A. Defenisi
suatu kumpulan gangguan dimana kecemasan dan gejala
lainnya yang terkait yang tidak rasional dialami pada
suatu tingkat keparahan sehingga mengganggu aktivitas/
pekerjaan. Ciri khasnya adalah perasaan cemas dan
suka menghindar.
Patofisiologi
Model Noradrenergik
Sistem syaraf otonomik pasien hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap suatu rangsangan.
Lokus kureolus memiliki peranan penting dalam mengatur ansietas dengan mengaktivasi
pelepasan NE dan merangsang sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Aktivitas berlebihan
noradrenergik yang kronik menurunkan jumlah alfa 2 adrenoreseptor pada GAD dan PTSD.
Model Reseptor GABA
GABA adalah neurotransmittor inhibitor utama di SSP. Umumnya target utama obat antiansietas
adalah reseptor GABA-A. BZ (benzodiazepin) mempunya efek meningkatkan atay mengurangi
efek inhibitor GABA, dimana BZ mempunyai efek pengontrolan dan penghambatan yang kuat
pada serotonin (5-HT), NE, dan dopamin. Pada GAD , ikatan BZ di lobus temporalis kiri
berkurang. Sensitivitas abnormal terhadap sifat antagonis ikatan BZ dan pengurangan ikatan
ditunjukkan pada kondisi gangguan kepanikan. Respon hormon pertumbuhan terhadap beclofen
pada penderita SAD pada umumnya menunjukkan ketidaknormalan pada fungsi reseptor GABA-
B pusat. Ketidaknormalan penghambatan GABA dapat menyebabkan peningkatan respon
terhadap stres penderita PTSD.
Model Serotonin
Gejala-gejala GAD menggambarkan transmisi serotonin yang berlebihan atau rangsangan
yang berlebihan pada jalur stimulus serotonin. Pasien SAD mempunyai respon prolaktin
yang lebih besar terhadap rangsangan buspiron , menunjukan peningkatan respon
serotonergik pusat. Peranan serotonin pada gangguan kepanikan tidak jelas, tetapi
mungkin berperan pada perkembangan anticipatory anxiety.
Penderita PTSD mengalami hipersekresi faktor pelepasan kotrikotropin, tetapi
menunujukkan tingkat kortisol yang subnormal pada saat trauma dan berlangsung kronik.
Gangguan pengaturan dihipotalamus-pituitari-adrenal merupakan faktor risiko
perkembangan akhir PTSD.
Neuroimaging fungsional menunjukkan bahwa bagian depan dan posterior otak
merupakan bagian penting dalam respon ansietas. Pada GAD mengalami peningkatan
abnormal aktivitas kortikal dan penurunan aktivitas ganglia basal. Pasien dengan SAD
mungkin terdapat ketidaknormalan di amigdala, hippokampus dan beberapa daerah
kortikal. Pada PTSD, amigdala beperan dalam menimbulkan ingatan traumatiknya.
Manifestasi Klinik
GAD
Diagnosis GAD ditegakkan berdasarkan gejala -gejala yang menetap pada
kebanyakan hari minimal selama 6 bulan. Perasaan cemas dan khawatir
merupakan salah satu masalah dan disertai minimal 3 gejala psikologis.
Wanita 2 kali lebih mungkin untuk menderita GAD dan umumnya muncul rata-
rata pada usia 21 tahun.
Gejala psikologis dan kognitif: kecemasan berlebihan, rasa takut yang sulit
untuk dikontrol, perasaan cemas/gelisah sebelum sesuatu terjadi, sulit
berkonsentrasi atau pikiran kosong.
Gejala Fisik: gelisah, letih, otot tegang, sulit tidur, mudah marah.
Gangguan Kepanikan
Gejala dimulai dari serangkaian serangan panik yang tidak diduga. Hal ini diikuti
dengan ketakutan yang terus menerus minimal 1 bulan. Selama serangan
minimal terdapat 4 gejala fisik disamping gejala psikologis. Gejala-gejala
tersebut mencapai puncak dalam 10 menit dan umumnya berakhir tidak lebih
dari 20-30 menit.
Rasa takut/ketakutan : diamati dengan cermat oleh orang lain, dipermalukan dan dihina
Beberapa situasi yang menakutkan : pidato didepan sekelompok orang, makan atau
menulis dihadapan orang lain, berinteraksi dengan pejabat berwenang, berbicara
dihadapan umum, berbicara dengan orang asing, menggunakan toilet umum.
Gejala fisik: wajahnya merah kemalu maluan, gugup atau gembira berlebihan terhadap
suatu hal, diare, berkeringat, takikardi, gemetar
Jenis/tipe:
tipe umum : rasa takut dan sikap menghindar pada banyak situasi sosial
tipe tidak umum: rasa takut terbatas pada satu atau dua situasi tertentu.
