Anda di halaman 1dari 13

KISTA DAN ABSES BARTOLINI

I. PENDAHULUAN
Kelenjar bartolini adalah kelenjar vestibular vulva terbesar. Mengeluarkan
bahan seperti lendir untuk pelumasan selama aktivitas seksual.1 Kelenjar bartolini
dapat membesar menjadi abses atau membentuk kista. Kelenjar Bartolini
mempunyai fungsi yang sama dengan kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretral)
pada laki-laki. Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi, memberikan
kelembaban pada vagina. Kelenjar bartolini berkembang dari tunas di epitel
daerah posterior vestibuli. Kelenjar terletak bilateral pada dasar labia minora dan
tepi cincin hymen. Kelenjar ini biasanya seukuran kacang polong dan jarang lebih
dari 1 cm. Kelenjar ini normalnya tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.3
Kelenjar bartolini ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli anatomi
Belanda pada tahun 1677.4

Gambar 1. Anatomi kelenjar Bartolini.3( Management of Bartholin Duct Cyst,Am


Fam physician;2003)

1
II. EPIDEMIOLOGI
Dua persen wanita mengalami kista bartholini atau abses bartolini semasa
hidupnya.2,3 Abses umumnya hampir tiga kali lebih sering dari pada kista. Salah
satu penelitian kasus-kontrol menemukan bahwa wanita kulit putih dan kulit hitam
lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses dari pada wanita
hispanik, dan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko terendah.
Involusi bertahap dari kelenjar bartholini dapat terjadi pada saat seorang wanita
mencapai usia 30 tahun. Hal ini dapat menjelaskan lebih sering terjadinya kista
dan abses bartolini selama masa reproduksi, khususnya antara 20 sampai 29
tahun.2 Setelah menopause, jarang terjadi kista dan abses bartholini dan harus
meningkatkan kecurigaan terhadap neoplasia. Karsinoma kelenjar bartholin adalah
langka terjadi, insiden mendekata 0,1 per 100.000 perempuan. Mayoritas lesi
karsinoma skuamosa atau adenokarsinoma.12

Gambar 2. Pembesaran pada kelenjar bartholini yang asimetris.

2
III. ETIOLOGI
Infeksi kelenjar bartholini dapat melibatkan saluran utama(yang membuka
dekat persimpangan anterior dua pertiga dan posterior sepertiga dari labia
major).11 Kista bartholini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar bartolini
tersumbat. Cairan yang dihasilkan terakumulasi menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista terkena
infeksi. Abses bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri.2 Ini termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Chlamydia
trachomatis dan Nisseria Gonorrhea serta bakteri yang biasanya ditemukan di
saluran pencernaan, seperti Escerechia Coli.2,3,8 Dalam sebuah penelitian, hanya
21 dari 109 yang di sebabkan staphylacoccus dan 5 di akibatkan oleh Escerechia
Coli.9
Obstruksi distal saluran bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, sehingga
terjadi dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan
abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista bartolini tidak selalu harus terjadi
sebelum terjadi abses.2 Teori lain untu obstruksi duktus adalah perubahan
konsistensi lender, trauma mekanik dari luka episiotomy atau bahan saluran
menyempit sejak lahir.12

Organisme Aerob Organisme Anaerob


Neisseria Gonorrheae Bacteroides fragilis
Staphylococcus Aureus Clostridum perfaringes
Staphylococcus Faecalis Spesies Peptostreptococcus
Escerecia coli Spesies Fusobacterium
Pseudomona aerogenosa
Chlamydia trachomatis
Tabel 1 : Isolasi bakteri dari abses bartolini.2,5( Management of Bartholin Duct Cyst,Am Fam
physician;2003)

3
IV. PATOGENESIS
Tersumbatnya bagian distal dari duktus bartolini dapat menyebabkan retensi
dari sekresi, sehingga menyebabkan pelebaran duktus dan pembentukan kista.
Kista tersebut dapat terinfeksi. Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder
dari peradangan non spesifik atau trauma. Kista bartolini dengan diameter 1-3 cm
seringkali asimptomatik.2,3 Sedangkan kista yang berukuran yang lebih besar,
kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Kista yang terinfeksi akan
menyebabkan terjadinya abses bartolini. Pasien dengan abses bartolini umumnya
mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif. 2

V. DIAGNOSIS

Pasien datang dengan nyeri akut, disertai pembengkakan labial unilateral,


dyspareunia, nyeri pada waktu berjalan dan duduks.1,12Dari pemeriksaan fisik
teraba masssa yang berfluktuasi dan eritem disekitarnya disertai edema. Demam,
meskipun tidak khas.12 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pewarnaan gram, kultur bakteri atau VDRL.3

4
VI. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kista bartolini dapat di lihat dalam table di bawah ini :
Lesi Lokasi Karakteristik
Lesi kistik
- Kista Bartolini - Vestibula - Biasanya unilateral,
asimtomatik bila masih kecil
- Kista Inklusi Epidermal - Labium - Jinak, mobile, nyeri tekan
mayor(Biasanya) disebabkan oleh trauma atau
obstruksi saluran
polisebasea

- Kista Mukosa vestibula - Labium minor,


- Lembut, kurang dari 2 cm,

vestibula, daerah permukaan halus, lokasi

periclitoral dangkal; soliter atau multiple;


biasanya asimtomatik

- Hidradenoma - Diantara labium mayor - Jinak, tumbuh lambat, nodul

papilliferum dan labium minor kecil (2 mm sampai 3 cm);


muncul dari kelenjar keringat
apokrin
- Labium mayor, mons - Lembut, kompresibel;
- Kista dari kanal Nuck
pubis peritoneum terperangkap dalam
putaran ligamen; mungkin
seperti hernia inguinalis
- Dekat dengan meatu - Jinak, tanpa gejala, jika besar,
- Kista duktus Skene
uretra di vestubula dapat menyebabkan obstruksi
uretra dan retensi urin.

Lesi padat
- Labium mayor, - Tanpa gejala,dapat
- Fibroma
perineum, vagina. menyebabkan pedikel,dapat
mengalami degenerasi
myxomatous sebagai potensi
keganasan.
- Labium mayor ,klitoris - Jinak, lambat tumbuh, sessil
- Lipoma
atau pedunkulata.
- Labium mayora - Jarang, soliter, firm, muncul
- Leiomyoma
dari otot polos.
- Labium mayora
- Acrochordon - Jinak, berotot, ukuran
bervariasi, biasanya
pedunkulata, bissa juga sessile,
tampak poliploid.

5
- Neurofibroma - Multicentrik - Kecil, berotot, tampak
poliploid, multiple,
berhubungan dengan penyakit
Von Reikling housen.
- Angiokeratoma - Multisentik - Jarang, jinak, vascular, ukuran
dan bentuk bervariasi, tunggal
atau multiple, berhubungan dan
diperburuk oleh kehamilan,
berhubungan dengan penyakit
Fabry
- Karsinoma - Multisentrik - Behubungan dengan penyakit
sel Skuamousa epitel jinak pada wanita dan
infeksi HPV pada wanita muda.

Tabel 2. Diagnosis banding dari lesi vulva kistik dan solid.2 ( Management of Bartholin Duct
Cyst,Am Fam physician;2003)

Kista bartolini dan abses bartolini harus dibedakan dari massa vulva lainnya.
Lesi vulva paling umum kistik dan padat tercantum dalam Tabel 2. Karena
kelenjar Bartholin biasanya menyusut selama menopause, pertumbuhan vulva
pada wanita pascamenopause harus dievaluasi untuk keganasan, terutama jika
massa tidak teratur, nodular, dan terus-menerus indurated.2

VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kista bartolini yang paling baik adalah insisi, eksisi dan drainase.
Operasi eksisi juga memiliki dampak serius, ketika klenjar dan saluran di eksisi
mungkin penyakit akan hilang tapi jika kelenjar sisi lain tidak ada maka akan
menghilangkan pelumasan labia. Jika itu terjadi maka dapat mengganggu proses
fisiologis normal pelumasan introitus.Proses ini sangat penting terutama saat
masa-masa produktif.10 Penanganan pada kista bartholini tergantung pada gejala
pasien. Sebuah kista tanpa gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, tapi
kista dan abses kelenjar bartolini yang memberikan gejala simptomatik
membutuhkan drainage. Kecuali spontan pecah dengan sendirinya, abses jarang
sembuh dengan sendirinya.2 Jika belum menjadi abses, keadaan bisa di atasi dengn
antibiotika, jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau di buatkan sayatan.7

6
TINDAKAN OPERATIF :
Beberapa prosedur operatif yang dapat digunakan dalam penanganan kista
bartolini seperti:

1. Insisi dan Drainase


Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang relatif cepat
dan mudah dan dapat segera diberikan kepada pasien, ada kekhawatiran
karena ada kecenderungan untuk kista atau abses mengalami kekambuhan.
Salah Satu penelitian melaporkan bahwa terdapat 13 persen tingkat
kegagalan untuk prosedur ini. Selain itu, insisi dan drainase dapat
membuat kesulitan dalam pemasangan Word kateter atau
marsupialization.2

Kista bartholini telah ditangani selama bertahun-tahun dengan


eksisi total dan masih begitu banyak ditangani klinik. Prosedur ini kadang-
kadang dianggap sebagai operasi ginekologi minor dan sederhana untuk
dilakukan, tetapi kesulitan sering dijumpai dalam praktek. Perdarahan
mungkin timbul,kista dapat pecah, menyebabkan kesulitan dalam
menemukan lapisan yang benar.6

2. Word Catheter
Word kateter umumnya digunakan untuk menangani kista dan abses
bartolini. Panjang ddari kateter ini adalah 1 inci dengan diameter nomor 10
French Foley kateter. Balon kecil diujung word kateter dapat menampung
sekitar 3-4 ml larutan salin.2

7
Alat dan bahan pendukung pada Wood kateter
-
sarung tangan steril
-
larutan yodium
-
Lidocaine (Xylocaine), 1% atau 2%
-
30-gauge, jarum 1-inci dengan spoit 5 mL untuk menyuntikkan lidokain
-
Wood kateter
-
Larutan garam, 3 mL
-
25-gauge, jarum 1-inci denganspoit 3 ml untuk menggembungkan balon dengan
larutan garam
-
Klem kecil untuk memegang dinding kista
-
Scalpel no 11
-
Gauze pads, 4x4 inci
-
Hemostat untuk memecah loculations
Tabel 3. Alat dan bahan pendukung pada Word Kateter.2 ( Management of
Bartholin Duct Cyst,Am Fam physician;2003).

Gambar 2. Word kateter yang dikembangkan.2 ( Management of Bartholin


Duct Cyst,Am Fam physician;2003).

8
3. Teknik Marsupilasi

Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa


resiko dan dengan hasil yang memuaskan.7 Obliterasi rongga yang tersisa
tidak selalu mudah, dan kegagalan untuk melakukan hal ini dapat
mengakibatkan perdarahan pasca-operasi dan memperlambat
penyembuhan. Pasien mungkin menderita kesakitan, jaringan parut dan
ketidaknyamanan. Kehilangan sekresi dapat menyebabkan kelenjar
mengalami gangguan fungsi. Pelumas buatan tidak selalu diterima oleh
pasien. Marsupialisasi kista Bartholini memiliki banyak keunggulan
dibandingkan eksisi. Operasi ini sederhana, komplikasi dan jarang terjadi
kekambuhan. Jika perlu, kekambuhan dapat ditangani dengan mengulangi
prosedur yang sama. Tidak ada ketidak nyamanan pasca-operasi,
penyembuhannya cepat, dan perawatan di rumah sakit singkat. fisiologis
fungsi kelenjar dipertahankan. Jika diinginkan, marsupialisasi dapat
dilakukan pada pasien di bawah anestesi lokal. Fakta bahwa prosedur ini
dapat dilakukan pada abses bartolini akut adalah nilai khusus, seperti abses
didrainase dan operasi kuratif dilakukan pada waktu yang sama.Untuk
alasan inilah eksisi dalam pengobatan kista bartholini tidak lagi
dilakukan.6

Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda-tanda


abses akut. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi
local, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat insisi
vertikal pada vestibular melewawti bagian tengah kista dan bagian luar
dari cincin hymen. Insisi dapat dibuat sepanjang 1,5 hingga 3 cm,
bergantung pada besarnya kista.2

Setelah kista di insisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat di
irigasi dengan larutan saline, dan lukolasi dapat dirusak dengan hemostat.
Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dinding vestibular
mukosa dengan jahitan interuptus menggunakan benang absorban 2-0. Sitz
bath dianjurkan pada hari pertama setelah prosedur dilakukan. Sekitar 5
sampai 15 persen dari kista bartolini kambuh setelah marsupialization.

9
Komplikasi yang terkait dengan prosedur ini termasuk dispareunia,
hematoma, dan infeksi.2

Alat dan bahan untuk teknik Marsupilasi


- sarung tangan steril
- larutan yodium
- Lidocaine (Xylocaine), 1% atau 2%
- 25-gauge, jarum 1-inci dengan spoit 5 mL untuk
menyuntikkan lidokain
- Scalpel no 11
- Dua hemostat kecil untuk menmegang dinding kista
- Gauze pads, 4x 4 inch
- Hemostat untuk memecah loculations
- Jarum kecil berulir dengan 2-0 jahitan absorbable
- Needle holder
- Gunting
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam teknik Marsupilasi.2 ( Management
of Bartholin Duct Cyst,Am Fam physician;2003).

Gambar 3. Marsupilasi kista bartolini.2.Gambar kiri : Dilakukan insisi


vertical pada bagian tengah kista, kemudian mukosa sekitarnya di pisahkan. 2 Gambar
kanan : Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa vestibular dengan
jahitan interuptus.2( Management of Bartholin Duct Cyst,Am Fam physician;2003)

10
Gambar 4 : Kista bartolini kanan. Vulva sebelum dioperasi(kiri) dan setelah
dioperasi(kanan).6(Bartolini cysts, British medical journal)

VIII. PROGNOSIS
Prognosis pada kasus kista bartolini lebih baik dibandingkan dengan abses
bartolini. Tingkat kekambuhan umumnya dilaporkan kurang dari 20 %. Kegagalan
dalam melakukan operasi dapat mengakibatkan perdarahan pasca-operasi dan
memperlambat penyembuhan. Pasien mungkin menderita kesakitan, jaringan
parut dan ketidaknyamanan. Kehilangan sekresi dapat menyebabkan kelenjar
mengalami gangguan fungsi. Tetapi pada kasus kekambuhan dapat dilakukan
eksisi jika tidak terdapat tanda infeksi.3,6

11
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Margesson LJ, Danby FW. Diseases and Disorders of the Female Genitalia.

In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,

editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. United States of

America. McGraw-Hill Companies,:2012. P. 1250.

2. Omole F, Simmons BJ, Yolanda. Management of Bartholins Duct Cyst. Am

Fam Physician. 2003, p. 135.

3. Wahyuni ET, Amiruddin MD, Mappiasse A. Bartholins Abcess caused by

Eschericia colli. IJVD. 2012. P. 68-72.

4. Toy H, Yazici F. Female Genital Tract Cysts. Eur J Gen Med. 2012;1:28-6

5. Tanaka K,Mikamo H, Ninomiya M, Tamaya T,izumi K, ito K, et al.

Microbiology of bartholins Gland Abcess in japan. JClin Microbiol.

2005;8:4258-61.

6. Siganos, E, CH. M.B. Marzupilization of Bartholins Cyst. British Medical

Journal. University of London.

7. Prawirohardjo sarwono, Hanifa Wiknjosastro,Sudraji Sumapraja, Abdul Bari


Saifuddin, Editor.Ilmu kandungan. Jakarta. Yayasan bima pustaka sarwono
praharjo:1999. Hal 272-273
8. Adler Michael, Frances Cowan, Patrick French, Helen Mitchel, John Richens.
ABC Of Sexually Transmitted Infections. London. BMJ Publishing Group:
2004.P 39.
9. Burn Tony, Stephen Breathnach Neil Cox, Christoper Grifftihs. Rooks
Textbook Of Dermatology Seventh Edition. England. Blackwell; 2004. P
68.67.
10. Lowrie J Robert. Surgery For Cyst Or Absces Of The Bartholin Gland. S A
Medical Journal. University Of New York. P 834-836.

12
11. Holmes K King, P Frederick Sparling, Walter E Stamm, Peter Piot, Judith N
Wasserheit, Lawrence Corey, Myron S Cohen, D Heather Watts. Sexually
Transmitter Disease 4th Edition. 1976. P 999.
12. Shorge O John, Joseph I Schaffer, Lisa M Halvorson, Barbara L Hoffman,
Karen D Bradsaw, F Gary Cunningham. Williams Gynecology. The McGraw-
Hill Companies. 2008. Section 1 Chapter 4.

13

Anda mungkin juga menyukai