Anda di halaman 1dari 20

SURAT KEPUTUSAN

Nomor :
Tentang

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI LINGKUNGAN


RUMAH SAKIT DAN CARA PENANGANANNYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT

Menimbang : a. Bahwa di lingkungan RSI Siti Khadijah Palembang pada


beberapa bagian yang memakai dan menyimpan Bahan
Berbahaya dan Beracun sehingga dapat menimbulkan resiko
kebakaran, peledakan, penularan infeksi, dan pemaparan radiasi
yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar.
b. Bahwa untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pasien,
karyawan, pengunjung dan masyarakat sekitar dari resiko yang
telah disebutkan pada butir a. Maka seyogyanya setiap bahan
berbahaya dan beracun di lingkungan RSI Siti Khadijah
Palembang dapat diketahui dan diidentifikasi.
c. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja di RSI Siti Khadijah Palembang, maka
dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan-ketentuan tentang
pengamanan dan penanganan Bahan berbahaya dan Beracun di
RSI Siti Khadijah Palembang.

Mengingat : 1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 472/Menkes/V/1996
tentang pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 986/Menkes/XI/1992
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Standar Akreditasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Memberlakukan / menetapkan bahan/zat yang tercantum pada


lampiran Surat Keputusan ini dinyatakan sebagai Bahan
Berbahaya dan Beracun.
2. Pengamanan Bahan Berbahaya dan Beracun dilakukan dengan
cara penyimpanan pada Ruangan Penyimpanan yang
ditentukan, penyediaan sarana dan fasilitas bila terjadi paparan
terhadap manusia dan penyediaan petunjuk penanganan bila
terpapar.
3. Sifat-sifat Bahan Berbahaya dan Beracun, cara pengamanan
bahan dan petunjuk penanganan bila terpapar dinyatakan dalam
Material Safety Data Sheet (MSDS) yang terdapat pada
kemasan.

1
4. Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertanggung jawab
terhadap sosialisasi, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut
terhadap pelaksanaan ketentuan ini.
5. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam Surat Keputusan ini, akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Palembang
Pada tanggal :
RSI Siti Khadijah

DIREKTUR UTAMA

Drg. Hj. Romayana Amran, MMKes


NIK : 011197116

2
RS Islam Siti Khadijah
Palembang PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00 1/1
Jl. Demang Lebar Daun
Palembang

Tanggal Terbit
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR UTAMA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Drg. Hj. Romayana Amran, MMKes


NIK : 011197116

PENGERTIAN Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau zat yang
mempunyai karakteristik mudah terbakar, mudah meledak,
beracun bersifat reaktif koroksif atau menyebabkan infeksi.

Bahan Mudah Terbakar


Bahan yang apabila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan, mudah menyala / terbakar
dan apabila telah nyala akan terus terbakar dalam waktu lama.

Bahan Mudah Meledak


Bahan yang melalui reaksi kimia dapat meghasilkan gas dengan
suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan cepat merusak
lingkungan sekitar.

Bahan Bersifat Reaktif


Bahan yang mudah menyebabkan kebakaran atau ledakan
karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi karena
mengalami oksidasi.

Bahan Korsif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja.

Bahan Infeksious
Bahan yang berbahaya bagi lingkunagn karena mengandung
kuman penyakit yang dapat menular.

Bahan Beracun
Adalah bahan yang mengandung racun berbahaya bagi manusia
dan lingkunagn karena dapat menyebabkan kematian atau sakit
serius.

3
Bahan Iritan
PENGERTIAN
Adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit
dan selaput lendir

Material Safety Data Sheet ( MSDS )


Lembar data pengaman bahan adalah lembar petunjuk yang
berisi informasi tentang sifat fisik, kimia dari bahan berbahaya
dan beracun, cara pengamanan dan tindakan khusus yang dapat
dilakukan dalam keadaan darurat apabila terpapar bahan
berbahaya dan beracun.

Prosedur ini dimaksudkan agar setiap karyawan dapat mengenal


TUJUAN
dan memenuhi, bahan-bahan yang potensi dapat menyebabkan
bahaya atau racun pada tubuh serta mencegah dan menghindari
terjadinya pemaparan bahan berbahaya dan beracun dengan
mengikuti petunjuk penanganan termasuk penggunaan alat
pelindung diri yang tepat.

