Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH VARIASI SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU TEPUNG

JAMUR TIRAM PUTIH (PLAEROTUS OSTREATUS)

Effect of Temperature Variation and Long Drying Of the Quality Flour White Oyster
Mushroom (Plaerotus ostreatus).

Maya Lisa1), Musthofa Lutfi2), Bambang Susilo3)


1)Alumni Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya
2)Staff Pengajar Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya

Jl. Veteran No. 1 Malang 65145


email korespondensi: mayalisa93@gmail.com

ABSTRAK

Jamur tiram putih banyak dibudidayakan petani di Indonesia karena sifatnya yang adaptif
terhadap lingkungan, produktifitas tinggi, kaya nutrisi, dan rendah lemak sehingga sangat baik
untuk dikonsumsi. Namun, jamur tiram putih yang telah dipanen akan mudah sekali rusak
karena kandungan airnya tinggi yaitu 86,6%. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk
memperpanjang daya simpan jamur tiram putih setelah dipanen dengan mengolah jamur tiram
putih menjadi tepung. Salah satu tahapan penting dalam pembuatan tepung jamur tiram
adalah proses pengeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi faktor
suhu dan lama pengeringan terhadap mutu tepung jamur tiram putih dan berapakah suhu dan
lama pengeringan yang tepat untuk menghasilkan tepung jamur tiram putih dengan mutu
terbaik. Diketahui semakin tinggi suhu dan lama pengeringan maka rendemen, kadar abu,
kadar protein, dan derajat putih tepung jamur tiram akan semakin meningkat, sedangkan
kadar airnya menurun. Begitu pula sebaliknya. Disamping itu, diketahui pula bahwa suhu
pengeringan 650C dan lama pengeringan 5,5 jam akan menghasilkan tepung jamur tiram putih
terbaik dengan rendemen 7,34%, kadar air 4,30%, kadar abu 4,75%, kadar protein 19,20%, dan
derajat putih 82,17.
Kata kunci: mutu, suhu dan lama pengeringan, tepung jamur tiram putih

ABSTRACT

White oyster mushroom farmers widely cultivated in Indonesia because its adaptive to the environment,
high productivity, rich in nutrients, and low in fat so it is very good for consumption. However, white
oyster mushrooms have been harvested will be easily damaged due to the high water content is 86.6%.
Therefore, it is necessary to act to extend the shelf life of white oyster mushroom after harvest with oyster
mushroom processing into flour. One of the important stages in the manufacture of flour oyster
mushroom is the drying process. This research aims to know the effect of variations in temperature and
long drying factor on the quality of flour white oyster mushroom and what temperature and long drying
is right to produce white oyster mushrooms flour with best quality. Known to the higher temperature and
longer drying the yield, ash content, protein content, and the degree of white flour oyster mushroom will
increase, while the water content decreases. Vice versa. In addition, it is also known that the drying
temperature 650C and 5.5 hours long drying will produce best white oyster mushrooms flour with a yield
of 7.34%, moisture content of 4.30%, ash content of 4.75%, protein content 19, 20%, and whiteness of
82.17.
Keywords: quality, temperature and drying time, white oyster mushrooms flour

PENDAHULUAN banyak diminati oleh masyarakat karena


tampilannya yang menarik dan cita rasanya
Jamur tiram putih (Plaerotus yang lezat, kaya kandungan nutrisi dan
ostreatus) merupakan jamur kayu yang rendah lemak sehingga sangat baik untuk
hidup saprofit dan dimanfaatkan sebagai dikonsumsi. Jamur tiram dapat bermanfaat
sayuran. Jamur ini cukup populer dan sebagai obat untuk menurunkan kadar

