1 Urinalisis Dan Interpretasi
1 Urinalisis Dan Interpretasi
1. PENDAHULUAN
( 1,4 )
Permintaan urinalisis diindikasikan pada pasien dengan :
Secara umum tes urin dibedakan atas tes dasar ( penyaring ) dan tes
khusus. Biasanya tes dasar diminta sebagai penyaring. Tes dasar meliputi tes
makroskopik, mikroskopik dan kimia sedangkan tes khusus meliputi tes biakan
urin, protein kwatitatif 24 jam, hemosiderin urin, oval fat bodies dan lain - lain
sesuai kebutuhan khusus. ( 3,5 )
Tes makroskopi meliputi warna, kejernihan, pH berat jenis, bau,
pengukuran volume. Tes mikroskopi yang diperiksa adalah sedimen urin dengan
menggunakan mikroskop, sedangkan tes kimia dilakukan dengan menggunakan
carik celup. ( 3,4,5 ).
Tes dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat
urine analyzer.
Di rumah sakit umum dr. Wahidin Sudirohusodo telah menggunakan alat urine
analyzer ( uriciscan 11 strip ) yang dapat mengukur 11 parameter.
1
II. METODE
PRA ANALITIK.
Bahan tes yang terbaik adalah urin segar kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan.
Urin yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan menyebabkan
perubahan pada urin. Apabila terpaksa menunda pemeriksaan , urin harus
disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8 C dan penudaan tidak lebih dari 8 jam.
2
Pada keadaan tertentu sehingga urin harus dikirim pada tempat yang jauh dan
atau tidak ada lemari es, bisa gunakan pengawet.
d. Jenis Sampel
3
Pasien disuruh berkemih sebelum makan pagi hari,porsi tersebut dibuang
kemudian urin ditampung setelah 2 jam makan.Porsi urin kedua ini
digunakan untuk memeriksa glukosa dan pemantauan pengobatan insulin
pada penderita diabetes melitus.
Timed specimen atau sampel terjadwal
- Urin 24 jam, contohnya:
Urin yang dikeluarkan jam 7 pagi dibuang. Seluruh urin yang
dikeluarkan kemudian termasuk urin jam 7 pagi esok harinya
ditampung. Urin 24 jam biasanya memerlukan pengawet.
- Urin siang 12 jam, contohnya:
Urin yang dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam.
- Urin malam 12 jam contohnya:
Urin yang dikumpulkan dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi esok
harinya
Urin 3 gelas dan urin 2 gelas
Berguna untuk memberikan gambaran letak radang atau lesi yang
terdapat pada saluran kemih pria.
e. Pengawet (3,4,5 )
Untuk melindungi sampel urin 24 jam dari dekomposisi dan kontaminasi maka
urin diberi bahan pengawet.
4
Natrium karbonat
Digunakan 5 g Natrium karbonat bersama beberapa ml toluen. Khusus
untuk mengawetkan urobilinogen.
Asam hidroklorida 10 ml atau asam borat 50 g digunakan sebagai
pengawet urin 24 jam untuk mencegah dekomposisi bahan / zat pada
medium alkali.
A . Tes Makroskopi.
B . Tes mikroskopi.
Tes mikroskopi berupa tes sedimen urin. Urin yang dipakai adalah adalah urin
segar,yaitu urin yang ditampung 1 jam setelah berkemih.Untuk mendapatkan
sedimen yang baik diperlukan urin pekat yaitu urin yang diperoleh pada pagi
hari dengan berat jenis 1,023 atau osmolalitas 300 m osm/ kg dengan pH
yang asam. ( 8)
5
Cara Kerja Tes Sedimen Urin.( 4,8 )
Masukkan 10 15 ml urin kedalam tabung reaksi lalu urin tersebut
disentrifuse selama 5 menit pada 1500 2000 rpm.
Buang cairan di bagian atas tabung sehingga volume cairan dan sedimen
tinggal kira-kira 0,5 1 ml.
Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
Letakkan 2 tetes suspensi tersebut di atas kaca objek lalu tutup dengan
kaca penutup.
Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10 x untuk
Lapangan Pandang Kecil (LPK) dilaporkan jumlah selinder., serta lensa
objektif 40 x untuk Lapangan Pandang Besar (LPB) dilaporkan jumlah
unsur lekosit,eritrosit,epitel, bakteri ,ragi, kristal dan protozoa .( 8 )
6
1. Elemen organik, dapat berupa : ( 3,8 )
Sel:
Eritrosit, nilai rujukannya < 4 / LPB. Hematuri mikroskopi
menunjukkan adanya perdarahan pada saluran kemih.
Leukosit, nilai rujukannya < 4 / LPB. Glitter cells adalah leukosit yang
berukuran lebih besar berasal dari ginjal, dapat dikenali dengan
meneteskan 2 3 tetes pewarna SternheimerMalbin. Piuria
menunjukkan adanya infeksi pada saluran kemih.
Epitel adalah sel berinti satu dengan ukurannya lebih besar dari
leukosit.
Macam-macam sel epitel:
sel epitel gepeng / skuamous dari uretra bagian distal yang
normal ditemukan dalam urin.
sel epitel transisional dari kandung kemih.
sel epitel bulat dari pelvis dan tubuli ginjal, ukurannya lebih kecil dari
epitel skuamous.
Silinder / Torak / Cast:
Silinder terbentuk pada tubulus ginjal dengan matriks glikoprotein yang
berasal dari sel epitel ginjal. Silinder pada urin menunjukkan adanya
keadaan abnormal pada parenkim ginjal yang biasanya berhubungan
dengan proteinuria. Tetapi pada urin yang normal mungkin saja ditemui
sejumlah kecil silinder hialin. Macam-macam silinder yang dapat dijumpai
adalah:
Silinder hialin / hyaline cast:
o tidak berwarna, homogen dan transparan dengan ujung
membulat.
o meningkat pada setelah latihan fisik dan keadaan
dehidrasi.
Silinder sel / cellullar cast, yang dapat berupa :
o Silinder eritrosit / erythrocyte cast:
ditemukan pada glomerulonefritis akut (GNA), lupus nefritis,
Goodpastures sindrome, subakut bakterial endokarditis,
trauma ginjal, infark ginjal, pielonefritis, gagal jantung
kongestif, trombosis renalis dan periarteritis nodosa.
7
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih, pielonefritis
akut, nefritis interstisial, lupus nefritis dan pada penyakit
glomerolus.
o silinder epitel / epithelial cast:
menunjukkan adanya infeksi akut tubulus ginjal.
Silinder berbutir / granular cast, bisa berbutir halus atau kasar :
o berisi sel-sel yang mengalami degenerasi, mula-mula
terbentuk granula kasar kemudian menjadi halus.
o ditemukan pada nefritis kronik, dapat juga pada inflamasi
akut.
Silinder lemak / fatty cast:
o berhubungan dengan proses yang kronik misalnya pada
sindroma nefrotik, glomerulonefritis kronik (GNK)
o Silinder lilin / waxy cast :
merupakan degenerasi yang lebih lanjut dari silinder
granular.
Terbentuk karena adanya stasis urin yang lama.
Menggambarkan kondisi patologi yang serius pada
ginjal dan saluran kemih misalnya pada gagal ginjal
kronik, hipertensi maligna, renal amiloidosis, dan nefropati
diabetika.
( 3,4 )
Oval fat bodies
Adalah sel epitel tubulus berbentuk bulat yang mengalami
degenerasi lemak. Sering kali disertai dengan proteinuria. Dapat dijumpai
pada sindroma nefrotik.
Nilai rujukannya negatif.
Spermatozoa
Nilai rujukannya negatif.
Mikroorganisma yang dapat dijumpai:
Bakteri :
Diidentifikasi dengan pewarnaan gram pada sedimen atau
dengan biakan urin.
Mungkin dijumpai gram negatif basilus seperti
Escherichia coli, Pseudomonas, Proteus atau kokus gram
positif : Sterptokokus piogen.
