1 Tetapan Kalorimeter
1 Tetapan Kalorimeter
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Ingat bahwa tekanan dan volume tidak mempengaruhi E secara eksplisit (kecuali
melalui perubahan suhu), sehingga hasil ini tidak tergantung perubahan tekanan
atau volume gas.
Perubahan suhu gas ideal pada volume tetap dari sudut pandang
termodinamika. Karena volume tetap, kerja tekanan-volume W harus nol,
sehingga:
E = qv = n Cv T (gas ideal)
(Syukri, 1999).
Kalor adalah perpindahan energi internal. Kalor mengetahui dari satu
bagian sistem ke bagian lain atau dari satu sistem lain karena ada perbedaan
temperatur. Selama pengaliran kita tidak mengetahui proses keseluruhannya,
misalnya keadaan akhirnya. Kalor belum diketahui sewaktu proses berlangsung
ialah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu. Jadi kalor ialah:
t2
Q= dt
t1
Dan hanya bisa ditentukan bila waktu t2-t1 telah berlalu. Hanya setelah aliran itu
berhenti orang bisa mengacu pada kalor-energi internal yang telah dipindahkan
dari suatu sistem bertemperatur lebih tinggi ke sistem yang temperaturnya lebih
rendah.
Tidak benar bila kita mengatakan kalor dalam benda seperti halnya bila
kita mengatakan kerja dalam benda. Pelaksanaan kerja dan aliran kalor metode
untuk mengubah energi internal suatu sistem kita tidak bisa memisahkan atau
membagi internal menjadi bagian termal dan bagian mekanis (Dogra, 2008).
Pada umumnya, kerja yang dilakukan pada atau oleh sistem bukan
merupakan fungsi koordinat sistem tetapi bergantung pada lintasan yang dilalui
sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir. Demikian juga untuk kalor yang
dipindahkan dari suatu sistem. Q bukan merupakan fungsi koordinator
termodinamika, tetapi bergantung pada lintasan. Jadi, sejumlah kerja infini
stesimal adalah diferensial tak seksama dan dilambangkan oleh Q.
Apabila sistem A dalam sentuhan termal dengan sistem B, kedua sistem
itu dilingkungi oleh dinding adiabat. Untuk sistem A berlaku:
4
5
Uf Ui = Q + W
Dan untuk sistem B adalah
U'f - U'i = Q' + W
Dengan menjumlahkan kedua sistem, didapatkan:
( Uf + U'f ) ( Ui + U'i ) = Q + Q' + W + W'
Karena ( Uf + U'f ) ( Ui + U'i ) adalah perubahan energi sistem gabungan W + W'
adalah kerja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q + Q' adalah kalor
yang dipindahkan oleh sistem gabungan. Karena sistem gabungan ini dilingkungi
oleh dinding adiabat, maka
Q + Q = 0 dan Q = - Q'
Dengan kata lain, dalam kondisi adiabat, kalor yang dibuang (atau diterima) oleh
sistem A sama dengan kalor yang diterima (atau dibuang) oleh sistem B (Keenan,
1980).
Proses yang menyangkut perubahan infinitesimal dari koordinat
termodinamik suatu sistem dikenal sebagai proses infinitesimal. Untuk proses
seperti itu hukum yang pertama menjadi:
dU = dQ + dW
Jika proses infinitesimal ini kuasi-statik, maka dU dan dW dapat
diungkapkan dalam koordinat termodinamika. Suatu proses kuasi-statik
infinitesimal adalah proses yang sistemnya berpindah dari keadaan setimbang
berikutnya.
Untuk proses kuasi-statik infinitesimal dari suatu hidrostatik, hukum
pertama menjadi
dU = dQ P dV
Dimana U merupakan fungsi dari dua antara koordinat termodinamik dan P tentu
saja merupakan fungsi dari V dan Q. Persamaan yang dituliskan untuk masing-
masing sistem sederhana lainnya
Kalorimeter telah disajikan dalam pertengahan abad ke delapan belas.
Pada saat itu pengukuran hanya terbatas pada daerah temperatur antara titik beku
dan titik didih air. Satuan kalor yang palling sering dipakai disebut kalori dan
didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1
5
6
gram air sebesar 1C. Untuk mengukur jumlah kalor yang dipindahkan antara
suatu sistem dengan sejumlah air, hanya diperlukan dua pengukuran yaitu massa
dan suhu (Petrucci, 1987).