1
kolesterol darah, meningkatkan daya tahan suhu dan lama pengeringan yang tepat
tubuh, mencegah tekanan darah tinggi, agar menghasilkan output berupa tepung
meningkatkan kadar gula darah, dan yang halus dengan kualitas terbaik.
mencegah tumor atau kanker (Hedritomo Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dkk, 2008). Jamur tiram dapat dikonsumsi pengaruh variasi suhu dan lama
dalam keadaan segar sebagai lauk yang pengeringan terhadap mutu tepung jamur
biasanya dicampur dengan daging, ikan tiram putih dan mengetahui suhu dan lama
atau sayuran lain dan dapat pula pengeringan yang tepat untuk
dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti menghasilkan tepung jamur tiram putih
sosis, keripik, nugget, abon dan bakso. dengan mutu terbaik.
Jamur tiram putih banyak Dalam penentuan mutu suatu
dibudidayakan petani di Indonesia karena tepung biasanya terdapat beberapa
sifatnya yang adaptif terhadap perubahan parameter yang harus diperhatikan,
lingkungan dan memiliki produktifitas diantaranya adalah sebagai berikut:
tinggi. Namun, jamur tiram putih yang a. Kadar air bahan adalah banyaknya
telah dipanen akan mudah sekali rusak kandungan air persatuan bobot bahan
karena kandungan airnya yang tinggi yaitu dan biasanya dinyatakan dalam persen
86,6% (Djarijah dan Djarijah, 2001). Seperti (Taib dkk, 1988).
yang dikemukakan oleh Achyadi dan b. Kadar Abu adalah zat anorganik sisa
Afiana (2004), dimana semakin tinggi kadar hasil pembakaran suatu bahan organik.
air bebas yang terkandung dalam bahan Pengukuran kadar abu bertujuan untuk
pangan, maka akan semakin cepat bahan mengetahui besarnya kandungan
pangan tersebut rusak karena aktivitas mineral yang terdapat dalam
mikroorganisme. Hal ini akan merubah makanan/pangan (Sandjaja, 2009).
penampilan, cita rasa, tekstur, dan kualitas c. Rendemen adalah presentase produk
bahan pangan tersebut. Oleh karena itu yang didapatkan dari
perlu dilakukan tindakan untuk membandingkan berat awal bahan
memperpanjang daya simpan jamur tiram dengan berat akhirnya.
setelah dipanen. d. Warna, pengukuran warna secara
Menurut Widyasustuti dan Istini objektif penting dilakukan karena pada
(2004) melalui penelitiannya, jamur tiram produk pangan warna merupakan daya
dapat diolah menjadi bubuk atau tepung tarik utama sebelum konsumen
yang bertujuan memperpanjang umur mengenal dan menyukai sifat-sifat
simpan jamur tiram dengan nilai guna lainnya.
yang lebih tinggi. Salah satu tahapan e. Kadar Protein adalah kandungan suatu
penting dalam proses pembuatan tepung zat gizi yang amat penting bagi tubuh,
jamur tiram adalah pengeringan. Tahapan karena zat ini berfungsi sebagai bahan
ini bertujuan untuk mengurangi bakar, zat pembangun dan pengatur
kandungan air bahan, sehingga dapat dalam tubuh.
menghambat pertumbuhan mikroba
maupun reaksi yang tidak diinginkan METODE PENELITIAN
(Trisusanto, 1974). Pengeringan yang biasa
dilakukan masyarakat adalah dengan cara Penelitian ini dilaksanakan pada
penjemuran di bawah sinar matahari. Cara bulan Desember 2014 sampai dengan bulan
ini kurang efektif karena sangat bergantung Februari 2015 di Laboratorium Pilot Plan
pada kondisi cuaca dan membutuhkan Fakulas Teknologi Pertanian, Universitas
waktu yang lama yakni 2 hari (Sulistyowati Brawijaya. Sedangkan pengujian sampel
2004) dan produk yang dihasilkan kurang dilakukan di Laboratorium Teknologi
higienis karena terkontaminasi dengan Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanain
debu atau kontaminan lain yang ada di Jurusan Teknik Pertanian dan
udara (Raharjo, 2010). Sehingga perlu Laboratorium Pengujian Pangan dan Mutu
dilakukan teknik pengeringan yang lebih Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
efektif yaitu dengan alat pengering. Proses Universitas Brawijaya.
pengeringan ini memerlukan kombinasi

