Anda di halaman 1dari 3

Oleh : Farida Indri Utami S.H M.

MENCEGAH INTOLERANSI

Kita hidup dalam negara yang penuh dengan keragaman agama, suku, dan budaya. Dengan
adanya keragaman tersebut tentu kita tidak akan luput dari sebuah perbedaan. Meski kita berbeda
agama, suku, dan budaya bukan berarti kita tidak bisa bersatu. Untuk mempersatukan perbedaan
diantara kita, perlu adanya usaha yang maksimal salah satunya dengan bertoleransi terhadap
sesama manusia.

Apabila kita menginginkan sebuah kehidupan yang rukun, harmonis, aman, dan tentram tentu
kita harus menerapkan sikap toleransi dengan baik. Terutama menerapkan sikap toleransi dalam
kehidupan beragama. Pada kenyataannya di Indonesia sikap toleransi masih belum begitu stabil,
untuk itu perlu adanya peningkatan dalam bertoleransi agar supaya kerukunan dan keharmonisan
serta ketentraman hidup dapat terwujudkan. Sebelum melanjutkan pembahasan berikutnya, saya
akan lebih dulu menjelaskan arti dari toleransi.

Pengertian toleransi secara luas adalah sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari
nilai-nilai atau norma-norma agama, hukum, dan budaya, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.

Toleransi juga dapat dikatakan dalam istilah konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap
dan perilaku yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda
atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Dari definisi tersebut dapat
kita simpulkan bahwa toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang
ada antarumat beragama.

Karena di Indonesia sikap toleransi dalam kehidupan beragama masih belum stabil, perlu adanya
usaha untuk meningkatkan sikap toleransi. Di Indonesia masih sering terjadi intoleransi dan
diskriminasi antarumat beragama. Contohnya penyerangan dan pembakaran yang terjadi di
Distrik Karubaga, Tolikara, Papua pada tanggal 19 Juli 2015.

Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat non muslim Papua terhadap jemaah shalat idul fitri di
Kabupaten Tolikara, Papua membuka mata kita, bahwa intoleransi dan diskriminasi di Indonesia
masih sangat rentan, terlebih kasus ini terjadi di hari besar umat muslim dunia. Tindakan ini juga
tentu mencederai nilai-nilai pluralitas di Indonesia. Banyaknya agama seharusnya adalah
keunikan hidup di Negara dengan populasi terbesar ke empat di dunia ini, bukan menjadi penjara
bagi para minoritas yang sah di suatu tempat atau daerah di Indonesia.

Tindakan pelemparan batu dan pembakaran masjid oleh masyarakat non muslim Tolikara dapat
kita simpulkan sebagai tindakan radikal dan pelaku dapat dikategorikan sebagai kelompok
ekstrimis. Terjadinya intoleransi dan diskriminasi disebabkan karena masyarakat memandang
bahwa unsur agama adalah hal yang frusial.

Padahal unsur agama adalah hal utama yang begitu penting bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Intoleransi dan diskriminasi juga bisa terjadi karena kurangnya kesadaran dalam
bertoleransi dan kurangnya iman pada diri masing-masing setiap umat manusia yang memiliki
keyakinan tersendiri. Kita tahu bahwa setiap agama, baik Islam, Kristen, dan agama-agama
Oleh : Farida Indri Utami S.H M.H

lainnya mengajarkan kebaikan dan hidup bertoleransi antarumat beragama. Namun pada
kenyataannya justru konflik dan pertikaian sering terjadi yang mengatas namakan harga diri
karena untuk mempertahankan agama.

Agama seharusnya bisa menjadi energi positif untuk membangun nilai toleransi guna
mewujudkan Negara yang adil dan sejahtera serta hidup berdampingan dalam perbedaan. Untuk
itu kita perlu menyadari meski setiap agama tidak sama, namun pasti setiap agama mengajarkan
sikap toleransi, baik dalam kehidupan beragama maupun kehidupan dalam dunia majemuk dan
diperlukan kesediaan menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, berbudaya,
dan keyakinan agama yang berbeda.

