Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGAH

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS A
Jl. Imam Bonjol No 231, Kelurahan A, Rt 04,Kecamatan A

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS A


NOMOR :ADM//SK/…../ /2020

TENTANG
PENYIMPANAN BARANG TERMASUK BAHAN BERBAHAYA
DI PUSKESMASA

KEPALA PUSKESMAS A,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelayanan puskesmas dibutuhkan


penyimpangan barang;
b. bahwa dalam upaya mencapai keselamatan kerja serta
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan
bencana, perlu ditetapkan jenis bahan berbahaya dan cara
menyimpannya;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
keputusan kepala puskesmas A tentang Penyimpanan
Barang Termasuk Bahan Berbahaya.
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.
12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang penyimpanan
Limbah B3;

MEMUTUSKAN :
Menetapka
n : Yang termasuk bahan berbahaya adalah bahan kimia, secara
KESATAU : umum bahan kimia berbahaya diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan diantaranya, sebagai berikut :
1. Bahan kimia beracun (toxic).
2. Bahan kimia korosif.
3. Bahan kimia mudah terbakar (flammable).
4. Bahan kimia peledak (explosive).
5. Bahan kia oxidator.
6. Bahan kimia reaktif terhadap air.
7. Bahan kimia reaktif terhadap asam.
8. Gas bertekanan.
9. Bahan kimia radioaktif.
: Apabiila terdapat bahan kimia berbahaya seperti pada Diktum
KEDUA KESATU maka akan dilakukan dilakukan perlabelan/simbol
bahan kimia berbahaya dan penyimpanannya secara khusus di
Puskesmas A.
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
KETIGA apabila ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perbaikan.

Ditetapkan di Masohi
pada tanggal 2020

KEPALA PUSKESMAS A

NAMA

LAMPIRAN KEPUTUSANKEPALAPUSKESMAS A
NOMOR : ADM/ /SK//2020
TANGGAL :
TENTANG : PENYIMPANAN BARANG TERMASUK BARANG BER
BAHAYA DI PUSKESMAS MASOHI

1. Penyimpanan barang di Puskesmas Masohi disimpan di gudang penyimpanan


barang
2. Jenis bahan berbahaya di Puskesmas Masohi
a. Alkohol
b. Chlorethyl
c. Chlorin
3. Cara menyimpan bahan berbahaya :
Disimpan dengan cara sesuai SOP masing-masing bahan berbahaya.

PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


DI PUSKESMAS MASOHI

A. PENGERTIAN
Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau zat yang mempunyai kara
ktereistik mudah terbakar, mudah meledak, beracun bersifat reaktif korosif a
tau menyebabkan infeksi.
Bahan mudah terbakar adalah bahan yang apabila berdekatan dengan api, p
ercikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala/terbakar
dan apabila telah nyala akan terus terbakar dalam waktu lama.
Bahan mudah meledak adalah bahan yang melalui reaksi kimia dapat mengh
asilkan gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan cepat merusa
k lingkungan sekitar.
Bahan bersifat reaktif adalah bahan yang mudah menyebabkan kebakaran at
au ledakan karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi karena men
galami oksidasi.
Bahan korosif adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosifkan baja.
Bahan infeksius adalah bahan yang berbahaya bagi lingkungan karena meng
andung kuman penyakit yang dapat menular.
Bahan beracun adalah bahan yang mengandung racun berbahaya bagi manu
sia dan lingkungan karena dapat meyebabkan kematian atau sakit serius.
Bahan iritan adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi mata, kulit dan s
elaput lendir.
Material Safety Sheet (MSDS)/Lembar Data Pengaman Bahan adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisik, kimia dari bahan berbahay
a dan beracun, cara pengamanan dan tindakan khusus yang dapat dilakuka
n dalam keadaan darurat apabila terpapar bahan berbahaya dan beracun.
B. KETENTUAN
1. Pemesanan
a. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan apabila dis
ertai permintaan tertulis yang ditandatangani oleh kepala bagian logisti
k farmasi
b. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun menggunakan nota pemesa
nan yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk bahan berbahay
a dan beracun
c. Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa bahan yang dipesan
merupakan 3B
d. Pemesanan dilakukan melalui distributor resmi yang terdaftar pada bal
ai POM atau Departemen Perindustrian dan Perdagangan
e. Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, na
ma dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan, nama dan alamat distri
butor
f. Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyataan bahwa pihak distr
ibutor akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3
g. Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan Peratur
an Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Be
rbahaya dan Beracun
h. Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan penggunaan ter
batas sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 te
ntang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun harus dapat persetuj
uan PK3RS dengan masa berlaku 1 tahun.
2. Penyerahan Barang
a. Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus mencantumkan den
gan jelas nama, bahan, nama dagang, nama kimia, jumlah bahan, nam
a distributor, dan nama pengimpor/produsen
b. Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar data pengama
n bahan (Material Safety Data Sheet) yang berisi merek dagang, rumus
kimia jenis B3, klasifikasi, teknik penyimpanan dan tata cara penangan
an bila kecelakaan.
c. Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak
2) Wadah kemasan tidak bocor
3) Tidak berkarat
4) Tidak rusak
5) Disertai dengan penandaan nama dagang, nama bahan, berat yang s
esuai dengan tertera pada nota penyerahan bahan
d. Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesu
ai dengan jenis dan bahayanya. Simbol bahaya dan petunjuk P3K yang
mudah dilihat, dibaca, dimengerti dan tidsak luntur
e. Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima bila :
1) Dokumen tidak lengkap
2) Sudah kadalwarsa
3) Label yang terter pada bahan dan dokumen tidak cocok
f. Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung Kepala Petugas Bagia
n Logistik sedangkan bahan langsung ditempatkan pada ruang penyim
panan B3
g. Penanganan bahan kimia
a) Penandaan
1) Setiap bahan berbahaya dan barcun harus diberikan penandaan a
gar dapat dikenali oleh setiap orang
2) Penandaan meliputi nama bahan, nama kimia dan simbol bahan b
erbahaya dan beracun (B3)
3) Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/pembungk
us bahan, dengan tulisan dan simbol yang jelas, mudah terbaca, ti
dak mudah terlepas dan bertahan lama
4) Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan B3 mengacu
pada ketentuan yang berlaku yaiotu sebagai berikut :
Tata cara penggunaan bahan berbahaya dan beracun :
1) Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun setiap karyawa
n harus menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapan melalui
kulit, tertelan mmelalui mulut, atau kontak langsung dengan peralatan
/bahan yang terkontaminasi
2) Pengambilan bahan kimia cair dengan menggunakan pipet yang disedo
t dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan tertel
annya bahan kimia tersebut
3) Dalam menuangkan bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan dengan te
rbuiru-buru yang sampai mengotori label
4) Sebelum menuangkan bahan kimia, pekerja harus membaca dengan te
liti label kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tida
k diperkenankan mengambil bahan kimia dari konteiner
5) Apabila menuang bahan kima cair dari kontainer yang besar kadalam g