Nilai rujukan untuk bakteri adalah < 2 /LPB atau < 1000/ml
Sel Yeast dan Kandida.Nilai rujukan negatif
Parasit, nilai rujukan negatif
8
Trichomonas vaginalis biasanya dijumpai bersamaan
dengan adanya leukosit dan sel epitel.
Schistosoma haematobium.
Enterobius vermicularis.
Pemeriksaan kimia urin cukup banyak diminta oleh para klinisi. Pemeriksaan
kimia urin yang dilakukan di RS dr Wahidin Sodirohusodo dengan
menggunakan carik celup. Tes carik celup menggunakan reagen strip dimana
reagen telah tersedia dlm bentuk kering siap pakai, reagen relatif stabil,
murah, volume urin yang dibutuhkan sedikit, bersifat siap pakai serta tidak
memerlukan persiapan reagen. Prosedurnya sederhana dan mudah. Penilaian
secara semikuantitatif dilakukan dengan melihat skala warna pada area tes
yang kemudian dibaca dengan alat semiotomatik atau urin analyzer seperti
uriscan untuk penilaian secara kuantitatif. ( 12,7,10 )
9
Cara Kerja Tes Reagen Strip.
Celupkan selembar reagen strip kedalam tabung reaksi yang berisi
sampel urin kira-kira 1 detik sehingga urin membasahi seluruh
permukaannya.
Hapus sisa urin dengan cara menyentuhkan satu sisi reagen strip ke
permukaan kerta tissue.
Letakkan reagen strip pada alat uriscan untuk dibaca
Hasilnya keluar pada printer.
Parameter dapat diketahui dengan memakai reagen strip, salah satu contoh
reagen strip yang digunakan di RSU Wahidin Sudirohosodo adalah Uriscan
11 strip yang dapat menentukan 11 parameter tes urin yaitu :( 2,7,10 )
1. Glukosa .
Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase
yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen
peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan adanya peroksida
akan mengkatalisis reaksi antara potassium iodida dengan hidrogen
menghasilkan H20 dan O n .O nascens akan mengoksidasi zat warna
potassium iodide dalam 60 detik membentuk warna biru muda,hijau
sampai coklat. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 50 mg/dl .dan
pemeriksaan ini spesifik untuk glukosa.Hasil negatif palsu pada
pemerisaan glukosa dapat disebabkan oleh bahan reduktor seperti
vitamin C, keton, ,asam homogentisat,aspirin , dan obat- seperti
dipyrone. Nilai rujukan : < 30 mg/dl
2. Bilirubin.
Pemeriksaan bilirubindalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam kuat yang
menimbulkan suatu kompleks yang berwarna coklat muda hingga
merah coklat dalam waktu 60 detik. Sensitivitas pemeriksaan ini
adalah 0,5 mg /dl. Beberapa zat yang menimbulkan warna pada urin
dapat mengganggu pemeriksaan bilirubin urin yaitu rifampicin,
piridium.Clorpromazine dalam jumlah banyak memberikan reaksi
positif palsu, vitamin C dan asam salisilat dapat memberikan hasil
negatif palsu.Nilai rujukan : negatif
3. Urobilinogen.
Pemeriksaan urobilinogen dalam urin berdasarkan reaksi antara
urobilinogen dengan reagen Ehrlich.Intensitas warna yang terjadi dari
jingga sampai merah tua, dibaca dalm 60 detik warna yang timbul
sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urin.Hasilnya
10
dilaporkan dalam Erlich Units ( EU ). Sensitivitas adalah Trace 1 EU/
dl. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan hasil negative palsu.
Nilai rujukan : laki-laki 0,3 2,1 mg/2 hours, perempuan 0,1 1,1 mg/
2 hours.
4. Keton.
Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara asam asetoasetat dengan
senyawa nitroprusida.Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila
tidak terjadi reaksi , dan ungu untuk hasil yang positif. Positif palsu
terjadi apabila urin banyak mengantung pigmen atau metabolit
levodopa serta phenylketones.Sensitivitas asam asetoasetat adalah 5
mg/ dl. Nilai rujukan : negatif.