SK Direktur tentang keselamatan dan keselamatan kerja di


KEBIJAKAN
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

I. Pemesanan
KETENTUAN
1. Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dapat
dilakukan apabila disertai permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh kepala bagian farmasi.
2. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun
menggunakan nota pemesanan yang terpisah dengan
bahan yang tidak termasuk bahan berbahaya dan
beracun.
3. Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa
bahan yang dipesan merupakan B3.
4. Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang
terdaftar pada balai POM atau Departemen perindustrian
dan perdagangan.
5. Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas
nama bahan, nama dagang, nama kimia, jumlah yang
dipesan nama dan alamat distributor..
6. Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyatan
bahwa pihak distributor akan melampirkan MSDS pada
saat penyerahan B3.
7. Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang
berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001
tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun .
8. Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan
penggunaan terbatas sesuai dengan peraturan
pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolan
bahan berbahaya dan beracun harus mendapat
persetujuan PK3RS dengan masa berlaku 1 tahun.

II. Penyerahan Barang


1. Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus
mencatumkan dengan jelas nama bahan, nama dagang,
nama kimia, jumlah bahan, nama distributor, dan nama
pengimpor / produsen.

4
2. Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar
data pengaman bahan ( Material Safety Data Sheet )
yang berisi merek dagang, rumus kimia jenis B3,
klasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara
penggunaan bila kecelakaan
3. Pada saat diserahkan, B3 harus memenehui syarat
sebagai berikut :
Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak.
Wadah kemasan tidak bocor.
Tidak berkarat.
Tidak rusak.
Disertai dengan penandaan nama dagang, nama
bahan, berat yang sesuai dengan yang tertera pada
nota penyerahan bahan.
4. Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda
peringatan sesuai dengan jenis dan bahayanya. Simbol
bahaya dan petunjuk P3K yang mudah dilihat, dibaca,
dimengerti dan tidak luntur.
5. Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima
apabila :
Dokumen tidak lengkap.
Sudah kadaluarsa.
Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak
cocok.
6. Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepala
petugas bagian logistik sedangkan bahan langsung
ditempatkan Pada ruang Penyimpanan B3.

III. Penanganan Bahan Kimia

III.1.Panandaan
1. Setiap bahan berbahaya dan beracun harus
diberikan penandaan agar dapat dikenali oleh setiap
orang.
2. Penandaan meliputi nama bahan, nama kimia dan
simbol bahan berbahayaan beracun ( B3 ).
3. Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan
luar/pembungkus bahan, dengan tulisan dan simbol
yang jelas, mudah terbaca, tidak mudah terlepas dan
bertahan lama
4. Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan
B3 mengacu pada ketentuan yang berlaku yaitu
sebagai berikut

BAHAN IRITASI

5
BAHAN TOKSIK

BAHAN KOROSIF

BAHAN MUDAH MELEDAK

BAHAN OKSIDATOR

BAHAN MUDAH TERBAKAR

6
III.2.Tatacara Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan
beracun setiap karyawan harus menghindari
terjadinya inhalasi bahan, penyerapan melalui kulit,
tertelan melalui mulut, atau kontak langsung dengan
peralatan/bahan yang terkantaminasi.
2. Pengambilan bahan kimia cair dengan
mempergunakan pipet yang disedot dengan mulut
tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan
tertelannya bahan kimia tersebut.
3. Dalam menuang bahan kimia cair, tidak boleh
dilakukan dengan terburu- buru yang sampai
mengotori label.
4. Sebelum menuang bahan kimia, pekerja harus
membaca dengan teliti label kimia. Apabila label
sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak
diperkenankan mengambil bahan kimia dari
kontainer.
5. Apabila menuang bahan kimia cair dari kontainer
yang besar ke dalam gelas ukur yang kecil maka
gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah.
6. Setiap pekerja yang menangani bahan kimia
berbahaya dan beracun harus mempergunakan
sarung tangan gown, sepatu tertutup dan celana
pendek, baju lengan diperkenankan dan sepatu yang
terbuka apabila bekerja dengan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun.
7. Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan
apabila sedang bekerja dengan bahan kimia
berbahaya dan beracun.
8. Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia
yang berlebih setelah dituangkan kedalam wadah
semula karena hal ini akan dapat menimbulkan suatu
reaksi kimia yang berbahaya. Harus dilupayakan
pengambilan bahan secara tepat tanpa berlebihan.
9. Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan
kimia, tidak diperkenankan meninggalkan tempat
sehingga proses pencampuran/ reaksi tidak diawasi.
10. Tidak diperkenankan mencicipi/merasa bahan kimia
jenis apapun. Apabila harus mencium bahan kimia
maka lakukan sehingga hanya sebagai kecil uap
yang masuk kehidung.
11. Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lapis,
atau buku dalam ruang berisi bahan kimia karena
bisa terkontaminasi oleh bahan kimia.

