Oleh
KELOMPOK 4
Denny Khairani NIM. 8166176002
Desi Prawtita NIM. 8166176003
Maria Ulfah Handayani NIM. 8166176012
Nurmala NIM. 8166176014
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui operator-operator dalam Fisika Kuantum
2. Mempelajari nilai eigen dan fungsi eigen dari operator Commute
3. Mengetahui teorema-teorema dalam operator Hermit
4. Mengetahui postulat-postulat dalam mekanika kuantum
5. Mempelajari fungsi eigen untuk operator posisi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar
Operator adalah suatu instruksi matematis yang bila dikenakan
atau dioperasikan pada suatu fungsi maka akan mengubah fungsi tersebut
menjadi fungsi lain. Untuk operator O dapat ditulis sebagai
(, ) = (, )
f m* A f n d = f m A f n = f m A f n = m A n
(1-1)
Notasi (1-1) di atas diperkenalkan oleh Dirac, dan disebut notasi kurung. Bentuk
integral di atas juga sering ditulis:
f m* A f n d = Am n (1-2)
Notasi untuk integral seluruh ruang atas dua buah fungsi fm dan fn ditulis:
fm
*
f n d = f m f n = f m f n = m n (1-3)
Karena f *
m f n d =f
* *
m fn d, maka:
*
m n = m n (1-4)
2
fm
*
1. f n d = 1 jika fm = fn dan fungsinya disebut ternormalisasi. (1-5)
fm
*
` f n d = 0 jika fm fn dan fungsinya disebut ortogonal (1-6)
Catatan:
A adalah operator linear yang mewakili besaran fisik A, maka nilai rata-rata A
dinyatakan dengan:
*
A = A d (1-8)
dengan adalah fungsi keadaan sistem. Karena nilai rata-rata selalu merupakan
bilangan real, maka:
*
A = A
atau: *
A d = A
*
d (1-9)
3
fungsi berkelakuan baik (well behaved function). Operator linear yang
memenuhi persamaan (1-9) itulah yang disebut operator Hermit.
*
f g (A f )
*
Ag d = d (1-10)
untuk fungsi f dan g yang berkelakuan baik. Perlu dicatat secara khusus bahwa
pada ruas kiri persamaan (1-10), operator A bekerja pada fungsi g sedang di ruas
kanan, operator bekerja pada fungsi f. Dalam kasus khusus yaitu jika f = g maka
bentuk (1-10) akan tereduksi menjadi bentuk (1-9).
Ada dua hal penting yang termuat dalam pernyataan teorema 1 yaitu
bahwa operator yang dipergunakan adalah operator Hermit jadi harus mengikuti
(1-9) dan ada pernyataan eigen value, ini berarti bahwa fungsi yang dibicarakan
adalah fungsi eigen, jadi hubungan (1-7) berlaku. Untuk ini kita misalkan
fungsinya adalah , dan karena A adalah operator hermit, maka menurut (1-9):
A
* *
A d = d
atau:
4
* * *
A d =
A d (1-11)
Menurut (1-7) : A = a dengan a adalah nilai eigen untuk
A* * = a* * dengan a* adalah nilai eigen untuk *
*
d = a*
*
sehingga (1-11) dapat ditulis: a d
* *
Menurut (1-5) nilai d = d = 1, jadi: a = a*
Karena A adalah operator Hermit terhadap 1 dan 2 maka menurut (1-10)
berlaku:
1 A2 d = 2 A1
* *
d
* * *
atau: 1 A 2 d = 2 A 1 d (1-13)
1 2 2 1 d
* * *
a2 d = a1
1 2 2 1 d
* *
a2 d = a1 (1-14)
5
1 2 1 2
* *
a2 d = a1 d
1 2 1 2
* *
atau: a2 d - a1 d = 0
1 2
*
atau: (a2 - a1 ) d = 0 (1-15)
Jika a1 tidak sama dengan a2 maka dari (1-15) tersebut (a2-a1) tidak
mungkin nol, sehingga:
1 2
*
d = 0 (1-16)
1 2
*
Karena d = 0, maka 1 dan 2 ortogonal.
Jadi terbukti, jika dua buah fungsi eigen mempunyai nilai eigen berbeda
terhadap operator tertentu, maka kedua fungsi tersebut ortogonal. Yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah, mungkinkah dua buah fungsi eigen yang independen,
mempunyai nilai eigen yang sama? Jawabnya adalah ya. Ini terjadi pada kasus
degenerasi. Pada kasus ini, beberapa fungsi eigen yang independen, mempunyai
nilai eigen yang sama. Untuk dua fungsi eigen yang degenerate atau yang nilai
eigen-nya sama, maka kedua fungsi tersebut tidak ortogonal. Dengan demikian,
maka kita hanya boleh mengatakan bahwa dua fungsi eigen yang berhubungan
dengan operator Hermit adalah ortogonal jika kedua fungsi eigen itu tidak
degenerate.