2
Peralatan yang digunakan dalam
A
penelitian ini adalah timbangan digital
(Electronic compact scale SF-400 A),
timbangan analitik, baskom plastik, pisau, Diblanching dengan suhu 700C ( 20C) selama 5 menit
termometer, panci, kompor gas (Panalux),
pengering tipe rak, blender (National MX-
895), ayakan 80 mesh, cawan alumunium, Dikeringkan dalam oven (Suhu 450C, 550C dan
oven, destikator, dan colorreader. Sedangkan 650C; Waktu 4 jam, 4,5 jam, 5 jam dan 5,5 jam)
bahan yang digunakan adalah jamur tiram
putih sebagai bahan perlakuan dan air
sebagai bahan pencuci dan media blanching. Digiling dengan blander selama 5 menit
Metode penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Disaring dengan ayakan 80 mesh
faktorial yang tersusun atas dua faktor
yaitu suhu pengeringan (faktor I) dan lama
pengeringan (faktor II). Dimana faktor I Analisis:
terdiri dari 3 level (T1= 450C, T2= 550C, T3= Tepung - Rendemen
650C) dan faktor II terdiri dari 4 level (L1= 4 jamur tiram - Kadar air
jam, L2= 4,5 jam, L3= 5 jam, L4= 5,5 jam) putih - Kadar abu
dengan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga - Kadar
Selesai protein
didapatkan 36 kali percobaan. Metode
- Derajat
analisa data yang digunakan yaitu analisis putih
sidik ragam/ANOVA (Analysis of Variance) Gambar 1: Diagram alir pembuatan tepung
dengan selang kepercayaan 99% untuk jamur tiram putih
parameter rendemen, kadar air, dan derajat
putih serta selang kepercayan 95% untuk
parameter kadar abu. Pelaksanaan HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian terdiri dari pembuatan tepung
dengan bahan baku jamur tiram putih dan Analisa Bahan Baku
pengujian mutu tepung jamur tiram putih. Analisa jamur tiram segar meliputi
Pembuatan tepung dari jamur tiram putih kadar air, kadar abu, dan kadar protein.
sesuai dengan rancangan percobaan yang Analisa ini bertujuan untuk mengetahui
telah ditetapkan dengan kajian yaitu suhu kandungan jamur tiram segar dan setelah
dan lama pengeringan. Sedangkan analisis dikeringkan. Menurut Permatasari (2002),
yang dilakukan pada tepung jamur tiram jamur tiram segar mengandung air 80-
meliputi analisis rendemen, kadar air, 82,20% dan abu 0,77-3,6%, sedangkan
kadar abu, kadar protein, dan derajat putih. protein yang terkandung di dalamnya
Berikut ini adalah diagram alir sebesar 10,5 30,4% (Sumarmi, 2006).
pembuatan tepung jamur tiram putih: Jamur tiram segar akan mengalami
beberapa tahapan proses hingga akhirnya
Mulai menjadi tepung jamur. Dari data yang
diperoleh diketahui bahwa kadar abu dan
protein jamur tiram segar mempunyai nilai
Jamur tiram persentase yang lebih rendah dibandingkan
tepung jamur yang secara bertutut-turut
Ditimbang 1000 gram
memiliki nilai rata-rata 4,31% dan 16,14%.
Hal ini dikarenakan terjadinya kehilangan
Air Air air dalam proses pembuatan tepung jamur
bersih Dicuci sebanyak 2 kali kotor yang mengakibatkan kadar abu dan protein
tepung jamur mengalami peningkatan,
sedangkan kadar airnya menurun karena
Dipotong-potong dengan pisau hingga tipis adanya proses pengeringan yang
menyababkan penguapan air dari dalam

3
jamur tiram segar. Rata-rata kadar air jamur yang belum kering secara
tepung jamur adalah 7,26%. keselurahan dengan kadar air yang masih
tinggi akan menyebabkan tekstur potongan
Rendemen jamur menjadi keras dan sulit dihancurkan.
Pengukuran rendemen tepung Hal ini mengakibatkan banyak partikel
jamur tiram putih dilakukan untuk besar hasil penggilingan potongan jamur
mengetahui tingkat keberhasilan proses yang tidak lolos saat penyaringan dan
produksi tepung tersebut. Dimana semakin dianggap sebagai residu sehingga
tinggi tingkat keberhasilan proses produksi rendemen yang diperoleh akan rendah.
tepung jamur tiram putih maka mutunya Seperti yang dikemukakan oleh
akan semakin baik. Dalam penelitian ini Herudiyanto dan Agustina (2009) bahwa
persentase rendemen diperoleh dari tingkat kekerasan bahan akan
perbandingan antara berat tepung yang mempengaruhi proses penggiingan dimana
dihasilkan dengan berat bahan awal bahan yang lebih keras akan mengasilkan
sebelum mengalami proses yaitu 1000 partikel yang lebih besar sehingga jumlah
gram. Berdasarkan analisis ragam bahan yang lolos saat proses pengayakan
(ANOVA) diketahui bahwa faktor suhu akan semakin sedikit. Menurut Winarno
dan lama pengeringan serta kombinasi dari (1993) bahwa proses pengeringan akan
kedua faktor tersebut memiliki pengaruh menyebabkan kandungan air dalam bahan
yang sangat nyata terhadap rendemen yang pangan selama proses pengolahan
dihasilkan, karena nilai F.hitung suhu berkurang. Potongan jamur yang telah
pengeringan, lama pengeringan dan kering dengan sempurna akan
kombinsi keduanya lebih besar dari pada mempermudah proses penggilingan dan
F.tabel 1 % sehingga dilakukan uji lanjut pengayakan sehingga rendemen yang
Beda Nyata Terkecil (BNT). Dari uji lanjut dihasilkan tinggi. Jika dibandingkan
tersebut diketahui terdapat beberapa dengan rendemen kontrol, dapat dilihat
perlakuan yang tidak berbeda nyata atau bahwa penggunaan alat pengering
memiliki pengaruh yang sama terhadap memberikan hasil yang lebih baik
rendemen. Sedangkan interaksi antara dibandingkan dengan penyinaran
suhu dan lama pengeringan diketahui tidak matahari. Hal ini dikarenakan faktor cuaca
berbeda nyata. Hal ini menujukkan bahwa yang tidak menentu dan kelembaban udara
tidak terjadi interaksi diantara kedua faktor yang cukup tinggi pada saat pengeringan
tersebut dan masing-masing faktor alami berlangsung.
memiliki besar pengaruh yang sama
terhadap rendemen. Berikut ini adalah Kadar Air
grafik rerata rendemen tepung jamur tiram Proses pengeringan bertujuan
putih: untuk mengurangi kadar air tepung jamur
4 jam 4,5 jam 5 jam 5,5 jam 50 jam (Kontrol) sampai batas tertentu sehingga
10,00 pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim
7,34
7,20

7,09
7,02

penyebab kerusakan dapat dihambat.


