Anda di halaman 1dari 19

GANGGUAN KECEMASAN

I. DESKRIPSI PENYAKIT

A. Definisi

Gangguan kecemasan (ansietas) meliputi suatu kumpulan gangguan dimana kecemasan (ansietas) dan
gejala lainnya yang terkait yang tidak rasional dialami pada suatu tingkat keparahan sehingga
mengganggu aktivitas/pekerjaan. Ciri-ciri khasnya yaitu perasaan cemas dan sifat menghindar.

B. Patofisiologi

Model noradrenergik. Model ini menunjukkan bahwa sistem saraf otonomik pada penderita
ansietas, hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan. Locus keruleus
mempunyai peranan dalam mengatur ansietas, yaitu dengan mengaktivasi pelepasan
norepinephrine (NE) dan merangsang sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Aktivitas berlebihan
noradrenegik yang kronik menurunkan jumlah aZ adrenoreseptor pada penderita gangguan
kecemasan umum /generalized anxiety disorder (GAD) dan gangguan stres pasca
trauma/posttraumatic stress disorder (PTSD). Pasien dengan gangguan kecemasan sosial/social
anxiety disorder (SAD) nampaknya mempunyai respon adrenokortikal yang berlebihan terhadap
tekanan psikologis kejiwaan.
Model reseptor asam y-aminobutyrate (GABA). GABA adalah neurotransmitter inhibitor utama di
sistem saraf pusat (SSP). Umumnya target/sasaran obat-obat anxietas adalah reseptor GABAA.
Benzodiazepin (BZ) meningkatkan atau mengurangi efek penghambatan GABA, dimana BZ
mempunyai efek pengontrolan atau penghambatan yang kuat pada sistem serotonin (5-HT), NE,
dan dopamine (DA). Gejala anxietas mungkin berhubungan dengan penurunan aktivitas sistem
GABA atau penurunan jumlah reseptor pusat BZ. Pada penderita GAD, ikatan BZ di lobus
temporalis kiri. Sensitivitas abnormal terhadap sifat antagonis tempat ikatan BZ dan pengurangan
ikatan ditunjukkan pada kondisi gangguan kepanikan/panic disorder. Respon hormon pertumbuhan
(growth hormone) terhadap baclofen pada penderita SAD pada umumnya menunjukkan adanya
ketidaknormalan pada fungsi reseptor GABAB pusat. Ketidaknormalan penghambatan GABA
dapat menyebabkan peningkatan respon terhadap tekanan/stress pada penderita PTSD.
Model Serotonin (5-HT). Gejala-gejala GAD menggambarkan tansmisi 5-HT yang berlebihan atau
rangsangan berlebihan pada jalur stimulasi 5-HT. Pasien SAD mempunyai respon prolaktin yang
lebih besar terhadap rangsangan Buspiron, menunjukkan peningkatan respon serotonergik pusat.
Peranan 5-HT pada gangguan kepanikan tidak jelas, tetapi mungkin berperan pada perkembangan
anticipatory anxiety. Data awal menunjukkan bahwa 5-HT dan 5-HTZ, metaklorofenilpiperasin
(mcPP) antagonis menyebabkan peningkatan ansietas pada penderita PTSD.
Penderita PTSD mengalami hipersekresi faktor pelepasan faktor pelepasan kortikotropin, tetapi
menunjukkan tingkat kortisol yang subnormal pada saat trauma dan berlangsung kronis. Gangguan
pengaturan di hipotalamus pituitarui-adrenal merupakan faktor resiko perkembangan akhir PTSD.
Penelitian neuromaging fungsional menunjukkan bahwa bagian depan dan posterior (occipital)
otak merupakan bagian penting dalam respon ansietas. Penderita gangguan kepanikan memiliki
aktivasi abnormal pada daerah parahippocampal dan korteks prefrontal dalam keadaan istirahat.
Panik kecemasan berhungan dengan aktivasi batang otak dan daerah ganglia basal. Penderita GAD
mengalami peningkatan abnormal aktivitas kortikal dan penurunan aktivasi gangglia basal. Pada
penderita SAD, mungkin terdapat ketidaknormalan di amigdala, hippokampus dan beberapa
daerah kortikal. Rendahnya volume hippokampal pada penderita PTSD mungkin merupakan
prekusor perkembangan lanjut PTSD .
Tabel 18.1. Gejala gangguan Kecemasan Umum (GAD)

Gejala psikologis dan kognitif


Kecemasan yang berlebihan
Kekhawatiran yang sulit dikendalikan
Perasaan cemas / gelisah sebelum sesuatu terjadi
Sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong
Gejala fisik
Gelisah
Letih
Otot tegang
Sulit tidur
Mudah marah
Dampak buruk
Sosial, pekerjaan, atau tempat tinggal fungsional penting lainnya
Kemampuan penanggulangan / pengatasan masalah yang rendah
Pertanyaan penuntun
Apa yang sedang terjadi dalam hidup anda?
Bagaimana perasaan anda terhadap hal tersebut?
Masalah apa yang paling anda hadapi
Bagaimana anda menangani masalah tersebut?

C. Manifestasi Klinik

GANGGUAN KECEMASAN UMUM / GENERALIZED ANXIETY DISORDER (GAD)

Gejala klinis GAD ditunjukkan pada tabel 18.1. Kriteria diagnosa ditegakkan melalui gejala-gejala
yang menetap pada kebanyakan hari selama minimal 6 bulan. Perasaan cemas atau khawatir harus
merupakan salah satu masalah dan disertai dengan minimal tiga gejala psikologis. Gangguan /
penyakit ini muncul pada usia rata-rata 21 tahun. Perjalanan penyakit ini berlangsung kronis, disertai
beberapa kejadian gejala-gejala penyakit memburuk dan membaik secara spontan. GAD mempunyai
persentase kekambuhan yang tinggi dan kecepatan pemulihan kembali yang rendah.

GANGGUAN KEPANIKAN / PANIC DISORDER

Umumnya gejala dimulai dengan rangkaian serangan panik (panik attack) yang tidak diduga. Hal
ini diikuti dengan ketakutan terus menerus minimal 1 bulan akan munculnya serangan panik yang
lain.
Gejala-gejala serangan panik ditunjukkan pada tabel 18.2. Selama serangan, minimal terdapat 4
gejala fisik disamping gejala psikologis. Gejala-gejala tersebut mencapai puncaknya dalam 10
menit dan umumnya berakhir tidak lebih dari 20-30 menit.
Banyak penderita yang akhirnya mengalami agoraphobia, dimana penderita-penderita tersebut
menghindari situasi-situasi tertentu (contoh: tempat-tempat yang ramai, jembatan) yang membuat
mereka merasa khawatir serangan panik akan terjadi. Penderita menjadi orang yang takut keluar
rumah.
GANGGUAN KECEMASAN SOSIAL/ SOCIAL ANXIETY DISORDER (SAD)

Ciri-ciri utama SAD adalah perasaan takut yang kuat , irasional, dan terus menerus akan dinilai
negatif dalam kehidupan sosial atau penampilannya. Paparan terhadap situasi yang ditakuti
biasanya menimbulkan serangan panik. Gejala-gejala SAD ditunjukkan pada tabel 18.3. Ketakutan
dan perilaku menghindar dari situasi-situasi tersebut mengganggu aktivitas rutin sehari-hari dan
kehidupan soaial/pekerjaan. SAD merupakan penyakit kronis, yang rata-rata mulai muncul saat
usia remaja.
Pada subtipe umum, ketakutan muncul pada situasi-situasi dimana hal yang memalukan dapat
terjadi. Pada subtipe lain, ketakutan hanya terbatas pada satu atau dua kondisi (Contoh: tampil,
berbicara didepan umum)

Tabel 18.2. Gejala-gejala Serangan Panik

Gejala Psikologis
Depersonalisasi (perubahan persepsi diri sendiri, sehingga sensasi terhadap kenyataan
menjadi hilang atau berubah untuk sementara, dimanifestasikan dalam suatu perasaan yang
tidak nyata atau perasaan lain dalam diri sendiri)
Derealisasi (hilangnya sensasi realitas dari lingkungannya: perasaan bahwa sesuatu telah
terjadi, dan dunia telah berubah atau pindah, yang satu terpisah dari lingkungannya)
Takut kehilangan kendali/kontrol
Takut menjadi gila
Takut mati/meninggal
Gejala Fisik
Gelisah
Nyeri perut
Rasa sakit atau tidak nyaman pada dada
Kedinginan
Pusing
Rasa tercekik
Wajah menjadi merah
Palpitasi
Mual
Parestesia
Nafas pendek
Berkeringat
Takikardia
Gemetar
Tabel 18.3 Gejala Gangguan Kecemasan Sosial

Rasa takut / ketakutan


Diamati dengan cermat oleh orang lain
Dipermalukan
Dihina
Beberapa situasi yang menakutkan
Pidato dihadapan sekelompok orang
Makan atau menulis dihadapan orang lain
Berinteraksi dengan pejabat berwenang
Berbicara didepan umum
Menggunakan toilet umum
Gejala fisik
Wahajnya merah kemalu-maluan
Gugup atau gembira berlebihan tentang sesuatu hal
Diare
Berkeringat
Takikardi
Gemetar
Jenis / Tipe
Tipe umum: rasa takut dan sikap menghindar pada banyak situasi sosial.
Tipe tidak umum: rasa takut terbatas pada satu atau dua situasi
Pertanyaan penuntun
Apakah anda merasa tidak nyaman atau malu saat menjadi pusat perhatian?
Apakah anda kesulitan berinteraksi dengan orang?

FOBIA SPESIFIK/SPECIFIC PHOBIA

Ciri khas utama yaitu ketakutan yang luar biasa dan terus menerus terhadap obyek atau situasi
tertentu, seperti hujan angin ribut disertai petir dan guruh, hewan atau ketinggian. Penderita-penderita
ini tidak mengalami gangguan serius dalam kehiduapan kesehariannya karena mereka hanya perlu
menghindariobyek-obyek yang ditakuti. Fobia spesifik tidak dapat diatasi dengan terapi obat, tetapi
lebih memberi respon terhadap terapi perilaku/psikologis.

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA / POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD)

Pada PTSD , paparan terhadap suatu kejadian yang traumatik dengan segera menyebabkan rasa
takut yang hebat, tidak berdaya, atau ngeri.
Gejala klinis PTSD ditunjukkan pada tabel 1.4. Penderita harus menunjukkan sedikitnya satu
gejala yang dialami berulang, tiga tanda atau gejala menghindar terus menerus terhadap pemicu
trauma, dan sedikitnya dua gejala-gejala arousal yang meningkat (kepekaan terhadap rangsangan
sensoris atau eksitabilitas, kegiatan yang merangsang untuk siaga bertindak). Gejala dari masing-
masing kategori harus terjadi selama lebih dari 1 bulan dan menyebabkan penderita dalam keadaan
yang sukar atau mengalami gangguan dalam keseharian yang bermakna. PTSD dapat terjadi pada
pada segala usia dan lamanya bervariasi.
Sepertiga pasien PTSD mempunyai prognosis yang buruk, dan sekitar 80% mengalami depresi
dan kecemasan secara bersamaan. Lebih dari setengah pasien PTSD mempunyai kecendrungan
penyalahgunaan atau keterganntungan alkohol yang berlangsung bersamaan, dan sekitar 20%
pasien mencoba bunuh diri.
Tabel 18.4. Gejala Gangguan Stres Pasca-Trauma

Gejala yang berulang


Ingatan berulang tentang trauma yang mengganggu dan mengkhawatirkan
Mimpi berulang yang mengganggu tentang suatu kejadian
Perasaan bahwa peristiwa traumatik tersebut akan terjadi
Reaksi psikologi terhadap ingatan akan trauma
Gejala-gejala menghinfar / avoidance
Menghindari pembicaraan tentang trauma
Menghindari pemikiran atau perasaan tentang trauma
Menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat mengingatkan pada kejadian tersebut.
Menghindari orang-orang atau tempat-tempat yang dapat membangkitkan ingatan akan
trauma
Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma
Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan / anhedonia
Keterasingan daro orang lain
Menahan emosi / restricted affect
Perasaan memiliki masa depan yang pendek (contoh: tidak berharap mempunyai suatu karir,
pernikahan)
Gejala hyperarousal
Penurunan konsentrasi
Mudah ketakutan
Kewaspadaan yang berlebihan
Kesulitan tidur / insomnia
Sensitif atau tiba-tiba marah
Subtipe
Akut : lamanya gejala kurang dari 3 bulan
Kronik : gejala berakhir lebih dari 3 bulan
Mula gejala yang tertunda : Mula gejala terjadi minimum 6 bulan pasca-trauma
Pertanyaan awal
Apakah anda pernah mengalami trauma yang berarti dalam hidup anda?
Apakah pengalaman tersebut meninggalkan efek negatif atau telah mengubah hidup anda?