PTSD
Gejala PTSD sedikitnya harus menunjukkan 1 gejala yang dialami berulang ulang,
3 tanda atau gejala menghindar terus menerus, dan 2 gejala crousal yang
meingkat (kepekaan terhadap rangsangan sensoris atau eksitabilitas). Gejala dari
masing masing kategori harus terjadi selama lebih dari 1 bulan
Gejala yang berulang
ingatan berulang tentang trauma yang mengganggu
mimpi berulang tentang suatu kejadian
perasaan bahwa peristiwa traumatik tersebut akan terjadi
reaksi psikologis terhadap ingatan trauma
Gejala Menghindar/avoidance Gejala Hyperarousal
menghindari pembicaraan tentang trauma penurunan konsentrasi,
menghindari pemikiran atau perasaan mudah ketakutan
tentang trauma kewaspadaan berlebihan
menghindari kegiatan yang dapat kesulitan tidur/insomnia
mengingatkan kejadian trauma sensitif or tiba tiba marah
menghindari orang atau tenpat yang dapat
membangkitkan ingatan trauma
ketidakmampuan mengingat aspek penting Subtipe
tentang trauma Akut: lamanya gejala kurang dari 3 bulan
ketidakmampuan untuk merasakan Kronik: gejala berakhir lebih dari 3 bulan
kesenangan
Mula gejala yang tertunda: mula gejala
keterasingan dari orang lain terjadi 6 bulan paska trauma
menahan emosi/restricted effect
perasaan memiliki masa depan yang pendek
(contohnya tidak berharap mempunyai karir,
atau pernikahan)
Penyakit-penyakit yang umumnya berhubungan dengan gejala
kecemasan
Kardiovasluar
angina, aritmia, gagal jantung kongestif, jantung iskemik, infark miokard
Endokrin dan Metabolik
Penyakit Cushing, hiperparatiroid, hipertiroid, hipotiroid, hipoglikemi, hiponatremi, hiperkalemia,
peokromositoma, defisiensi vitamin B12 atau folat
Neurologik
dimensia, migrain, parkinson, kejang, stroke, neoplasma, kemampuan kontrol nyeri yang rendah
Sistem Respirasi
Asma, penyakit paru obstruksi kronik, emboli paru, pneumoni
Lain-lain
Anemia, sistematik lopus eritematosus, pneumonia
DIAGNOSIS
Berikut pengobatan
yang diberikan untuk
mengobati gejala-
gejala klinis pada
ansietas
Pengobatan GAD
Tujuan Terapi
Untuk menurunkan tingkat keparahan, durasi, dan frekuensi kekambuhan gejala dan untuk
meningkatkan kemampuan umum penderita
Terapi Nonfarmakologi
konseling jangka pendek, manajemen stress, terapi kognitif, meditasi , pendukung dan olahraga.
Penderita GAD harus diedukasi, untuk menghindari kafein, stimulan, konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan obat-obat diet.
Terapi Farmakologi
Hidroksizin sering digunakan sebagai primary care drug
Pregabalin mampu memproduksi efek ansiolitik sama seperti lorazepam, alprazolam, venlafaksin
.
Pilihan obat untuk gangguan kecemasan
Terapi Antidepresan
Antidepresan dipertimbangkan sebagai pilihan obat jangka panjang dalam manejemen kecemasan
kronis. Respon antiansietas terligat 2-4 minggu setelah pengobatan
SSRI, Venlafaxin XR, dan duloxetin efektif untuk terapi akut (respon 60-68%)
Obat golongan TCA umumnya menyebabkan sedasi, hipertensi ortostatik, efek antikolinergik, BB
naik, dan sangat toksik jika overdose
Terapi Benzodiazepin
BZ merupakan obat yang paling efektif dan aman untuk pengobatan gejala kecemasan akut.
Semua BS mempunyai efektivitas ansiolitik yang sama, dan umumnya respon positif terlihat 2
minggu setelah penggunaan terapi. Penderita lansia lebih sensitif terhadap BZ dan dapat
mengalami jatuh selama terapi BZ.
Farmakokinetik BZ
diazepam dan klorazepat sangat larut lemak dan sangat mudah diserap dan terdistribusi ke SSP.
Kedua obat ini mempunyai lama kerja yang lebih pendek dari perkiraan berdasarkan waktu paruh
setelah pemberian dosis tunggal karna kedua obat ini sangat cepat terdistribusi ke perifer.
Lorazepam dan oksazepam kurang larut lemak dan mempunyai awal mula kerja yang lebih lambat
tetapi lama aksi kerjanya lebih panjang. Kedua obat ini tidak direkomendasikan untuk mengatasi
cemas secara cepat.
Pemberian diazepam dan klordiazepoksid secara IM harus dihindari karena adanya variasi
kecepatan dan tingkat absorpsi. Lorazepam IM mempunyai absorbsi yan cepat dan lengkap.
Efek Samping
paling umum adalah depresi SSP. ES lainnya adalah seperti disorientasi, kegagalan psikomotor,
kebingunagan, agresif, kegembiraan, dan amnesi antegrade.