6,93
6,82

6,80
Rendemen (%)

6,07
6,02

5,89
5,54

Kadar air tepung jamur tiram putih


5,32
4,49

5,00 dipengaruhi oleh dua faktor selama


pengeringan, yaitu suhu dan lama
pengeringan. Dari analisis sidik ragam
0,00
diketahui bahwa suhu dan lama
45C 55C 65C 23C (Kontrol) pengeringan serta kombinasi kedua faktor
Suhu Pengeringan tersebut memiliki pengaruh yang sangat
Gambar 2: Grafik rendemen tepung jamur nyata terhadap kadar air yang dihasilkan.
tiram putih Dimana F.Hitung suhu pengeringan, lama
Dari gambar 2 diketahui semakin pengeringan, dan kombinasi keduanya
rendah suhu pengeringan dan lama lebih besar dari pada F.Tabel 1%. Hal ini
pengeringan maka rendemen yang menunjukkan bahwa perlakuan dengan
diperoleh akan semakin rendah. Begitu suhu dan lama pengeringan yang tepat
pula sebaliknya, karena kondisi potongan akan menghasilkan kadar air yang

4
diinginkan, sedangkan interaksi antara aktivitas air atau Aw (Activity water).
suhu dan lama pengeringan diketahui tidak Hubungan kadar air dengan aktivitas air
berbeda nyata karena masing-masing (Aw) ditunjukkan dengan kecenderungan
faktor tidak saling mempengaruhi. Berikut bahwa semakin tinggi kadar air maka
adalah grafik rerata kadar air tepung jamur semakin tinggi pula nilai Aw nya. Nilai Aw
tiram putih: dinyatakan dalam angka desimal pada
kisaran skala 0-1,0 (Legowo dan Nurmanto,
4 jam 4,5 jam 5 jam 5,5 jam 50 jam (Kontrol) 2004). Tepung memiliki nilai Aw 0,72. Nilai
15,0 ini sudah cukup aman dari bakteri dan
Kadar Air (%)

10,6

khamir yang memiliki kemampuan hidup

10,3
9,6

9,1
8,9

pada Aw > 0.90 dan Aw > 0,80. Namun,


8,6

10,0
7,2
6,7

masih rentan terhadap kapang yang dapat


5,7

5,7
5,5
5,2
4,3

5,0 tumbuh pada Aw > 0,70 (Kusnandar, 2010).

0,0 Kadar Abu


45C 55C 65C 23C Nilai kadar abu tepung jamur tiram
(Kontrol) putih dapat menunjukkan total mineral
Suhu Pengeringan yang dikandung bahan pangan tersebut.
Gambar 3: Grafik kadar Air Tepung Jamur Diduga semakin rendah nilai kadar abu
Tiram Putih tepung jamur tiram putih maka mutunya
akan semakin baik. Dalam penelitiannya,
Nilai kadar air pada tepung jamur Ardiansyah dkk. (2014) menyatakan bahwa
tiram putih ini sudah cukup rendah komponen mineral pada jamur tiram putih
sehingga diduga tepung akan memiliki terdiri dari K,P, Na, Ca, Mg, Zn, Fe, dan Pb.
umur simpan yang lebih lama karena Berikut adalah grafik rerata kadar abu
pertumbuhan mikroba dan aktifitas enzim tepung jamur tiram putih:
yang dapat merusak mutu tepung tersebut
dapat terhambat. Hal ini sesuai dengan
4 jam 4,5 jam 5 jam 5,5 jam 50 jam (Kontrol)
pernyataan Winarno (1997), bahwa produk 5,00

4,75
pangan dengan kadar air kurang 14% 4,49
cukup aman untuk mencegah
Kadar Abu (%)

4,37
4,37

4,34
4,30

pertumbuhan kapang, sedangkan kadar air 4,50


4,25
4,22
4,18
4,18
4,16

4,10
maksimum produk kering seperti tepung
4,05

dan pati adalah 10%. 4,00


Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa
semakin tinggi suhu dan lama pengeringan
3,50
maka kadar air bahan akan semakin
45C 55C 65C 23C
rendah. Hal ini disebabkan terjadi (Kontrol)
penguapan air yang sangat besar pada Suhu Pengeringan
suhu dan lama pengeringan yang tinggi Gambar 4: Grafik Kadar Abu Tepung
sehingga potongan jamur dapat kering Jamur Tiram Putih
dengan sempurna dan kadar air tepung
yang dihasilkan menjadi rendah. Seperti Secara umum dapat dilihat bahwa
yang dikemukaan oleh Taib et al. (1997) perlakuan yang diterapkan pada proses
dalam Fitriani (2008) bahwa kemampuan produksi tepung jamur tiram putih
bahan untuk melepaskan air dari berbanding lurus dengan kadar abu yang
permukaannya akan semakin besar dengan dihasilkan, yaitu semakin tinggi suhu dan
meningkatnya suhu udara pengering yang lama pengeringan yang digunakan maka
digunakan dan makin lamanya proses kadar abu tepung juga akan semakin tinggi.
pengeringan, sehingga kadar air yang Berdasarkan analisis ragam ANOVA
dihasilkan semakin rendah. (P<0,05) diketahui bahwa lama
Dalam penentuan daya simpan dan pengeringan, kombinasi suhu dan lama
keawetan tepung jamur selain dipengaruhi pengeringan serta interaksi antara
oleh kadar air juga dipengaruhi oleh nilai keduanya tidak berpengaruh nyata

5
terhadap kadar abu tepung jamur tiram menguap. Hal ini akan menyebabkan
putih. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai kandungan protein menjadi rendah.
F.Hitung dari ketiga faktor sidik Berikut adalah grafik rerarta nilai kadar
keragaman tersebut tidak lebih besar dari abu yang dihasilkan:
F.tabel 5%. Disamping itu, diketahui pula
bahwa faktor yang berpengaruh terhadap 4 jam 4,5 jam 5 jam 5,5 jam 50 jam (Kontrol)
kadar abu tepung jamur tiram putih hanya
25,00

19,20
suhu pengeringan. Seperti yang

18,67
17,89
17,13
16,40
16,01
15,39
15,28
Kadar Protein (%)
dikemukakan oleh Darmajana (2007),

14,94
14,91
14,65
20,00

13,17
bahwa dengan bertambahnya suhu

10,93
15,00
pengeringan maka kadar abu akan
10,00
cenderung meningkat.
Diduga peningkatan suhu 5,00
pengeringan akan menyebabkan kenaikan 0,00
kadar abu tepung jamur tiram putih karena 45C 55C 65C 23C
kandungan air pada potongan jamur (Kontrol)
Suhu Pengeringan
mengalami penurunan lebih tinggi
sehingga bahan-bahan yang tertinggal pada Gambar 5: Grafik Kadar Protein Tepung
jamur akan meningkat salah satunya Jamur Tiram Putih
adalah mineral. Menurut Sudarmadji dkk.
(1997), kadar abu tergantung pada jenis Dari gambar 5 diketahui semakin
bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu tinggi suhu dan lama pengeringan maka
yang digunakan saat pengeringan. kadar protein tepung jamur tiram putih
Disamping itu, Muchtadi (1997) juga juga semakin meningkat. Hal ini
menyatakan bahwa proporsi kadar abu disebabkan penguapan air dari dalam
dalam suatu bahan pangan dipengaruhi bahan semakin besar. Sesuai dengan
oleh spesies, keadaan unsur hara tanah, pernyataan Adawyah (2007), bahwa kadar
kematangan tanaman, iklim, daerah tempat air yang mengalami penurunan akan
tumbuh, dan perlakukan penanaman. mengakibatkan kandungan protein di
dalam bahan meningkat. Hal ini didukung
Kadar Protein oleh pernyataan Hutuely et al (1991) dalam
Pada umumnya kadar protein Sani (2001), bahwa dengan mengurangi
dalam bahan pangan dapat menentukan kadar air, bahan pangan akan mengandung
mutu bahan pangan tersebut (Winarno, senyawa-senyawa seperti protein,
1997). Dimana semakin tinggi kadar protein karbohidrat, lemak, dan mineral dalam
bahan pangan maka mutu bahan tersebut konsentrasi yang lebih tinggi, tetapi
semakin baik. Dari data yang diperoleh umumnya kandungan vitamin pada bahan
diketahui rerata kadar protein yang tersebut akan berkurang. Jika dibandingkan
dihasilkan berkisar antara 13,17 19,20%. dengan kadar protein dari perlakuan
Jika dibandingkan dengan penelitian kontrol maka dapat diketahui bahwa
sebelumnya dari Puspitasari (2014) yang penggunaan alat pengering akan
menghasilkan kadar protein tepung jamur memberikan hasil yang lebih baik. Diduga
tiram putih terbaik sebesar 16,95%, maka hal ini disebabkan cuaca pada saat
dapat diketahui bahwa kadar protein yang pengeringan alami (kontrol) sedang kurang
dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi baik dengan suhu lingkungan berkisar
2,25%. Diduga perbedaan ini disebabkan 230C-250C, sehingga potongan jamur tidak
perbedaan metode pengeringan yang kering secara merata dan masih
digunakan. Dimana Puspitasari mengandung air.
menggunakan suhu pengeringan 600C Disamping itu, diketahui pula
selama 11 jam dengan alat pengering oven bahwa terjadi peningkatan kadar protein
yang memiliki luas loyang lebih kecil yang kurang signifikan dari setiap
dibandingkan loyang pada pengering tipe perlakuan. Diduga hal ini disebabkan
rak, sehingga potongan jamur mengalami kandungan protein yang mulai
penumpukan dan kandungan air sulit terdenaturasi akibat suhu dan waktu