elas ukur yang kecil harus ditahan agar cairan tidak tumpah
6) Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun h
arus mempergunakan sarung tangan, gown, sapatu tertutup dan celan
a pendek, baju lengan diperkenankan dan sepatu yang terbuka apabila
bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun
7) Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang bek
erja dengan bahan kimia berbahaya dan beracun
8) Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia yang berlebih stelah
dituangkan kedalam wadah semula karena hal ini akan dapat menimb
ulkan suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambi
lan bahan secara tepat tanpa berlebihan
9) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak diperke
nankan meninggalkan tempat sehingga proses pencampuran/reaksi tid
ak diawasi
10) Tidak diperkenankan mencicipi/merasa bahan kimia jenis apapun. Ap
abila harus mencium bahan kimia maka lakukan sehingga hanya seb
agian kecilk uap yang masuk ke hidung
11) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lais, atau buku dalam r
uang berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia
Tata cara Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia
berbahaya maka bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan.
Dipergunakan dan dibuang dengan cara yang sesuai dan beracun
harus disimpan. Dipergunakan dan dibuang dengan cara yang sesuai
tertentu
2) Setiap bagian dan setiap personal di Puskesmas harus melakukan
secara benar seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan
pembuangan bahan kimia berbahaya dan beracun
3) Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun
dalam jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus
mempunyai ruangan penyimpanan khusus
4) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang
benar agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai
5) Semuabahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa secara
teratur untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah
6) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban yang tinggi harus
dikeringkan sebelum dipergunakan
7) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontainer
yang telah disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh
dibuang pada sampah untuk bahan kimia lain
8) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spirtus dalam ruang
berisi bahan kimia apabila tidak diinstrusikan
9) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apabila ada keretakan atau
tidak karena akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi
kebocoran bahan kimia
10) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap
bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam
suhu ruangan yang lebih rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut
11) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus
diidentifikasi titik nyala dari bahan tersebut
12) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan
kimia pada tidak boleh terkena air, terkena pemanasan. Terjadi
gesekan atau terkena cahaya/sinar matahari karena akan mudah
terbakar
13) Setiap karyawan harus mengetahui dari alat pemadamam piringan
(APAR), tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan
peralatan tersebut
14) Setelah kejadian pemaparan, kecelakaan peledakan atau adanya
tumpahan bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepada
bagiannya atau atasan langsung
PenangananBahan Gas
1) Penggunaan gas yang tidak benar dapat menimbulkan peledakan,
kebakaran, keracunan, intoksikasi akibat inhalasi gas atau dapat
mencederai kulit. Karena di Puskesmas terdapat banyak jenis gas yang
berbahaya dengan efek yang bermacam-macam maka dibuat beberapa
ketentuan umum yang berlaku untuk tindakan yang mempergunakan
gas
2) Pemakaian lampu spiritus (Bunsen) pada daerah yang mengandung
gas harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya dapat
dilakukan apabila tidak terdapat kebocoran gas. Lampu spiritus harus
segera dimatikan apabila tidak dipergunakan. Apabila sedang ada
nyala api maka tidak diperkenankan menggunakan gas
3) Merokok dilarang diseluruh bagian, seluruh tempat tindakan di
Rumah Sakit apabila ditempatkan gas dan penanganan yang
mempergunakan gas
4) Penyimpanan gas apabila memungkinkan tempat yang berjauhan
dengan pusat kegiatan pelayanan dan dilindungi dari pemaparan suhu
tinggi
5) Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung yang tidak
berlabel tidak boleh dipergunakan karena sangat membahayakan
6) Seluruh staf harus mengetahui tatacara mengidentifikasi gas
berdasarkan kode warna yang disepakati
7) Pengangkutan tabung gas dan pengisian gas harus mempergunakan
troli yang menahan tabung gas tidak jatuh
8) Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi tumpahan
gas pada pakaian dan lantai
9) Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian perlindungan
masker, sarung tangan dan baju lengan panjang.
Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun
1) Persyaratan umum ruang penyimpanan
a) Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
 Kedap air, tidak bocor, ada ventilasi untuk mencegah akumulasi gas,
lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agar burung
dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang
mencukupi
 Instansi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan
memasang lampu penerangan minimal 1 meter diatas kemasan dan
semua saklar untuk ruang bahan mudah terbakar terpasang dari
sisi luar
 Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memadai misalnya
wastafel untuk terpapar bahan berbahaya dan beracun
 Tersedia sistem pemadam kebakaran dan deteksi kebakaran yang
sesuai dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan
 Tersedia pembangkit listrik cadangan yang berfungsi secara
otomatis apabila terjadi gangguan aliran listrik
 Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam
jumlah dan jenis yang memadai
 Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan harus tersedia
agar memudahkan komunikasi dengan bagian lain
 Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai pompa penyedot
tumpahan B3 yang juga berfungsi menyedot tumpahan cairan
 Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban di setiap ruang
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
 Ruangan penyimpanan tidak boleh terkenal cahaya matahari secara
langsung karena dapat menyebabkan terjadi reaksi kimia pada
bahan kimia yang tidak stabil
 Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan
sebagai “restricted area” sehngga setiap orang yang tidak
berkepentingan tidak diperkenankan masuk
 Semua sistem pengamanan ruangan penyimpanan bahan kimia
harus diperiksa sekurang-kurangnya setiap bulan
 Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dilaporkan ke
PK3RS
b} Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
 Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2x2 kemasan sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan
 Jarak antar blok minimum 60cm agar masi tersisa ruangan untuk
melakukan pengawasan rutin
 Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan
memakai rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam
wadah botol tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun
 Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1 meter dari atap
 Kemasan B3 yang tidak saling cocok disimpan terpisah, tidak dalam
1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang
membahayakan
 Penempatan kemasan baru harus dengan syarat tidak ada
kemungkinan tumpah ke kemasan lain.
Persyaratan Berdasarkan Jenis B3
Bahan Beracun
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi
 Tersedia alat perlindungan diri
Bahan Korosif
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Bahan disimpan dalam wadah tertutup berlabel
 Tersedia alat pelindung diri
Bahan Mudah Terbakar
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas
 Hindari terjadinya loncatan api listrik atau baka rokok
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator
 Tersedia alat pelindung diri
Bahan Mudah Meledak
 Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
 Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan
mekanis
 Tersedia alat pelindung diri
Bahan Oksidator
 Ruangan penyimpanan harus dingin, kering dan berventilasi
 Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas
 Ruangan harus kedap air
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Tersedia alat pelindung diri
PROSEDUR PENANGGULANGAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
1. Alkohol
a. Nama kimia : Ethyl Alkohol
b. Nama lain : Alkohol Ethanol
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak
dengan kulit/mata
d. Gejala keracunan
1) Mata : iritasi mata
2) Kulit : iritasi kulit
3) Inhalasi : sakit kepala, lemas, batu-batuk, pusing, tidak sadar,
kerusakan hati, anemia
e. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air
mengalir selama 15 menit
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernafasan
4) Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal
untuk menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung
f. Pencegahan Pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai baju pelindung
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai masker bila konsentrasi >2000ppm
2. Karbon Dioksida
a. Nama kimia : CO2
b. Nama lain : Gas CO2, Dry ice
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan mata/kulit
d. Gejala keracunan
1) Mata : penglihatan kabur, iritasi mata, myosis
2) Kulit : melepuh, luka bakar (frosbite)
3) Inhalasi : sakit kepala, berkeringat, hipersalivasi, asfiksia, kram
perut, diare, mual, muntah, lemas, twiching otot, inkoordinasi,
kejang
e. Target organ
Saraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah
f. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan
g. Pencegahan pemaparan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai pelindung badan
2. Nitrogen Dioksida
a. Nama kimia : N2O
b. Nama lain : Nitrogen peroksida, Dinitrogen teroksidasi gas
anestesi
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan kulit/mata
d. Gejala keracunan
1) Mata : iritasi mata, penglihatan kabur, frosbite
2) Kulit : iritasi kulit, melepuh, frosbite
3) Inhalasi : iritasi hidung/tenggorokan, anestesi, batk, frothy
sputum, penurunnan fungsi paru, brokitis, sesak nafas, edema
paru, sianosis, takipneu, takikardi
e. Target organ
Mata, saluran napas, kardiovaskuler
f. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit
2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun
3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan
g. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata/kulit
2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm

Ditetapkan di Masohi
pada tanggal 2020
KEPALA PUSKESMAS A

NAMA

Anda mungkin juga menyukai