Penyalahgunaan, Ketergantungan, Penghentian Penggunaan, dan Toleransi
Yang memiliki riwayat penyalahgunaan akan berisiko besar
Gejala ketergantungan BZ adalah kegelisahan, imsonia, agitasi, ketegangan otot, sensitif , mual,
tidak nyaman, keringat berlebihan, mimpi buruk, depresi, refleks berlebihan, tinnitus, delusi,
halusinasi dan kejang saat pengentian BZ secara tiba tiba.
Pengehentian BZ
Tahapan penghentian BZ:
Penurunan 25% dosis/minggu hingga diperoleh dosis hanya 50% dari dosis awal, kemudia
diturunkan 1/8 setiap 4-7 hari.
BZ dengan waktu paruh panjang (diazepam, klonazepam) dapat diganti dengan obat yang waktu
paruhnya pendek (lorazepam, oksazepam, alprazolam). Obat pengganti harus diberikan
beberapa minggu sebelum penghentian secara bertahap dilakukan
Pengunaan obat tambahan seperti imipramin, asam valproat, atau buspiron dapat membantu
meminimalkan gejala-gejala yang muncul saat penghentian BZ secara bertahap
Data farmakokinetik BZ
Terapi Buspiron
Busprion merupakan agonis parsial 5-HT1A yang efek antikejang, relaksasi
otot, sedatif hipnotik, kegagalan motorik, dan ketergantungannya kurang.
Merupakan obat lini kedua untuk GAD karna kurang konsistennya laporan
efikasi, tertundanya awal mula kerja obat dan kurangnya efikasi untuk
penderita depresi dan gangguan kecemasan (mis, panic disorder dan SAD).
Obat ini digunakan untuk terapi pada pasien yang gagal menerima terapi
ansiolitik atau pasien yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol.
Buspiron memiliki rata rata waktu paruh 2,5 jam dan diberikan 2-3 kali/hari.
Interaksi Obat
Kadar buspiron meningkat ketika diberikan bersamaan dengan MAOI
Verapamil, diltiazem, intrakonazol, fluvoksamin, dapat meningkatkan kadar
buspiron, dan rifampin menurunkan konsentrasi buspiron.
Pengobatan Panic Disorder
Tujuan pengobatan
Meniadakan serangan panik, menurunkan secara signifikan kecemasan
yang berulang dan ketakutan fobia dan mengembalikan aktivitas normal
penderita.
Prinsip Pengobatan
SSRI merupakan first line terapi.
Kebanyakan penderita dengan agorafobia dapat diobati dengan terapi
obat saja, tetapi jika ada agorafobia dapat ditambah dengan terapi CBT
Penderita diedukasi untuk menghindari kafein, penyalahgunaan obat dan
stimulan
Antidepresan
Efek samping stimulasi (ansietas, insomnia, mudah marah) dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan TCA dan SSRI. Dosis awal yang rendah dan menaikkan dosis secara
perlahan dapat mengurangi efek tersebut.
Efek dari imipramin menahan serangan panik dicapau dalam waktu 4 minggu, namun
untuk menurunkan sifat sifat waspada terkait kecemasan dan respon antifobia dapat
dicapat 8-12 minggu pengobatan
SSRI mengurangi serangan panik pada 60-80% penderita dalam jangka 4 minggu, namun
beberapa pasien dalam jangka 8-12 minggu.
Benzodiazepin
BZ merupakan terapi lini kedua kecuali dikehendaki respon yang cepat. BZ tidak boleh
digunakan sebagai monoterapi pada penderita gangguan panik dengan riwayat
penyalahgunaan alkohol dan obat obatan.
Kekambuhan 50% atau lebih dapat terjadi walaupun penurunan dosis secara bertahap
telah dilakukan
Alprazolam dan klonazepam merupakan BZ yang sering digunakan. Respon terapi muncul
1-2 minggu.