Hukum pertama dari ketiga hukum termodinamika menyatakan bahwa
energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Salah satu ukuran dari perubahan ini ialah
banyaknya kalor yang dilepas atau diserap oleh suatu sistem selama suatu proses
bertekanan tetap yang didefinisikan oleh kimiawan sebagai perubahan entalpi
(H).
Salah satu tujuan utama mempelajari termodinamika dari sudut pandang
kimiawan ialah agar dapat memprediksi apakah suatu reaksi akan terjadi atau
tidak ketika sejumlah pereaksi dicampur pada sekumpulan kondisi tertentu
(misalnya pada suhu, tekanan, dan konsentrasi tertentu). Reaksi yang
sesungguhnya terjadi pada kondisi-kondisi yang dinamakan reaksi spontan. Jika
reaksinya telah terjadi , kita menyebutnya reaksi non spontan.
Jika kita mengasumsikan bahwa proses spontan terjadi dengan tujuan
menurunkan energi suatu sistem, dapat dijelaskan mengapa bola berguling.
Demikian juga, banyak reaksi eksotermik merupakan reaksi spontan.
Untuk memprediksi kespontanan suatu proses, bila perlu mengetahui dua
hal tentang sistem itu. Salah satunya ialah perubahan entalpi, yang hampir setara
dengan E untuk kebanyakan proses. Yang satunya ialah entropi (S), yakni
ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem. Semakin besar
ketidakteraturan, semakin besar entropinya. Sebaliknya, semakin teratur suatu
sistem, semakin kecil entropinya (Chang, 2005).
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik,
seperti telah dijelaskan diatas dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
kalorimeter. Setiap kalorimeter sendiri (wadah logam pengaduk, termometer)
menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena itu
jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter (kapasitas kalor dari kalorimeter.
Biasa juga disebut tetapan kalorimeter k1) perlu diketahui terlebih dahulu.
6
7
7
8
8
9
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan-bahan
Aquades
Tissue
Serbet
Aquadest panas
9
10
10
11
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Perhitungan
T air dingin = 29
T air panas = 45
V air dingin = 50 mL
V air panas = 50 mL
g
air = 1 mL
J
C air = 4,18 gr
T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6 + T7 + T8
T = 8
29+29+29+30+30+30+30+30
= 8
11
12
237
= 8
= 29,625
J
= 50 mL 4,18 gr 15,375
= 3213,375 J
J
= 50 mL 4,18 gr 0,625
= 130,625 J
4.2.4 C Kalorimeter
Qkal
C Kalorimeter = T Tad
3082,75 J
= 29,62529
3082,75 J
= 0,625
J
= 4932,4
4.3 Grafik Perubahan Suhu Sebelum dan Sesudah Penambahan Air Panas
12
13
40
35
30
25
Suhu (C)
20
15
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Waktu (menit)
4.4 Pembahasan
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas.
Setiap kalorimeter mempunyai sifat yang khas dalam mengukur panas. Ini dapat
terjadi karena kalorimeter sendiri mampu menyerap kalor atau panas sehingga
tidak semua panas dapat terukur.
Kapasitas kalor adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk
menigkatkan suhu zat sebesar 1C. kapasitas kalor bergantung pada jumlah zat.
Jenis-jenis kalorimeter ada 2 jenis, yaitu :
1. Kalorimeter Bom
Kalorimeter bom merupakan kalorimeter yang khusus digunakan untuk
menentukan kaor dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan
stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi) dan sejumlah air
yang dibatasi dengan wadah yang panas. Reaksi pembakaran yang terjadi didalam
bom, yang akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Sehingga tidak
ada kalor yang terbuang ke lingkungan.
2. Kalorimeter Sederhana
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nilai C kalorimeter pada percobaan adalah sebesar 4932,4 J/C.
Nilai Q serap dari kalorimeter sebesar 3082,75 J dan Q serap dari air
dingin adalah sebesar 130,625 J.
Sistem kerja dari kalorimeter didasarkan pada proses adiabatik dimana
tidak ada kalor yang masuk kedalam sistem kalorimeter dan tidak ada
kalor yang keluar ke lingkungan.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan berikutnya, pengadukkan pada kalorimeter
dilakukan secara terus-menerus agar hasil yang didapat sesuai dengan teori dan
hasilnya lebih maksimal serta akurat.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
19