

Daftar pustaka

14
1. http // www. Chclibrary. Org/ Urinalysis.,2001.
2. Wirawan R : Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Kimia Intralaboratorium
Menggunakan Carik Celup , Buku Kumpulan Makalah Lokakarya Aspek
Praktis Urinalisis, editor Marzuki S, Pendidikan Berkesinambungan
Patoligi Klinik , Jakarta, 2004,hal 31-43.
3. Gandasoebrata R : Urinalisis, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan ke
10, Dian Rakyat, Jakarta, 2001, 69-121.
4. Hardjoeno H dkk, Urinalisis, Substansi dan Cairan Tubuh, Lephas,
Makassar, 2004, 1-27.
5. Ninik Sukartini : Jenis Bahan Pemeriksaan Urin dan Cara Penggunaan
Carik Celup, Buku kumpulan Makalah Lokakarya Aspek Praktis Urinalisis,
Editor Marzuki S, Pendidikan Berkesnambungan 2004, 1-8.
6. Harry H Marsh MD, Collection and Transportation of Single-Collection
Urine Specimens,Volume 5 number 7, 1984, 151-167.
7. Jane Vincent Corbett RN EdD, Routine Urinalysis and Other Urine Tests,
Laboratory Test and Diagnostic Procedures with Nursing Diagnoses,Six
Edition,2004, 61-86.
8. Wirawan R, Pemeriksaan dan Pelaporan Sedimen Urin Metode
Semikuantitatif dan Kuantitatif, Buku Kumpulan Makalah Lokakarya Aspek
Praktis Urinalisis,editor Marzuki S. Pendidikan Berkesinambungan
Patologi Klinik 2004,9-21.
9. Graff.s.l : A Handbook of routine Urinalysis JB Lippincot Co, Philadelphia,
1983,72-129.
10. YD Diagnostics. Uriscan Urin Strips .

15

Anda mungkin juga menyukai