Anda di halaman 1dari 34

UTILITAS

PENGOLAHAN AIR BAKU

Disusun Oleh :
1. Adhe Julian Pertananda (0615 4042 1929)
2. Febi Dwi Kania (0615 4042 1942)
3. Isma Uly Maranggi (0615 4042 1944)
Kelas : 4KIB
Dosen Pembimbing : Ir. Sofiah, M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI D-IV
PALEMBANG 2017
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Proses
Industri Pembuatan Trikloroetilen dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, terutama dosen pengajar mata kuliah Utilitas, Ibu Ir. Sofiah, M.T. dalam membimbing
penulis untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengenalkan proses
pengolahan air baku termasuk proses-proses yang ada didalam pengolahan air tersebut dalam
skala industri yang sesuai dengan SNI-nya maupun BPOM, yang ada kaitannya dengan teknik
kimia dalam bidang ilmu kimia. Dengan adanya makalah ini diharapkan baik penulis maupun
pembaca dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai proses pengolahan air.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dari para pembaca.

Palembang, 1 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN.i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
BAB I. Pendahuluan...1
a. Pendahuluan.1
b. Rumusan Masalah1
c. Tujuan Makalah...2
BAB II. Pembahasan..2
a. Sifat Fisik dan Sifat Kimia...2
b. Klasifikasi Pembuatan..8
c. Flowsheet/Diagram Blok..9
d. Uraian Proses...12
e. Fungsi Peralatan...13
f. Kegunaan Trikloroetilen......14
BAB III. Penutup....15
a. Kesimpulan.15
DAFTAR PUSTAKA....16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi disebut sebagai
planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak jarang pula kita mengalami
kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau disaat air umur mulai berubah
warna atau berbau. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi
keruh, kotor ataupun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya
merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai.
Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga dan
industri. Air siap dikonsumsi (portable water) adalah air yang aman dan sehat karena air
rentan terhadap penyebaran penyakit yang disebarkan melalui air (water borne desease).
Air yang berasal dari alam terbuka merupakan air murni, karena air tersebut sudah
mengandung mineral mineral, baik yang terlarut maupun yang tidak terlarut. Air dapat
dikelompokkan berdasarkan sumber, kadar mineral dan penggunaannya.
Berdasarkan sumbernya air dikelompokkan menjadi air permukaan, air atmosfir dan air
bawah tanah. Contoh air permukaan adalah air sungai, danau, rawa dan lain lain. Air atmosfir
misalnya uap air dan air bawah tanah adalah air sumur.
Berdasarkan kandungan mineralnya air dibagi menjadi air sadah dan air lunak. Air sadah
mengandung garam garam mineral, misalnya garam Magnesium (Mg) dan kalsium (Ca). air
lunak mengandung hanya sedikit sekali garam garam mineral Mg dan Ca bahkan tidak
mengandung kadar Mg dan Ca.
Berdasarkan penggunaannya air dibagi menjadi air minum dan air industry. Air murni
yang dibutuhkan manusia sehari hari sesuai dengan standar baku air minum. Sedangkan air
industry adalah air yang digunakan dalam proses industri
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia,
dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya
penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain.
Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan
lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam
air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media
pengolahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan air?
2. Ada berapa macam air itu?
3. Bagaimana karakteristik air?
4. Bagaimana cara mengolah air?

C. Tujuan Penulisan
Melalui makalah ini diharapkan pembaca mengetahui tentang:
1. Pengertian air, macam-macam air dan karakteristik air.
2. Membedakan antara air bersih dan air kotor.
3. Cara mengolah air kotor menjadi air bersih.
4. Cara mengolah air bersih menjadi air minum.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan
dengan telaah pada buku-buku atau sumber. Hal ini dapat dijadikan sumber atau referensi
serta memiliki ketersambungan atau keterkaitan materi dengan kajian atau pokok
bahasan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Manusia, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga air mempunyai arti ekonomi yang besar. Air
tidak hanya menyediakan media yang menjadi tempat dimungkinkannya reaksi yang menyokong
kehidupan, tapi air sendiri sering menjadi produk atau reaktan yang penting dari reaksi-reaksi itu.

B. Karakteristik Air
1. Karakteristik fisik Air :
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap
akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi
yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-
tumbuhan.
Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya
kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
kedalam air.
Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta
oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh
adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
2. Karakteristik kimia air :
pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin
baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air
buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas
self purification badan air penerima.
COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik secara kimia.
Reaksi: + 95%terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun,
namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air
tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar
residu terlarut yang tinggi dalam air.
Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun
terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat ( 0,05 mg/l).
Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau
ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen
terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.

C. Air Keperluan Industri


Ada beberapa sumber air yang biasanya dipertimbangkan untuk menjadi sumber air
utama seperti air permukaan, sungai, waduk atau dari sumber air dalam, deep well
sementara desalinasi air laut. Apapun sumber yang akan digunakan sebagai sumber air
industri, maka air baku perlu dikondisikan dengan mengolah terlebih dahulu melalui water
treatment yang memadai, termasuk penggunaan kolom penukar ion untuk mendapatkan air
nyaris tanpa mineral (Demin Water).
1. Air proses (Process Water) untuk hydrolysis, boiler dan destilasi. Kebutuhan
processwater untuk boiler, hydrolisis serta produksi H2, dimana diperlukan air yang
terlebih dahulu di oleh melalui ion exchange untuk meminimalisir timbulnya karat
serta sumbatan pada pipa api dan jalur distribusi uap dan kondensatnya. Produk air
yang dihasilkan melalui ion exchange kemudian disebut sebagai soft water bahkan
untuk produksi hydrogen diperlukan demineralized water (demin water) agar H2 yang
diproduksi betul-betul 99,9 % murni.
2. Air untuk pendingin (Cooling Water) pada cooling tower,mesin, heat
exchanger,condenser dll. Kebutuhan akan air pendingin (cooling water) bisa di
kategorikan kebutuhan umum dalam setiap mesin penggerak, pengolahan air
pendingin biasanya kurang diperhatikan oleh operator pabrik karena persepsi yang
salah dimana setiap air bersuhu rendah bisa digunakan. Tetapi mereka lupa bahwa air
pendingin disalurkan melalui pipa-pipa yang diameternya terkadang cukup kecil,
panjang dan melingkar-lingkar sehingga rawan terhadap karat dan sumbatan tentunya.
3. Air untuk kebutuhan domestik dan umum. Air yang akan digunakan sebagai air
untuk keperluan domestik seperti memasak, toilet dan cuci-cuci lain biasanya
digunakan air dari sumber terdekat seperti Perusahaan air Minum (PAM) lokal
maupun dari sumber sumur dalam. Pengolahan biasanya dilakukan secara terbatas
seperti penjernihan dan aerasi terutama untuk mengurangi kadar besi yang biasanya
berasosiasi dengan air dari sumber sumur dalam (deep well).

D. Kontaminan Dalam Air


1. Kontaminan gas
Kontaminan gas seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, oksigen dan lain lain.
Air yang mengandung gas gas bersifat korosif dalam reaksinya terbentuk
senyawa asam yang kemudia bereaksi dengan peralatan dari logam.
2. Kontaminan cair
Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam, seperti asam klorida, asam
sulfat atau basa seperti ammonia cair, minyak/lemak yang berasal dari kebocoran
air yang masuk ke air system. Kandungan asam dan basa dalam air akan berisifat
korosif.
3. Kontaminan padatan
Berdasarkan ukurannya partikel padatan terlarut, maka kontaminan padatan
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu : padatan terlarut (TDS), padatan
tersuspensi (TSS) dan padatan sedimen.
Padatan terlarut (TDS) adalah bahan-bahan terlarut yang tidak tersaring
dengan kertas saring Millipore dengan ukuran pori-pori 0,45 m
Padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi dan tidak
terlarut dalam air, bahan-bahan ini tersaring pada kertas saring Millipore
dengan ukuran pori-pori 0,45 m.
Padatan sedimen adalah padatan yang langsung mengendap jika air
didiamkan. Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel
partikel padat yang berukuran lebih besar dari padatan tersuspensi, relative
besar dan berat, seperti pasir dan lumpur.
4. Kontaminan mikroorganisme
Kontaminan ini seperti ganggang, lumut, jamur dan bakteri dapat tumbuh dengan
baik pada system air pendinginopen circuit. Mikroorganisme jenis ganggang
dan lumut dapat menyumbat saringan saringan air pendingin, tube tube
kondensor, pompa pompa dan mengurangi kecepatan pertukaran panas.
Bakterei merupakan salah satu jenis mikroorganisme dalam air dapat merusak
bangunan bangunan menara pendingin yang terbuat dari beton.

E. Cara Pengolahan Air


1. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan
utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu :
bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya
air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel
koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan
penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik
dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump),
maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP
dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30
90 detik.
Metode pengolahan kimiawi yang sering digunakan adalah koagulasi.
Koagulasi adalah mekanisme dimana partikel partikel koloid yang
bermuatan negatif akan dinetralkan, sehingga muatan yang netral tersebut
saling melekat dan menempel satu sama lain, dan membentuk flok. Untuk
menambah besar ukuran koloid dapat dilakukan dengan jalan reaksi kimia
diikuti dengan pengumpulan atau dengan cara penyerapan.
Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan
menimbulkan sifat sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka
luas permukaan tiap satuan massa akan semakin besar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk menghasilkan koagulasi yang baik :
1. Pengontrolan pH
Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik dimana presipitasi yang
maximum akan terbentuksekaligus titik kelarutan minimum.
2. Temperatur
Pada temperatur yang rendah, kecepatan reaksi lebih lambat dari viskositas air
lebih besar sehingga flok lebih sukar mengendap.
3. Dosis Koagulan
Air dengan turbiditas yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang banyak.
Dosis koagulan persatuan unit turbidity tinggi, akan lebih kecil dibandingkan
dengan dosis persatuan untuk air dengan turbidity rendah.
Hal ini disebabkan karena dalam air yangmempunyai turbidity tinggi,
kemungknan terjadinya tumbukan antara partikel akan lebih besar.
(Sangsoko,1989).
Adapun efek dosis glokulan terhadap berat jenis adalah :
Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh berat jenis partikel, berat jenis
cairan, gravitasi, konstanta dan viskositas. Pengaruh ini dinyatakan oleh
Stokes sebagai :

Dimana :
V : kecepatan pengendapan
P 1 : berat jenis partikel
P 2 : berat jenis cairan
K : konstanta
n : viskositas
untuk mempercepat pengendapan kotoran maka ditambahkan glokulan dengan
dosis yang tepat, sebab dengan dosis yang terlalu banyak tidak ada pengaruhnya
bila sudah tercapai titik jenuh pengendapan (Soejardi,1985).
Koagulan
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan nagatif
patikel didalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang digunakan
untuk mendestibilisasi muatan negatif partikel. Dalam pengolahan air, sering dipakai
garam Aluminium, Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III).
Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air
seperti terlihat pada tabel 2.1. dibawah ini :

Tabel 2.1. Jenis jenis Koagulan


Jenis jenis Bahan Koagulan
a. Poli Aluminium Klorida
Poli Aluminium Klorida sering disingkat dengan PAC. PAC adalah garam yang
dibentuk oleh aluminium aluminium klorida yang khusus ditentukan guna memberi
daya koagulasi dan flokulasi (pengumpulan dan pemadatan penggumpalan) yang
lebih besar dibandingkan garam garam aluminium dari besi lainnya. PAC
sebenarnya adalah merupakan suatu senyawa kompleks berinti banyak dari ion
ion aquo aluminium yang terpolimerisasi yaitu suatu jenis dari polimer
senyawa organik.
Berbagai bahan kimia baik senyawa organik maupun anorganik biasanya
dibutuhkan sebagai koagulan air (katalisator pengumpulan) tetapi untuk PAC
biasanya tidak membutuhkan zat tersebut. Poli Aluminium Klorida dengan arti
vital yang kuat mengumpulkan setiap zat zat yang tersuspensi atau yang
secara koloidal tersuspensi dalam air, membentuk flok flok (kepingan, gumpalan
gumpalan) akan mengendap dengan cepat agar membentuk sludge (lumpur
endapan) yang dapat disaring dengan mudah, dimana pH PAC air lebih kecil dari 6
(enam) disebut asam dan jika lebih dari 7 (tujuh) maka disebut basa. Sifat sifat
koloid dapat dibedakan yaitu koloid yang suka air dapat saling bergabung dan
membentuk partikel yang lebih besar sehingga menggumpal dan mengendap.
Sementara koloid yang tidak suka air, berasal dari logam logam dan garam
garam dan dapat stabil karena adanya permukaan air yang terikat dan menghalangi
terjadinya kontak dari partikel partikel sekitarnya. Koloid ini dapat dihilangkan
dengan menurunkan potensial yaitu dengan menggunakan tabel lapisan 6 9 dengan
pH netral adalah 7.
Bersangkutan sehingga mengendap kembali. Hal ini merupakan salah satu
sebab kandungan dalam sumur yang dangkal lebih rendah.Besi dalam jumlah yang
sedikit dan air minum diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, tetapi
kalau sudah melebihi konsentrasi yang diperlukan akan dapat menyebabkan
penyakit dan warna air kemerah merahan sehingga menimbulkan kekeruhan serta
rasa dan bau air yang tidak enak. Klor dalam air dapat mengoksidasikan ion
ion Fe+2menjadi Fe+3mengakibatkan turbiditas air yang semakin tinggi karena
terbentuknya zat zat yang tersuspensi. Rumus kimia Poli Aluminium Klorida (PAC)
Al n (OH) m Cl 3n-m Fungsi dari Poli Aluminium Klorida adalah untuk
menurunkan tubiditas air atau menurunkan kekeruhan air.
b. Soda Kapur (Ca(OH)2)
Dalam proses pengolahan air, selalu ditambahkan zat kimia yang masing
masing memiliki fungsi sendiri. Adanya proses penjernihan air melalui proses
koagulasi PAC maka pH air ini akan menjadi turun. Dan penurunan nilai pH
dalam air ini mengakibatkan flok flok yang terbentuk akan susah mengendap.
Maka untuk menetralisasikan pH ini dilakukan penambahan soda kapur Ca(OH)2 .
Adapun reaksi yang terjadi :
Al(OH)Cl2 + 4H2O 2Al(OH)3+ 4HCl
Bahan penetral (soda kapur) dimasukkan kedalam hasil proses larutan tersebut sampai
kadar pH diperoleh mendekati nilai netralisasi.
2Al(OH)3 + 4HCl + 2Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 2CaCl2 + 4H2O
Proses diatas terjadi pada bak flokulator. Apabila nilai pH di bak ini dibawah
7,0 maka penambahan volume soda kapur Ca(OH)2 dilakukan sedikit demi
netralisasi pH ini akan mengakibatkan proses terbentuknya flok flok akan
lebih cepat dan sempurna. Selain untuk menetralkan air, Ca(OH)2 juga akan
dapat dipakai untukmelunakkan air sadah. Karena air sadah kurang baik dipakai
untuk mencuci pakaian dan dipakai pada mesin mesin. Ion ion Ca2+ dan
Mg2+pada air sadah akan menyebabkan sifat detergen sabun hilang, sehingga
sabun tidak dapat lagi dibersihkan. Pada mesin mesin, air sudah membentuk
endapan berupa kerak yang akan menempel pada mesin mesin (PT.Coca Cola
Bottling Indonesia,2000).

Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan mesin pemutar


b. Flokulasi
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku
yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat.
Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga
partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi
ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk
membawa flok dan menyimpannya pada bak flokulasi. Setelah dari unit koagulasi,
selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk
dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow
mixing).
Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi pembentukan
flok yang siap untuk diendapkan. Di dalam proses flokulasi ini pengadukan dilakukan
secara bertahap yaitu dari kekuatan besar kemudian mengecil supaya flok yang sudah
dibentuk tidak terpecah kembali.
Mekanisme terjadinya gumpalan

Aluminium atau besi akan bereaksi dengan alkalinitas dalam air. Alkalinitas adalah
kemampuan untuk menetralkan asam. Poly Aluminium Chlorida bekerja pada interval pH
6-9 dengan pH netral adalah 7. Reaksi ini menghasilkan Al(OH)3 yang mengendap. Pada
reaksi ini akan membebaskan asam yang menurut pH larutan dan bereaksi dengan
alkalinitas. Reaksi tersebut tidak sederhana karena hidroksida-hidroksida Al dan Fe
ternyata terbentuk ion-ion yang lain menunjukkan reaksi yang amat kompleks.

Pada penambahan garam Aluminium atau besi, akan segera terbentuk ion-ion
polimer dan dapat terserap oleh partikel-pertikel. PAC benar-benar menggumpalkan zat-
zat tersuspensi dan koloid dalam air untuk menghasilkan flok yang belum sempurna, lalu
Ca(OH)2 berperan untuk mengikat flok-flok yang belum sempurna tersebut menjadi flok-
flok yang lebih sempurna, dengan perbandingan 0,30 ml PAC dan 0,90 ml Ca(OH)2
dalam 500 ml air baku pada uji jar test di laboratorium. Ca(OH)2 bekerja pada pH basa
sebagai flokulan yang menetralisir pH asam yaitu PAC sebagai koagulan, yang kemudian
membentuk flok-flok yang lebih sempurna dan mempercepat pengendapan dalam
penyaringan partikel koloid, yang akan terselubungi oleh koagulan. Muatan partikel
koloid dan hasil hidrolisa akan saling menetralkan sehingga muatan dari partikel ini
mengecil, hingga tergantung dari pH serta semacam dosis koagulan, maka besarnya zat
potensial yang akan diturunkan atau diubah dari sedikit negatif menjadi netral dan
akhirnya posif, dan suspensi ini tidak stabil sehingga terjadi penggumpalan sampai
ukuran yang dapat mengendap.
Bahkan koagulan dapat terhidrolisa dan dapat terbentuk masa yang lebih besar,
dalam hal ini partikel koloid menarik dan menggabungkan sehingga terbentuk gumpalan
dan terjadilah pengendapan yang sempurna dalam tangki flokulator.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah :

Al2(SO4)3.14H2O+3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3+3CaSO4+14H2O+6CO2

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka
perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O

Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar


menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan
pH pada level dimana ion besi diendapkan sebagai Fe(OH)3. Reaksi ini adalah reaksi
oksidasi-reduksi yang membutuhkan oksigen terlarut air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen
direduksi dan ion besi dioksida menjadi ferri, dimana akan mengendap sebagai Fe(OH)3.

2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O

Untuk berlangsungmya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi
membutuhkan kapur berlebih.Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung
mengikuti reaksi :

Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika
alkilinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH
optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam
rentang pH ini.Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:

2FeCl3+3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+CaCl2+6CO2

Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.

2FeCl3+3Ca(OH)2 2Fe(OH)3+3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk
umumnya padat dan cepat mengendap.

Terdapat 2 perbedaan pada proses flokulasi yaitu :

1. Flokulasi perikinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran m dengan


mengandalkan gerakan Brownian, biasanya koagulan ditambahkan untuk
meningkatkan flokulasi perikinetik.
2. Flokulasi ortokinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran diatas 1 m,
dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi
memerlukan pengaduk buatan ( artificial mixing ). dapat dikurangi dengan proses
koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan bahan kimia dengan muatan
berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel menyebabkan antar partikel yang
berlawanan cenderung bergabung membentuk inti flok. Proses koagulasi selalu
diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok atau flok kecil menjadi flok
yang berukuran besar.

Proses Flokulasi Partikel Koloid


c. Sedimentasi
Laju pengendapan untuk beberapa partikel
Diameter (mm) nama partikel waktu pengendapan (ft)
10 kerikil 0,3 dt
1 pasir kasar 3 dt
0,1 pasir halus 38 dt
0,01 lumpur 33 mnt
0,001 bakteri 35 jam
0,0001 partikel tanah liat 230 hari
0,00001 partikel koloid 63 thn

Sedimentasi yaitu proses pengendapan flok partikel dan pemisahan


kotoran/warna, sehingga air terolah akan jernih (supernatan) dan endapan yang terjadi
dibuang atau digunakan ulang (concentrate). Hal ini dilakukan secara gravitasi.
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit
flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh
unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid
(biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak
sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi disebut unit aselator.

Unit Aselator pada Water Treatment Plant


d. Filtrasi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya
pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan.
Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang
kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari
saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat justru limbah
padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Di dalam industri,
kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya sekedar jejak sampai
persentase yang besar. Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan
awal untuk meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau
memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae.
Oleh karena varietas dari material yang harus disaring beragam dan kondisi proses yang
berbeda.Filtrasi adalah proses penyaringan air menembus media berpori-pori. Untuk
menghilangkan zat tersuspensi yang terakhir adalah dengan melakukan
penyaringan.penyaringan yang dimaksudkan disini adalah penyaringan dengan
melewatkan air melalui bahan berbentuk butiran yang diatur sedemikian rupa sehingga
zat padatnya tertinggal pada butiran tersebut dan dapat digunakan kembali untuk
kebutuhan masyarakat.
Tujuan dari filtrasi, yaitu :
1. memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali.
2. mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah.
3. mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air.
4. mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor.
5. membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih.
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai
dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini
biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda.
Dilakukan secara grafitasi.
Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan,
dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain
sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
2.2.3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke
dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di
kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan
eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya
terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih


Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA Instalasi Pengolahan Air. Untuk
menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam
satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping
station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke
reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui
pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.

Proses Pengolahan Air Bersih


2. Pertukaran ion
Ialah pertukaran ion antara resin (senyawa tidak larut) dengan air, dimana resin
akan menerima ion positif atau negative tertentu dari larutan (air) dan melepaskan
ion lain kedalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama.

Reaksi pertukaran kation ; untuk menukarkan kation


2NaR (s) + CaCl2 (l) CaR2 (s) + 2NaCl (l)

Reaksi pertukaran anion : menukarkan anion


2RCl (s) + Na2SO4 (l) R2SO4 (S) + 2NaCl (l)
Jika semua ion yang ada dalam larutan sudah dipertukarkan, maka reaksi
pertukaran ion akan terhenti dan pada saat itu resin telah mencapai titik habis,
sehingga harus dilakukan regenerasi.
Resin penukar kation mengandung gugus fungsi :
- sulfonat (R-SO3H),
- phosponat (R-PO3H2),
- phenolat (R-OH),
- kaboksilat (R-COOH).

Resin penukar anion adalah ;


- senyawa amida (primer/ R-NH2, sekunder/R-N2H, tersier/R-R2N)
- ammonium kuartener (R-NR3/tipe I, R-R3NOH/tipe II)
R adalah radikal organic seperti CH3.

a. Resin penukar kation asam kuat

Beroperasi dengan siklus H


Tahap layanan ;
Ca+2 SO4-2 Ca H2SO4
Mg+2 Cl- Mg 2HCl
+ HR 2R +
+
2Na 2HCO3 2Na 2H2CO3
Fe+2 2NO3 Fe 2HNO3
Tahap regenerasi dengan menggunakan asam HCl, H2SO4
Ca CaCl2
Mg MgCl2
2R + 2HCl + 2HR
2Na 2NaCl
Fe FeCl2

b. Resin penukar kation asam lemah

Gugus fungsi : karboksilat (R-COOH)


Resin ini hanya dapat menghilangkan kation yang berasal garam bikarbonat untuk
membentuk asam karbonat.

Tahap layanan

Ca Ca
Mg Mg
2HCO3 + 2HR 2R + 2H2CO3
2Na 2Na
Fe Fe

Regenerasi sama dengan asam kuat


c. Resin penukar anion basa kuat

Layanan
H2SO4 SO4
2HCL + 2ROH 2R 2Cl + 2H2O
2HNO3 2NO3

H2CO3 HCO3
+ ROH R + H2O
H2SiO3 HSiO3
Regenerasi

SO4 Na2SO4
2R 2Cl + 2NaOH 2ROH + 2NaCL
2NO3 NaNO3

HCO3 NaHCO3
R + NaOH ROH +
HSiO3 NaHSiO3

d. Resin penukar anion basa lemah

Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam-asam kuat, seperti
HCl dan H2SO4, dan tidak dapat menghilangkan asam-asam lemah, seperti silikat dan
karbonat, sehingga disebut juga Acis Absorber.

Tahap layanan

H2SO4 SO4
2HCl + RNH2 2RNH2 2Cl
2NO3 2NO3

Regenerasi

SO4 H2SO4
3RNH2 2Cl + NaOH 2RNH2 2HCl
2NO2 2HNO3
Operasi system pertukaran ion :
1. Tahap layanan
Merupakan tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion.
Watak dari tahap layanan ini ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan
terhadap waktu atau volume air produk yang dihasilkan.

Beberapa hal penting pada tahap layanan :


a. Kapasitas pertukaran teoritik adalah jumlah ion secara teoritik yang dapat
dipertukarkan oleh resin per satuan masa atau volume resin.
Kapasitas pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat
diikiat oleh matrik resin.
b. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin actual yang digunakan untuk reaksi
pertukaran pada kondisi tertentu.

c. Beban pertukaran ion adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan
dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang diolah selama tahap layanan
dengan konsentrasi ion yang dihilangkan.

2. Tahap pencucian balik

Dilakukan setelah kemampuan resin telah mencapai titik jenuh. Sebagai pencuci
digunakan air produk, dengan sasaran :
1. Pemecahan resin yang tergumpal
2. Menghilangkan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin.
3. Menghilangkan kantong-kantong gas dalam unggun
4. Pembentukan ulang lapisan resin

3. Tahap regenerasi

Adalah operasi penggantian ion yang terjerat dengan ion awal yang semula berada
dalam matrik resin dan pengembalian kapasitas resin ketingkat awal atau ketingkat
yang diinginkan.

Fungsi larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak (mengembalikan


kemampuan resin ketingkat awal) dari ion yang digantikan, karena dapat mengurangi
waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan.

Operasi regenerasi ;
a. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang digunakan
per volume resin

b. Efisien regenerasi adalah perbandingan kapasitas operasi yang dihasilkan pada


tingkat regenerasi dengan kapasitas pertukaran secara teoritik yang dapat
dihasilkan pada tingkat regenerasi

Efisiensi regenerasi resin penukar katiaon asam lemah dan anion basa lemah (100
%) lebih baik dari resin penukat kation asam kuat dan anion basa kuat (20 50
%), hal ini disebabkan oleh :
- Kekariban resin golongan lemah dengan ion H dan ion OH lebih besar
dibandingkan dengan resin golongan kuat.
- Nilai koefisien selektifitas untuk regenerasi adalah kebalikan dari
koefisien selektifitas untuk pertukaran ion awal.
c. Nisbah regenerasi atau tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah
berat larutan regenerasi (dalam ekivalen atau gr CaCO3) dengan beban pertukaran
ion dalam satuan yang sama.

4. Tahap pembilasan

Tujuan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang terperangkap oleh resin.
Dilakukan dengan ;
a. Tingkat laju alir rendah, untuk menghilangkan larutan regenerasi
b. Tingkat laju alir tinggi, untuk menghilangkan sisa ion.

5. Penghilangan gas (deaerator)

Penghilangan gas dilakukan :


Keluar kolom kation sebelum diolah di kolom resin penukar anion, dengan tujuan
untuk mengurangi beban pertukaran pada kolom penukar anion (juga untuk
mengurangi penggunaan larutan regenerasi)
Pada tahap pertukaran kation (siklus H), alkalinitas bikarbonat dalam air umpan akan
dikonversi menjadi asam kabonat dan karbondioksida,
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Karena air keluar resin penukar kation bersifat asam, maka reaksi kesetimbangan
akan bergeser ke kiri.
Jumlah karbondioksida dalam degasifier ekivalent dengan alkalinitas bikarbonat
ditambah dengan jumlah karbondioksida yang terlarut dalam air.
Cara kerja degasifier adalah dengan proses stripping (pelucutan) yaitu kandungan
CO2 dalam air dilucuti dengan menggunakan udara yang dihembuskan oleh blower
atau secara vakum.
F. Pengolahan Air Umpan Ketel Dan Air Pendingin

Untuk memenuhi kebutuhan energy dan sysem pemanasan dalam industry umumnya di penuhi
dengan cara memanfaatkan steam (uap) yang dibangkitkan oleh ketel (boiler).
a. Pengolahan air umpan ketel

Masalah penggunaan air untuk umpan ketel :


1. Pembentukan kerak

Penyebab kerak pada ketel :


- pengendapan langsung dari zat pengotor pada permukaan perpindahan
panas.
- Pengendapan zat tersuspensi dalam air yang melekat pada logam

Akibat pembentukan kerak :


- Terjadinya pemanasan lanjut setempat (local overheating)
- Logam ketel gagal berfungsi (failure)

Senyawa-senyawa penyebab kerak


Senyawa nama mineralogy rumus senyawa

Kalsium karbonat Calcite/aragonite CaCO3


Kalsium sulfat Anhydrite CaSO4
Magnesium hidroksida Brucite Mg(OH)2
Basic calcium phosphate Hydroxypatite 3Ca3(PO4)2.Mg(OH)2
Magnesium hydroxyphosphat Mg3(PO4)2.Mg(OH)2
Besi oksida Hematit, geothit Fe2O3.FeOOH
Kalsium dan magnesium serpentin 3MgO.2SiO2.2H2O
Silikat analcite Na2O.Al2O3.4SiO2.2H2O
Acmite Na2O.Fe2O3.4SiO2
Xonotlite 5CaO.5SiO2.H2O
Pectolite Na2O.4CaO.6SiO2.H2O.
2. Korosi pada ketel

Korosi adalah perubahan kembali logam (Fe) menjadi bentuk bijinya.

Penyebab korosi :
- pH air yang rendah
- gas-gas yang terlarut dalam air, seperti ; O2, CO2, dll
- garam-garam terlarut dan padatan tersuspensi

Proses korosi
- kontak antara permukaan logam dengan air
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2

- Pada saat setimbang reaksi tidak akan terjadi, tetapi dengan adanya
oksigen terlarut dan pH air yang rendah akan mengganggu kesetimbangan
dan reaksi akan bergeser kekanan.

4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3


2H2 + O2 2H2O
Fe(OH)2 + 2H+ Fe+2 + 2H2O
(biji besi)

-Pergeseran arah reaksi ke kanan menyebabkan berlanjutnya peristiwa


korosi pada logam ketel.
- Disamping gas oksigen, alkalinitas yang rendah, adanya garam-garam, dan
padatan terlarut dalam air membantu terjadinya reaksi.
3. Pembentukan busa

Merupakan peristiwa pembentukan gelembung-gelembung gas diatas permukaan air


dalam tangki boiler.

Penyebab terjadinya busa :


- Adanya kontaminasi oleh zat-zat organic
- Zat-zat kimia dalam ketel tidak terkontrol.

Akibat busa :
- Mempersempit ruang pelepasan uap panas
- Terbawanya air serta kotoran bersama uap air.
- Terjadinya korosi pada logam system ketel

Pembentukan busa erat hubungannya dengan tekanan kerja ketel.


Tekanan ketel TDS Alkalinitas TSS Silika
(psig) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)

0 - 300 3500 700 300 125


301 - 450 3000 600 250 90
451 - 600 2500 500 150 50
601 - 750 2000 400 100 35
751 - 900 1500 300 60 20
901 - 1000 1250 250 40 8
1001 - 1500 1000 200 20 2.5
1501 - 2000 750 150 10 1.0
Diatas 2000 500 100 5 0.5

Pengolahan air umpan ketel dengan penambahan bahan kimia.

Pemakaian :
1. Ketel beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
2. Sejumlah kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
3. Air baku yang digunakan untuk air umpan ketel telah memenuhi kualitas.

Kesulitan ;
1. Bila kesadahan air umpan sangat tinggi, sehingga banyak lumpur yang terbentuk yang
menyebabkan naiknya jumlah blow down.
2. Memperbesar kemungkinan pembentukan kerak pada system sebelum ketel dan pada
saluran air umpan

Tujuan penambahan bahan kimia :

1. Berekasi dengan kesadahan dan kandungan silica air umpan dan mencegah pengendapan
pada permukaan logam ketel sebagai kerak.
Ion kalsium : diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit dan
kalsium karbonat
Ion magnesium dan silica : diendapkan dalam bentuk sarpentin, magnesium silikat
dan magnesium hidroksida

reaksi :

3Ca+2 + 2PO4-3 Ca3(PO4)2


Ca+2 + HCO3- + OH- CaCO3 + H2O
Mg+2 + 2OH- Mg(OH)2
3Mg+2 + 2OH- + 2SiO2-2 + H2O 2MgSiO2.Mg(OH)2.H2O
4Mg+2 + 2OH- + 2PO4-3 2Mg3(PO4)2.Mg(OH)2

Bahan kimia pengendali pembentukan kerak disebut chelating agent, seperti :


- NTA (nitrilotriacetic acid)
- EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid)
Pemakaian : boiler tekanan rendah dan air umpan kesadahan rendah.

2. Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti lumpur, kesadahan dan besi oksida menjadi suatu
masa yang tidak melekat pada logam ketel.
Bahan kimia yang digunakan ; tannin, lignin, dan alginate.

3. Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan terlarut


dan tersuspensi dalam air ketel sampai taraf tertentu tanpa terjadi carry over.

Penyebab terjadinya carry over ;


- Disain ketel tidak baik
- Alat pemisah steam dan air yang tidak efektif
- Akibat level air yang tinggi

Penyebab pembentukan busa ;


- Adanya padatan terlarut dan tersuspensi dalam air
- Alkalinitas
- Masuknya material perangsang pembentuk busa,
seperti kondensat yang terkontaminasi minyak.

Senyawa pencegah pembentukan busa (anti foam agent), seperti ;


- polyglikol dan polyamide.

Perlakuan pencegahan pembentukan busa ;


- pengolahan air yang baik
- peningkatan blow down dari ketel
- menghilangkan senyawa pembentuk busa dalam kondensat.

4. Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi.
Senyawa untuk menghilangkan oksigen dalam air ; natrium sulfit dan hydrazine
Reaksi ;
2Na2SO3 + O2 2Na2SO4
N2H2 + O2 2H2O + N2

Keuntungan pemakaian natrium sulfit ;


- Mempunyai kecepatan rekasi yang cepat pada suhu rendah,
- Mudah diumpankan,
- Bahan sisa yang tidak bereaksi, dan
- Mudah dianalisa

Alasan pemilihan hydrazine ;


- Hasil reaksi yang tidak menghasilkan TDS dan TSS
- Pemakaian pada suhu tinggi dengan tekanan , 400 psig

b. Pengolahan Air Pendingin

Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas dengan maksud
untuk menyerap dan memindahkan panas.

System air pendingin ada 2 jenis ;


- Jenis resirkulasi
- Jenis sekali lewat

Jenis resirkulasi :
- Resirkulasi terbuka
Sebagian air yang telah digunakan, diuapkan untuk mendinginkan bagian
air sisanya
- Resirkulasi tertutup
Pendinginan air kembali dilakukan tidak dengan cara memanfaatkan panas
laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar
panas.

A. Syarat air pendingin ;

Syarat untuk air pendingin harus tidak menimbulkan masalah;


1. Korosi pada system pendingin

Akibat korosi :
- Penyumbatan dan kerusakan pada system perpipaan
- Kontaminasi produk yang diinginkan, karena adanya kebocoran
- Menurunnya efisiensi perpindahan panas
2. Pembentukan kerak dan deposit

Akibat ;
- Penurunan efisiensi perpindahan panas
- Naiknya kehilangan tekanan, karena naiknya tahanan dalam pipa
- Penyumbatan pipa-pipa berukuran kecil

3. Fouling
Fouling yang berasal dari mikroorganisme pada system air pendingin terutama yang
terdapay pada cooling tower, dapat mengakibatkan ;
- Korosi local
- Penyumbatan
- Penurunan efisiensi perpindahan panas.

Pengendalain pembentukan kerak


Penyebab pembentukan kerak pada air pendingin ; kadar Ca dan alkalinitas yang tinggi
Pengendalian dapat dilakukan ;
1. Menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi
2. Menambah asam sulfat (seperti H2SO4), agar pH air dibawah 7

Kecendrungan pembentukan kerak dan korosi dapat diperkirakan dengan menggunakan


1. Langelier Saturation Index (LSI)
2. Ryznar Stability Index (RSI)

Kegunaan pemakaian kedua index ini adalah untuk mengatur kondisi air pendingin agar
tidak membentuk kerak dan tidak bersifat korosif.
LSI berharga positif (+) : air cendrung untuk membentuk kerak CaCO3
Negative (-) : air tidak jenuh dengan CaCO3, dan cendrung untuk
malarutkan CaCO3, dan bersifat korosif.
RSI < 6,0 : kecendrungan pembentukan kerak
RSI > 6,0 : kecendrungan untuk melarutkan CaCO3, dan
bersifat korosif
B. Pengendalian korosi

Pengendalian korosi dilakukan dengan cara penambahan bahan kimia yang berfungsi
sebagai inhibitor (penghambat).
Bahan kimia yang digunakan ;
- polifosfat,
- kromat,
- dikromat,
- silikat,
- nitrat ferrosianida, dan
- molibdat.
C. Pengendalian fouling

Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah dan


dikendalikan dengan ;
- klorin,
- klorofenol,
- garam organometal,
- ammonium kuartener, dan
- berbagai mikrobiosida.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga
dan industri. Air siap dikonsumsi (portable water) adalah air yang aman dan sehat karena
air rentan terhadap penyebaran penyakit yang disebarkan melalui air (water borne
desease).
Berdasarkan sumbernya air dikelompokkan menjadi air permukaan, air atmosfir
dan air bawah tanah. Berdasarkan kandungan mineralnya air dibagi menjadi air sadah dan
air lunak.
Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika,
kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis,
tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi,
dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti
klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat
yang terkandung dalam air.
Pengolahan air secara kimia adalah menambahkan bahan kimia tertentu yang
bertujuan untuk menyisihkan senyawa organik maupun senyawa anorganik dalam air.
Penambahan bahan kimia ini bersifat spesifik, tergantung jenis dan konsentrasi polutan
dalam air baku.Bahan kimia yang sering digunakan dalam pengolahan air adalah bahan
kimia yang memiliki sifat koagulatif, yaitu mampu menggumpalkan bahan atau pengotor
yang ada dalam air.
Proses Pengolahan air yaitu :
1. Koagulasi
2. Flokulasi
3. Sedimentasi
4. Filtrasi
5. Ion Exchanger Resin
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1998. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Kantor Menteri


Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup Sekretariat Wilayah Daerah
Tingkat I Propinsi Jawa Tengah, Semarang : Erlangga.
Fandeli, Chafid. 1995. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan
Pemapanannya dalam Pembangunan. Yogyakarta : Liberty.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
Suratmo, Gunawan F. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2096385-pengertian-air/#ixzz1nmKAnB4D
http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/
www.documen.tips.com
www.academia.com

Anda mungkin juga menyukai