Dalam berbagai forum, banyak diskusi hangat tentang lebih baik mana Kaizen dengan Six Sigma? Menurut kami, pertanyaan tersebut sama dengan
ketika anda bertanya lebih bagus mana martil sama obeng? Ngga nyambung, karena mereka berbeda kegunaanya.
Jika anda menginginkan buah Apel. Manakah yang anda ambil terlebih dahulu? Jika anda menjawab yang di pucuk pohon kami tidak menyalahkan
namun pertanyaannya adalah kenapa anda susah-susah untuk mendapatkan buah yang ada di pucuk, padahal dengan usaha yang lebih sedikit, anda
bisa mendapatkan apel yang ada di bawah. Logikanya adalah, habiskan dulu yang ada di bawah, kemudian baru naik ke atas.
Begitu juga ketika organisasi anda ingin meningkatkan kinerja, berdasarkan prinsip ekonomi bagaimana dengan usaha yang sedikit kita mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Menurut Masaaki Imai, esensi dari Kaizen adalah sederhana dan langsung. Kaizen melakukan observasi fisik pada lantai produksi, menemukan
peluang perbaikan, eksekusi! Fokus dari Kaizen adalah Do it! titik tekan Kaizen adalah DMAIC yang dipercepat, menekankan pada lakukan
perbaikan itu sekarang, sementara untuk hal yang lebih kompleks dan susah kita tinggalkan sebagai rekomendasi. Sebagai konsekuensinya ruang
lingkup Kaizen lebih kecil dengan menggunakan alat bantu (tool) yang sederhana.
Kaizen juga bisa dipakai untuk mendapatkan buy-in awal kepada stakeholder bahwa aktivitas perbaikan adalah nyata dan bisa cepat menghasilkan
benefit untuk organisasi. Kaizen juga bagus untuk pembentukan budaya dan rasa memiliki terhadap proses, karena sifat perbaikan Kaizen yang lokal
(menggunakan sumber daya pada proses yang bersangkutan)
Rekomendasi dari Kaizen nantinya menjadi project pipeline untuk Six Sigma, atau bisa juga ketika kita melakukan process analysis di fase Measure,
kita akan menemukan beberapa peluang perbaikan yang bisa dieksekusi secara Kaizen.
Keterkaitan Six Sigma dan Kaizen
Six Sigma membantu perusahaan melakukan breakhthrough improvement, namun dalam beberapa kasus penghematan biayanya tidak terlihat. Hal ini
karena tidak adanya small improvementdanmaintenance,seperti terlhat dalam grafik di bawah ini:
Tetapi jika perusahaan mampu mengintegrasikan Six Sigma dengan sumber daya lokal yang secara aktif dan konstan mencari cara untuk membuat
proses lebih baik (Kaizen) maka organisasi anda berada dalam track yang benar karena aktivitas perbaikan dilakukan secara berkelanjutan
danbreakthrough
asi gambar: isixsigma.com
MENINGKATKAN EFISIENSI
PERUSAHAAN SECARA CEPAT
Pada dua artikel sebelumnya kita membahas tentangdefinisi dan cara untuk melakukan efisiensi.Efisiensi dilakukan sebagai salah satu bentuk
perbaikan yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya.
Bagaimana di sebuah perrusahaan bisa melakukanefisiensi secara cepat?
Dalam salah satu inisiatif perbaikan dikenal istilahKAIZEN yang artinya perbaikan yang berkelanjutan. Esensi dasar dari KAIZEN adalah: sederhana
dan langsung dikerjakan. KAIZENadalah salah satu bagian kunci implementasi Lean Six Sigma. Jadi KAIZEN didefinisikan sebagai tindakan perbaikan
yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus, dimana sifat perbaikan tersebut sederhana dan bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan ketika akan melakukan KAIZEN adalah:
1. Memilih tim. Setiap tim terdiri dari minimal 3 orang, dimana satu orang yang paham tentang proses, sementara dua lainnya adalah orang yang tidak
familiar dengan proses tersebut. Bisa jadi yang dipilih adalah supplier atau customer proses yang diobservasi
2. Tim diberikan briefing secara singkat yang berdurasi 2-4 jam. Briefing ini diperlukan untuk memberikan dasar-dasar melakukan KAIZEN termasuk
bagaimana mengobservasi yang benar. Briefing ini juga bertujuan untuk saling mengenal tim dan pembagian peran dan tanggung jawab
3. Tim diminta untuk melakukan observasi ke lapangan secara langsung dan mengidentifikasi proses yang bernilai tambah dan yang tidak. Untuk
memudahkan biasanya tim diberi bekal kamera recorder untuk merekam . Contoh proses-proses yang layak diobservasi (direkam adalah):
Waktu yang dibutuhkan untuk Order release ke lantai produksi
Waktu set-up
Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengepakan
Cell layout/ aliran material
Aliran informasi atau dokumen
Lot size dan WIP, dll
4. Tim melakukan analisa dan menyusun daftar prioritas solusi yang fokus pada eliminasi pemborosan, mempercepat cycle time dan memperlancar
flow
5. Solusi harus sudah bisa diimplementasi dalam jangka waktu yang singkat (1-2 minggu), dan hasilnya dapat dilihat secara visual dan diukur
langsung dengan melakukan observasi sekali lagi setelah perbaikan dilakukan. Apabila solusi tidak bisa dilakukan secara cepat, maka akan dijadikan
rekomendasi
6. Langkah terakhir adalah melakukan standarisasi dari perbaikan yang sudah dilakukan, dan juga melakukan tindak lanjut atau ekskalasi dari
rekomendasi solusi yang tidak bisa dilakukan secara cepat
Bila dilihat dari bagan di atas, Lean Six Sigma bukanlah suatu yang baru ada, namun lean six sigmaadalah cara baru dalam melakukan
pekerjaan. Lean Six Sigma adalah penyempurnaan dari metode-metode perbaikan yang dulu lahir.
Sebelum membahas tentang integrasinya, ada baiknya kita ketahui perbedaan di antara keduanya dari sisi fokus, sasaran, fokus, dan metodenya.
Sasaran sasaran dari six sigma cenderung relatif, yaitu meningkatkan kinerja proses yang berhubungan dengan Critical Customer Requirement.
Dikatakan relatif karena kebutuhanpelanggan relatif terhadap perkembangan yang terjadi. Dengan Six Sigma kita diajak untuk mendapatkan kepuasan
pelanggan secara efektif. Sasaran dari Lean adalah absolut, sepertione piece flow, eliminating waste, dll. Lean mengajak kita untuk memenuhi
permintaan pelanggan dengan efisien.
Fokus Fokus dari Six Sigma adalah cacat dan peningkatan kualitas, sementara Lean lebih diasosiasikan pada pemborosan dan kecepatan.
Metode Six Sigma mempunyai perencanaan yang matang, disertai metodologi DMAIC. Sedangkan metode dari lean adalah gemba dan action!
Setiap proses dalam semua perusahaan dituntut oleh tiga hal di bawah ini:
Identifikasi x (akar masalah) langkah ini untuk mencari kemungkinkan penyebab masalah (x) yang memiliki pengaruh pada y. Pada langkah
ini brainstorming adalah alat yang paling efektif, untuk mempermudah proses brainstorming, tool yang dipakai adalah: Fishbone, 5 Why, dan NGT
Prioritas X langkah ini untuk mempersempit cakupan x yang akan dianalisa oleh tim. X yang akan diprioritaskan adalah yang memiliki pengaruh
signifikan pada y.Tool yang dipakai untuk memprioritaskan X adalah Prioritization Matrix
Validasi X Dalam memvalidasi X terdapat dua cara/ pintu, yang pertama adalah pintu proses, yang kedua adalah pintu data. Berikut
penjelasannya:
Analisa pada proses identifikasi bottleneck dan constraint dalam sebuah proses dan memperhitungkan pengaruhnya pada produktivitas. Pada
fase Measure lalu kita diminta untuk membuat Value Stream Mapping untuk mendapatkan potensi quick Win. Di fase Analyze Value Stream Mapping
yang sama bisa dipakai untuk melihat time trap yang ada dalam proses. Sehingga kita bisa mengindikasi potensial root-cause dan memprioritaskan
untuk membongkar constraint yang ada. Analisa pada proses bisa dilakukan secara Gemba, menemukan fakta yang ada pada lapangan. (bukti foto)
Analisa pada data Analisa pada data melibatkan penggunaan alat statistik untuk bisa menemukan korelasi atau hubungan atau pengaru X terhadap Y.
Alat statistik yang biasa dipakai adalah: Korelas/Regresi, ANOVA, Hypothesis Testing dan Design of Experience
Update Project Charter update data pada project charter jika ada perubahan.
Analyze Gate Review Pertemuan dengan Project Sponsor, Business Leadership/ champion, dan pihak terkait lainnya untuk
memastikan alignment dari fokus proyek dan ekspektasi manajemen dan persetujuan atas akar masalah dan solusi yang akan diambil tim.
Memastikan sustainability dari perbaikan untuk bisa membuat proses perbaikan proses berjalan sesuai dengan yang diharapkan dalam jangka
panjang, maka penting bagi kita untuk membuat sistem yang bisa meminimasi terjadinya kesalahan, atau dengan menciptakan mistake-proofing agar
permasalahan yang sama tidak muncul.
Mengukur dan mengkomunikasikan hasil setelah implementasi berjalan baik, hasil perbaikan terus diukur dan dipantau. Untuk lebih memudahkan
proses pemantauan perlu kita buat sebuahdashboard monitoring hasil perbaikan yang berfungsi sebagai alat komunikasi tim kepada Steering
Committee maupun kepada anggota organisasi lain terhadap profil dari output utama dari proyekperbaikan yang sudah selesai dijalankan
SOP dan Control Plan Membahas bagaimana cara menyusun Process Control Plan (reaction plan), menciptakan alat mistake proofing, hingga
menyusun SOP untuk sustainability dari perbaikan yang telah dilakukan
Serah Terima kepada Process Owner (pemilik proses) langkah ini termasuk mengkomunikasikan SOP dan Control Plan.
Control Gate Review Pertemuan dengan Project Sponsor, Business Leadership, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan alignment dari fokus
proyek dan ekspektasi manajemen dan penyampaian progres akhir dan serah terima proyek
Sedangkan hal-hal yang perlu diselesaikan ketika masuk dalam fase ini adalah:
Control Plan, Rencana Implementasi, SOP, Rencana Pelatihan, dsb. telah dikembangkan dan diimplementasikan.
Statistical Process Control atau mekanisme penelusuran lainnya disediakan yang bertujuan untuk memastikan perbaikan terpelihara.
Solusi Perbaikan telah menjadi bagian dari sistem di organisasi. Atau terintegrasi dalam pemantauan sehari-hari operator
Perhitungan ulang Financial Impact telah dilakukan dan telah tervalidasi oleh Financial Departemen
Rencana Serah Terima diimplementasikan dan dijalankan. Dan ini sebagai penutup dari proyek. Sebagian organisasi membuat selebrasi atas
keberhasilan tim dalam proyek. Penghargaan yang bersifat moneter dan recognition diberikan dalam acara formal yang diserahkan langsung oleh
manajemen akan mampu meningkatkan rasa kebangaan karyawan dan memotivasi yang lainnya untuk ikut berkontribusi terhadap aktivitas perbaikan
ini.
PROJECT SCOPE
Hal yang terpenting sebelum menjalankanproyek six sigma adalah adanya kesepakatan tertulis antara pemimpin proyek (green beltatau black belt),
project champion, Sponsor, Finance & Accounting, dan anggota proyek yang disebut project charter.
Project charter menceritakan tentang latar belakang permasalahan, berapa besar estimasi biayadijalankannya proyek ini, sampai dengan keuntungan
yang didapatkan jika proyek ini berhasil dijalankan, dan yang utama adalah mendefinisikan di area mana lingkup kerja proyek ini.
ketika kita berbicara tentang mendefinisikan ruang lingkup, kita berbicara tentang mengembangkan pemahaman bersama seperti apa yang termasuk
dalam, atau dikecualikan dari, sebuah proyek. Setelah mendefinisikan ruang lingkup, maka biaya dan waktu pelaksanaan proyek bisa dihitung. Jika
ruang lingkup salah, waktu dan biaya juga akan salah.
Kesalahan dalam menentukan batasan lingkup suatu proyek atau tidak adanya kontrol yang efektifdalam merevisi suatu charter akan mengakibatkan
hal berikut:
Ruang lingkup terlalu luas: Jika anda merasa bahwa komitmen dari sumber daya anda begitu kuat, dan organisasi anda sangat berkeinginan untuk
melakukan perubahan yang radikal, dan anda percaya pada kekuatan tunggal anda, sehingga anda melibatkan beberapa proses dan bagian dalam
ruang lingkup kerja proyek anda. Waspadalah ini yang disebut denganoverscope. Gejala gejala dari overscope ini adalah:
1. Membutuhkan lebih dari tujuh anggota tim
2. Membutuhkan berlembar-lembar kertas untuk menggambar process map
3. Problem statement tidak jelas mengacu pada satu isu
4. Terdapat beberapa target (Ys)
5. Tidak jelas titik mulai dan akhinya
6. Melibatkan beberapa champions
7. Membutuhkan lebih dari setahun untuk menyelesaikan project ini
Ruang lingkup terlalu sempit: atau yang disebut underscope
Gejala gejala dari underscope ini adalah:
1. Tidak berhubungan dengan strategi perusahaan
2. Memberikan dampak yang tidak significant terhadap customer
3. Project saving < Project implementation
4. Solusi sudah jelas dan dapat segera diimplementasikan
Cara yang paling efektif dalam menentukan batasan ruang lingkup (scope) proyek adalah dengan membuat SIPOC diagram. SIPOC diagram
mempermudah kita dalam mengidentifikasi pelanggandan kebutuhannya, setelah itu kita dapat mengetahui proses apa saja yang terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan pelanggan tersebut dan mengetahui input apa saja yang dibutuhkan untuk proses tersebut dan mengetahui siapa penyedia
input tersebut. Dari SIPOC diagram tersebut kita dapat menandai awal dan akhir proses yang berada dalam lingkup kerja kita
operation control/management dengan interval yang sangat pendek sehingga meningkatkan responsiveness dalam
Responsiveness merupakan issue yang sangat penting dalam day to day operational, mengingat dalam beberapa
kasus yang ditemui ada masalah yang timbul di pabrik yang membutuhkan waktu penanganan sangat lama. Ada
besar dan jika ini terjadi berulang-ulang maka dapat menimbulkan kerugian semakin besar. Disinilah
RESPONSIVENESS merupakan hal yang utama. Shop-floor Interval Control (SIC) ini terkait secara langsung
dengan toolsmanagement system lainnya yaitu Scoreboard dan Gemba Leadership. Shop-floor Interval Control (SIC)
ini berlaku sebagai fungsi koordinasi terencana pada setiap level organisasinya. Sehingga koordinasi ini diharapkan
mampu untuk mendeteksi masalah dan menyelesaikan masalah di level sebawah mungkin dalam waktu secepat
mungkin.
manager, supervisor, group leader, sampai level operator. Dalam praktiknya, Shop-floor Interval Control (SIC) di
terapkan dalam beberapa level seperti Shop-floor Interval Control (SIC) level 1, Shop-floor Interval Control (SIC) 2,
Shop-floor Interval Control (SIC) 3, bahkan bisa sampai SIC 4 atau SIC 5 disesuaikan dengan hirarki struktur
SIC ini terwujud dalam bentuk koordinasi stand up meeting (pertemuan berdiri) dimana konteks dan kedalaman
masalah yang dibahas disesuaikan dengan levelnya. Contoh: SIC 1 melibatkan operator dan group leader dengan
penekanan pada pendeteksian masalah. SIC 2 melibatkan supervisor dan fungsi supportnya dengan penekanan pada
analisa masalah dan penyelesaian masalah. SIC 3 melibatkan plant manager dan manager department dengan
penekanan pada penyelesaian masalah yang tidak bisa diselesaikan di SIC 2 serta pada fungsi pengambilan
keputusan.
SIC 4 melibatkan top management dengan penekanan pada review indicator performance yang sifatnya strategis.
Semakin setiap orang terbiasa dalam melakukan koordinasi dan problem solving dalam Shop-floor Interval Control
(SIC) maka semakin lama masalah akan diselesaikan semakin cepat dan responsivitas setiap individu akan semakin
meningkat.
Fungsi empowerment, delegasi, dan peningkatan skill individu juga bisa terjadi seiring dengan kebiasaan
Transportasi, Inventory, Motion, Waiting, Overprocessing, Overproduction, dan Defect adalah waste atau muda.
Kami akan memberi ilustrasi dalam 2 bagian tulisan. Bagian 1 ini berisi penjelasan untuk TIM yang merupakan waste
atau muda.
Transportasi
Seseorang yang berjalan ke beberapa tempat untuk keperluan mengantar sekolah anak, belanja, pergi ke ATM, dan
mengantar barang yang dilakukan bolak-balik akan menghasilkan ketidakefisiensian karena transportasi berlangsung
Seseorang yang tempat tinggalnya memiliki jarak tempuh yang jauh ke tempat kerjanya akan menghabiskan biaya
tinggi karena transportasi yang jauh dan membuang banyak sekali waktu. Jika jarak transportasi ini diperpendek
atau dihilangkan maka banyak kerugian biaya yang bisa dihindari dari aktivitas mubazir ini.
Inventory
Terkadang seseorang menumpuk banyak sekali persediaan makanan atau minuman dalam rumahnya melebihi
kebutuhan sebenarnya, sehingga pada masanya akhirnya makanan atau minuman tersebut menjadi rusak atau tidak
layak konsumsi sehingga harus dibuang. Inventory yang terlalu banyak juga memakan banyak tempat, sehingga
ruangan menjadi tidak lega, dan menjadi tidak nyaman. Inventory yang berlebih juga mengakibatkan cash flow bisa
terganggu, karena uang yang dipakai untuk membeli barang tersebut bisa dialokasikan ke hal yang lain yang lebih
Bepergian dengan membawa banyak sekali pakaian sehingga tas bawaannya menjadi berat, padahal hanya beberapa
pakaian saja yang akan dikenakan. Membeli dan membawa lebih dari satu handphone padahal hanya satu HP yang
Motion
Motion adalah gerakan orang yang berlebihan. Sering di beberapa rumah ditemui orang sampai lama sekali mencari
gunting atau peralatan lainnya sehingga menimbulkan frustasi. Waktu mencari ini adalah termasuk hal mubazir yang
harus dihilangkan. Kalau orang tersebut bisa disiplin dalam membuat tempat dan merapikan barang ke tempat
semula maka segalanya akan lebih teratur dan mencegah frustasi mencari sesuatu. Ini adalah contoh waste atau
muda.
Waiting: aktivitas menunggu yang terjadi saat undangan ternyata tamu tidak datang tepat waktu sehingga acara tidak
bisa dimulai dan membuat orang yang datang tepat waktu menjadi menunggu dan membuang waktunya. Masa
menunggu di cucian mobil, menunggu istri selesai belanja, menunggu anak selesai pelajaran sekolah, dll menjadikan
waktu terbuang sia-sia kalau kita tidak bisa memanfaatkan waktu menunggu tersebut.