Anda di halaman 1dari 5

Nama : Victorya Jappolie

NPM : 2017130002

Mengenal Lebih Dalam Suku Korowai


PAPUANEWS.ID Disebelah selatan Pulau Papua, terdapat daerah ber-rawa yang sangat
eksotis, diapit dua sungai besar dan gunung di sebelah utara. Walaupun daerah itu sulit
ditinggali, kawasan seluas 600 km persegi tersebut bukanlah tak bertuan. Daerah itu menjadi
kekuasaan Suku Korowai.Suku Korowai baru diketahui keberadaannya pada tahun 1970 oleh
seorang misionaris Belanda, dengan jumlah populasi sekitar 3000 orang
Suku Korowai ini juga merupakan salah satu suku di daratan Papua yang tidak
menggunakan KOTEKA. Mereka sehari hari hanya mengenakan pakaian dari dedaunan.Suku
Korowai tinggal di rumah yang dibangun diatas pohon, yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa
rumah bahkan bisa mencapai ketinggian 50 meter dari permukaan tanah. Tujuan pembangunan
rumah ini adalah untuk menghindari banjir, gangguan binatang buas, dan gangguan makhluk
halus. Menurut kepercayaan semakin tinggi rumah, semakin jauh dari gangguan makhluk halus.
Setiap hari mereka hidup dengan mengkonsumsi berbagai macam hasil alam, seperti sagu,
pisang, sagu, palem, ubi, dan lain-lain. Mereka juga memakan hasil buruan, seperti burung
Kasuari, ular, kadal, rusa, babi hutan, larva kumbang, dan ulat sagu.
Masyarakat Suku Korowai mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging manusia. Namun
hal itu tidak dilakukan secara sembarang. Berdasar kepercayaan setempat, Suku Korowai hanya
membunuh manusia yang dianggap melanggar aturan terhadap kepercayaan mereka. Misalnya
jika diketahui jika orang tersebut adalah tukang sihir ( Khuakhua ). Warga yang dicurigai sebagai
Khuakhua akan diadili. Jika banyak bukti yang memberatkan, maka ia akan segera dibunuh dan
dimakan.
Anggota tubuh Khuakhua yang mati dibagikan ke seluruh warga. Otaknya dimakan selagi
masih hangat. Setelah memakan habis daging Khuakhua, mereka akan menangis semalaman
sambil memukul mukul dinding rumah tinggi mereka. Orang yang membunuh Khuakhua
berhak menyimpan tengkoraknya.
Jadi bagi masyarakat Suku Korowai, membunuh dan memakan daging manusia adalah
bagian dari sistem peradilan pidana. Namun ritual itu sudah jauh berkurang, sejak mereka mulai
mengenal dunia luar. Bahkan untuk saat ini sudah tidak pernah dilakukan lagi.
Sejak tahun 1980, sebagian masyarakat Suku Korowai sudah pindah ke desa yang baru
dibuka, baik oleh pemerintah maupun swasta ( misionaris ). Namun tingkat hunian masih rendah,
karena mereka sering kembali ketempat semula, dengan alasan jauhnya jarak desa dengan
sumber makanan. Anak anak Suku Korowai sudah banyak yang sukses. Banyak yang sudah
sarjana. Kapten Pilot Christian Aries Donald Bewerbo adalah salah satu contoh putra asli Suku
Korowai yang sukses. Saat ini Beliau menjadi pilot, dan mengoperasikan pesawat jenis Air Bus
di Air France, Paris, Perancis. Walaupun begitu, harus diakui bahwa pembangunan masyarakat
Suku Korowai belum seperti yang diharapkan. Kehidupan mereka relatif stagnan ( jalan ditempat
). Perlu perhatian yang lebih serius dari Pemda di mana Suku Korowai tinggal ( Boven Digoel,
Mappi, Asmat, dan Yahukimo ).

Sumber: http://papuanews.id/2017/06/23/mengenal-lebih-dalam-suku-korowai/
Suku Korowai Papua
Suku Korowai merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang berasal dari Papua,
tepatnya di sebelah selatan Papua yang diapit oleh dua sungai besar dan gunung gunung di
sebelah utrara. Suku Korowai berpopulasi kira kira sebanyak 3000 orang. Suku ini ditemukan
oleh misionaris belanda bernama Johannes Veldhuizen. J. Veldhuizen membawa misi reformasi
Belanda yaitu menyebarkan injil injil. Sekitar tahun 1985, J. Veldhuizen bekerja sama dengan
gereja-gereja reformasi di Indonesia bersama Henk Venema, Gert Van Enk dan Lourens de Vries
bahkan menjelajah tanah Korowai. Para missionaris tersebut meninggalkan Korowai (Yaniruma)
pada 1990. Sebelum meninggalkan Korowai, para misionaris asal Belanda kalah itu cukup
mempromosikan suku Korowai di Indonesia dan luar negeri. Buktinya, pada 1980-an pemerintah
Indonesia membentuk kecamatan di daerah ini, basisnya di Kouh dan dikepalai oleh Daminikus
Amutapai.

Tidak lama kemudian suku ini menarik


perhatian melalui kru film kontroversial
Amerika yang dipimpin oleh Judy Halett
bersama antropolog Paul Taylor dari
Smithsonian Institution. Melalui ini lah Suku
Korowai terkenal dengan suku kanibal,
karena dalam narasi film ini jelas dikatakan
bahwa kanibalisme sebagai hukuman tertinngi
yang ada dalam sistem peradilan bagi orang Korowai.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembalasan dan hukuman bagi dukun jahat. Hal ini
bermula karna banyaknya kematian misterius warga korowai sehingga mereka percaya bahwa
ada penyihir jahat (dukun) yang membuat kematian ini terus terjadi. Sehingga mereka akan
mecari orang yang dicurigai sebagai penyihir jahat lalu dibunuh, bagian tubuh orang akan
dibagi antara anggota suku dan kemudian dimakan. Orang yang menemukan si penyihir jahat
ini memiliki hak untuk menyimpan tengkorak orang yang telah mati. Oleh karena itu hingga saat
ini banyak orang yang tidak berani masuk ke wilayah suku korowai namun mereka sudah mulai
meninggalkan kebiasaan kebiasaan mereka.
Suku ini membangun rumah diatas
pohon setinggi 15 meter hingga 50 meter.
Mereka membangun rumah di atas pohon
untuk menghindari binatang buas dan
gangguan roh jahat. Suku korowai
percaya bahwa, semakin tinggi rumah
mereka, semakin jauh dari gangguan roh-
roh jahat. Bahan yang digunakan untuk
membuat rumah pohon berasal dari hutan

dan rawa di sekitar mereka, seperti kayu,


rotan, akar dan ranting pohon.

Rumah pohon suku Korowai sangat


alamiah. Semua bahan terbuat dari alam,
kerangka terbuat dari batang kayu kecil-
kecil dan lantainya dilapisi kulit kayu.
Dinding dan atapnya menggunakan kulit
kayu atau anyaman daun sagu. Untuk
mengikat, semua menggunakan tali.
Semua proses pembuatan rumah
dilakukan dengan menggunakan tangan.

Masyarakat Korowai menjalani


kehidupannya dengan cara berburu.
Hampir semua tanaman atau hewan yang
ada di hutan biasa mereka makan. Mereka
buat sendiri alat penunjang perburuan,
seperti kapak yang terbuat dari batu
maupun tombak untuk mempermudah
mereka menangkap ikan di sungai-sungai. Meski begitu, suku ini sudah lama punya kebiasaan
berkebun. Mereka menanam buah-buahan dan sayuran hijau. Layaknya warga Papua, sagu
adalah santapan utama mereka. Suku ini juga memelihara anjing liar yang siap membantu
mereka ketika berburu.

Menurut saya suku ini harus dilestarikan sebab meskipun mereka memiliki tradisi yang
cukup mengerikan tetapi juga mereka memiliki nilai dan hasil yang dapat dicontoh. Seperti
rumah yang mereka tinggali itu pasti dari hasil kerjasama orang orang suku korowai. Dan
untuk tradisi memakan orang, menurut saya itu dikarenakan orang orang yang belum mengenal
dunia luar dan kepercayaan pada mistis. Setelah mereka mengenal dunia luar mereka pasti dapat
mengurangi tindak tersebut

Anda mungkin juga menyukai