6
pengeringan yang semakin meningkat, 4 jam 4,5 jam
seperti yang dikemukaan oleh Yuniarti

82,17
81,70

80,20
79,77
85,00

79,07
dkk. (2013), bahwa pemanasan yang terlalu

78,90
78,80

78,70
75,13
lama dengan suhu yang tinggi akan

74,53
80,00

73,93
Derajat Putih

71,80
menyebabkan protein terdenaturasi.

69,30
75,00
Pemanasan dapat merusak asam amino
70,00
dimana ketahanan protein oleh panas
65,00
sangat terkait dengan asam amino
penyusun protein tersebut sehingga hal ini 60,00
yang menyebabkan kadar protein menurun 45C 55C 65C 23C
(Kontrol)
dengan semakin meningkatnya suhu
Suhu Pengeringan
pemanasan. Hal ini menunjukkan bahwa
Gambar 6: Grafik Derajat Putih Tepung
dalam proses produksi tepung jamur tiram
Jamur Tiram
putih diperlukan kombinasi suhu dan lama
pengeringan yang tepat agar kadar protein
Dari gambar diatas dapat dilihat
yang dihasilkan optimal.
bahwa semakin tinggi suhu pengeringan
Derajat Putih dan lama pengeringan maka derajat putih
Warna merupakan salah satu tepung jamur tiram semakin tinggi.
parameter yang penting untuk menentukan Dimana derajat putih tepung jamur tiram
mutu dari produk tepung yang dihasilkan. berkisar 69,30-82,17. Nilai ini sudah
Umumnya konsumen akan lebih menyukai mendekati angka 100, yang berarti tepung
tepung dengan derajat putih yang tinggi. jamur tiram tersebut memiliki tingkat
Pengukuran derajat putih dilakukan kecerahan yang lumayan baik. Derajat
dengan menggunakan alat colourreader. putih tertinggi diperoleh pada suhu 650C
Dengan alat ini derajat putih tepung akan dan lama pengeringan 5,5 jam dengan nilai
terbaca secara kuantitatif sebagai nilai L. L*82,17, a* 0,03 dan b* 4,90 yang berarti
Dimana nilai L tersebut memiliki rentang tepung yang dihasilkan berwarna putih
skor 0 100. Semakin cerah tepung yang cerah dan hampir tidak mengandung unsur
diukur maka nilai L akan mendekati 100. warna merah serta mengandung sedikit
Begitu pula sebaliknya. Berdasarkan warna kekuningan. Hal ini disebabkan
analisis sidik ragam diketahui bahwa kadar air pada kondisi tersebut cukup
kombinasi suhu dan lama pengeringan rendah sehingga potongan jamur dapat
serta faktor lama pengeringan itu sendiri kering secara menyeluruh dan tingkat
memiliki pengaruh yang sangat nyata kecerahan tepung jamur yang dihasilkan
terhadap derajat putih tepung jamur tiram, akan meningkat. Sedangkan pada suhu
sedangkan suhu pengeringan hanya pengeringan yang rendah dan waktu
berpengaruh nyata karena nilai pengeringan yang cepat kondisi potongan
F.hitungnya tidak lebih besar dari F.tabel jamur masih lembab atau belum kering
1%. Dari hasil tersebut dilakukan uji lanjut secara keseluruhan, sehingga terdapat
Beda Nyata Jujur (P>0,01 dan P>0,05) yang beberapa bagian yang berwarna cokelat
menunjukkan perlakuan dengan suhu 650C karena masih mengandung air dan
dan lama pengeringan 5,5 jam memiliki memiliki nilai Aw (aktivitas air) tinggi
pengaruh yang sangat berbeda nyata yang mengakibatkan terjadinya proses
dengan perlakuan lainnya. Dimana pada enzimatis. Hal ini tentu akan
perlakuan tersebut diperoleh nilai derajat mengakibatkan tepung yang dihasilkan
putih tertinggi. Berikut adalah grafik rerata berwana kusam atau gelap. Sesuai dengan
nilai derajat putih tepung jamur tiram: pernyataan Ardiansyah dkk. (2014), bahwa
penyerapan air yang besar pada proses
pengeringan akan mengakibatkan
penyusutan volume yang lebih besar dan
menyebabkan intensitas warna cokelat
lebih meningkat. Disamping itu, pada
proses produksi tepung jamur tiram putih

