Anda di halaman 1dari 10

Rumus Perhitungan Geometri Peledakan Peledakan

Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan

kedalaman lubang bor.

1. Burden

Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor

yang digunakan.

Berikut ini persamaan untuk menghitung burden :

a. Menurut C.J. Konya

SGe
B 3,15 .De.3
SGr

Keterangan:

B = burden (ft)

De = diameter lubang tembak (inch)

SGe = specific gravity bahan peledak

SGr = specific gravity batuan yang diledakkan

b. Menurut Langefors

db P.S
V
33 c. f .(E V )

Keterangan:

V = burden (m)

db = diameter mata bor (mm)


P = derajat packing (1 1,6 kg/dm3)

S = kekuatan bahan peledak

f = derajat fraction (jika lubang vertikal = 1)

c = konstanta batuan (0,45)

E = spacing (m)

E/V = perbandingan spacing dengan burden

c. Menurut Anderson

B d .L

Keterangan:

B = burden (ft)

d = diameter mata bor (inch)

L = kedalaman lubang bor (ft)

d. Menurut R.L. Ash

d
B Kb.
12

Keterangan:

B = burden (ft)

Kb = burden ratio (14 49 ; harga rata-rata 30)

d = diameter mata bor (inch)

2. Spacing

Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah burden

ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan
menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing

lebih besar dari ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder)

dan tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan.

Berikut ini persamaan untuk menghitung spacing :

a. Menurut C.J. Konya

S B.L

Keterangan:

S = spacing (m)

L = kedalaman lubang ledak (m)

B = burden (m)

b. Menurut Langefors

E 1,25.V

Keterangan:

E = spacing (m)

V = burden (m)

c. Menurut R.L. Ash

S Ks.B

Keterangan:

S = spacing (ft)

Ks = spacing ratio (1-3; rata-rata 1,5)

B = burden (ft)

3. Diameter Lubang Ledak / Blast Hole Diameter


Untuk diameter lubang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan

akan kecil. Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah

kecil juga, dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghancurkan

batuan. Begitu pula sebaliknya.

4. Sub-drilling

Tujuan dari sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak secara full

face sebagaimana yang diharapkan.

Nilai subdrilling dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus

berikut:

a. Menurut C.J. Konya

SD Ks.B

Keterangan:

SD = subdrilling (ft)

Ks = antara 0,3 sampai 0.5

B = burden (ft)

b. Menurut R.L. Ash

J Kj.B

Keterangan:

J = subdrilling (ft)

Kj = subdrilling ratio (rata-rata 0,33 dan minimum 0,3)

B = burden (ft)
5. Stemming

Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan

peledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran

(cutting), dimana stemming berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga

air blast dan flyrock dapat terkontrol.

Namun dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi

fragmentasi batuan hasil peledakan. Dimana stemming yang terlalu panjang dapat

mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk

menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu

pendek bisa mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan

menjadi lebih kecil.

Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari

peledakan, jika stemming terlalu panjang, maka :

a. Ground vibration tinggi (getar tinggi)

b. Lemparan kurang

c. Fragmentasi area jelek

d. Suara kurang

Jika stemming terlalu pendek :

a. Fragmentasi diarea bawah jelek

b. Terdapat toe di floor (tonjolan di floor)

c. Terjadi flying rock (batu terbang)

d. Suara keras (noise) or (airblast)


Rumus-rumus menghitung stemming antara lain:

Menurut C.J. Konya

OB
T Kb
2

Keterangan:

T = stemming (m)

Kt = 0.17 sampai 1 kali B

B = burden (m)

OB = overburden (m)

Menurut R.L Ash

T Kt.B
Keterangan:

T = stemming (ft)

Kt = stemming ratio (0,5-1; rata-rat 0,7)

B = burden (ft)

6. Kedalaman Lubang Tembak/Blast Hole Depth

Kedalaman lubang ledak tergantung pada ketinggian bench, burden, dan

arah pemboran. Kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari besarnya

stemming dan panjang kolom isian bahan peledak. Kedalaman lubang ledak

biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan

pertimbangan geoteknik.
Kedalaman lubang tembak tidak boleh lebih kecil dari burden. Hal ini

untuk menghindari terjadinya overbreaks atau cratering. Disamping itu letak

primer menentukan kedalaman lubang bor. Berdasarkan arah lubang ledak maka

kedalaman lubang ledak dapat ditentukan dengan rumus:

Untuk lubang ledak vertikal

H L J

Keterangan:

H = kedalaman lubang ledak (m)

L = tinggi bench (m)

J = subdrilling (m)

Untuk lubang ledak miring

L
H J
cos

Keterangan:

H = kedalaman lubang ledak (m)

L = tinggi bench (m)

J = subdrilling (m)

= sudut kemiringan lubang ledak terhadap bidang vertical.

7. Bench Height/Tinggi Jenjang

Tinggi jenjang maksimum biasanya dipengaruhi oleh kemampuan alat bor

dan ukuran mangkok serta tinggi jangkauan alat muat. Umumnya peledakan pada

tambang terbuka dengan diameter lubang besar, tinggi jenjang berkisar antara 10
-15 m. pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah kestabilan jenjang

jangan sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran

peledakan. Dapat disimpulkan bahwa dengan jenjang yang pendek memerlukan

diameter lubang bor yang kecil, sementara untuk diameter lubang bor yang besar

dapat diterapkan pada jenjang yang lebih tinggi.

8. Powder Factor (PF)

Powder factor adalah perbandingan antara jumlah bahan peledak dengan

berat batuan yang diledakkan. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai

berikut :

9. Fragmentasi

Sangat penting mengetahui fragmentasi hasil peledakan secara teoritis

sebelum peledakan dilakukan. Peramalan fragmentasi dengan memperhitungkan

factor geologi disamping beberapa parameter peledakan lain biasanya dilakukan

dengan cara Kuz-Ram (Cunningham, 1983). Cara ini terdiri dari dua persamaan,

yaitu:

a. Persamaan Kuznetsov untuk mencari ukuran rata-rata dari hasil peledakan

dalam cm.

0 ,8 19
Vo E
30

X A .Qe
1
6

Qe 115
Keterangan,

X = ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)

A = Faktor batuan

7 untuk batuan medium strength

10 untuk batuan keras yang berjoint intensif

13 untuk batuan keras dengan sedikit joint

sebaiknya antara 8 12 (Cunningham, 1983)

Blastability index (BI) x 0,15 (Lily, 1986)

Vo = volume batuan dalam m3 per lubang ledak

(burden x spacing x tinggi bench)

Qe = Massa bahan peledak yang digunakan tiap lubang ledak (kg)

E = Kekuatan berat relative bahan peledak

(ANFO = 100 ; TNT = 115)

b. Persamaan Rosin-Ramler untuk mencari material yang tertahan pada

saringan.

n
x 1
X n

Re xc
.100 % X c
0.693
Keterangan,

R = Perbandingan material yang tertahan pada saringan

X = Ukuran screen

Xc = Karakteristik dari ukuran batuan


n = index keseragaman

= (2,2 14 B/d) (1 W/B) (1 + (A 1)/2) L/H . SF

B = burden

d = Diameter lubang tembak (mm)

W = standart deviasi dari kedalaman lubang bor (m)

A = spacing / burden

L = panjang charge di atas level (m)

H = tinggi bench (m)

SF = staggered factor (Jika memakai staggered drilling pattern

maka n dinaikkan 10 %)

= 1,1 untuk pemakaian staggered drilling pattern.

Anda mungkin juga menyukai