III.3.Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun


1. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat
bahan kimia berbahaya maka bahan kimia
berbahaya dan beracun harus disimpan.
Dipergunakan dan dibuang dengan cara yang sesuai
tertentu.
2. Setiap bagian dan setiap personal dirumah sakit
harus melakukan secara benar seluruh ketentuan
penyimpanan, penggunaan dan pembuangan bahan
kimia berbahaya dan beracun.

7
3. Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia
berbahaya dan beracun dalam jumlah besar dan
jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai
rungan penyimpanan khusus.
4. Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus
diberikan label yang benar agar tidak terjadi
pencampuran bahan yang tidak sesuai.
5. Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus
diperiksa secara teratur untuk mendeteksi kebocoran
atau kerusakan wadah.
6. Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban
yang tinggi harus dikeringkan sebelum dipergunakan.
7. Sampah yang berasal dari bahan kimia harus
dibuang pada kontainer yang telah disiapkan khusus
untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada
sampah untuk bahan kimia lain.
8. Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spiritus
dalam ruang berisi bahan kimia apabila tidak
diinstruksikan.
9. Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada
keretakan atau tidak karena akan menyebabkan
cedera serius apabila terjadi kebocoran bahan kimia.
10. Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia
maka setiap bahan kimia dengan konsentrasi yang
tinggi harus disimpan dalam ruangan suhu yang lebih
rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut.
11. Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau
terbakar harus diidentifikasi titik nyala dari bahan
tersebut.
12. Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa
beberapa bahan kimia padat tidak boleh terkena air,
terkena pemanasan. Terjadi gesekan atau terkena
cahaya/sinar matahari karena akan mudah terbakar.
13. Setiap karyawan harus mengetahui dari Alat
Pemadam Api Ringan ( APAR ), tempat pembilasan,
dan mengetahui cara mempergunakan peralatan
tersebut.
14. Setelah kejadian pemaparan, kecelakan peledakan
atau adanya tumpahan bahan, karyawan harus
segera memberitahukan kepala bagiannya atau
atasan langsung.

IV. Penanganan Bahan Gas


1. Penggunaan Gas yang tidak benar dapat menimbulkan
peledakan, kebakaran, keracunan intoksidasi akibat
inhalasi gas atau dapat mencederai kulit. Karena di rumah
sakit terdapat banyak jenis gas yang berbahaya dengan
efek yang bermacam-macam maka dibuat beberapa
ketentuan umum yang berlaku untuk semua tindakan
yang mempergunakan gas.
2. Pemakaian lampu spiritus ( Bunsen ) pada daerah yang
mengandung gas harus dilakukan dengan sangat hati
hati dan hanya dapat dilakukan apabila tidak terdapat
kebocoran gas. Lampu spiritus harus segera dimatikan
apabila tidak dipergunakan. Apabila sedang ada nyala api
maka tidak diperkenankan menggunakan oksigen.

8
3. Merokok dilarang di seluruh bagian, seluruh tempat
tindakan di rumah sakit apabila ditempatkan gas dan
penganan yang mempergunakan gas.
4. Penyimpanan gas apabila memungkinkan di tempat yang
berjauhan dengan pusat kegiatan pelayanan dan
dilindungi dari pemaparan suhu tinggi.
5. Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung
yang tidak berlabel tidak boleh dipergunakan karena
sangat membahayakan.
6. Seluruh staf harus mengetahui tata cara mengidentifikasi
gas berdasarkan kode warna yang disepakati.
7. Pengangkutan tabung gas dan pengisian gas harus
mempergunakan troli yang menahan tang gas tidak jatuh.
8. Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi
tumpahan gas pada pakaian atau lantai.
9. Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian
pelindungan masker, sarung tangan dan baju lengan
panjang.

V. Penyimpanan Bahan Bebahaya Dan Beracun


5.1 Persyaratan Umum Ruang Penyimpanan
1. Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Kedap air, tidak bocor, ada ventilasi untuk
mencegah akumulasi gas, lubang angin harus
dilengkapi dengan kasa penutup agar burung dan
binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan
yang mencangkupi.
Instansi penerangan harus tidak menimbulkan
ledakan, dengan memasang lampu penerangan
minimal 1 meter di atas kemasan dan semua
saklar untuk ruang bahan mudah tebakar
tepasang dari sisi luar.
Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan
memadai misalnya wastafel untuk terpapar
bahan berbahaya dan beracun.
Tersedia sistem pemadam kebakaran dan
deteksi kebakaran yang sesuai dengan luas
ruang dan jenis bahan yang disimpan.
Tersedia pembangkit listrik cadangan yang
berfungsi secara otomatik apabila terjadi
gangguan aliran listrik.
Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada
kecelakaan dalam jumlah dan jenis yang
memadai.
Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan
harus tersedia agar memudahkan komunikasi
dengan bagian lain.
Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai
pompa penyedot tumpahan B3 yang juga
berfungsi menyedot tumpahan cair
Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban
disetiap ruang penyimpanan bahan berbahaya
dan beracun
Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena
cahaya matahari secara langsung karena dapat
menyebabkan terjadi reaksi kimia pda bahan

9
kimia yang tidak stabil
Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan
beracun dinyatakan sebagai restricted area
sehingga setiap orang yang tidak berkepentingan
tidak diperkenan masuk.
Semua sistem pengamanan ruangan
penyimpanan bahan kimia harus diperiksa
sekurang-kurangnya setiap bulan.
Setiap hasil pemeriksaan harus
didokumentasikan dilaporkan ke PK3RS.

2. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus


mengikuti ketentuan sebagai berikut ;
Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2 x 2
kemasan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhdap setiap kemasan.
Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih
tersisa ruangan untuk melakukan pengawasan
rutin.
Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka
harus dengan memakai rak, kecuali untuk bahan
kimia yang disimpan dalam wadah botol tidak
diperkenankan untuk disimpan bersusun.
Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1
meter dari atap.
Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus
disimpan terpisah, tidak dalam 1 blok untuk
menghindari terjadinya reaksi kimia yang
membahayakan.
Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak
ada kemungkinan tumpah ke kemasan lain.

5.2 Persyaratan Berdasarkan Jenis B3


5.2.1 Bahan Beracun
Ruangan penyimpanan harus dingin dan
berventilasi.
Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi.
Tersedia alat perlindungan diri.

5.2.2 Bahan Korosif


Ruangan penyimpanan harus dingin dan
berventilasi.
Bahan disimpan dalam wadah tertutup
berlabel.
Tersedia alat pelindung diri.

5.2.3 Bahan Mudah Terbakar


Ruangan penyimpanan harus dingin dan
berventilasi.
Ruangan/bahan harus jauh dari sumber
api/panas.
Hindari terjadinya loncatan api listrik atau
bara rokok.
Tersedia alat pemadam kebakaran.
Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan
kimia oksidator.

10
Tesedia alat pelindung diri.
5.2.4 Bahan Mudah Meledak
Ruangan penyimpanan harus dingin dan
berventilasi.
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber
aoi / panas.
Tersedia alat pemadam kebakaran .
Tempat penyimpanan tidak menimbulkan
gesekan atau benturan mekanis.
Tesedia alat pelindung diri.

5.2.5 Bahan Oksidator


Rungan penyimpanan harus dingin, kering
dan berventilasi.
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber
api / panas.
Rungan harus kedap air.
Tersedia alat pemadam kebakaran.
Tersedia alat pelinding diri.

Bagian Pembelian, Bagian Logistik Farmasi. Bagian Farmasi,


UNIT TERKAIT
Bagian Laboratorium, Bagian Maintenace

11
PROSEDUR PENANGGULANGAN
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

1. AIR RAKSA
a. Nama Kimia : Hg
b. Nama Lain : Mercury
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit, atau kontak
dengan mata.

d. Gejala Keracunan :
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi Kulit
3) Inhalasi : Batuk, sakit dada, sesak napas, bronkhitis, pneumonitis,
edema paru, ataxia. tremor, sakit kepala, nausea,
vomiting, insomnia, gelisah, stomatitis, hypersalivasi,
gangguan parut, anoreksia, proteinuria, hematemesis,
ARF, shock, cardiac arrest.

e. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan mengunakan air mengalir selama 15
menit
2) Segera melakukan pembilasan dengan air
3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan
4) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung
5) Dapat diberikan antidotum yaitu Dimercaprol
6) Bila perlu dilakukan hemodialisis

f. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2) Pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi

2. ALKOHOL
a. Nama Kimia : Ethyl Alkohol
b. Nama Lain : Alkohol Ethanol
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak denga kulit / mata

d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi kulit
3) Inhaasi : Sakit kepala, lemas, batuk batuk, pusing, tidak sadar,
kerusakan hati, anemia

e. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air
3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernafasan
4) Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk menyerap
sisa bahan yang masih berada dalam lambung

12
f. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai baju pelindung

g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2) Pakai masker bila kansentrasi > 2000ppm

3. BARIUM SULFAT
a. Nama Kimia : BaSO4
b. Nama Lain : Barium Sulfate
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata: Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, terbakar.
3) Inhalasi : Iritasi saluran napas, spasme otot, nadi lambat, ekstrasistol,
hypokalemia.

e. Target Organ
Mata, kulit, saluran pernapasan, kardiovaskular.

f. Pertolongan Pertama
1) Segera lakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun dan air.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.

4. CIDEX
a. Nama Kimia : Glutaraldehyde (OCH(CH2)3CHO)
b. Nama Lain : Cidex
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan
kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, dermatitis, sensitisasi kulit.
3) Inhalasi : Mual, muntah, batuk, asma.

e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

13
5. ELPIJI
a. Nama Kimia : C3H8/C3H6/C4H10/C4H8
b. Nama Lain : LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon Gas)
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, frostbite.
2) Kulit : Frostbite.
3) Inhalasi : Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.

e. Target Organ
Saluran napas, CNS.

f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

6. FENOL
a. Nama Kimia : C6H5OH
b. Nama Lain : Phenol, Carbolic Acid, Hydroxy Benzene, Phenyl Alcohol, Phenyl
Hydroxide.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan
kulit/mata.

d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, dermatitis, kulit terbakar.
3) Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, anoreksia, kelemahan, nyeri otot, urin
warna gelap, sianosis, kerusakan ginjal dan hati, tremor, konvulsi, twiching.

e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, hati, ginjal.

f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.

7. FORMALIN
a. Nama Kimia : HCHO
b. Nama Lain : Formaldehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene Oxide.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata: Iritasi mata, hiperlakrimasi.
2) Kulit : Iritasi kulit.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak napas,
Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.

14
e. Target Organ
Mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.

8. FREON
a. Nama Kimia : CCl4
b. Nama Lain : Karbon klorida, Halon, Tetraklorometana.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit atau kontak dengan
mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata: Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit.
3) Inhalasi : Mual, muntah, pusing, gangguan koordinasi, depresi saraf pusat,
gangguan hati, dan ginjal.
e. Target Organ
1) Mata, kulit, paru-paru, saraf perifer, hati, ginjal.
2) Menyebabkan kanker hati (pada binatang).
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada ruang bilas atau kamar mandi.

9. HIDROGEN PEROKSIDA
a. Nama Kimia : H2O2
b. Nama Lain : Peroxide, Hydrogen Diooxyde.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.
2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.
4) Sistemik : Rambut menjadi putih.
e. Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.

15
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.
3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

10. KARBON DIOKSIDA


a. Nama Kimia : CO2
b. Nama Lain : Gas CO2, Dry Ice.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.
2) Kulit : Melepuh, luka beku (frosbite).
3) Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia, kram perut, diare,
mual, muntah, lemas, twiching otot, inkoordinasi, kejang.
e. Target Organ
Saraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai pelindung badan.