Evaluasi Hasil Terapi
Kombinasi Episode Ya Kriteria pada episode depresi mayor maupun episode mania (
kecuali untuk durasi) muncul hampir setiap hari selama
sedikitnya 1 minggu
Siklus Cepat Ya >4 episode depresi mayor atau mania (mania, kombinasi manis
atau hipomania) dalam 12 bulan
Algoritma dan pedoman terapi akut untuk episode gangguan suasana hati pada pasien
dengan penyakit Bipolar 1
Episode mania atau kombinasi episode akut Episode depresi akut
Pedoman Umum Pedoman Umum
Perikasa kemungkinan adanya penyebab sekunder dari episode manis Periksa kemungkinan adanya penyebab sekunder dari episode depresi
atau kombinasi episode yang terjadi (mis, alkohol atau drug abuse) yangterjadi (mis, alkohol dan drug abuse)
Jika memungkinkan turunkan dosis obat antidepresan, stimulan, atau Jika memungkinkan turunkan dosis obat antidepresan, stimulan, atau
kafein secara bertahap kafein secara bertahap
Terapi penyalahgunaan substansi Terapi menyalahgunakan sbstance
Dorong pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik (dengan Dorong pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik (dengan
konsumsi protein dan asam lemak esensial secara teratur), melakukan konsumsi protein dan asam lemak esensial secara teratur), melakukan
olahraga, tidur yang cukup, mengurangi stress, dan terapi psikososial olahraga, tidur yang cukup, mengurangi stress, dan terapi psikososial
Hipomania Mania Gejala ringan-sedang episode depresi Gejala Berat Episode Depresi
Pertama, optimalkan pemberian obat Pertama, kombinasi 2 atau 3 obat Pertama, memulai/ mengoptimalkan Pertama, optimalkan pemberian
untuk menstabilkan suasana hati , (litium, valproat or SGA) dengan obat pemberian obat untuk menstabilkan untuk mengatasi suasana hati, atau
litium or valproat acid, karbamazepin BZ (lorazepam or clonazepam) dan/or suasana hati Litium atau quetiapin awali dengan meberikan obat
atau SGAsPertimbangkan untuk antipsikotik untuk pengobatan jangka mentasbilkan suasana hati (litium or
menambahkan BZ (lorazepam or pendek untuk mengatasi agitasi, atau Alternatif, antikonvulsan, quetiapin)
clonazepam) sebagai terapi penunjang insomniaJangan mengkombinasi lamotrigin,valproat, antipsikotik
jangka pendek untuk agitasi atau antipsikotik (fluxetin, or kombinasi olanzapin) Alternatif, fluxetin atau kombinasi
insomnia Pilihan obat alternatif : olazapin Jika gejala psikosis muncul,
Pilihan terapi alternatif oksacarbazepin karbamazepin, jika respon tidak berikan antipsikosis dengan kombinasi
adekuat atau tidak toleransi, diatasJangan kombinasi
pertimbangkan ozkarbazepin antipsikosisAlternatif, antikonvulsan
(lamotrigin, valproat
Lanjutan
Hipomania Mania Gejala ringan-sedang episode depresi Gejala Berat Episode Depresi
Kedua, jika respon tidak adekuat , Kedua, Jika respon tidak adekuat, Kedua, jika respon tidak adekuat ,
gunakan 2 kombinasi obat: Litium dan gunakan 3 kombinasi obat :Litium + pertimbangakan karbamazepin atau
antikonvulsan atau SGAAntikonvulsan antikonvulsan + tambahkan antidepresan
dan antikonvulsan atau SGA antipsikotikAntikonvulsan +
(antipsikotik atipikal) antikonvulsan + antipsikotik Ketiga, jika respon tidak adekuat,
pertimbangkan 3 kombinasi
Ketiga, jika respon tidak adekuat, obat:Litium+ lamotrigin +
pertimbangakn ECT untuk mania antidepresanLitium+
dengan psikosis atau catatonia, atau quetiapin+antidepresan
tambahkan clozapin untuk pengobatan
penyakit yang sukar disembuhkan Keempat, jika respon tidak adekuat
pertimbangkan ECT untuk treatment
penyakit yang sukar sembuh, dan
depresi dengan psikotik dengan
catatonia
Kelompok Pasien Khusus
litium dan valproat sebagai terapi untuk menstabilkan suasana hati direkomendasikan
pada kondisi postpartum untuk mengurangi resiko kambuhan depresi pada wanita
bipolar
Kejadian anomali epstein pada infant yang terpapar litium sekitar 1: 1000 atau 1: 2000
Ketika litium digunakan pada wanita hamil, gunakan pada dosis minimum efektifnya
untuk mencegah kambuhan, dan mengurangi kejadian floppy sindrom pada infant,
hipotiroid dan gondok pada infant
pada wanita menyusui tidak dianjurkan untuk menggunakan litium
Ketika valproat digunakan pada trisemester pertama, resiko neural tube defect sebanyak
5%. Untuk karbamazepin, kejadian ini hanya 0,5%-1%, berikan asam folat untuk
mengurangi resiko neural tube defect
Pada wanita menyusui dapat menggunakan valproat, namun ibu dan bayi harus
melalukan monitoring identifikasi lab
Elaminasi waktu paruh litium dan valproat meningkat pada lansia, pasien dementia
dapat mengalami hipersensitif pada efek samping obat mood stabilizers dengan
antipsikotik.
Evaluasi Hasil terapi
Pemantauan data lab dan kepatuhan harus dilakukan secara teratur pada
setiap pasien
Pasien yang hanya menunjukkan respon sebagian atau tidak
memberikan respon terhadap terapi harus diperiksa ulang untuk
mendapatkan diagnosis yang akurat.
Pasien dan anggota keluarga sebaiknya terlibat secara aktif dalam terapi
untuk pemantauan target gejala, respon dan efek samping
Gangguan Mayor Depresi
Rizki Hidayanti Rambe
Deskripsi Penyakit
Gangguan mayor depresi adalah suatu penyakit dengan gejala klinis satu atau lebih episode depresi
mayor tanpa riwayat mania atau hipomania
Patofisiologi
Hipotesis amina biogenik: depresi dapat disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter NE,
5HT, dan dopamin dalam otak
Perubahan post-sinaptik pada sensitivitas reseptor: perubahan sensitivitas reseptor NE dan 5HT2
dapat berpengaruh pada awal mula munculnya (onset) depresi
Hipotesis diregulasi: teori ini lebih ditekankan pada kegagalan regulasi homeostatik pada sistem
neurotransmiter, dibandingkan peningkatan atau penurunan absolut aktivitas neurotransmiter itu
sendiri.