7
ini juga terdapat tahapan blanching yang tidak ada kriteria derajat putih yang
diduga dapat menghambat terjadinya diharuskan, karena warna tepung secara
proses pencokelatan pada jamur yang umum akan sesuai dengan spesifikasi
dikeringkan. Hal ini dikemukakan oleh bahan aslinya.
Desrosier (1988), bahwa pencoklatan pada
pengeringan dapat dicegah dengan Perlakuan Terbaik
melakukan inaktivasi sistem enzim dengan Perlakuan terbaik ditentukan
cara blansing pada air mendidih atau uap dengan mempertimbangkan parameter
air. yang berpengaruh terhadap tepung jamur
Dari gambar 6 diketahui pula tiram putih. Dalam hal ini parameter yang
bahwa derajat putih tepung jamur tiram dianalisis adalah rendemen, kadar air,
dari perlakuan kontrol lebih tinggi kadar abu, kadar protein dan derajat putih.
dibandingkan tepung dari beberapa Penentuan perlakuan terbaik dilakukan
perlakuan yang mengunakan alat secara kuantitafif yaitu dengan melihat
pengering. Diduga hal ini disebabkan nilai rerata tertinggi atau terendah pada
potongan jamur pada kondisi tersebut lebih masing-masing parameter. Untuk
keras dibandingkan potongan jamur pada parameter rendemen, kadar protein dan
pengeringan alami (kontrol) yang memiliki derajat putih, perlakuan terbaik adalah
kadar air lebih tinggi, seperti yang perlakuan yang menghasilkan nilai
dijelaskan oleh Ardiansyah dkk. (2014) tertinggi sedangkan untuk perameter kadar
bahwa jamur tiram akan mengalami air dan kadar abu, perlakuan terbaik adalah
perubahan tekstur selama pengeringan dan perlakuan yang menghasilkan nilai
jamur yang mempunyai tekstur lebih keras terendah. Berikut ini adalah rangkuman
akan menyebabkan peningkatan intensitas rerata nilai yang dihasilkan pada masing-
warna cokelat pada jamur kering. masing parameter:
Disamping itu, menurut syarat mutu SNI

Tabel 1. Rerata Rendemen, Kadar Abu, Kadar Air, Kadar Protein, dan Derajat Putih Tepung
Jamur Tiram
Rendemen Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein
Perlakuan Derajat Putih
(%) (%) (%) (%)
T1L1 4,49 10,57 4,05 * 13,17 69,30
T1L2 5,54 9,63 4,16 14,65 71,80
T1L3 6,02 8,93 4,18 14,91 75,13
T1L4 6,07 8,63 4,18 14,94 73,93
T2L1 5,89 9,10 4,22 15,28 74,53
T2L2 6,82 7,17 4,25 15,39 78,80
T2L3 6,93 6,70 4,37 16,01 79,07
T2L4 7,20 5,70 4,37 16,40 81,70
T3L1 6,80 5,70 4,30 17,13 80,20
T3L2 7,02 5,50 4,34 17,89 78,70
T3L3 7,09 5,20 4,49 18,67 79,77
T3L4 7,34 * 4,30 * 4,75 19,20* 82,17 *
Sumber : Data Primer 2015
Keterangan :Tanda * menunjukkan nilai terbaik pada masing-masing parameter

Dari tabel diatas secara umum standart mutu SNI yaitu kurang dari 10%.
dapat dilihat bahwa perlakuan T3L4 (suhu Selain itu, pada perlakuan T3L4 ini juga
650C, lama pengeringan 5,5 jam) adalah diperoleh rerata kadar protein dan derajat
perlakuan terbaik dalam penelitian ini, putih tertinggi yaitu 19,20%, dan 82,17.
karena pada perlakuan tersebut diperoleh Walaupun perlakuan T3L4 memiliki kadar
rerata rendemen tertinggi yaitu 7,34% abu yang cukup tinggi yaitu 4,75%, namun
dengan nilai kadar air terendah yaitu secara umum perlakuan tersebut
4,30%. Nilai kadar air ini telah memenuhi memberikan hasil terbaik terhadap mutu

