Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Grafting dan Buding

Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan

batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga

tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.

Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang

dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan

ini bersama-sama membentuk individu yang baru.

Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tigagolongan besar,

yaitu :

1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi

2. Scion grafting, lebih populer dengan graftingsaja, yaitu sambung pucuk atau enten

3. Grafting by approachatau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga

batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing

Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting

1. Keuntungan

Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan

vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.

Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap

keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau

gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.

Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang

tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.


Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan

mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman

kehutanan).

2. Kerugian

Bagi tanaman kehutanan, kemungkinanjika pohon sudah besar gampang patah

jika ditiup angin kencang

Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara sciondan rootstock

Sumber : Suwandi. 2010. Petunjuk Teknis Perbanyaan Tanaman Dengan Cara


Sambungan (Grafting). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta.

Perbedaan Grafting dan Budding

Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian

tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang

utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas

luka sambungan atau tautannya.

Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan

disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.

Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan

merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas

(entres), baik itu berupatunas pucuk atau tunas samping.

Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua

varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan

antar varietas pada tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan


penyambungan antara dua tanaman yangberlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu

famili. Tanaman mangga (Mangifera indica) disambung denga tanaman kweni

(Mangifera odorata).

Manfaat sambungan pada tanaman:

Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan

tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan

produksinya, juga dapatmempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman

berumur genjah) sertamenghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama

dengan induknya.

Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan

inidilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman

melinjo.

Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru

dan menghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku sebaliknya.

Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman

yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan

tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka

sambungan atau tautannya.

Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan

disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.

Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan

merupakan potongan satu mata tunas (entres)


Sumber : Prastowo N, J.M. Roshetko. 2006.Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan
Vegetatif Tanaman Buah.World Agroforestry Centre (ICRAF) dan
Winrock International. Bogor.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Metode Grafting

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi

bibit dengan metode grafting yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh,

panjang entris). {2) faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca,

waktu pelaksanaan grafting (pagi,siang, sore hari), dan (3) faktor keterampilan orang

yang melakukan grafiing. Panjang entrisberkaitan dengan kecukupan cadangan

makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang

entris diharafkan makin banyak pula cadangan energinya. Sedang kondisi cuaca atau

waktu pelaksanaan grafting berkaitan dengan tingginya laju transpirasi yakni

penguapan air dari permukaan tanaman.

Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa pada kondisi mendung (cuaca

berawan/suhurendah), pertautan sambungan berlangsung lebih baik daripada kondisi

cuaca panas terikmatahari. Pada waktu pagi dan siang hari laju transpirasi lebih tinggi

dibanding sore harisehingga kandungan air dalam jaringan berkurang; Dengan kata

lain saat laju transpirasi tinggimengakibatkan tekanan turgor sel rendah (sel

mengempis) atau kekurangan air' salah satuakibat dari kekurangan air adalah

pembesaran dan pembelahan sel terhambat.

Penggunaan dan pemilihan tipe batang atas yang baik dan mengetahui kapan

batang bawah berada dalam stadia aktifitas vegetatif yang baik merupakan
pertimbangan penting berhasilnya penyatuan sambungan. Maka perlu diketahui umur

batang bawah yang palingsesuai untuk disambung pada masing-masing varietas,

dimana pertumbuhan bibit setelahpenyambungan (tinggi batang atas dan lebar daun

bibit) dipengaruhi oleh umur batang bawahyang digunakan.

Sumber : Naispopos, N. 2015. Teknik Grafting Untuk Perbanyakan Tanaman.


Fakultas Biologi Unsoed. Surabaya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan

Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam

keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.

Graftingtidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.

Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak

salah satu dari bagiannya.

Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam

dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.

Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada

kambium, dan diusahakan penyayatan pada scionjangan sampai berulang-

ulang.

Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada

rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.

Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu

setelah penyambungan.

Sumber : Suwandi. 2010. Petunjuk Teknis Perbanyaan Tanaman Dengan Cara


Sambungan (Grafting). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta
Rootstock

Batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi

sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran dan

berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya.

Oleh karenanya, perlu pemilihan rootstock yang baik. Batang bawah ini berasal dari

bibit Jati yang disemaikan dari biji dan telah berumur sekitar 12- 15 bulan dengan

diameter berkisar antara 1,5 2,5 cm. Rootstock yang dipilih mempunyai batang

yang lurus, tidak banyak percabangan dan pertumbuhannya baik dan sehat.

Sumber : Sulaeman, M. 2012. Teknik Grafting Pada Jati. Jurnal Informasi Teknis.
Vol 12 No.2.

Mata Tunas (Scion)

Mata tunas yang belum pecah biasanya muncul pada ranting pohon. Bakal

tunas tersebut belum mengeluarkan daun muda, akan tetapi bakal daunnya sudah ada.