Keanekaragaman itu indah bila kita menyadari dan mensyukuri setiap perbedaan yang ada dan
menjadikan perbedaan itu sebagai warna-warni kehidupan, seperti halnya pelangi yang terdiri
dari warna-warna yang berbeda namun menyatu untuk memancarkan keindahan. Untuk itu
menyatukan umat manusia yang berbeda agama, suku, dan budaya diperlukan peningkatan
toleransi dan iman yang kuat. Dengan iman yang kuat akan menjauhkan kita dari tindakan yang
melanggar norma hukum dan norma agama. Iman juga dapat menyadarkan kita bahwa sikap
diskriminasi terhadap umat agama lain dapat menjerumuskan kita pada dosa.

Jika kita ingin kehidupan yang rukun, harmonis, aman, dan tentram antarumat beragama
seharusnya kita terapkan sikap toleransi dengan sebaik mungkin. Sebagaimana yang telah
diterapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam. Berikut kisah Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wassalam dalam bertoleransi.

Suatu hari jenazah orang Yahudi melintas di depan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wassalam dan para sahabat. Nabi Muhammad SAW pun berhenti dan berdiri. Para sahabat
terkejut, kemudian bertanya : Kenapa engkau berhenti Ya Rasulullah?, sedangkan itu adalah
jenazah orang Yahudi . Nabi pun menjawab : Bukankah dia manusia? ( HR. Bukhari).

Ketika Rasulullah SAW tiba-tiba berdiri, tentu saja para sahabat kaget. Namun, para sahabat
akhirnya paham ternyata Rasulullah SAW tidak mengikuti ritual pemakaman orang Yahudi
tersebut. Beliau Cuma berdiri, tidak sampai menghantarkan ke liang lahat dengan berbagai
ritualnya.

Inilah toleransi, menghormati tanpa mengakui keimanan Non Muslim. Iman tidak perlu digerus
untuk menjadi toleran melainkan untuk menjauhkan kita dari perbuatan tercela termasuk
diskriminasi. Iman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat begitu sempurna, akan tetapi
mereka juga bisa bertoleran.

Jadi, toleransi islam antar umat beragama itu hanya menyentuh ranah social. Coba perhatikan,
Nabi Muhammad SAW berkata alasannya menghormati ; Bukankah dia manusia . Dan karena
itu Nabi Muhammad SAW tidak mengatakan ; Bukankah dia Yahudi . Sebab toleransi bukan
dengan membenarkan ke-yahudian-nya. Membenarkan keyakinan agama lain bukanlah disebut
toleransi, tapi pluralisasi.
Oleh : Farida Indri Utami S.H M.H

Sedangkan pluralisme tidak ada dalam kamus islam. Setiap muslim yang beriman, harus
komitmen dengan keyakinannya. Coba kita renungkan dari kisah Nabi Muhammad SAW
tersebut, bahwasannya toleransi diterapkan bukan untuk membenarkan agama lain tetapi untuk
menghormati dan menghargai sesama umat manusia, karena pada dasarnya kita semua sama di
mata Allah SWT hanya iman dan takwa kitalah yang membedakannya. Sangat disayangkan,
sebagian umat manusia masih belum bisa menerapkan sikap toleransi dengan baik karena
kurangnya kesadaran terhadap diri masing-masing.

Adapun cara yang dapat meningkatkan sikap toleransi antara lain :

a. Menumbuhkan rasa Kebangsaan & Nasionalisme


b. Mengakui & menghargai hak asasi manusia
c. Tidak memaksakan kehendak orang lain dalam memilih agamanya
d. Memberikan bantuan pada setiap yang membutuhkan tanpa memandang perbedaan
e. Memperkokoh silaturahmi & menerima perbedaan

Pada hakikatnya Indonesia adalah Negara yang memiliki keragaman agama, suku, dan budaya.
Namun keanekaragaman tersebut tidak akan menjadikan kita tercerai berai bila kita dapat
menjaga keanekaragaman itu dengan saling bertoleran. Toleransi adalah tonggak untuk
mewujudkan kehidupan yang rukun, harmonis, aman, dan tentram. Untuk itu marilah kita saling
toleran agar supaya perbedaan diantara kita dapat menyatu dan menjadikan Negara kita Negara
yang majemuk dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai