Anda di halaman 1dari 2

HUKUM KEPUTIHAN

Keputihan memang hampir dialami oleh setiap wanita. Keputihan adalah cairan atau lendir yang
keluar dari vagina. Lendir yang normal umumnya berwarna bening hingga keputih-putihan dan
tidak berbau. Jika tidak berciri demikian, maka lendir tersebut dikategorikan tidak normal, yaitu
ada perubahan pada warna dan kekentalan di mana jumlah lendir yang berlebihan dan bau lendir
yang tajam.

Penyebab keputihan juga beragam. Salah satunya adalah karena kurang menjaga kebersihan
vagina dengan baik. Lantas bagaimana hukumnya keputihan pada wanita tersebut, apakah najis
atau tidak?

Sebelum mengetahui najis atau tidaknya keputihan, maka sebaiknya kita menganalisa terlebih
dahulu keputihan ini termasuk dalam kategori cairan apa. Di dalam Islam dikenal tiga jenis
cairan yang keluar dari qubul (jalan depan). Pertama, mani/sperma. Kedua madzi, yakni cairan
putih, bening, dan lengket yang keluar disebabkan bersyahwat atau saat bermain-main birahi
antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan di antara keduanya dapat dilihat dari (1) baunya.
Umumnya mani ketika basah beraroma seperti bau adonan roti dan tepung. Ketika mengering ia
berbau seperti bau telor. (2) mani keluarnya memuncrat. (3) mani ketika keluar terasa nikmat dan
setelah itu melemahkan dzakar dan syahwat. Sedangkan madzi tidak muncrat serta tidak
melemahkan dzakar.

Cairan ketiga adalah wadi, yaitu cairan putih yang lebih kental. Ia keluar sesudah air seni
(menurut kelaziman) atau ketika memikul beban yang berat (letih) sebagai keterangan yang kami
pahami dari kitab Al-Majmu Syarhul Muhadzdzab, juz II, halaman 141-142.

Dari tiga jenis cairan ini, dua yang terakhir yakni madzi dan wadi adalah berhukum najis .
sedangkan mani berhukum suci sebagaimana telah dijelaskan oleh Imamus Syafii dalam Kitab
Al-Umm.

Artinya, Setiap kencing, madzi, wadzi atau sesuatu yang tidak diketahui atau diketahui yang
keluar dari penis (kemaluan bagian depan) maka semua hukumnya najis kecuali mani.

Dari penjelasan di atas, kami simpulkan bahwa cairan keputihan yang dialami oleh perempuan
termasuk ke dalam jenis cairan yang ketiga, yaitu wadi. Ia sesuai dengan ciri-ciri dari wadi,
yakni cairan keluar biasanya setelah kencing, atau karena kecapekan, dan tidak mengandung ciri
dari mani maupun madzi yang lengket dan bersyahwat.
Simpulan kami, cairan keputihan juga berhukum najis. Ia harus dibersihkan terlebih dahulu dari
kemaluan sebelum berwudhu dan melaksanakan shalat. Jika cairan ini mengenai benda lain yaitu
pakaian atau lainnya, maka harus dicuci dengan cara dibasuh dengan air sampai hilang bau,
warna, dan rasanya.

Anda mungkin juga menyukai