Ciri-cirinya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan dan permukaannya

diselimuti bulu halus. Mata tunas tersebut tumbuh pada bekas tangkai daun (Gambar

2). Gambar 3 menunjukkan mata tunas yang sudah pecah.

Sumber : Sulaeman, M. 2012. Teknik Grafting Pada Jati. Jurnal Informasi Teknis.
Vol 12 No.2.

Tahapan Penyatuan Batang Atas dan Bawah Pada Teknik Grafting dan

Budding

Sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan diantaranya adalah :

A. Batang bawah (rootstock) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman itu kompatibel

dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel dengan berbagai

jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel disini adalah kemampuan

dua tanaman untuk membentuk sambungan (budingatau grafting) dengan baik

dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.

Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan

penyakit yang ada didalam tanah.

Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan, dengan

demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang

atas.

Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam kualitas maupun

kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman kehutanan) pada

tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.

Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.

B. Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari

serangan hama dan penyakit.

Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawah, yaitu

sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah. Diameter paling besar 1

cm.

Cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki,

misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (untuk tanaman buah-buahan)


berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan diameter cepat (jika jenis tanaman

kehutanan).

Bisa menyesuaikan diri denganbatang bawah sehingga sambungan kompatibel

C. Pengumpulan Scion

Pengumpulan sebaiknya berasal dari pohon yang muda dan sehat, yang

sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki.

Pilih cabang muda yang mempunyai beberapa mata tunas yang dorman, lurus,

diameternya disesuaikan dengan batang bawahnya (rootstock) yang umum

digunakan berdiameter 1 cm.

Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan

Pilih cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena

serangan hama.

Usahakan pengambilan scion pada pagi hari sebelum tengah hari.

Sumber : Suwandi. 2010. Petunjuk Teknis Perbanyaan Tanaman Dengan Cara


Sambungan (Grafting). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta

Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada

tahun-tahun pertama dibandingkan dengan metode grafting lain karena mata tunas

tidak mudah bergeser. Budding juga lebih ekonomis digunakan sebagai metode

perbanyakkan karena tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru (Hartmann

dkk., 1997). Masalah yang sering terjadi dalam proses penyambungan adalah

sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi

pertumbuhan aktif, yakni pada saat daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan
dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam

kondisi dorman.

Berikut merupakan tahapan dalam pembuatan grafting dengan teknik budding:

a. Pemotongan batang utama rootstock

Batang utama dipotong pada ketinggian setengah dari tinggi total rootstock.

Ketinggian tersebut ideal karena apabila terlalu rendah bisa mati

b. Membuat sayatan pada kulit rootstock

Rootstock yang telah dipotong kemudian disayat kulitnya dengan ukuran

kurang lebih 5 sentimeter. Arah sayatan dimulai dari atas ke pangkal batang,

kemudian pada akhir sayata kulit dipotong dengan sudut 45 derajat. Akhir sayatan

tersebut nantinya untuk tempat menempelkan scion sehingga memungkinkan

terjadinya kontak langsung kambium antara rootstock dan scion (Gambar 10).

Permukaan sayatan dihaluskan agar proses pertautan menjadi sempurna.

c. Memotong dan menghaluskan scion

Ranting yang ada mata tunasnya dipotong dengan posisi mata tunas berada

ditengah-tengah antara kedua potongan. Potongan tersebut selanjutnya dibelah untuk

mendapatkan bilah mata tunas yang siap untuk ditempel. Permukaan bekas belahan

tersebut dihaluskan dan diratakan menggunakan cutter. Pemilihan mata tunas harus

disesuaikan dan tidak boleh terlalu besar dari diameter rootstock-nya karena akan

kesulitan saat pertautan dilakukan (Gambar 11).

d. Menempelkan dan mengikat scion

Permukaan scion dan rootstock yang sudah rata segera ditempelkan. Saat

menempelkan harus diperhatikan pangkal dan ujung scion tersebut (jangan terbalik).
Posisi pangkal harus berada di bawah dan dilekatkan pada pangkal sayatan rootstock

sehingga terjaSdi pertemuan antara kulit rootstock dan kulit scion. Dari pertemuan

kedua kulit tersebut diharapkan akan terjadi pertautan kambium diantara keduanya.

Selanjutnya diikat menggunakan plastik agar kokoh pertautannya. Ikatan dimulai dari

bagian bawah ke atas dan kembali ke bawah hingga di pangkal sayatan. Ikatan harus

rapat agar air tidak masuk yang dapat menyebabkan scion membusuk (Gambar 12

dan 13)

Sumber : Sulaeman, M. 2012. Teknik Grafting Pada Jati. Jurnal Informasi Teknis.
Vol 12 No.2.

Anda mungkin juga menyukai