Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi dalam bentuk
kalor (reaksi eksoterm) atau menyerap (reaksi endoterm). Termokimia
mempelajari perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia. Jika suatu sistem reaksi
diberikan sejumlah energi dalam bentuk kalor, maka sistem akan melakukan kerja
yang maksimum. Setelah kerja sistem menyimpan sejumlah energi yang disebut
energi dalam.
Suatu panas reaksi tergantung pada jumlah zat yang bereaksi, keadaan
fisika, temperatur, tekanan dan jenis reaksi (P tetap atau V tetap). Panas yang
timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat dalam suatu pelarut disebut panas
pelarutan. Panas pelarutan tergantung jumlah mol pelarut dan zat terlarut.
Kelarutan bergantung pada berbagai jenis kondisi, seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan tersebut dan pada komposisi
pelarutnya.
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisika
dapat diukur dengan suatu alat yang disebut kalorimeter. Setiap kalorimeter
memiliki sifat khas dalam mengukur kalor. Ini terjadi karena komponen-
komponen alat kalorimeter sendiri (wadah logam, pengaduk, termometer)
menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur.
Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan mengukur suhu campuran
air dingin dan air panas yang berguna untuk mengetahui nilai tetapan kalorimeter.
Tetapan kalorimeter merupakan jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter untuk
menaikkan suhu sebesar satu derajat celcius dengan satuannya Jk-1.
Pada percobaan ini kita menentukan tetapan kalorimeter dengan
menggunakan air panas dan air dingin. Digunakan aquades, karena kita mengukur
tetapan standar dari kalorimeter. Sistem kerja dari kalorimeter termasuk didalam
hukum Termodinamika yang pertama. Aplikasi dari hukum pertama

1
2

Termodinamika yaitu termokimia. Termokimia merupakan ilmu yang


mempelajari tentang kalor disertai dengan perubahan fisik atau kimia.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan tentang tetapan kalorimeter agar
dapat mengetahui nilai standar tetapan kalorimeter dan sistem kerja dari
kalorimeter. Serta dapat mengaplikasikannya didalam kehidupan.

1.2 Tujuan Percobaan


Mengetahui nilai C pada kalorimeter dalam percobaan
Mengetahui nilai Q serap kalorimeter dan Q serap air dingin
Mengetahui sistem kerja dari kalorimeter.

2
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Hukum pertama termodinamika telah dinyatakan dalam bentuk yang


sangat umum dan dapat diterapkan dalam proses manapun yang dimulai dan
berakhir dalam keadaan keseimbangan. Bentuk kalor dan kerja telah dianalisis
secara terpisah dan metode-metode telah ditunjukkan untuk menghitung,
mengukur dan menafsirkannya. Semua konsep sekarang telah tesedia untuk
menerapkan termodinamika dalam pembahasan mengenai proses laboratorium
yang khusus. Namun demikian, penerapan tersebut memerlukan data mengenai
sifat-sifat tertentu dari zat yang dipelajari, seperti persamaan keadaan dan
kapasitas kalor. Argumen termodinamika menghasilkan persamaan dan tidak
dapat memberikan nilai aktual sifat-sifat itu, tetapi termodinamika menghasilkan
persamaan yang umum diantara sifat-sifat tersebut. Nilai aktual harus didapatkan
dari metode-metode lain selain termodinamika statistik. Untuk menggambarkan
hal ini, data kapasitas kalor gas ideal diperoleh dari metode diluar termodinamika
dalam paragraf selanjutnya. Termodinamika lalu diterapkan untuk menganalisis
proses tertentu yang dilakukan terhadap gas ideal.
Pasangan kapasitas kalor molar Cv dan Cp gas ideal monoatomik dapat
dihitung dari hasil teori kinetika gas dan persamaan gas ideal. Energi kinetik
translasi rata-rata dari n mol gas ideal adalah:
3
Ek = nRT
2
Rotasi dan vibrasi dan molekul-molekul diatomik atau poliatomik mempunyai
kontribusi tambahan. Namun dalam gas monoatomik, kontribusi ini tidak ada dan
perubahan energi total E yang diukur dalam termodinamika dapat disamakan
dengan perubahan energi kinetik translasi. Jika n mol gas monoatomik diambil
dari suhu T1 ke suhu T2, perubahan energinya adalah:
3 3
E = nR (T2 - T1 )= nR T
2 2