5. Protein.
Pemeriksaan protein berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan
pH oleh adanya protein. Sebagai indikator digunakan tetrabromphenol
blue yang dalam suatu system buffer akan menyebabkan pH tetap
konstan. Akibat kesalahan penetapan pH oleh adanya protein ,urin
yang mengandung albumin akan bereaksi dengan indikator
menyebabkan perubahan warna hijau muda menjadi hijau.Indikator
tersebut sangat spesifik dan sensitif terhadap albumin.Sensitivitasnya
adalah 10 mg/dl.Nilai rujukan : < 20 mg/dl.
6. Nitrit.
Tes nitrit urin adalah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya bakteriuri. Prisip tes adalah nitrit yang terbentuk bereaksi
dengan p- arsanilic acid menjadi senyawa diazonium yang akan
berikatan dengan 1,2,3,4 tetrahydrobenzoquinolin -3-1,dalam suasana
asam membentuk warna merah muda, negatif bila tidak terdapat nitrit
maka warna tidak berubah.Sensitivitasnya adalah 0,05 mg ( 105
bakteri /ml ).Nilai rujukan adalah negatif.
7. Lekosit
Pemeriksaan esterase lekosit didasarkan adanya reaksi esterase yang
merupakan enzim pada granula azudofil. Esterase akan menghidrolisis
derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam
diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda
menjadi warna ungu.Sensitivitas nya 10 wbc/ l atau 3-5 wbc / LPB
Nilai rujukan : negatif
8. pH.
Pemeriksaan pH urin berdasarkan adanya indikator ganda ( methyl red
dan bromthymol blue ), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai
pH yang berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan hijau
kebiruan. Nilai rujukan adalah pH 5-8
11
9. Blood.
Pemeriksaan darah samar dalam urine berdasarkan berdasarkan
hemoglobin dan mioglobin akan mengkatalisa oksidasi dari indikator
3,3,5,5-tetramethylbenzidine menghasilkan warna berkisar dari
kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tua. Protein
kadar tinggi dan vitamin C dapat menghasilkan negatif palsu. Positif
palsu kadang dijumpai pada apabila urin terdapat bakteri.
Sensitivitasnya adalah 5 RBC / l atau 3-5 RBC/ LPB. Nilai rujukan :
negatif
10. Berat jenis.
Pemeriksaan berat jenis dalam urin berdasarkan pada perubahan pKa
dari polielektrolit. Polielektrolit yang terdapat pada carik celup akan
mengalami ionisasi menghasilkan ion hidrogen.Ion hidrogen yang
dihasilkan tergantung jumlah ion yang terdapat dalam urin.Perubahan
pH akan terdeteksi oleh indikator bromthymol blue.Bromthymol blue
akan berwarna biru tua hingga hijau pada urin dengan berat jenis
rendah dan berwarna hijau kekuning-kuningan jika berat jenis urin
tinggi.Nilai rujukan adalah 1,003 1.029, anak dengan intake cairan
yang normal Bj 1,016 1,022.
11. Ascorbic acid.
12. jika kadar ascorbic acid lebih dari 25mg/dl akan menunjukkan warna
ungu.Glukosa, nitrat, darah samar akan mempengaruhi hasil.
Sensitivitasnya 10mg/dl .
12
5. Letakkan tabung dalam posisi tegak dan biarkan selama 18 24
jam.
6. Tinggi kekeruhan dibaca dan menunjukkan banyaknya gram
protein per liter urin.
Protein Bence Jones (3,4 )
Penetapan Protein Bence Jones yang patologik dapat dilakukan
dengan tes cara Osgood. Protein Bence Jones adalah imunoglobulin
monoklonal dalam urin. Protein ini berlebihan dalam serum yang tidak
dapat diabsorbsi seluruhnya oleh glomerolus ginjal sehingga keluar
bersama urin. Hasil yang positip pada penyakit Multipel Mieloma ,
Amiloidosis, Sindroma Fanconi dan Makroglobulinemia
Waldenstrom. Sebelum dilakukan tes terhadap Protein Bence Jones,
sebaiknya dilakukan penetapan ada tidaknya protein dengan tes asam
sulfosalisilat yaitu dengan cara: (3)
1. Masukkan masing-masing 2 ml urin yang jernih kedalam 2 tabung
reaksi.
2. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % kedalam salah satu
tabung lalu kocok.
3. Bandingkan kedua tabung, jika tetap sama jernihnya, maka hasil
tes negatif.
4. Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, maka panasi
tabung tersebut diatas nyala api sampai mendidih lalu dinginkan
kembali dengan air mengalir.
a. Jika kekeruhan tetap ada saat pemanasan dan terus
menetap sampai didinginkan kembali, maka tes terhadap protein
positif. Protein itu mungkin albumin atau globulin atau keduanya.
b. Jika kekeruhan hilang saat pemanasan tetapi timbul kembali
setelah dingin lanjutkan dengan tes terhadap Protein Bence
Jones.
Jika tes protein dengan asam sulfosalisilat negatif, maka Protein Bence
Jones past tidak ada.
13
3. Catat suhu saat mulai timbul kekeruhan sampai kekeruhan
maksimal.
4. Angkat tabung reaksi dari air lalu panaskan langsung diatas nyala
api sampai isinya mendidih dan perhatikan kekeruhannya:
a. Jika kekeruhan lenyap, biarkan urin itu mendingin dan
catat suhu saat kekeruhannya timbul lagi.
b. Jika kekeruhan tidak hilang saat dipanasi, tambahkan 1
ml asam asetat 50 % tetes demi tetes dan teruskan pemanasan
sampai urin mendidih. Jika kekeruhannya menetap, saringlah urin
tersebut dalam keadaan mendidih dengan kertas saring lalu
perhatikan kekeruhan pada filtratnya. Jika kekeruhan timbul lagi
saat urin mendingin dan menghilang lagi jika dipanaskan maka tes
Protein Bence Jones positif.
Catatan:
Pada langkah 3 dan 4a. jika timbul kekeruhan pada suhu 50 0
650 C dan hilang pada suhu 1000 C maka hasil tes Protein Bence
Jones juga positif.
Daftar pustaka
14
1. http // www. Chclibrary. Org/ Urinalysis.,2001.
2. Wirawan R : Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Kimia Intralaboratorium
Menggunakan Carik Celup , Buku Kumpulan Makalah Lokakarya Aspek
Praktis Urinalisis, editor Marzuki S, Pendidikan Berkesinambungan
Patoligi Klinik , Jakarta, 2004,hal 31-43.
3. Gandasoebrata R : Urinalisis, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan ke
10, Dian Rakyat, Jakarta, 2001, 69-121.
4. Hardjoeno H dkk, Urinalisis, Substansi dan Cairan Tubuh, Lephas,
Makassar, 2004, 1-27.
5. Ninik Sukartini : Jenis Bahan Pemeriksaan Urin dan Cara Penggunaan
Carik Celup, Buku kumpulan Makalah Lokakarya Aspek Praktis Urinalisis,
Editor Marzuki S, Pendidikan Berkesnambungan 2004, 1-8.
6. Harry H Marsh MD, Collection and Transportation of Single-Collection
Urine Specimens,Volume 5 number 7, 1984, 151-167.
7. Jane Vincent Corbett RN EdD, Routine Urinalysis and Other Urine Tests,
Laboratory Test and Diagnostic Procedures with Nursing Diagnoses,Six
Edition,2004, 61-86.
8. Wirawan R, Pemeriksaan dan Pelaporan Sedimen Urin Metode
Semikuantitatif dan Kuantitatif, Buku Kumpulan Makalah Lokakarya Aspek
Praktis Urinalisis,editor Marzuki S. Pendidikan Berkesinambungan
Patologi Klinik 2004,9-21.
9. Graff.s.l : A Handbook of routine Urinalysis JB Lippincot Co, Philadelphia,
1983,72-129.
10. YD Diagnostics. Uriscan Urin Strips .
15