11. KLORIN
a. Nama Kimia : Cl2
b. Nama Lain : Chlorine, Sodium Hypochloride, Precept, Bleaching Agent.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Rasa perih, panas, terbakar.
2) Kulit : Dermatitis, frostbite.
3) Inhalasi : Hipersalivasi, mual, muntah, rinorea, batuk, kesedakan, nyeri
substernal, sakit kepala, pusing, sinkope, edema paru, pneumonia,
hipoksemia.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada frostbite.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
4) Kortikosteroid, antibiotika.
g. Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit

16
12. LAS KARBID
a. Nama Kimia : CH2
b. Nama Lain : Acetylene, Ethirine (Gas yang dipakai untuk las).
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontrak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata: Luka beku (frostbite)
2) Kulit : Frostbite
3) Inhalasi : Sakit kepala, pusing, asfiksia
e. Target Organ
Saluran napas, saraf pusat.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun, bila belum ada frostbite.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker.

13. METHANOL
a. Nama Kimia : CH3OH
b. Nama Lain : Methyl alkohol, Carbinol, Spiritus, Wood alkohol,
Pelarut cat (thiner).
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan
kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi, gangguan penglihatan, kerusakan saraf mata.
2) Kulit : Iritasi, dermatitis.
3) Inhalasi : Iritasi saluran napas/hidung, sakit kepala, pusing, mual,
muntah, gangguan kesadaran.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, CNS, GIT.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4) Lakukan lavese lambung, dapat diberikan Charcoal.
5) Dapat diberikan antidotom yaitu Ethanol atau Fomeprazole.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila > 2000 ppm.

14. NATRIUM HIDROKSIDA


a. Nama Kimia : NaOH
b. Nama Lain : Caustic Soda, Lye, Sodium Hydrate
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit, kontak dengan
kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata.
2) Kulit : Iritasi kulit, kulit terbakar.

17
3) Inhalasi : Iritasi mukosa saluran napas, pneumonitis, kerontokan rambut
temporer.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila > 10 mg/m3

15. NITROGEN DIOKSIDA


a. Nama Kimia : N2O
b. Nama Lain : Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida-gas anestesi
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.
2) Kulit : Iritasi kulit, melepuh, frostbite.
3) Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, anastesi, batuk, frothy sputum,
penurunan fungsi paru, bronkitis, sesak napas, edema paru, sianosis, takipnea,
takikardia.
e. Target Organ
Mata, saluran napas, kardiovaskular.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama
15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.

16. NITROGLISERIN
a. Nama Kimia : CH2NO3CHNO3CH2NO3
b. Nama Lain : Glyceryl, Trinitrate, Trynitroglyceryne
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak dengan
kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi kulit
3) Inhalasi : Sakit kepala, pusing, mual, muntah, nyeri perut, hipotensi,
flushing,
Palpitasi, methemoglobinemia, delirium, depresi saraf pusat.
e. Target Organ
Kardiovaskuler, darah, kulit, saraf pusat
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pemaparan apabila ada gangguan
pernapasan.

18
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan dalam ruang bilas atau kamar mandi.
3) Pakai masker.

17. TIMBAL
a. Nama Kimia : Pb
b. Nama Lain : Lead, Plumbum
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata
2) Tertelan : Lemah, pucat, insomnia, anoreksia, berat badan menurun,
konstipasi, nyeri abdomen, anemia, tremor, paralisis,
encephalopati, gangguan ginjal, hipotensi.
e. Target Organ
Mata, saraf pusat, ginjal, saluran pernapasan, darah.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama
15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
4) Lakukan irigasi lambung.
5) Berikan antidotum EDTA atau Dimercaptosuccinic acid
6) Dapat diberikan Carchoal.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker.

18. XYLENE
a. Nama Kimia : C6H4(CH3)2.
b. Nama Lain : Orthoxylene-O-Xylol.
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi, vakuolisasi cornea.
2) Kulit : Iritasi, dermatitis.
3) Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, pusing, eksitasi, gangguan
koordinasi, nausea, vomiting, jalan limbung, abdominal pain, anoreksia.
e. Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, saraf pusat, saluran cerna, darah.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Pakai masker bila > 1900 ppm.

19. WASH BENSIN


a. Nama Kimia :-
b. Nama Lain :-
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata/kulit.

19
d. Gejala Keracunan
1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.
2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia,
edema paru.
4) Sistemik : Rambut menjadi putih.

e. Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.
f. Pertolongan Pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit.
2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.
3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

20

Anda mungkin juga menyukai