3
4

Ingat bahwa tekanan dan volume tidak mempengaruhi E secara eksplisit (kecuali
melalui perubahan suhu), sehingga hasil ini tidak tergantung perubahan tekanan
atau volume gas.
Perubahan suhu gas ideal pada volume tetap dari sudut pandang
termodinamika. Karena volume tetap, kerja tekanan-volume W harus nol,
sehingga:
E = qv = n Cv T (gas ideal)
(Syukri, 1999).
Kalor adalah perpindahan energi internal. Kalor mengetahui dari satu
bagian sistem ke bagian lain atau dari satu sistem lain karena ada perbedaan
temperatur. Selama pengaliran kita tidak mengetahui proses keseluruhannya,
misalnya keadaan akhirnya. Kalor belum diketahui sewaktu proses berlangsung
ialah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu. Jadi kalor ialah:
t2
Q= dt
t1

Dan hanya bisa ditentukan bila waktu t2-t1 telah berlalu. Hanya setelah aliran itu
berhenti orang bisa mengacu pada kalor-energi internal yang telah dipindahkan
dari suatu sistem bertemperatur lebih tinggi ke sistem yang temperaturnya lebih
rendah.
Tidak benar bila kita mengatakan kalor dalam benda seperti halnya bila
kita mengatakan kerja dalam benda. Pelaksanaan kerja dan aliran kalor metode
untuk mengubah energi internal suatu sistem kita tidak bisa memisahkan atau
membagi internal menjadi bagian termal dan bagian mekanis (Dogra, 2008).
Pada umumnya, kerja yang dilakukan pada atau oleh sistem bukan
merupakan fungsi koordinat sistem tetapi bergantung pada lintasan yang dilalui
sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir. Demikian juga untuk kalor yang
dipindahkan dari suatu sistem. Q bukan merupakan fungsi koordinator
termodinamika, tetapi bergantung pada lintasan. Jadi, sejumlah kerja infini
stesimal adalah diferensial tak seksama dan dilambangkan oleh Q.
Apabila sistem A dalam sentuhan termal dengan sistem B, kedua sistem
itu dilingkungi oleh dinding adiabat. Untuk sistem A berlaku:

4
5

Uf Ui = Q + W
Dan untuk sistem B adalah
U'f - U'i = Q' + W
Dengan menjumlahkan kedua sistem, didapatkan:
( Uf + U'f ) ( Ui + U'i ) = Q + Q' + W + W'
Karena ( Uf + U'f ) ( Ui + U'i ) adalah perubahan energi sistem gabungan W + W'
adalah kerja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q + Q' adalah kalor
yang dipindahkan oleh sistem gabungan. Karena sistem gabungan ini dilingkungi
oleh dinding adiabat, maka
Q + Q = 0 dan Q = - Q'
Dengan kata lain, dalam kondisi adiabat, kalor yang dibuang (atau diterima) oleh
sistem A sama dengan kalor yang diterima (atau dibuang) oleh sistem B (Keenan,
1980).
Proses yang menyangkut perubahan infinitesimal dari koordinat
termodinamik suatu sistem dikenal sebagai proses infinitesimal. Untuk proses
seperti itu hukum yang pertama menjadi:
dU = dQ + dW
Jika proses infinitesimal ini kuasi-statik, maka dU dan dW dapat
diungkapkan dalam koordinat termodinamika. Suatu proses kuasi-statik
infinitesimal adalah proses yang sistemnya berpindah dari keadaan setimbang
berikutnya.
Untuk proses kuasi-statik infinitesimal dari suatu hidrostatik, hukum
pertama menjadi
dU = dQ P dV
Dimana U merupakan fungsi dari dua antara koordinat termodinamik dan P tentu
saja merupakan fungsi dari V dan Q. Persamaan yang dituliskan untuk masing-
masing sistem sederhana lainnya
Kalorimeter telah disajikan dalam pertengahan abad ke delapan belas.
Pada saat itu pengukuran hanya terbatas pada daerah temperatur antara titik beku
dan titik didih air. Satuan kalor yang palling sering dipakai disebut kalori dan
didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1

5
6

gram air sebesar 1C. Untuk mengukur jumlah kalor yang dipindahkan antara
suatu sistem dengan sejumlah air, hanya diperlukan dua pengukuran yaitu massa
dan suhu (Petrucci, 1987).
Hukum pertama dari ketiga hukum termodinamika menyatakan bahwa
energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Salah satu ukuran dari perubahan ini ialah
banyaknya kalor yang dilepas atau diserap oleh suatu sistem selama suatu proses
bertekanan tetap yang didefinisikan oleh kimiawan sebagai perubahan entalpi
(H).
Salah satu tujuan utama mempelajari termodinamika dari sudut pandang
kimiawan ialah agar dapat memprediksi apakah suatu reaksi akan terjadi atau
tidak ketika sejumlah pereaksi dicampur pada sekumpulan kondisi tertentu
(misalnya pada suhu, tekanan, dan konsentrasi tertentu). Reaksi yang
sesungguhnya terjadi pada kondisi-kondisi yang dinamakan reaksi spontan. Jika
reaksinya telah terjadi , kita menyebutnya reaksi non spontan.
Jika kita mengasumsikan bahwa proses spontan terjadi dengan tujuan
menurunkan energi suatu sistem, dapat dijelaskan mengapa bola berguling.
Demikian juga, banyak reaksi eksotermik merupakan reaksi spontan.
Untuk memprediksi kespontanan suatu proses, bila perlu mengetahui dua
hal tentang sistem itu. Salah satunya ialah perubahan entalpi, yang hampir setara
dengan E untuk kebanyakan proses. Yang satunya ialah entropi (S), yakni
ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem. Semakin besar
ketidakteraturan, semakin besar entropinya. Sebaliknya, semakin teratur suatu
sistem, semakin kecil entropinya (Chang, 2005).
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik,
seperti telah dijelaskan diatas dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
kalorimeter. Setiap kalorimeter sendiri (wadah logam pengaduk, termometer)
menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena itu
jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter (kapasitas kalor dari kalorimeter.
Biasa juga disebut tetapan kalorimeter k1) perlu diketahui terlebih dahulu.

6
7

Alat yang paling penting untuk mengukur U adalah kalorimeter bom


adiabatik. Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal didalam
wadah bervolume tetap yang disebut bom. Bom tersebut direndam didalam bak air
luar. Temperatur air di dalam bak luar dipantau dan diatur sampai nilainya sama.
Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya kalor yang hilang sedikitpun
dari kalorimeter ke lingkungannya (bak-air) sehingga kalorimeter itu adiabatik.
Jika kerja dilakukan sistem hanya dipandang sebagai kerja tekanan
volume, kalor reaksi yang diukur pada tekanan tetap dinyatakan dengan
perubahan entalpi H sementara itu kalor reaksi yang diukur pada volume tetap
dinyatakan dengan perubahan energi dalam U.
Perubahan temperatur t dari kalorimeter yang dihasilkan dari reaksi
sebanding dengan energi yang dibebaskan dari reaksi sebanding dengan energi
yang dibebaskan atau diserap sebagai kalor. Oleh karena itu dengan mengukur T
kita dapat menentukan q sehingga kita dapat mengetahui U. Konvensi dari T
menjadi q tidak bisa lepas dari kapasitas kalor C adalah koefisien pembanding
antara energi yang diberikan sebagai kalor dan kenaikan temperatur yang
disebabkannya (Atkins, 1990).
Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi dalam bentuk
kalor, yaitu dengan cara melepaskan kalor (reaksi eksoterm) atau menyerap kalor
dalam suatu reaksi kimia. Jika suatu sistem reaksi diberikan sejumlah energi
dalam bentuk kalor (q), maka sistem akan melakukan kerja yang maksimum (W =
P.V). Setelah kerja sistem menyimpan sejumlah energi yang disebut energi
dalam (u). Secara matematis, perubahan energi dalam dirumuskan sebagai berikut:
U = q V
Jumlah kalor dari hasil reaksi kimia dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
kalorimeter. Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhu satu
derajat disebut tetapan kalorimeter, satuannya Jk-1.
Hubungan kedua besaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan
H = V + PV. Dan untuk reaksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol
gas dengan asumsi gas ideal, persamaan menjadi V = U + nRT.