Diperlukan sistem serotonergik dan noradrenergik yang fungsional agar efek antidepresan dapat
optimal.
Peranan dopamin: beberapa kajian menunjukkan bahwa peningkatan neurotransmisi DA dalam
nukleus accumbens kemungkinan terkait dengan mekanisme aksi atidepresan.
Manifestasi Klinik
Kebayakan pada pasien ini adalah pasien yang menerima terapi yang tidak adekuat. Beberapa hal
yang perlu ditanyakan pada pasien yang tidak memilki respon terapi:
1. Apakah diagnosis sudah tepat?
2. Apakah pasien memiliki depresi psikotik?
3. Apakah pasien telah mendapatkan dosis dan durasi pengobatan yang sudah tepat?
4. Apakah efek samping menghalangi pemberian dosis yang adekuat?
5. Apakah pasien telah mematuhi terapi yang diterima?
6. Apakah hasil terapi telah diukur dengan adekuat?
7. Apakah ada gangguan medis atau psikiatrik lain yang dialami saat ini ataupun sebelumnya?
8. Apa langkah yang digunakan pada pengobatan yang diperoleh?
9. Apakah ada faktor lain yang menghalangi pengobatan?
Alternatif pengobatan efek antidepresan dapat ditingkatkan dengan menambah obat lain seperti
litium dan triodotrionin atau antidepresan lainnya . Antidepresan atipikal juga dapat digunakan
untuk meningkatkan efek antidepresan
Evaluasi Hasil Terapi
Beberapa parameter pemantauan sebagai tambahan dari pemeriksaaan konsentrasi plasma akan
memberikan manfaat dalam menangani pasien. Pasien harus dipantau terhadap efek samping,
gejala yang teratasi, adanya perubahan pada fungsi sosial dan pekerjaan. Pemantauan harus tetap
dilakukan pada beberapa bulan setelah penghentian terapi.
Pantau tekanan darah pada pasien yang mendapatkan venlafaxin
Pasien dengan usia lebih dari 40 tahun harus melakukan EKG sebelum memulai terapi
antidepresan trisiklik, dan pemeriksaan EKG selanjutnya perlu dilakukan secara berkala
Pasien harus dipantau terhadap munculnya ide bunuh diri setelah pemberian antidepresan.
Sebagai tambahan dari wawancara klinik, penggunaan alat-alat, skala psikometrik dapat
memberikan pengukuran secara tepat dan terpercaya mengenai keadaan dan tingkat keparahan
depresi maupun gejala terkait
SKIZOPRENIA
Rizki Hidayanti Rambe
Deskripsi Penyakit
Defenisi
Skizoprenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan delusi, halusinasi, perubahan
prilaku yang tidak tepat, pola pikir yang tidak teratur, dan gejala negatif lainnya
Patofisiologi
Pembesaran dan penurunan ukuran ventrikular
Skizoprenia dapat disebabkan karna genetik, sistem imun yang abnormal, komplikasi kandungan,
gangguan perkembangan syaraf, teori neurodegeneretiv, kerusakan reseptor dopamin dll
Teori dopaminergik, psikosis dapat disebabkan oleh adanya hiper atau hipoaktivitas dari proses
dopaminergik pada bagian otak tertentu
Disfungsi glutamatergik, saluran glutamatergik berinteraksi dengan saluran dopaminergik, hal ini
menunjukkan gejala yang mirip dengan hiperaktivitas domapinergik
Abnormalitas Serotonin, penderita skizoprenia dengan hasil pemindaian bentuk otaknya abnormal,
akan memiliki kadar serotonin yang lebih tinggi didalam darahnya
Manifestasi Klinik
Gejala episode akut: tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, halusinasi, delusi,
proses berpikir yang tidak berurutan, ambivalen, autisme, tidak mau bekerja sama, tidak merawat diri
sendiri, gangguan tidur atau nafsu makan
Setelah terjadi episode akut, biasanya penderita memiliki gejala-gejala sisa seperti cemas, curiga,
motivasi menurun, kepedulian berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu, antisosial, sulit untuk
belajar dari pengalaman , dan tidak bisa merawat diri
Gejala positif: delusi, percakapan yang tidak beraturan, halusinasi, perubahan sikap, dan ilusi
Gejala negatif: alogia, anhedonia, antisosial, datar
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan DSM mental disorder edisi 5, dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria A, dalam waktu 1 bulan, setidak ada 2 gejala yang selalu ada , seperti delusi, halusinasi,
omongan yang tidak teratur, sikap katatonik, dan gejala negatif
Kriteria B, perubahan sikap dan fungsionla yang lebih lanjut
Pengobatan Skizoprenia
Tujuan Pengobatan
Mengurangi gejala, menghindari efek samping, memperbaiki prilaku fungsional, lebih patuh
terhadap regimen obat, dan melibatkan pasien dalam rencana pengobatan
Sebelum melakukan treatment, periksa status mental, fisik dan neurologi, riwayat keluarga,
data laboratorium
Prinsip Terapi
Generasi kedua antipsikotik atipikal kecuali clozapin merupakan first choice drug untuk
skizoprenia
Antipsikotok atipikal memiliki sedikit atau bahkan tidak menimbulkan efek
ekstrapiramidal. Kelebihan lainnya adalah menyebabkan efek tardive dyskenesia yang
minimal, efek terhadap serum prolatin juga sedikit
Antipsikotik atifikal memiliki efek samping metabolik seperti kenaikan BB, hiperlipidemia,
dan DM
Berdasarkan studi CATIE menunjukkan olanzapin, jika dibandingkan dengan quetiapin,
risperidon, ziprasidon, dan perfenazin dapat digunakan untuk terapi maintenance namu
memiliki efek samping metabolik
Pemilihan terapi antipsikorik harus berdasarkan pada kebutuhan menghindari efek
samping tertentu, adanya gangguan psikiatri atau kondisi medis lainnya, dan tanggapan
terhadap riawayat pasien atau keluarga
Terapi Awal Terapi Stabilisasi
Tujuan terapi selama 7 hari pertama adalah untuk Selama minggu ke 2dan 3, tujuan terapi
menurunkan agitasi, rasa curiga, kecemasan dan adalah meningkatkan sosialisasi, kebiasaan
agresi serta mengembalikan pola makan dan tidur untuk merawat diri sendiri, dan kestabilan
Setelah 1 minggu diberi dosis yang stabil, dapat suasana hati. Pengobatan dalam gangguan
dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis. pemikiran formal dapat memerlukan
Peningkatan iloperidon dan clozapin harus lebih tambahan waktu 6-8minggu.
hati hati karena dapat menyebabkan hipotensi.
Jika tidak ada respon pada minggku ke 3 or 4, Titrasi dosis dapat dilanjutkan setiap 1 atau 2
pertimbangkan untuk memberikan antipsikotik minggu, selama pasien tidak mengalami efek
alternatif samping
Jika respon hanya setengah pada pasien dengan Jika tidak memiliki respon yang baik dalam
toleransi yang baik terhadap antipsikotik, maka pengobatan setelah 8-12 minggu, lakukan
tingkatkan dosisnya strategi selanjutnya sesuai algoritma
Peningkatan dosis yang terlalu cepat tidak
disarankan Terapi Maintenance
Pemberian antipsikotik IM (mis, aripripazol 5,25- Terapi dilanjutkan setidak 12 bulan setelah
9,75mg, zisprasidon 10-20 mg, olanzapin 2,5-10 membaiknya episode pertama psikotik
mg or haloperidol 2-5 mg) dapat digunakan untuk Pengobatan seumur hidup dapat dibutuhkan
menurunkan agitasi
pada sebagian pasien skizoprenia
Lorazepam IM 2 mg, jika diperlukan kombinasi
dengan antipsikotik dapat lebih efektif dalam Antipsikotik klozapin harus dihentikan secara
mengendalikan agitasi daripada dilakukan titrasi perlahan untuk menghindari efek rebound
dosis antipsikotik
Penalataksanaan Skizoprenia Dengan Resistensi Terapi
Hanya klozapin yang dibuktikan oleh penelitian RCT untuk penatalaksanaan skizoprenia
dengan resistensi terapi
Untuk menghindari hipertensi ortostatik, peningkatan dosis klozapin dilakukan secara
perlahan dibandingkan antipsikotik lainnya. JIka pemberian dosis 12,5 mg tidak
menimbulkan efek hipotensi, maka dosis 25 mg dapat diberikan pada malam harinya.
Dosis dapat ditingkatkan 25 mg 2 kali sehari setelah 3 hari penggunaan, dan
peningkatan dosis 25-50 mg/hari dapat dilakukan setiap 3 hari hingga dicapai dosis 300
mg/hari.
Penambahan terapi antipsikotik dilakukan dengan menambahkan suatu obat
nonantipsikotik pada penderita yang tidak merespon terapi antipsikotik dengan baik,
sedangkan pengobatan kombinasi dengan 2 antipsikotik secara bersamaan.
Obat penstabil suasana hati (litium, asam valproat, dan karbamazepin) digunakan
sebagai obat tambahan untuk memperbaiki efek penderita yang labil dan prilaku yang
mengganggu. Gejala ini akan cepat mengalami perbaikan jika divaproex dikombinasikan
dengan olanzapin atau risperidon.
SSRI telah digunakan untuk mengatasi gejala obsessive compulsive yang dapat muncul
atau memburuk selama penggunaan klozapin
Data Farmakokinetik Obat
Antipsikotik mempunyai sifat lipofilik yang tinggi dan berikatan kuat pada membran dan ikatan
protein, volume distribusi yang besar dan metabolisme yang besar melalui jalur sitoktom P-450
Risperidon dan metabolit aktifnya 9-OH-risperidon dimetabolisme oleh CYP2D6. Efek samping dari
metabolisme polimorfik harus dipertimbangkan mekipun pada penggunaan dosis rendah
Umumnya antipsikotik memiliki waktu paruh eleminasi dalam rentang 20-40 jam. Setelah dosis
stabilisasi, kebanyakan antipsikotik (kecuali quetiapin dan risperidon) dapat diberikan hanya sakali
sehari.
Pemantauan klozapin dalam serum perlu dilakukan sebelum dosisnya mencapai 600 mg sehari,
terutama pada pasien yang mengalami efek samping yang tidak umum dan berisiko terjadinya
interaksi obat.
Efek Samping Obat
Efek ekstrapiramidal: distonia,
akatisia, pseuparkinson, tardiv
disknisia
0,10-0,125 Gangguan secara signifikan koordinasi mototrik dan kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan
baik. Berbicara kacar, terjadi penurunan keseimbangan, penglihatan, waktu bereaksi dan pendengaran. Euforia.
Seseorang telah berada pada tingkat ini tidak boleh mengemudi kenderaan
0,13-0,15 Penurunan koordinasi motorik secara besar besaran dan pengurangan kontrol fisik. Penglihatan kabur dan pada
banyak kehilangan keseimbangan . Euforia berkurang dan disforia muali terlihat
0,16-0,20 Disforia (ansietas,lemah), menonjol terjadi, mual mungkin muncul, peminum terlihat minum dengan kacau
0,25 Membutuhkan bantuan untuk berjalan, kebingungan mental secara keseluruhan. Disforia dengan mual dan kadang
kadang muntah
0,30 Kehilangan kesadaran
0,40 (>87) Mulai terjadi koma, kemungkinan dapat terjadi kematian akibat gagal pernafasan.
Benzodiazepin dan Hipnotik Sedatif Lainnya
Intoksikasi BZ ditandai dengan terjadinya kekacauan berbicara, penurunan koordinasi dan
ketidakseimbangan motorik dalam mengendalikan kondisi fisik.
Tanda dan gejala pengehentian BZ sama dengan alkohol , termasuk nyeri otot, cemas, lemah,
bingung, mudah tersinggung, halusinasi, menggigil, kejang, dan kolas kardiovaskular.
Penghentian BZ jenis kerja pendek (oksazepam, lorazepam, alprazolam) baru bekerja antara 12-
24 jam dari dosis akhir. Sedangkan sedatif lainnya (diazepam, klordiazepoksid, klorazepat)
memiliki waktu paruh eleminasi (metabolit aktif dengan waktu paruh eleminasi) 24 atau lebih 100
jam. Sehingga efek dari penghentian dapat tertunda hingga beberapa hari setelah penghentian.
Flunitrazepam merupakan golongan BZ yang sering digunakan bersamaan dengan alkohol,
marijuana, kokain atau heroin. Sering disebut sebagai date-rape-drug (obat untuk kencan dan
pemerkosaan ) , bahan ini diberikan kepada wanita dengan tujuan untuk mengurangi penolakan.
Gamma-Hidroksibutirat (GHB)
Merupakan obat yang juga dikenal (date rape drug) dijual dalam bentuk cair atau serbuk dan efek
yang muncul antara lain amnesia, hipotonia, ketidaknormalan fase kecepatan gerakan mata
(REM) dan tidur Non-REM dan anastesia.
Toksik efek antara lain penurunan ouput jantung, muntah, depresi pernafasan, koma dan kejang.
Gejala putus obat antara lain perubahan status mental, peningkatan tekanan darah, takikardia,
diaforesis, tremor dan agitasi berat.
Opioid
Gejala intoksikasi opiat yaitu euforia, disforia, apati, kelambatan motorik, mengantuk, kekacauan berbicara, gangguan
perhatian, miosis
Gejala pengehentian opioid, keluar air mata, hidung meler, midriasis (pupil membesar), piloereksi, diaforesis, diare,
menguap, demam, insomnia, nyeri otot.
STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT
A. Kokain
Kokain mungkin bahan yang paling kuat mempengaruhi tingkah laku penggunanya dibandingkan dengan obat lain.
Kokain menghambat pengambilan kembali neurotransmiter katekolamin dan menyebabkan kekurangan dopamin diotak
Gejala Intoksiskasi kokain, agitasi motorik, euforia, graudiosity, loquacity, hipervigilance, takikardia, midriasis,
peningkatan atau penurunan tekanan darah, berkeringat atau kedinginan, mual muntah
Gejala putus kokain, kelelahan, gangguan tidur, mimpi buruk, depresi, peningkatan nafsu makan
B. Metamfetamin
Metamfetamin dapat digunakan secara oral, intranasal, IV, dan dengan dirokok. Metamfetamin mempunyai efek sistemik
yang sama dengan kokain. Pemberian dengan IV dan inhalasi memiliki efek yang kuat yang berlangsung selama
beberapa menit
Efeknya lebih lama dari kokain.
Lama gejaala putus obat berlangsung antara 2hari-bebrapa bulan.
Senyawa efedrin dan pseudoefedrin dapat diekstraksi dari tablet obat flu dan obat alergi dan kemudia dikonversi menjadi
metamfetamin pada laboratorium ilegal
Obat -Obat lainnya yang sering disalahgunakan
Nikotin
Marijuana
Analog metamfetamin
Sintetik katinon
Sintetik kannabinoid
Asam lisergat dietilamida (LSD)
Inhalant (Bahan yang dihirup)
PENGOBATAN
Tujuan Terapi
Untuk menghentikan penggunaan obat, menghentikan prilaku untuk mencari obat lagi dan kembalo ke fungsi
normal. Tujuan terapi pada sindrom gejala putus obat adalah mencegah peningkatan gejala putus obat agar
tidak mengancam jiwa, sehingga akan membantu pasien agar tetap nyaman dan berfungsi seperti biasanya
agar dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.
Pendekatan Umum
Intoksikasi
Jika memungkinkan, terapi obat seharusnya dihindari, tetapi terapi obat dapat dilakukan bila pasien gelisah
(agitasi), memberontak atau gila (psikotik)
Jika ingin melakukan pemeriksaan toksikologi, sample darah atau urin harus segera diambil ketika pasien
datang untuk terapi.
Flumazenil tidak diindikasikan untuk semua kasus yang diduga disebabkan oleh overdosis BZ, dan
flumazenil dikontraindikasikan jika antidepresan siklis diketahui terlibat atau diduga diguakan karena risiko
kejang.
Pada intoksikasi opiat, nalokson dapat mengembalikan kesadaran pasien dengan depresi pernafasan.
Akan tetapi nalokson juga memici gejala putus obat secara fisik pada pasien yang mengalami
ketergantungan.
Pada intoksikasi kokain , dapat diterapi secara farmakologik (biasanya dengan lorazepam IM setiap 30
menit-6 jam sesuai kebutuhan pada dosis 2-4 mg) . Lorazepam dan diazepam dapat digunakan untuk terapi
status epileptikus
Banyak pasien dengan intoksikasi halusinogen, marijuana atau inhalant menunjukkan respon terhadap
dukungan /sikap menenangkan, tetapi terapi antipsikotik /antiansietas dapat digunakan
Obat yang digunakan Untuk Terapi Intoksikasi
Dosis dan Monitoring Farmakologi Obat Pada Pengobatan
Putus Alkohol
Dosis dan Monitoring Farmakologi Obat Pada Pengobatan
Ketergantungan Alkohol
Terapi Pengganti Nikotin (NRT)
NRT harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dalam 2 minggu setelah infark miokard akut, pasien
dengan aritmia serius, dan dengan angina serius atau memburuk.
Permen karet 2 mg direkomendasikan untuk perokok kurang dari 25 batang sehari, dan 4 mg untuk
perokok yang lebih dari 25 batang/hari. Secara umum permen karet digunakan sampai dengan 12 minggu
pada dosis tidak lebih dari 24 buah/hari. Permen itu harus dikunyah perlahan-lahan sampai rasa mint atau
rasa seperti lada muncul , lalu kulum sekitar 30 menit atau rasanya hilang.
Sediaan patch tersedia sebagai obat OTC dan obat resep. Terapi selama 8 minggu atau kurang, sama
efektifnya dengan terapi jangka panjang. Sediaan pacth 16 dan 24 jam mempunyai efikasi sebanding.
Patch harus ditempelkan setiap pagi pada daerah yang relatif tidak ditumbuhi rambut.
Pemberian semprot hidung nikotin (nasal spray) memerlukan resep. Durasi terapi yang direkomendasikan
3-6 bulan dengan dosis tidak lebih dari 40 dosis tiap hari. Satu dosis adalah pemberian 0,5 mg pada setiap
hidung (total 1 mg). Dosis awal ditingkatkan secara bertahap jika perlu untuk mengurangi gejala
Produk NRT mempunyai beberapa efek samping. Mual dan light-headness mengindikasikan overodosis
nikotin. Penempatan patch dapat dirotasi untuk meminimalisasi iritasi kulit dan krim hidrokortison atau
triamnisolon yang dijual bebas dengen memperbaiki iritasi kulit. Ganggaun tidur dilaporkan pada 23%
pasien yang menggunakan patch. Minum atau makan selain air putih sebaiknya dihindari 15 menit selama
penggunaan gum dan lozenges.
Bupropion lepas lambat adalah terapi penghentian rokok yang efektif. Kontrindikasi pada pasien dengan
kelainan kejang, diagnosis atau riwayat bulimia atau anoreksia nervosa, dan pada pasien yang
menggunakan obat golongan MOI dalam 14 hari sebelumnya. Bupropion SR dapat dikombinasi dengan
NRT
Obat-obat yang digunakan pada terapi penghentian rokok