Tabel 18.5. Penyakit-penyakit yang umumnya berhubungan dengan gejala kecemasan

Kardiovaskular
Angina, aritmia, gagal jantung kongestif, jantung iskemik, infark miokard
Endokrin dan metabolik
Penyakit Cushing, hiperparatinoid, hipertiroid, hipotiroid, hipoglikemi, hiponatremia, hiperkalemia,
peokromositoma, defisiensi vitamin B12 atau folat
Neurologik
Dimensia (gangguan daya ingat), migrain, parkinson, kejang, stroke, neoplasma, kemampuan kontrol
nyeri yang rendah
Sistem respirasi
Asma, penyakit paru obstruksi kronik, emboli paru, pneumonia
Lain=lain
Anemia, sistemik lupus eritematosus, disfungsi vestibular
D. Diagnosis

Evaluasi terhadap penderita ansietas memerlukan pemeriksaan fisik dan mental yang lengkap;
pemeriksaan laboratorium yang tepat, dan riwayat penyakit, kejiwaan dan pengobatan.
Gejala-gejala ansietas mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit yang tercantum pada tabel
18.5. atau terapi obat (Tabel18.6.). Sekitar 50% penderita GAD juga menerima irritable bowel
syndrome.
Gejala kecemasan dapat muncul pada beberapa penyakit kejiwaan utama (contoh: gangguan mood,
skizofenia, syndrom organic mental, penghentian penggunaan obat-obatan).

II. TERAPI

A. Tujuan Terapi

Tujuan pengobatan GAD adalah untuk menurunkan tingkat keparahan, lamanya dan frekuensi
kekambuhan gejala dan untuk meningkatkan kemampuan umum penderita secara keseluruhan.
Tujuan pengobatan gangguan kepanikan/panic disorder meliputi meniadakan serangan panik
(tidak selalu tercapai), menurunkan secara signifikan kecemasan yang berulang dan ketakutan
fobia, dan mengembalikan aktivitas normal penderita.
Tujuan pengobatan SAD adalah untuk menurunkan gejala-gejala psikologi dan menghindarkan
fobia dan meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas sosial yang diminati.
Tujuan pengobatan PTSD adalah untuk menurunkan gejala-gejala utama, ketidakmampuan dan
komordibilitas dan meningkatkan kualitas hidup dan kemampuuan untuk mengatasi stress.

Tabel 18.6. Obat-obat yang berhungan dengan gejala kecemasan

Antikonvulsi: karbamazepin
Antidepresan: penghambat ambilan kembali serotonin secara selektif (SSRI), antidepresan trisiklik
(TCA)
Antihipertensi: felodipin
Antibiotik: kuinolon, isoniazid
Bronkodilator: albuterol, teofilin
Kortikosteroid: prednisolon
Agonis dopa: levodopa
Herbal: ma buang, ginseng, efedra
Obat antiinflamasi nonsteroid: ibuprofen
Stimulan: amfetamin, metilfenidat, kafein, kokain
Simpatomimetik: pseudoefedrin
Hormon tiroid: levotiroksin
Toksisitas: antikolinergik, antihistamin, digoxin
Penghentian: alkohol, sedatif

B. Pendekatan Umum

GANGGUAN KECEMASAN UMUM (GAD)

Metode terapi non farmakologi meliputi konseling jangka pendek, manajemen stres, terapi
kognitif, meditasi, terapi pendukung dan olahraga. Penderita GAD harus diedukasi untuk
menghindari kafein, stimulan, konsumsi alkohol yang berlebihan dan obat-obat diet. Terapi
kognitif sikap merupakan terapi psikologi yang paling efektif untuk penderita GAD, dan pada
umumnya penderita GAD memerlukan terapi psikologi, baik terapi psikologi saja atau
dikombinasi dengan obat-obat anti kecemasan.
Manajemen farmakologi untuk GAD ditunjukkan pada algoritma berikut:

GAD

Diperlukan pengulangan
BZ selama kecemasan secara akut
2-6 minggu Ya

Tidak
Respon adekuat?

Venlafaxin atau SSRI

Ya Respon adekuat?

Tidak

Ganti ke venlafaxin atau SSRI

Teruskan terapi
Ya Respon adekuat?
3-10 bulan

Tidak

Ganti ke ansiolitik yang lain

1. SSRI
2. Imipramin
3. Buspiron
4. hidroksizin

Ya Respon adekuat?

Tidak

Tambahkan BZ untuk
gejala-gejala somatik
selama 2-4 minggu
Pilihan obat untuk gangguan kecemasan dapat dilihat pada tabel 18.7.

Pilihan Obat untuk Gangguan Kecemasan


Anxiety Disorder Obat Lini pertama Obat Lini kedua Alternatif
Gangguan Duloxetine Benzodiazepin Hidroksizin
Kecemasan umum Escitalopram Buspiron Pregabalin
Paroksetin Imipramin
Venlafaxine XR Sertraline
Gangguan SSRIs Alprazolam Phenelzine
Kepanikan Venlafaxine XR Clomipramine
Clonazepam
Imipramine
Gangguan kecemasan Escitalopram Citalopram Buspiron
Sosial Fluvoxamin Clonazepam Gabapentin
Paroxetin Mirtazapin
Sertralin Phenelzin
Venlafaxine XR Pregabalin

Dan obat-obat antikecemasan non BZ untuk GAD dapat dilihat pada tabel 18.8.

Obat-obat antikecemasan nonbenzodiazepin untuk GAD


Nama Generik Nama Dagang Dosis awal Rentang dosis (mg / hari)
Antidepresan
Duloxetine Cymbalta 30 atau 60 mg/hari 60-120
Escitalopram Lexapro 10 mg/hari 10-20
Imipramine Tofranil 50 mg/hari 75-200
Paroxetine Paxil 20 mg/hari 20-50
Venlafaxine Effexor XR 37,5 atau 75-225
75 mg/hari
Azapiron
Buspirone BuSpar 7,5 mg 2kali/hari 15-60
Difenilmetan
Hydroksizin Vistaril, Atarax 25 /50 mg 200-400
Empat kali sehari
Antikonvulsan
Pregabalin Lyrica 50 mg 3kali sehari 150-600

a. Pasien usia lanjut biasanya diterapi dengan setengah dosis dari daftar diatas
b. FDA menyetujui gangguan kecemasan umum.
c. Tersedia secara umum.
d. Penyesuaian dosis tidak diperlukan untuk pasien usia lanjut.
e. FDA menyetujui kegelisahan dan ketegangan pada anak-anak dalam dosis harian terbagi 50-
100 mg.
f. Kava-kava tidak direkomendasikan sebagai obat antikecemasan karena adanya laporan toksik
pada hepar.
ANTIDEPRESAN
Antidepresan dipertimbangkan sebagai pilihan obat jangka panjang dalam manajemen kecemasan
kronis. Respon antikecemasan terlihat 2-4 minggu setelah pengobatan.
Venlafaxine lepas lambat meringankan kecemasan pada penderita dengan atau tanpa komorbid
depresi, dan dapat diberikan sekali sehari. Paroksetin dan escitalopram lebih efektif daripada
diazepam, trazodon, atau plasebo, trazodon dan diazepam lebih efektif daripada plasebo.
Efek samping umum SSRI antara lain : mual, mengantuk dan mulut kering. Efek samping umum
paroksetin antara lain mengantuk, mual, ejakulasi abnormal, mulut kering, penurunan libido, dan
kehilangan energi. Escitalopram menyebabkan mual, insomnia, kelelahan, penurunan libido, dan
gangguan ejakulasi. Antidepresan trisiklik (TCA) umumnya menyebabkan sedasi, hipotensi
ortostatik, efek antikolinergik, dan penambahan berat badan. Pada overdosis, TCA menjadi sangat
toksik.

Evaluasi Hasil Terapi


Pada tahap awal penderita kecemasan harus dimonitor satu atau dua kali per minggu tentang
penurunan gejala-gejala kecemasannya, peningkatan kemampuan melakukan aktivitas, dan efek
samping. Skala analog visual/visual analog scale dapat membantu untuk evaluasi respon penderita
terhadap reaksi obat.

TERAPI BENZODIAZEPIN (BZ)

BZ merupakan obat yang paling efektif dan aman untuk pengobatan gejala-gejala kecemasan akut
(Tabel 18.9).
Obat-obat antikecemasan Benzodiazepin
Nama Generik Nama Dagang Rentang dosis Perkiraan
Yang direkomendasikan ekuivalen dosis (mg)
(mg / hari)

Alprazolam Niravam, Xanax 0,75-4 0,5


Xanax XR 1-10
Chlordiazepoxid Librium 25-100 10
Clonazepam Klonopin 1-4 0,25
Klonopin Wafers
Clorazepate Tranxene 7.5-60 7.5
Diazepam Valium 2-40 5
Lorazepam Ativan 0.5-10 1
Oxazepam Serax 30-120 15

a. Pasien yang lebih tua biasanya diterapi dengan setengah dosis dari daftar diatas.
b. Tersedia secara umum.
c. formulasi biasanya hancur.
d. Dosis untuk gangguan kepanikan.

Semua BZ mempunyai efektifitas ansiolitik yang sama, dan umumnya respon positif terlihat
pada 2 minggu pertama terapi. BZ lebih efektif untuk gejala-gejala somatik dan autonomik
GAD, sedangkan antidepresan lebih efektif untuk gejala-gejala psikis (contoh : pemahaman
dan kekhawatiran).

Secara teoritis, BZ mengatasi kecemasan dengan cara potensiasi aktivitas GABA.


Dosis harus diindividualisasi dan umumnya lama terapi tidak boleh melebihi 4 bulan. Beberapa
penderita memerlukan terapi yang lebih lama.
Penderita lanjut usia lebih sensitif terhadap BZ dan dapat mengalami jatuh selama terapi dengan
BZ.

FARMAKOKINETIK
Parameter farmakokinetik BZ dapat dirujuk pada tabel 18.10.
Farmakokinetik obat-obat antikecemasan benzodiazepin
Nama Waktu Waktu Jalur Metabolit Ikatan
Generik untuk paruh metabolisme yang protein
mencapai eliminasi signifikan (%)
Kadar puncak secara
Dalam plasma klinis
(jam)

Alprazolam 1-2 12-15 Oksidasi 80


Klordiazepoksid 1-4 5-30 N-dealkilasi Desmetilkloridazepoksid 96
Oksidasi Demoxepam
DMDZ
Klonazepam 1-4 30-40 Reduksi 85
nitrat
Klorazepat 1-2 Prodrug Oksidasi DMDZ 97
Diazepam 0,5-2 20-80 Oksidasi DMDZ 98
Oksazepam
Lorazepam 2-4 10-20 Konjugasi 85
Oksazepam 2-4 5-20 Konjugasi 97
Waktu paruh desmetildiazepam (DMDZ) 50-100 jam

Diazepam dan klorazepat sangat larut lemak dan sangat mudah diserap dan terdistribusi ke sistem
saraf pusat. Diazepam dan klorazepat mempunyai lama kerja yang lebih pendek dari perkiraan
berdasarkan waktu paruhnya setelah pemberian dosis tunggal, karena kedua obat tersebut sangat
cepat terdistribusi ke perifer.
Lorazepam dan Oksazepam kurang larut lemak dan mempunyai awal mula kerja yang lebih
lambat tetapi lama aksi kerjanya lebih panjang. Lorazepam dan oksazepam tidak
direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan secara cepat.
Diazepam intramuskular dan klordiazepoksid harus dihindari karena adanya variasi kecepatan
dan tingkat absorpsi. Lorazepam intramuskular mempunyai absorpsi yang cepat dan lengkap.
Klorazepat, suatu prodrug, diubah menjadi DMDZ di saluran cerna melalui proses pH-dependent
yang dapat dihalangi dengan penggunaan antasid secara bersamaan. Beberapa BZ yang lain juga
diubah menjadi DMDZ yang mempunyai waktu paruh yang panjang.
BZ dengan kerja jangka sedang atau pendek lebih dipilih untuk penggunaan kronis pada penderita
usia lanjut dan penderita dengan gangguan hati karena akumulasinya minimal dan kadar tunak
dapat dicapai dalam waktu 1-3 hari.

EFEK SAMPING
Efek samping BZ yang paling umum adalah depresi susunan saraf pusat. Umumnya dapat terjadi
toleransi pada efek samping ini. Efek samping lainnya antara lain disorientasi, kegagalan psikomotor,
kebingungan, aggresif, kegembiraan, dan amnesia antegrade.
Penyalahgunaan, Ketergantungan, Penghentian Penggunaan, dan Toleransi
Mereka dengan riwayat penyalahgunaan obat mempunyai resiko terbesar menyalahgunakan BZ.
Ketergantungan BZ didefenisikan dengan munculnya gejala-gejala, antara lain kegelisahan,
insomnia, agitasi, ketegangan otot, sensitif, mual, tidak nyaman, berkeringat yang berlebihan,
mimpi buruk, depresi, refleks yang berlebihan, tinnitus, delusi, halusinasi, dan kejang, saat
penghentian tiba-tiba BZ.

Penghentian Benzodiazepin
Setelah BZ dihentikan secara tiba-tiba, 3 hal yang dapat terjadi :
1. Gejala akan muncul secara berulang, namun ini hanya sementara. Gejala-gejala asli akan
kembali dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan gejala-gejala sebelum pengobatan.
2. Kekambuhan yaitu kembalinya gejala-gejala asli dengan intensitas yang sama seperti sebelum
pengobatan.
3. Penarikan diri merupakan gejala baru yang disertai dengan memburuknya gejala-gejala yang
sudah ada.
Gejala-gejala penghentian BZ muncul 24-48 jam setelah penghentian obat dengan waktu paruh
yang pendek dan 3-8 hari setelah penghentian obat dengan waktu paruh yang panjang.
Tahapan penghentian adalah sebagai berikut :
1. Penurunan 25% dosis per minggu hingga diperoleh dosis hanya 50% dari dosis awal, kemudian
diturunkan lagi seper-delapannya setiap 4-7 hari.
2. BZ dengan waktu paruh yang panjang (contoh : Diazepam,konazepam) dapat digantikan
dengan obat yang waktu paruhnya pendek (Lorazepam, oksazepam, alprazolam). Obat
pengganti harus diberikan beberapa minggu sebelum penghentian secara bertahap dilakukan.
3. Penggunaan obat tambahan seperti imipramin, asam valproat atau buspiron dapat membantu
meminimalkan gejala-gejala yang mucul saat penghentian bertahap BZ.

INTERAKSI OBAT
Interaksi obat dengan BZ umumnya bersifat farmakodinamik atau farmakokinetik (Tabel 18.11).
Interaksi Farmakokinetik obat dengan Benzodiazepin
Obat Efek Obat
Carbamazepine Turunkan Cl dari alprazolam
Ciprofloxacin Turunkan Cl diazepam dan meningkat t1 / 2
Eritromisin Turunkan Cl dari alprazolam
Fluoxetine Turunkan Cl dari diazepam
Fluvoxamine Turunkan Cl dari alprazolam dan diazepam
dan berkepanjangan t1 / 2
Isoniazid Turunkan Cl diazepam dan meningkat t1 / 2
Ketokonazol Turunkan Cl dan Vd chlordiazepoksida;
peningkatan AUC dari alprazolam
Nefazodon Turunkan Cl dari alprazolam, AUC berlipat
ganda, dan t1 / 2 berkepanjangan
Omeprazol Turunkan Cl diazepam dan berkepanjangan
t1 / 2
Kontrasepsi oral Turunkan Cl dan meningkatkan t1 / 2
diazepam dan chlordiazepoxide; menurun
t1 / 2 dari lorazepam dan oxazepam
Paroxetine Turunkan Cl dari alprazolam
Phenytoin Meningkat Cl dari clonazepam dan
mengurangi t1/2
Propoxyphene Turunkan Cl dari alprazolam dan t1 / 2 yang
berkepanjangan
Propranolol Penurunan Cl dari diazepam dan
berkepanjangan
t1 / 2
Rifampisin Peningkatan metabolisme diazepam
St John's wort menurunkan AUC dari alprazolam
Valproate Turunkan Cl dari lorazepam

Kombinasi BZ dengan alkohol atau depresan sistem saraf pusat dapat berakibat fatal.
Dosis alprazolam harus diturunkan 50% jika nefazodon atau fluvoksamin ditambahkan.

Pengaturan Dosis dan Cara Pemberian


Dosis awal harus rendah, dan penyesuaian dosis dilakukan setiap minggu.(lihat tabel 68-9).
Pengobatan ansietas akut tidak boleh melebihi 4 minggu. BZ dapat diberikan jika diperlukan, dan
jika beberapa kali pemberian BZ secara akut diperlukan, maka periode bebas BZ selama 2-4
minggu harus diberlakukan diantara waktu pemberian BZ. Gejala-gejala yang tetap muncul dapat
diatasi dengan antidepresan atau buspiron.
BZ dengan waktu paruh yang panjang dapat diberikan sekali sehari menjelang tidur malam dan
dapat menyebabkan efek hipnosis pada waktu malam dan ansiolitik pada hari berikutnya.
Pada penderita usia lanjut, dosis yang diberikan harus rendah, dan harus diresepkan obat-obat
dengan waktu preliminasi yang pendek.

TERAPI BUSPIRON
Buspiron merupakan agonis parsial 5-HT1A yang efek antikejang, relaksasi otot, sedatif-hipnotik,
kegagalan motorik dan ketergantungannya kurang.
Merupakan obat lini kedua untuk GAD karena kurang konsistennya laporan efikasi, tertundanya
awal mula kerja obat dan kurangnya efikasi untuk penderita depresi dan gangguan kecemasan
(contoh : gangguan kepanikan atau SAD ).
Buspiron mempunyai rata-rata t1/2 2,5 jam dan diberikan 2-3 kali per hari.
Efek samping meliputi pusing, mual dan perasaan kepala berputar.

INTERAKSI OBAT
Buspiron dapat meningkatkan level siklosporin dan haloperidol dan menigkatkan tekanan darah
penderita yang juga mengkonsumsi penghambat monoamin oksidase (MAO).
Verapamil, diltizen, itrakonazol, fluvoksamin, nefazodon, dan eritromisin meningkat dan
rifampisin menurunkan konsentrasi buspiron dalam darah.

Pengaturan Dosis dan Cara Pemberian


Dosis awal buspiron 7,5 mg dua kali sehari, dengan penambahan dosis 5mg/hari setiap 2-3 hari
jika diperlukan. Dosis lazim terapi 30-60 mg/hari.
Awal mula efek ansiolitik terlihat setelah 2 minggu atau lebih; pencapaian keuntungan yang
maksimum bagi penderita memerlukan 4-6 minggu.
Tidak berguna pada situasi yang memerlukan efek antikecemasan yang cepat atau digunakan
Ketika mengubah penggunaan BZ ke buspiron, BZ harus dihentikan secara bertahap.
GANGGUAN KEPANIKAN
Prinsip pengobatan secara umum
Obat-obat antipanik dapat dilihat pada tabel 18.12. Algoritma terapi obat untuk gangguan
kepanikan dapat dirujuk pada gambar 18.12.
Obat yang Digunakan untuk pengobatan gangguan kepanikan
Nama Kelas Nama Dagang Dosis awal Rentang dosis antipanik
/ generik (mg)
Penghambat ambilan
Kembali serotonin
Secara selektif(SSRI)
Citalopram Celexa 10 mg per hari 20-40
Escitalopram Lexapro 5 mg per hari 10-20
Fluoksetin Prozak 5 mg per hari 10-30
Fluvoxamine Luvox 50 mg per hari 100-300
Paroxetine Paxil 10 mg per hari 20-60
Paxil CR 12,5 mg per hari 25-75
Sertraline Zoloft 25 mg per hari 50-200
penghambat ambilan
kembali serotonin
nonepinefrin
Venlafaxine XR Effexor XR 37,5 mg per hari 75-225c
Benzodiazepin
alprazolam Sanak 0,25 mg 3kali sehari 4-10
Sanak XR 0,5-1 mg per hari 1-10
Klonazepam Klonopin 0,25 mg 1/2kali per hari 1-4
Diazepam Valium 2-5 mg 3 kali sehari 5-20
Lorazepam Ativan 0,5-1 mg 3 kali sehari 2-8
Antidepresan
Trisiklik(TCA)
Imipramin Tofranil 10 mg per hari 75-250
Penghambat
Monoamin oksidase
Fenelzin Nardil 15 mg per hari 45-90

Kebanyakan penderita tanpa agorafobia dapat diobati dengan terapi obat saja, tetapi jika terjadi
agorafobia, terapi kognitif-sikap (terapi kognitif-behavioral/CBT)diberikan bersamaan dengan
terapi obat.
Penderita yang diterapi dengan CBT lebih sedikit kemungkinannya untuk kambuh dibandingkan
mereka yang diterapi dengan impiramin saja. Untuk penderita yang tidak dapat atau tidak mau
menggunakan obat, CBT sudah tentu diindikasikam, karena CBT berhubungan dengan perbaikan
jangka pendek pada 80-90% penderita dan 75% penderita setelah dilakukan pemantauan selama 6
bulan.
Penderita harus diedukasi untuk menghindari kafein, penyalahgunaan obat, dan stimulan
Antidepresan, khususnya penghambat ambilan kembali serotonin secara selektif (SSRI) lebih
dipilih untuk penderita usia lanjut dan muda. BZ adalah obat lini kedua untuk kelompok penderita-
penderita tersebut karena adanya potensi masalah dengan disinhibisi.
ANTIDEPRESAN
Efek samping stimulasi (contoh : ansietas, insomnia, kegugupan, mudah marah) dapat terjadi pada
penderita yang menerima TCA dan SSRI. Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan dan
menghambat kenaikan dosis. Dosis awal yang rendah dan menaikan dosis secara perlahan dapat
mengurangi efek-efek tersebut(lihat tabel 68-12).
Efek dari imipramin menahan serangan panik dicapai dalam waktu 4 minggu, tetapi untuk hasil
yang maksimal seperti menurunkan sifat-sifat waspada yang terkait kecemasan dan respon
antifobia, baru dapat dicapai dalam 8-12 minggu pengobatan.
Sekitar 25% penderita panik menghentikan TCA karena efek samping yang muncul.
Semua SSRI mengurangi serangan panik pada 60-80% penderita. Efek antipanik dicapai dalam
waktu 4 minggu dan pada beberapa penderita respon baru terlihat setelah 8-12 minggu.
Dosis awal SSRI yang rendah, dengan kenaikan dosis perlahan untukmencapai efek antipanik,
diperlukan untuk menghindari efek samping stimulasi.
Penghambat MAO diindikasikan untuk penderita gangguan kepanikan yang sukar disembuhkan.
Efek samping dan pembatasan asupan makanan dan penggunaan obat mempengaruhi penerimaan
penderita terhadap terapi (lihat bab 68 untuk pembatasan asupan makanan dan penggunaan obat).
Fluoksetin harus dihentikan 5 minggu sebelum penggunaan fenelzin (penghambat MAO yang
lain) dimulai. Obat antidepresan yang lain harus dihentikan 2 minggu sebelum fenelzin diberikan.

BENZODIAZEPIN
BZ adalah digunakan sebagai obat lini kedua kecuali dikehendaki respon yang cepat. BZ tidak
boleh digunakan sebagai monoterapi pada penderita gangguan kepanikan dengan riwayat depresi
atau penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan. BZ seringkali digunakan bersamaan dengan
antidepresan pada minggu pertama untuk menghilangkan ketertundaan mula efek antipanik.
Sekitar 60-80% penderita panik menunjukkan respon pada penggunaan BZ, tetapi tingkat
kekambuhan 50% atau lebih umum terjadi walaupun penurunan dosis secara bertahap telah
dilakukan.
Alprazolam dan klonazepam merupakan obat golongan BZ yang paling sering digunakan dan
dapat diterima baik oleh penderita. Respon terapi muncul dalam 1-2 minggu. Dengan alprazolam,
lamanya kerja obat menjadi lebih pendek sekitar 4-6 jam dengan munculnya gejala-gejala penyakit
diantara waktu pemberian obat. Penggunaan sediaan lepas lambat alprazolam atau klonazepam
dapat digunakan untuk mengatasi persoalan tersebut.

Pengaturan Dosis Dan Cara Pemberian


Dosis awal klonazepam adalah 0,25 mg 2 x sehari, kemudian dosis dinaikkan menjadi 1 mg pada
hari ke 3. Peningkatan dosis 0,25-0,5 mg setiap 3 hari sampai mencapai 4 mg per hari dapat di
rekomendasikan bila perlu.
Dosis awal alprazolam adalah 0,25-0,5 mg 3 x sehari (atau dosis sediaan lepas lambat 0,5mg
sekali sehari), dinaikkan dosisnya secara perlahan sampai mencapai dosis ideal. Pada umumnya
penderita memerlukan dosis 3-6 mg per hari.
Umumnya penderita di terapi selama 12-24 bulan (lebih dari 4-6 bulan) sebelum penggunaan obat
di coba di hentikan. Kebanyakan penderita memerlukan terapi jangka panjang. Kesuksesan terapi
pemeliharaan dengan dosis tunggal floksetin yang diberikan setiap minggu telah ditunjukkan.
Evaluasi hasil terapi
Penderita dengan gangguan kepanikan harus di pantau setiap minggunya selama beberapa
minggu pertama untuk penyesuaian dosis obat yang didasarkan pada perbaikan gejala-gejala penyakit
dan pemantauan efek samping. Setelah penderita stabil dengan terapi yang di terima, pemantauan
dapat dilakukan setiap bulan. Hamilton Rating Scale For An Xity (hasil penilaian yang di kehendaki
adalah kurang dari atau sama dengan 7-10) dapat digunakan untuk menilai kecemasan dan Sheehan
Disability Scale (hasil penilaian yang di kehendaki adalah kurang dari atau sama dengan 1 untuk
setiap soal) dapat digunakan untuk menilai ketidak mampuan. Setelah penggunaan obat di hentikan,
frekuensi pemantuan perlu di tingkatkan.