7
8

Panas pelarutan integral didefinisikan sebagai perubahan entalpi jika 1 mol


zat yang dilarutkan dalam jumlah larutan yang tak terhingga, sehingga
konsentrasinya tidak berubah dengan penambahan 1 mol zat terlarut. Jadi panasan
pelarutan didefinisikan bergantung pada konsentrasi larutan. Secara matematik
didefinisikan sebagai yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat
terlarut, dan panas pelarutan diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan
kemiringan kurva pada setiap konsentrasi. Jadi, panas pelarutan diferensial
tergantung pada konsentrasi larutan (Dogra, 2008).

8
9

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Kalorimeter
Beaker Glass
Termometer
Gelas ukur
Stopwatch
Botol semprot
Pipet tetes
Hot plate
Bahan isolasi
Batang pengaduk
Corong kaca

3.1.2 Bahan-bahan
Aquades
Tissue
Serbet
Aquadest panas

3.2 Prosedur Percobaan


Dirangkai alat kalorimeter
Diukur 50 ml aquades dengan gelas ukur
Dimasukan aquades ke dalam kalorimeter
Diaduk
Dicatat suhu air dalam kalorimeter setiap 30 detik sampai menit ke 4
Dimasukkan air panas sebanyak 50 ml dengan suhu 45C

9
10

Dicatat suhu air yang ada didalam kalorimeter


Diaduk sampai menit ke 8
Dicatat suhu air dalam kalorimeter setiap 30 detik sampai menit ke 8

10
11

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


No Waktu (menit) Suhu (C) Waktu (menit) Suhu (C)
1 0 29 Penambahan air panas 45 C 31
2 0,5 29 4,5 35
3 1,0 29 5,0 34
4 1,5 30 5,5 33
5 2,0 30 6,0 33
6 2,5 30 6,5 32
7 3,0 30 7,0 32
8 3,5 30 7,5 32
9 4,0 30 8,0 32

4.2 Perhitungan
T air dingin = 29
T air panas = 45
V air dingin = 50 mL
V air panas = 50 mL
g
air = 1 mL
J
C air = 4,18 gr

massa air = air V air


g
= 1 mL 50 mL
= 50 gram

T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6 + T7 + T8
T = 8
29+29+29+30+30+30+30+30
= 8

11
12

237
= 8

= 29,625

4.2.1 Q Lepas Air Panas


Qap = m c (Tair panas T)
J
= 50 mL 4,18 gr (45 29,625)

J
= 50 mL 4,18 gr 15,375

= 3213,375 J

4.2.2 Q yang Diserap Air Dingin


Qad = m c (T Tair dingin )
J
= 50 mL 4,18 gr (29,625 29)

J
= 50 mL 4,18 gr 0,625

= 130,625 J

4.2.3 Q Serap dari Kalorimeter


Q = Qap Qad
= 3213,375 J 130,625 J
= 3082,75 J

4.2.4 C Kalorimeter
Qkal
C Kalorimeter = T Tad
3082,75 J
= 29,62529
3082,75 J
= 0,625

J
= 4932,4
4.3 Grafik Perubahan Suhu Sebelum dan Sesudah Penambahan Air Panas

12
13

40

35

30

25
Suhu (C)

20

15

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Waktu (menit)

4.4 Pembahasan
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas.
Setiap kalorimeter mempunyai sifat yang khas dalam mengukur panas. Ini dapat
terjadi karena kalorimeter sendiri mampu menyerap kalor atau panas sehingga
tidak semua panas dapat terukur.
Kapasitas kalor adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk
menigkatkan suhu zat sebesar 1C. kapasitas kalor bergantung pada jumlah zat.
Jenis-jenis kalorimeter ada 2 jenis, yaitu :
1. Kalorimeter Bom
Kalorimeter bom merupakan kalorimeter yang khusus digunakan untuk
menentukan kaor dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan
stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi) dan sejumlah air
yang dibatasi dengan wadah yang panas. Reaksi pembakaran yang terjadi didalam
bom, yang akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Sehingga tidak
ada kalor yang terbuang ke lingkungan.
2. Kalorimeter Sederhana