8
tepung jamur tiram putih karena empat Nenas. Seminar Nasional Teknik
dari lima parameter yang dianalisis Kimia UGM. Yogyakarta.
memberikan hasil terbaik pada perlakuan Desrosier, N.W. 1988. Teknologi
tersebut. Pengawetan Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
KESIMPULAN Djarijah, N. M. dan Djarijah Abbas Siregar.
2001. Budidaya Jamur Tiram:
Dari pembahasan yang telah Pembibitan, Pemeliharaan dan
dilakukan maka diperoleh kesimpulan Pengendalian Hama Penyakit.
sebagai berikut: Kanisius. Yogyakarta.
1. Semakin tinggi suhu dan lama Fitriani, S. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama
pengeringan maka rendemen, kadar Pengeringan Terhadap Beberapa
abu, kadar protein, dan derajat putih Mutu Manisan Belimbing Wuluh
tepung jamur tiram akan semakin (Averrhoa bilimbi L) Kering. Jurnal
meningkat, sedangkan kadar airnya Sagu. 7(1):32-37.
menurun. Begitu pula sebaliknya. Hedritomo, H. I., D. Tjokrokusumo, dan I.
Disamping itu, diketahui pula bahwa Djajanegara. 2008. Pengaruh Mutasi
tidak terjadi interaksi antara suhu Radiasi Sinar Gamma (Co60)
pengeringan dan lama pengeringan. terhadap Produksi Jamur Tiram
2. Perlakuan dengan suhu pengeringan Putih (Pleurotus ostreatus Jack.).
650C dan lama pengeringan 5,5 jam Jurnal Biotika 6 (1): 8-14.
menghasilkan tepung jamur tiram putih Herudiyanto, M dan V.A. Agustina. 2009.
dengan mutu terbaik. Pada kombinasi Pengaruh Cara Blansing pada
suhu dan lama pengeringan ini Beberapa Bagian Tanaman Katuk
dihasilkan rendemen tertinggi yaitu (Sauropus anrogynus L.Merr)
7,34%, kadar air 4,30%, kadar abu 4,75%, terhadap Warna dan Beberapa
kadar protein 19,20%, dan derajat putih Karakteristik Lain Tepung Katuk.
82,17. Skripsi Universitas Padjajaran.
Bandung.
Kusnandar, F. 2010. Memahami Aktivitas
DAFTAR PUSTAKA Air dan Hubungannya dengan
Keawetan Pangan. Diakses 3 Mei
Achyadi, N. S. dan H. Afiana. 2004. 2015.http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/in
Pengaruh Konsentrasi Bahan dex.php?option=com_content&task=
Pengisi dan Konsentrasi view&id=108&Itemid=100
SukrosaTerhadap Karakteristik Legowo, A. M. dan Nurwanto. 2004.
Fruit Leather Cempedak Analisis Pangan. Diktat Kuliah
(Actocarpus champeden lour). Program Studi Teknologi Ternak
Skripsi Fakultas Teknik Universitas Fakultas Peternakan UNDIP.
Pasundan. Bandung. Semarang.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Pengolahan Pangan. Fakultas
Jakarta. Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Ardiansyah, F. Nurainy, dan S, Astuti. Permatasari, W.N. 2002. Kandungan Gizi
2014. Pengaruh Perlakuan Awal Bakso Campuran Daging Sapi
terhadap Karakteristik Kimia dan dengan Jamur Tiram Putih
Organoleptik Tepung Jamur Tiram (Plaerotus Ostreatus) pada Taraf
(Plaerotus Ostreatus). Jurnal yang Berbeda. Jurusan Ilmu
Teknologi Industri dan Hasil Produksi Ternak Fakultas
Pertanian 19 (2): 117-126. Peternakan IPB. Bogor.
Darmajana, A. D. 2007. Pengaruh Puspitasari, G.G. 2014. Pemanfaatan Jamur
Konsentrasi Natrium Bisulfit Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Terhadap Mutu Tepung Inti Buah sebagai Tepung, Kajian Pengaruh
Suhu dan Lama Pengeringan.

9
Skripsi FTP Universitas Brawijaya. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Malang. Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Raharjo, S. 2010. Uji Kinerja Cabinet Dryer Jakarta.
dengan Sistem Tray dengan Yuniarti, D.W., T.D. Sulistiyati, dan E.
Pengurangan Kadar Air pada Jamur Suprayitno. 2013. Pengaruh Suhu
Tiram. Thesis Teknik Kimia Pengeringan Vakum terhadap
Universitas Diponegoro. Semarang. Kualitas Serbuk Albumin Ikan
Sandjaja, A. 2009. Kamus gizi: pelengkap Gabus (Ophiocephalus Striatus).
kesehatan keluarga. Penerbit Buku Jurnal THPi Student 1 (1): 1-11
Kompas. Jakarta.
Sani, M. 2001. Upaya pengolahan ikan
patin (Pangasius pangasius) sebagai
bahan baku ikan asin jambal roti.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB. Bogor.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisis untuk
Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
Sulistyowati, R. 2004. Pengaruh Suhu dan
Lama Pengeringan dengan
menggunalan Cabinet Dryer
terhadap Kadar Air, Protein dan
Lemak pada Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah.
Malang.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi
Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi
Pertanian 4 (2): 124-130.
Taib, Gunarif, S. Gumbiro dan Sutedja.
1988. Operasi Pengeringan Pada
Pengolahan Hasil Pertanian. PT
Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Trisusanto. 1974. Pengeringan Salah Satu
Cara Pengawetan Hasil Pertanian.
Agrivita 4 (5): 9-12.
Widyasustuti, N dan Sri Istini. 2004.
Optimasi Proses Pengeringan
Tepung Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Ilmu
Kefarmasian Indonesia 2 (1): 1-4.
Winarno, F.G. 1993. Pangan
Gizi,Teknologi dan Konsumen.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai