Disusun Oleh :
1. Adhe Julian Pertananda (0615 4042 1929)
2. Febi Dwi Kania (0615 4042 1942)
3. Isma Uly Maranggi (0615 4042 1944)
Kelas : 4KIB
Dosen Pembimbing : Ir. Sofiah, M.T
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Proses
Industri Pembuatan Trikloroetilen dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, terutama dosen pengajar mata kuliah Utilitas, Ibu Ir. Sofiah, M.T. dalam membimbing
penulis untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengenalkan proses
pengolahan air baku termasuk proses-proses yang ada didalam pengolahan air tersebut dalam
skala industri yang sesuai dengan SNI-nya maupun BPOM, yang ada kaitannya dengan teknik
kimia dalam bidang ilmu kimia. Dengan adanya makalah ini diharapkan baik penulis maupun
pembaca dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai proses pengolahan air.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN.i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
BAB I. Pendahuluan...1
a. Pendahuluan.1
b. Rumusan Masalah1
c. Tujuan Makalah...2
BAB II. Pembahasan..2
a. Sifat Fisik dan Sifat Kimia...2
b. Klasifikasi Pembuatan..8
c. Flowsheet/Diagram Blok..9
d. Uraian Proses...12
e. Fungsi Peralatan...13
f. Kegunaan Trikloroetilen......14
BAB III. Penutup....15
a. Kesimpulan.15
DAFTAR PUSTAKA....16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi disebut sebagai
planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak jarang pula kita mengalami
kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau disaat air umur mulai berubah
warna atau berbau. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi
keruh, kotor ataupun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya
merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai.
Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga dan
industri. Air siap dikonsumsi (portable water) adalah air yang aman dan sehat karena air
rentan terhadap penyebaran penyakit yang disebarkan melalui air (water borne desease).
Air yang berasal dari alam terbuka merupakan air murni, karena air tersebut sudah
mengandung mineral mineral, baik yang terlarut maupun yang tidak terlarut. Air dapat
dikelompokkan berdasarkan sumber, kadar mineral dan penggunaannya.
Berdasarkan sumbernya air dikelompokkan menjadi air permukaan, air atmosfir dan air
bawah tanah. Contoh air permukaan adalah air sungai, danau, rawa dan lain lain. Air atmosfir
misalnya uap air dan air bawah tanah adalah air sumur.
Berdasarkan kandungan mineralnya air dibagi menjadi air sadah dan air lunak. Air sadah
mengandung garam garam mineral, misalnya garam Magnesium (Mg) dan kalsium (Ca). air
lunak mengandung hanya sedikit sekali garam garam mineral Mg dan Ca bahkan tidak
mengandung kadar Mg dan Ca.
Berdasarkan penggunaannya air dibagi menjadi air minum dan air industry. Air murni
yang dibutuhkan manusia sehari hari sesuai dengan standar baku air minum. Sedangkan air
industry adalah air yang digunakan dalam proses industri
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia,
dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya
penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain.
Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan
lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam
air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media
pengolahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan air?
2. Ada berapa macam air itu?
3. Bagaimana karakteristik air?
4. Bagaimana cara mengolah air?
C. Tujuan Penulisan
Melalui makalah ini diharapkan pembaca mengetahui tentang:
1. Pengertian air, macam-macam air dan karakteristik air.
2. Membedakan antara air bersih dan air kotor.
3. Cara mengolah air kotor menjadi air bersih.
4. Cara mengolah air bersih menjadi air minum.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan
dengan telaah pada buku-buku atau sumber. Hal ini dapat dijadikan sumber atau referensi
serta memiliki ketersambungan atau keterkaitan materi dengan kajian atau pokok
bahasan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Manusia, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga air mempunyai arti ekonomi yang besar. Air
tidak hanya menyediakan media yang menjadi tempat dimungkinkannya reaksi yang menyokong
kehidupan, tapi air sendiri sering menjadi produk atau reaktan yang penting dari reaksi-reaksi itu.
B. Karakteristik Air
1. Karakteristik fisik Air :
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap
akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi
yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-
tumbuhan.
Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya
kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
kedalam air.
Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta
oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh
adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
2. Karakteristik kimia air :
pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin
baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air
buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas
self purification badan air penerima.
COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik secara kimia.
Reaksi: + 95%terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun,
namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air
tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar
residu terlarut yang tinggi dalam air.
Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun
terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat ( 0,05 mg/l).
Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau
ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen
terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.
Dimana :
V : kecepatan pengendapan
P 1 : berat jenis partikel
P 2 : berat jenis cairan
K : konstanta
n : viskositas
untuk mempercepat pengendapan kotoran maka ditambahkan glokulan dengan
dosis yang tepat, sebab dengan dosis yang terlalu banyak tidak ada pengaruhnya
bila sudah tercapai titik jenuh pengendapan (Soejardi,1985).
Koagulan
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan nagatif
patikel didalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang digunakan
untuk mendestibilisasi muatan negatif partikel. Dalam pengolahan air, sering dipakai
garam Aluminium, Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III).
Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air
seperti terlihat pada tabel 2.1. dibawah ini :
Aluminium atau besi akan bereaksi dengan alkalinitas dalam air. Alkalinitas adalah
kemampuan untuk menetralkan asam. Poly Aluminium Chlorida bekerja pada interval pH
6-9 dengan pH netral adalah 7. Reaksi ini menghasilkan Al(OH)3 yang mengendap. Pada
reaksi ini akan membebaskan asam yang menurut pH larutan dan bereaksi dengan
alkalinitas. Reaksi tersebut tidak sederhana karena hidroksida-hidroksida Al dan Fe
ternyata terbentuk ion-ion yang lain menunjukkan reaksi yang amat kompleks.
Pada penambahan garam Aluminium atau besi, akan segera terbentuk ion-ion
polimer dan dapat terserap oleh partikel-pertikel. PAC benar-benar menggumpalkan zat-
zat tersuspensi dan koloid dalam air untuk menghasilkan flok yang belum sempurna, lalu
Ca(OH)2 berperan untuk mengikat flok-flok yang belum sempurna tersebut menjadi flok-
flok yang lebih sempurna, dengan perbandingan 0,30 ml PAC dan 0,90 ml Ca(OH)2
dalam 500 ml air baku pada uji jar test di laboratorium. Ca(OH)2 bekerja pada pH basa
sebagai flokulan yang menetralisir pH asam yaitu PAC sebagai koagulan, yang kemudian
membentuk flok-flok yang lebih sempurna dan mempercepat pengendapan dalam
penyaringan partikel koloid, yang akan terselubungi oleh koagulan. Muatan partikel
koloid dan hasil hidrolisa akan saling menetralkan sehingga muatan dari partikel ini
mengecil, hingga tergantung dari pH serta semacam dosis koagulan, maka besarnya zat
potensial yang akan diturunkan atau diubah dari sedikit negatif menjadi netral dan
akhirnya posif, dan suspensi ini tidak stabil sehingga terjadi penggumpalan sampai
ukuran yang dapat mengendap.
Bahkan koagulan dapat terhidrolisa dan dapat terbentuk masa yang lebih besar,
dalam hal ini partikel koloid menarik dan menggabungkan sehingga terbentuk gumpalan
dan terjadilah pengendapan yang sempurna dalam tangki flokulator.
Al2(SO4)3.14H2O+3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3+3CaSO4+14H2O+6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka
perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Untuk berlangsungmya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi
membutuhkan kapur berlebih.Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung
mengikuti reaksi :
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika
alkilinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH
optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam
rentang pH ini.Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:
2FeCl3+3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+CaCl2+6CO2
2FeCl3+3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk
umumnya padat dan cepat mengendap.
Tahap layanan
Ca Ca
Mg Mg
2HCO3 + 2HR 2R + 2H2CO3
2Na 2Na
Fe Fe
Layanan
H2SO4 SO4
2HCL + 2ROH 2R 2Cl + 2H2O
2HNO3 2NO3
H2CO3 HCO3
+ ROH R + H2O
H2SiO3 HSiO3
Regenerasi
SO4 Na2SO4
2R 2Cl + 2NaOH 2ROH + 2NaCL
2NO3 NaNO3
HCO3 NaHCO3
R + NaOH ROH +
HSiO3 NaHSiO3
Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam-asam kuat, seperti
HCl dan H2SO4, dan tidak dapat menghilangkan asam-asam lemah, seperti silikat dan
karbonat, sehingga disebut juga Acis Absorber.
Tahap layanan
H2SO4 SO4
2HCl + RNH2 2RNH2 2Cl
2NO3 2NO3
Regenerasi
SO4 H2SO4
3RNH2 2Cl + NaOH 2RNH2 2HCl
2NO2 2HNO3
Operasi system pertukaran ion :
1. Tahap layanan
Merupakan tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion.
Watak dari tahap layanan ini ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan
terhadap waktu atau volume air produk yang dihasilkan.
c. Beban pertukaran ion adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan
dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang diolah selama tahap layanan
dengan konsentrasi ion yang dihilangkan.
Dilakukan setelah kemampuan resin telah mencapai titik jenuh. Sebagai pencuci
digunakan air produk, dengan sasaran :
1. Pemecahan resin yang tergumpal
2. Menghilangkan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin.
3. Menghilangkan kantong-kantong gas dalam unggun
4. Pembentukan ulang lapisan resin
3. Tahap regenerasi
Adalah operasi penggantian ion yang terjerat dengan ion awal yang semula berada
dalam matrik resin dan pengembalian kapasitas resin ketingkat awal atau ketingkat
yang diinginkan.
Operasi regenerasi ;
a. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang digunakan
per volume resin
Efisiensi regenerasi resin penukar katiaon asam lemah dan anion basa lemah (100
%) lebih baik dari resin penukat kation asam kuat dan anion basa kuat (20 50
%), hal ini disebabkan oleh :
- Kekariban resin golongan lemah dengan ion H dan ion OH lebih besar
dibandingkan dengan resin golongan kuat.
- Nilai koefisien selektifitas untuk regenerasi adalah kebalikan dari
koefisien selektifitas untuk pertukaran ion awal.
c. Nisbah regenerasi atau tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah
berat larutan regenerasi (dalam ekivalen atau gr CaCO3) dengan beban pertukaran
ion dalam satuan yang sama.
4. Tahap pembilasan
Tujuan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang terperangkap oleh resin.
Dilakukan dengan ;
a. Tingkat laju alir rendah, untuk menghilangkan larutan regenerasi
b. Tingkat laju alir tinggi, untuk menghilangkan sisa ion.
Untuk memenuhi kebutuhan energy dan sysem pemanasan dalam industry umumnya di penuhi
dengan cara memanfaatkan steam (uap) yang dibangkitkan oleh ketel (boiler).
a. Pengolahan air umpan ketel
Penyebab korosi :
- pH air yang rendah
- gas-gas yang terlarut dalam air, seperti ; O2, CO2, dll
- garam-garam terlarut dan padatan tersuspensi
Proses korosi
- kontak antara permukaan logam dengan air
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2
- Pada saat setimbang reaksi tidak akan terjadi, tetapi dengan adanya
oksigen terlarut dan pH air yang rendah akan mengganggu kesetimbangan
dan reaksi akan bergeser kekanan.
Akibat busa :
- Mempersempit ruang pelepasan uap panas
- Terbawanya air serta kotoran bersama uap air.
- Terjadinya korosi pada logam system ketel
Pemakaian :
1. Ketel beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
2. Sejumlah kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
3. Air baku yang digunakan untuk air umpan ketel telah memenuhi kualitas.
Kesulitan ;
1. Bila kesadahan air umpan sangat tinggi, sehingga banyak lumpur yang terbentuk yang
menyebabkan naiknya jumlah blow down.
2. Memperbesar kemungkinan pembentukan kerak pada system sebelum ketel dan pada
saluran air umpan
1. Berekasi dengan kesadahan dan kandungan silica air umpan dan mencegah pengendapan
pada permukaan logam ketel sebagai kerak.
Ion kalsium : diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit dan
kalsium karbonat
Ion magnesium dan silica : diendapkan dalam bentuk sarpentin, magnesium silikat
dan magnesium hidroksida
reaksi :
2. Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti lumpur, kesadahan dan besi oksida menjadi suatu
masa yang tidak melekat pada logam ketel.
Bahan kimia yang digunakan ; tannin, lignin, dan alginate.
4. Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi.
Senyawa untuk menghilangkan oksigen dalam air ; natrium sulfit dan hydrazine
Reaksi ;
2Na2SO3 + O2 2Na2SO4
N2H2 + O2 2H2O + N2
Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas dengan maksud
untuk menyerap dan memindahkan panas.
Jenis resirkulasi :
- Resirkulasi terbuka
Sebagian air yang telah digunakan, diuapkan untuk mendinginkan bagian
air sisanya
- Resirkulasi tertutup
Pendinginan air kembali dilakukan tidak dengan cara memanfaatkan panas
laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar
panas.
Akibat korosi :
- Penyumbatan dan kerusakan pada system perpipaan
- Kontaminasi produk yang diinginkan, karena adanya kebocoran
- Menurunnya efisiensi perpindahan panas
2. Pembentukan kerak dan deposit
Akibat ;
- Penurunan efisiensi perpindahan panas
- Naiknya kehilangan tekanan, karena naiknya tahanan dalam pipa
- Penyumbatan pipa-pipa berukuran kecil
3. Fouling
Fouling yang berasal dari mikroorganisme pada system air pendingin terutama yang
terdapay pada cooling tower, dapat mengakibatkan ;
- Korosi local
- Penyumbatan
- Penurunan efisiensi perpindahan panas.
Kegunaan pemakaian kedua index ini adalah untuk mengatur kondisi air pendingin agar
tidak membentuk kerak dan tidak bersifat korosif.
LSI berharga positif (+) : air cendrung untuk membentuk kerak CaCO3
Negative (-) : air tidak jenuh dengan CaCO3, dan cendrung untuk
malarutkan CaCO3, dan bersifat korosif.
RSI < 6,0 : kecendrungan pembentukan kerak
RSI > 6,0 : kecendrungan untuk melarutkan CaCO3, dan
bersifat korosif
B. Pengendalian korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara penambahan bahan kimia yang berfungsi
sebagai inhibitor (penghambat).
Bahan kimia yang digunakan ;
- polifosfat,
- kromat,
- dikromat,
- silikat,
- nitrat ferrosianida, dan
- molibdat.
C. Pengendalian fouling