Gangguan kecemasan sosial


Penderita SAD umumnya menunjukkan respon terapi yang lebih lambat dan kurang sempurna
dibanding penderita gangguan kecemasan jenis lain. Panduan pengobatan didasarkan pada gejala-
gejala yang di tunjukan, riwayat penyakit, dan riwayat penyalhgunaan obat-obatan dan bahan
kimiawi.
Setelah adanya perbaikan, terapi pemeliharaan di rekomendasikan setidaknya untuk jangka waktu
setahun guna mempertahankan perbaikan-perbaikan gejala yang telah di tunjukan dan menurunkan
frekuensi ke kambuhan. Terapi janka panjang mungkin diperlukan oleh penderita dengan gejala-
gejala yang tidak teratasi, adanya homorbiditas, awal mula pnyakit yang dini, atau adanya riwayat
penyakit kekambuhan sebelumnya.
CBT (terapi paparan, restrukturisasi kognisi, pelatihan relaksasi, dan pelatihan keterampilan sosial)
dan terapi obat sama efektifnya untuk SAD, namun CBT menunjukan kemungkinan lebih besar
untuk respon terapi yang tetap walaupun terapi tersebut di hentikan.
CBT dan latihan sosial efektif untuk anak-anak penderita SAD, tetapi bukti efektifitas
farmakoterapi (floksetin, fluvoksamin, sertralin dan faroksetin) terbatas hanya pada studi kasus
dan penelitian open label.
Obat-obat yang digunakan pada terapi SAD ditunjukan pada tabel-tabel 68.13 dan algoritma
pengobatan SAD dapat dilihat pada gambar 18.3.

Tabel 18.13
Obat yang Digunakan dalam Pengobatan Gangguan Kecemasan Sosial Umum
Nama Kelas Nama Dagang Dosis awal Rentang dosis (mg/hari)
/ generik
Penghambat
ambilan
Selective serotonin
(SSRI)
Citalopram Celexa 20 mg per hari 20-40
Escitalopram Lexapro 5 mg per hari 10-20
Fluvoxamine Luvox 50 mg per hari 150-300
Paroxetine Paxil 10 mg per hari 10-60
Paroxetine CR Paxil CR 12,5 mg per hari 12,5-37,5
Sertraline Zoloft 25-50 mg per hari 50-200
penghambat ambilan
Serotonin-
norepinefrin
Venlafaxine XR Effexor XR 75 mg per hari 75-225
Benzodiazepin
Clonazepam Klonopin 0,25 mg per hari 1-4
Inhibitor monoamine
oksidase
Phenelzine Nardil 15 mg pada waktu tidur 60-90
Alternatif pilihan
obat
Buspirone BuSpar 10 mg dua kali per hari 45-60
Gabapentin Neurontin 100 mg tiga kali sehari 900-3,600
Mirtazapin Remeron 15 mg pada waktu tidur 30
Pregabalin Lyrica 100 mg tiga kali sehari 600

Tabel 18.3.
Algoritma farmakoterapi untuk gangguan kecemasan social (SAD)

Gangguan
kecemasan sosial

SSRI / Venlafaxin untuk XR


Untuk 12 Minggu

Ada respon : Tidak ada respon: Respon sebagian :


Teruskan untuk Ganti ke SSRI yang Pertimbangkan obat
12 bulan Lain/venlafaksin XR Tambahan buspiron
/klonazepam

Respon tidak adekuat:


Ganti ke fenelzin

Tidak ada respon: Ada respon :


Pertimbangkan Teruskan untuk 12
Gabapentin / bulan
pregabalin

Tingkat respon penderita SAD terhadap SSRI berkisar 50% pada penelitian terkontrol(controlled
trials) sampai 80% pada open trials. Penderita menunjukkan perbaikan pada sifat kecemasan,
menghindar dan ketidakmampuan.
Dengan terapi SSRI, mula efek tertunda 4-8 minggu, dan efek maksimum seringkali tidak teramati
sampai 12 minggu atau lebih.
Data-data terbatas menyatakan citalopram, escitalopram dan fluvoksamin juga efektif untuk
SAD, tetapi fluoksetin tidak efektif.
SSRI diberikan dengan dosis awal Yang sama yang digunakan untuk depresi. Jika disertai
gangguan kepanikan, dosis SSRI harus dimulai pada dosis seperempat sampai setengah dosis
lazim awal yang digunakan sebagai antidepresan. Dosis harus diturunkan secara bertahap bila akan
dihentikan untuk menurunkan resiko kekambuhan.
Beberapa penderita yang tidak memberikan respon positif terhadap SSRI, menunjukkan perbaikan
dengan venlafaksin. Respon terapi dilaporkan terjadi pada minggu ketiga.
BZ harus diberikan pada penderita yang beresiko rendah menyalahgunakan obat-obatan,
memerlukan efek terapi yang cepat, atau tidak menunjukkan perbaikan dengan penggunaan terapi
yang lain .
Klonazepam merupakan obat golongan BZ yang sangat banyak diteliti untuk pengobatan umum
SAD. Efektifitas terlihat dalam 1-2 minggu. Klonazepam mengatasi perasaan takut dan
menghindar, sensitifitas interpersonal, ketakutan akan penilaian negatif, dan ketidakmampuan
memberikan penilaian. Efek samping meliputi disfungsi seksual, ketidakseimbangan, perasaan
berputar-putar, dan lemahnya berkonsentrasi. Obat ini sering kali diberikan bersamaan dengan
antidepresan atau psikoterapi atau keduanya sebagai terapi awal.
BZ harus diturunkan bertahap bila akan dihentikan.
Gabapentin (900-3600 mg/hari dalam 3 dosis terbagi) efektif untuk SAD dan mula efek tercapai
dalam 2-4 minggu.
Penghambat mengatasi gejala-gejala arousal dari otonomik perifer yang muncul (contoh: denyut
jantung yang cepat, berkeringat, eritema mendadak, dan gemetar) dan seringkali digunakan untuk
menurunkan kecemasan dalam situasi yang berkaitan dengan penampilan penderita. Untuk SAD
yang spesifik, 10-80 mg propanolol atau 25-100 mg atenolol dapat digunakan 1 jam sebelum
penampilan penderita. Tes dosis harus digunakan dirumah satu hari sebelum penderita tampil
untuk memastikan tidak ada masalah efek samping.
Walaupun efektif, penghambat MAO hanya diindikasikan untuk pengobatan penderita yang sukar
sembuh karena penderita harus membatasi asupan makanan, adanya potensi interaksi obat, dan
efek samping.
Pemantauan hasil terapi meliputi respon terhadap gejala-gejala penyakit, efek samping, dan
kemampuan melakukan aktivitas dan kualitas hidup penderita. Penderita harus di pantau setiap
minggunya selama penyesuaian dosis, dan setiap bulan bila penderita sudah stabil. Penderita harus
diminta untuk catatan keseharian, dan Liebowitz Social Anxiety Scale dapat digunakan untuk
memantau tingkat keparahan gejala dan perubahan gejala-gejala dan perubahan gejala-gejala yang
terjadi.

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA (PTSD)

Penderita harus menerima terapi yang diindividualisasi berdasarkan gejala-gejala yang muncul
segera setelah trauma (contoh: hipnosis non-BZ, CBT jangka pendek). CBT singkat yang
dilakukan segera setelah trauma megakibatkan rendahnya kejadian PTSD 3 dan 6 bulan
mendatang.
Jika gejala-gejala (contoh: peningkatan ketegangan psikologis dan fisiologis, menjauh, gangguan
disosiasi, insomia, depresi) terjadi terus menerus selama 3-4 minggu dan terjadi kelumpuhan
fungsi sosial dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari, penderita harus menerima
farmakoterapi atau psikoterapi, atau keduanya.
Psikoterapi untuk PTSD meliputi manajemen kecemasan (contoh: pelatihan stress-inoculation,
pelatihan relaksasi, biofeedback, teknik mengatasi kebingungan), CBT, terapi orientasi pandangan,
dan psikoedukasi.
SSRI adalah obat lini pertama untuk PTSD. TCA dan penghambat MAO juga efektif, tetapi tidak
terlalu dipertimbangkan penggunaanya karena efek sampingnya.
SSRI dipercaya lebih efektif untuk gejala mati rasa (numbing symptoms) dibandingkan obat
lainnya. Sekitar 60% penderita yang menerima sertralin menunjukkan perbaikan gejala-gejala
arousal dan psychological numbing/avoidance. Paroksetin juga menunjukkan perbaikan pada
sekitar 60% penderita. Floiksetin efektif pada penelitian terbuka/open trial. Citalopram juga
efektif.
Amitriptilin dan imipramin, dan penghambat MAO fenelzin, dapat diberikan sebagai obat lini
kedua atau ketiga untuk PTSD setelah SSRI efektif. Trasodon, mirtazapin, dan venlafaxin juga
efektif.

Tabel Antidepresan yang digunakan pada pengobatan gangguan stress pasca trauma (PTSD)

Kelas/ Nama Generik Dosis Awal Rentang Dosis (mg/hari)


SSRI

Citalopram 20 mg/hari 20-60


Escitalopram 10 mg/hari 10-20
Fluoksetin 10-20 mg/hari 10-80
Fluvoksamin 50 mg/hari 100-250
Paroksetin 10-20 mg/hari 20-50
Sertralin 25-50 mg/hari 50-200
Obat Lainnya

Amitripilin 25-50 mg/hari 50-300


Imipramin 25-50 mg/hari 50-300
Mirtazapin 15 mg at bedtime 15-45
Fenelzin 15 mg setiap malam 15-90
Dosis digunakan pada penelitian klinis tetapi tidak direkomendasikan oleh FDA.
Tersedia sediaan generik.
Dosis yang direkomendasikan oleh FDA.
Tidak tersedia di Indonesia

Algoritma Farmakoterapi gangguan stress paska trauma (PTSD)

PTSD

SSRI

Tidak ada respon : Ada respon :


Ganti ke venlafaxine extended- Teruskan selama 12 bulan
release

Tidak ada respon : Ada respon :


Ganti ke TCA atau mirtazapin Teruskan selama 12
bulan

Jika tidak ada perbaikan dalam respon stres 3-4 menggu pasca trauma, SSRI harus dimulai dari
dosis rendah, kemudian dosis dinaikkan secara perlahan sampai mencapai dosis antidepresan.
Lamanya pengobatan untuk menentukan efektifitas obat adalah 8-12 minggu. Respon klinis setelah
3 bulan pengobatan dapat dijadikan perkiraan hasil terapi jangka panjang.
Penderita menunjukkan respon terhadap terapi obat harus meneruskan pengobatan paling tidak 12
bulan (24 bulan jika sisa-sisa gejala masih ada). Bila akan dihentikan, terapi obat harus dihentikan
secara bertahap dengan periode 1 bulan atau lebih untuk menurunkan kemungkinan kambuh.
Antikejang (topiramat dan sodium divalproex), obat antiadrenergik (prazosin), dan antipsikotik
(risperidon, quetiapin, dan olanzapin) dapat digunakan sebagai obat tambahan untuk penderita
yang menunjukkan respon sebagian saja.
Penderita harus dipantau setiap minggu dalam bulan pertama pengobatan, kemudian setiap 2
minggu selama pengbatan kedua. Bulan ke 3-6, penderita dapat dipantau sekali sebulan, kemudian
setiap 1-2 bulan mulai bulan ke 6-12. Setelah 1 tahun farmakoterapi, penderita dapat dipantau
setiap 3 bulan. Penderita harus dipantau respon terhadap terapi, efek samping dan kepatuhan
terapi.
Perbaikan gejala dapat dipantau dengan skala hasil terapi PTSD/ Treatmen Outcome PTSD Scale
(nilai kurang dari atau sama dengan 5) dan Sheehan Disability Scale (nilai kurang dari atau sama
dengan 1 untuk setiap soal)

Anda mungkin juga menyukai