RPP Ipa 1.1
RPP Ipa 1.1
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. KOMPETENSI DASAR
3.1. Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup dan lingkungan
fisik sekitar sebagai bagian dari observasi serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku)
dalam pengukuran.
INDIKATOR
3.1.1. Menggunakan Satuan Internasional sesuai dengan besaran yang diukur dalam pengukuran
dengan Ketelitian (carefulness).
3.1.2. Mengkonversi satuan panjang, massa dan waktu terhadap hasil pengukuran
4.1. Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-besaran pada diri, makhluk hidup, dan
lingkungan fisik dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku.
INDIKATOR
4.1.1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan besaran pokok dan besaran turunan
dalam kehidupan sehari-hari.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kajian LKS, siswa dapat mengidentifikasi alat-alat ukur panjang dan masssa benda
untuk percobaan pengukuran besaran dasar
2. Siswa dapat Mengembangkan keterampilan mengukur besaran dasar (panjang dan masssa
benda)
3. Siswa dapat menjelaskan melalui diskusi data hasil percobaan
4. Siswa dapat menjelaskan pemanfaatan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari melalui
diskusi kelompok
5. Mengembangkan perilaku rasa ingin tahu, teliti, jujur, tekun, tanggung jawab, saling
menghargai pendapat melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok
D. MATERI
1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran
maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika
karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.
2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan
alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.
1. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika.
Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K),
Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri
khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan
ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.
2. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak
macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu.
Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan
mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung,
mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.
Saat membahas bab Besaran dan Satuan maka kita tidak akan lepas dari satu kegiatan yaitu
pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis
yang ditetapkan sebagai satuan.
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah
membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika
pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus
melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-
gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
E. PENDEKATAN/STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode : Diskusi dan Eksperimen
3. Model : Discovery and Cooperative Learning
1 Mistar 5
2 Jangka sorong 5
3 Mikrometer sekrup 5
5
4 Kertas HVS
5
5 Kertas karton
5
6 Buku
7 Neraca 5
8 Stop watch 5
3. Sumber Belajar
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (3 Jam Pelajaran)
Kegiatan Int Pembahasan Tugas Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS pengukuran 15 menit
dan Identifikasi besaran pokok dan mengidentifikasi konsep yang
Masalah harus diperoleh melalui percobaan
H. PENILAIAN
1. Metode dan bentuk Instrumen
2. Instrument
a. Lembar Pengamatan Sikap
yang santun
dibahas
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
1
2
3
....
1. Menunjukkan rasa 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif dalam kegiatan
ingin tahu kelompok 2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias, dan
baru terlibat aktif dalam kegiatan kelompok ketika disuruh 1: tidak menunjukkan
antusias dalam pengamatan, sulit terlibat aktif
2. Ketelitian dan hati- 4. m en g a matihasil percobaan sesuai prosedur, hati-hatidalam melakukan
hati percobaan 2. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hati-hati
dalam melakukan percobaan 1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
3 Ketekunan dan 3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bias dilakukan,
tanggungjawab dalam berupaya tepat waktu. 2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
belajar dan bekerja namun belum menunjukkan upaya terbaiknya 1: tidak berupaya sungguh-
baik secara individu sungguh dalam menyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak selesai
maupun
berkelompok
4 Berkomunikasi 3. aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukaan gagasan atau ide, menghargai
pendapat siswa lain 2. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain 1. aktif dalam tanya jawab,
tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, kurang menghargai pendapat siswa
lain
3 Penyelesaian
Membersihkan Jangka sorong setelah digunakan
Menyimpan Jangka sorong
p
o
s
i
s
i
k
u
n
c
i
m
i
c
r
o
m
e
t
e
r
s
e
k
r
u
p
M
e
n
g
a
t
u
r
p
o
s
i
s
i
s
k
a
l
a
n
o
n
i
u
s
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
2Mengamati skala utama dan skala nonius3PenyelesaianMembersihkan micrometer sekrup setelah
digunakanMenyimpan micrometer sekrup
Topik : Pengukuran
Soal 1
Perhatikan kedua alat ukur berikut!
Diagram menunjukkan skala pada alat ukur :
Bagaimana cara membaca ukuran yang ditunjukkan oleh anak panah pada gambar ?
Soal 2
Perhatikan kedua alat ukur berikut!
Perhatikan gambar alat dan bahan serta data pengukurannya berikut!
Besaran fisika yang terukur sesuai dengan data yang diperlihatkan tersebut adalah .... gram
Soal 3
Perhatikan jangka sorong berikut!
Hasil pengukuran panjang benda
di samping adalah cm
Soal 4
Perhatikan gambar!
Dari gambar di atas pembacaan skala mikrometer sekrup yang benar adalah ..... cm
Soal 5
Perhatikan gambar dibawah ini !
Seorang anak melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Posisi skala pengukuran seperti pada gambar
di atas. Hasil pengukuran itu adalah cm
LEMBAR KERJA SISWA
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan mempunyai
satuan.
Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3
syarat yaitu
1. dapat diukur atau dihitung
2. dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. mempunyai satuan
Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai
besaran.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
3. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka
harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa
dapat diukur dengan menggunakan neraca.
4. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan alat
ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.
Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2
3. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika.
Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat
Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus
antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan
ditetapkan terlebih dahulu.
4. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya
sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter
kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus
antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu
dan diturunkan dari besaran pokok.
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah membandingkan
suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang
sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang
sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Secara Langsung
Yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa
menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan.
2. Secara tidak langsung
Yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai besaran yang
diukur.
Untuk mendaptkan hasil pengukuran yang akurat, faktor yang harus diperhatikan antara lain :
- alat ukur yang dipakai
- aturan angka penting
- posisi mata pengukuran (paralax)
Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar x 0. Kesalahan dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
1. Keteledoran
Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan
instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur
atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.
2. Kesalahan sistmatk
Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan pengukuran
panjang dengan mistas 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm
3. Kesalahan acak
Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kualitatif),
Contoh :
- kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang
- pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana
- pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada percobaan hukum II Newton.
Ketdakpastan pada Pengukuran
Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai
benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal misalnya
batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang ditunjukkan alat ukur.
Beberapa istlah dalam pengukuran:
Ketelitan (accuracy)
adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X 0
Kepekaan
adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal galvanometer
memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter
Ketepatan (precision)
adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama.
Presisi
berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan jumlah angka
desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.
Akurasi
yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya.
Ketelitian alat ukur panjang
1. Mistar : 1 mm
Mistar berskala terkecil memiliki memiliki ketelitian sampai 0,5 mm atau 0,05 cm. Ketelitian alat untuk
satu kali adalah setengah skala terkecil.
Contoh:
Sebuah benda diukur dengan jangka sorong dengan kedudukan skala seperti pada gambar, maka
panjang benda:
Skala Utama = 26 mm
Skala nonius 0,5 mm
Batas ketelitiannya skala terkecil = x 0,1 mm = 0,05 mm
3. Mikrometer sekrup 0,01 mm
Mikrometer skrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer skrup juga memiliki dua
skala , yaitu skala utama yang berskala mm (0,5 mm) dan skala nonius yang terdapat pada selubung luar. Skala
nonius memiliki 50 bagian skala yang sama. Bila diselubung luar berputar berputar satu kali, maka poros berulir
(rahang geser) akan maju atau mundur 0,5 mm. Bila selubung luar berputar satu bagian skala, maka poros
berulir akan maju atau mundur sejauh 0,02 x 0,5 mm = 0,01 mm, sehingga kepastian untuk mikrometer sekrup
adalah x 0,01 mm = 0,005 mm untuk pengukuran tungga. Pelaporan hasil pengukuran adalah (X DX).
Cara meningkatkan ketelitian antara lain:
1. Waktu membaca alat ukur posisi mata harus benar
2. Alat yang dipakai mempunyai ketelitian tinggi
3. Melakukan pengukuran berkali-kali
1. Garis skala utama yang berdekatan dengan tepi selubung luar 4,5 mm lebih.
2. Garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis skala utama.
I. Tujuan :
Menentukan nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong
IV. Pengamatan :
2 Kertas karton
3 Buku teks
V. Pertanyaan :
1. Benda manakah yang memiliki nilai terbesar?
2. Mengapa dalam pengukuran dengan jangka sorong harus dikunci ?
3. Menurutmu, apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengukuran panjang dengan jangka sorong?
KEGIATAN 2 :
I. Tujuan :
Menentukan nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh mikrometer sekrup
IV. Pengamatan :
1 Kertas HVS
2 Kertas karton
3 Buku teks
V. Pertanyaan :
1. Benda manakah yang memiliki nilai terbesar?
2. Mengapa dalam pengukuran dengan micrometer sekrup harus dikunci ?
3. Menurutmu, apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengukuran panjang dengan micrometer
sekrup?
4. Menurutmu, alat manakah (jangka sorong atau micrometer sekrup) yang memiliki tingkat ketelitiam
terbesar?