13
14

Kalorimeter sederhana dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter sederhana


digunakan untuk pengukuran kalor reaksi yang memiliki tekanan tetap.
Kalorimeter sederhana biasa digunakan untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya reaksi netralisasi asam-basa /
netralisasi pelarutan dan pengendapan). Pada kalorimeter ini, kalor reaksi= jumlah
kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan. Hal tersebut dilakukan.
Fungsi perlakuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
Pemanasan agar dapat membuat aquades memiliki suhu yang tinggi.
Pengukuran suhu agar dapat mengetahui suhu air pada tiap 30 detik.
Pengukuran volume agar dapat mengetahui volume air yang diinginkan sesuai
dengan prosedur.
Pada percobaan ini digunakan bahan yakni aquades. Hal ini karena, pada
percobaan tetapan kalorimeter, kita akan menentukan nilai ketetapan standar pada
kalorimeter. Karena yang kita tentukan adalah nilai standar, maka digunakanlah
aquades. Karena aquades merupakan bahan atau reagen atau pelarut yang biasa
digunakan dalam standar.
Kapasitas panas adalah kalor jenis yang didefinisikan sebagai jumlah
panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1C. Kapasitas
panas bersifat ekstensif yang berarti bahwa jumlahnya tergantung dari besarnya
sampel.
Isotermal merupakan proses untuk mempertahankan suhu (suhu
masuk=suhu keluar). Jika suhu suatu bahan atau zat masuk = suhu zat keluar,
maka energi didalam bahan tersebut tidak berubah. Isotermal juga merupakan
suatu perubahan dari suatu sistem dimana suhu tetap konstan: T=0. Ini biasanya
terjadi ketika suatu sistem berada dalam kontak dengan reservoir panas luar dan
perubahan terjadi perlahan cukup untuk memungkinkan sistem untuk terus-
menerus menyesuaikan diri dengan suhu reservoir melalui panas pertukaran.
Isokhorik disebut juga isovolumetrik atau proses isometrik atau proses
volume konstan. Isokhorik merupakan sebuah proses termodinamika yang selama
itu volume dari sistem tertutup menjalani proses tersebut tetap konstan. Dalam

14
15

istilah non-teknis, proses isokhorik dicontohkan oleh pemanasan atau pendinginan


dari isi wadah non-mampu deformasi bersegel.
Endotermal atau reaksi endoterm adalah reaksi yang memerlukan energi
atau menyerap energi dari lingkungan ketika reaksi terjadi. Umumnya reaksi ini
menghasilkan suhu dingin. Contohnya adalah fotosintesis.
Eksotermal atau reaksi eksoterm adalah reaksi yang mengeluarkan energy
atau menghasilkan energi ketika reaksi terjadi. Umumnya reaksi ini menghasilkan
panas. Contohnya adalah nyala api unggun.
Asas penggunaan kalorimeter adalah asas Black. Setiap dua benda atau
lebih dengan suhu berbeda dicampurkan maka benda yang bersuhu lebih tinggi
akan melepaskan kalornya, sedangkan benda yang suhunya lebih rendah akan
menyerap kalor hingga mencapai keseimbangan yaitu suhunya sama. Pelepasan
dan penyerapan kalor ini besarnya harus imbang. Kalor yang dilepaskan sama
dengan kalor yang diserap. Sehingga berlaku hokum kekekalan energi. Pada
sistem tertutup, kekekalan energi panas (kalor) ini dapat dituliskan sebagai
berikut:
Q lepas = Q terima
Dengan Q = m.c.T
Dimana :
Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kgC)
T = kenaikkan atau perubahan suhu zat (C)
Fungsi perlakuan pada percobaan ini adalah :
Pengadukkan dilakuka agar suhu dalam air merata
Penutupan kalorimeter agar tidak terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan atau sebaliknya.
Fungsi aquadest dalam percobaan ini adalah sebagai media untuk
perambatan kalor dalam kalorimeter.
Pada percobaan tetapan kalorimeter ini digunakan awalnya aquadest
dingin. Aquadest dingin diukur suhu awalnya yaitu 29C. Kemudian dikocok

15
16

terus-menerus hingga menit ke empat dan setiap 30 detik dicatat perubahan


suhunya. Setengah menit (30 detik) pertama hingga menit ke 1,0 suhu aquadest
adalah 29C. Pada menit ke 1,5 hingga menit ke 4,0 suhu aquadest adalah 30C.
Pengocokkan dihentikan pada menit ke 4. Kemudian ditambah dengan aquadest
panas yang memiliki suhu 45C sehingga suhunya menjadi 31C. Pengocokkan
dilanjutkan kembali hingga menit ke 8. Pada menit ke 4,5 suhu campuran adalah
35C. Pada menit ke 5,0 suhu campuran menjadi 34C. Pada menit ke 5,5 hingga
menit ke 6,0 suhu campuran menjadi 33C. pada menit ke 6,5 hingga menit ke 8,0
suhu campuran adalah 32C.
Dari hasil perhitungan, massa air yang digunakan adalah sebesar 50 gram.
Suhu rata-rata dari aquadest dingin adalah sebesar 29,625C. Kalor yang dilepas
air panas (Qap) adalah sebesar 3213,375 J. Kalor yang diserap oleh air dingin (Qad)
adalah sebesar 130,625 J. Kalor yang diserap oleh kalorimeter adalah sebesar
3082,75 J. Kapasitas kalorimeter (C) yang didapat dari hasil perhitungan adalah
sebesar 4952,4 J/C.
Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan
oleh Joseph Black. Asas ini menyatakan :
Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang
panas memberikan kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya
sama.
Jumlah kalor yang disetiap benda dingin sama dengan kalor yang diserap
benda panas.
Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan.
Fungsi alat pada percobaan ini adalah :
Kalorimeter untuk tempat sempel dan tempat pengocokkan sampel
Termometer untuk mengukur suhu
Gelas ukur untuk mengukur volume sampel.
Faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Kurang teliti dalam mengukur suhu sehingga suhu tidak stabil

16
17

Kurang cermat dalam pengocokkan sehingga suhunya turun dan tidak


mengalami kenaikkan
Kurang bersih dalam mencuci alat sehingga mempengaruhi hasil reaksi.
Prinsip percobaan tetapan kalorimeter kali ini adalah menurut Asas Black
yang mengatakan bahwa banyaknya kalor yang dilepas sama dengan jumlah kalor
yang diterima, serta berdasarkan pertambahan energi akibat sistem yang dikenai
kerja tanpa energi yang keluar ke lingkungan dan tidak ada energi masuk ke
sistem, ini merupakan proses adiabatik.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu pemanas ruangan biasa dengan
elemen pemanas logam memanaskan ruangan, kopi dalam cangkir, kopi keramik
yang menjadi dingin, kipas angin disertakan dalam pemanas, menggosokkan
tangan kita pada saat suhu dingin, penggorengan beralas tembaga, boilen di
stasiun pembangkit, menyimpan energi termis seperti dalam sistem pemanasan
solar atau matahari, efek inesilasi pada botol, saat menyetrika baju dengan setrika,
mancairnya es batu dan masih banyak lagi yang dapat kita temukan di sekitar
lingkungan.

17
18

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Nilai C kalorimeter pada percobaan adalah sebesar 4932,4 J/C.
Nilai Q serap dari kalorimeter sebesar 3082,75 J dan Q serap dari air
dingin adalah sebesar 130,625 J.
Sistem kerja dari kalorimeter didasarkan pada proses adiabatik dimana
tidak ada kalor yang masuk kedalam sistem kalorimeter dan tidak ada
kalor yang keluar ke lingkungan.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan berikutnya, pengadukkan pada kalorimeter
dilakukan secara terus-menerus agar hasil yang didapat sesuai dengan teori dan
hasilnya lebih maksimal serta akurat.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasr Jilid 2 Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga

Dogra, S.K. 2008. Kimia Fisika 1. Malang: JICA

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB

19

Anda mungkin juga menyukai