Telah disinggung di atas bahwa jika dua atau lebih fungsi eigen yang
independen mempunyai nilai eigen sama, maka kasus seperti itu disebut
degenerate. Untuk lebih memahami masalah degenerate ini, marilah kita ingat
kembali fungsi gelombang partikel dalam kotak yang telah kita pelajari. Fungsi
gelombang partikel dalam kotak 3 dimensi dinyatakan sebagai:
= x y z dengan :
6
1/ 2
2
1/ 2
2n 2 2ny
x = sin x x ; y = sin y dan y =
Lx Lx Ly Ly
1/ 2
2 2n Z
sin y
LZ Ly
jadi:
1/ 2
8 2nx 2n y 2n y
= sin x sin y sin y (1-17)
Lx. Ly. Lz Lx Ly Ly
E = Ex + Ey + Ez
dengan :
2 2 2 2 2 2
h nx h ny h nz
Ex = 2
; E y=
2
dan Ez = 2
(1-18)
8mL x 8mLy 8mLz
sehingga:
2 2 2 2
h nx ny nz
E= + +
8m L2 2 2
x Ly Lz
2 2 2 2
h nx + ny + nz
E= (1-19)
8m 2
L
Jika kotaknya berbentuk kubus, maka menurut (1-19) harga nilai eigen E1-
2
h 6
1-2 = E1-2-1 = E2-1-1 = meskipun eigen function-nya 1-1-2 1-2-1 2-
8m L2
1-1. Keadaan seperti itulah contoh kasus degenerate. Untuk kasus degenerate
tersebut, biasanya dikatakan bahwa derajad degenerasinya = 3, karena ada 3
7
fungsi gelombang berbeda yang nilai eigen-nya sama yaitu 1-1-2; 1-2-1 dan 2-1-
1. Sudah barang tentu masih tak terhingga banyaknya kasus degenerate untuk
fungsi gelombang partikel dalam kotak berbentuk kubus misal pasangan 1-1-3;
1-3-1 dan 3-1-1 dan masih banyak lagi.
Satu hal yang penting dari keadaan degenerate itu ialah, bahwa jika
fungsi-fungsi eigen yang degenerate itu dikombinasilinearkan, maka akan
terbentuk fungsi eigen yang baru.
Contoh: Jika fungsi adalah kombinasi linear dari 1-1-2, 1-2-1 dan 2-1-1 yang
dinyatakan dalam bentuk:
Karena 1-1-2, 1-2-1 dan 2-1-1 adalah degenerate, maka pasti merupakan
fungsi eigen yang nilai eigennya sama dengan nilai eigen fungsi-fungsi
penyusunnya.
Yang harus diingat adalah bahwa jika adalah kombinasi linear dari 1-
1-2 dan 1-3-1 sehingga dapat ditulis: = c1 1-1-2 + c2 1-3-1
(1-21)
maka bukan fungsi eigen karena nilai eigen 1-1-2 dan c2 1-3-1 pasti tidak
sama.
2.2.4 Ortogonalisasi
Misal kita mempunyai dua buah fungsi eigen yang degenerate, jadi nilai
eigennya sama maka menurut teorema 2 kedua fungsi tersebut tidak ortogonal.
8
Pertanyaannya adalah dapatkah kita membuatnya menjadi ortogonal? Jawabnya
adalah, dapat.
Karena nilai eigen keduanya sama, maka f dan G pasti tidak ortogonal. Agar
diperoleh dua fungsi baru yang ortogonal, ditempuh langkah sebagai berikut:
Kita buat fungsi eigen baru yaitu g1 dan g2 yang merupakan kombinasi
linear f dan G sehingga membentuk misalnya:
Kita harus menentukan harga c tertentu agar g1 dan g2 ortogonal. Agar ortogonal
harus dipenuhi syarat:
g1 g 2 d = 0
*
atau:
f
*
(G + c f ) d = 0 atau :
f cf
* *
G d + f d = 0 atau :
f G d + c f * f d = 0
*
f G
*
d
c=-
f f
*
d
Sekarang kita telah mempunyai dua fungsi ortogonal yaitu g1 dan g2 yaitu:
9
f G d
*
g1 = f dan g2 = G + c f dengan c = -
f f d
*
~
F(x) = a n n (1-22)
1
n F(x) dx
*
dengan : an = (1-23)
all x
~
m* F(x) = a n m* n (1-24)
1
~
m* F(x) dx = a n m* n dx
1
(1-25)
m n dx = m
*
n (1-26)
10
sehingga (1-25) dapat ditulis:
~
m* F(x) dx = an . m n (1-27)
1
~
a n . m n = a1. m 1 + a2 m 2 + ....a m m m + a m +1 m (m+1) +...
1
Jika indek m pada (1-28) diganti n maka persamaan (1-23) yang dicari diperoleh
yaitu:
an = n* F(x) dx
all x
Contoh:
Ekspansilah F(x) ke dalam fungsi eigen untuk partikel dalam kotak satu dimensi
yang panjang kotaknya = a.
Jawab:
Fungsi gelombang partikel dalam kotak satu dimensi dengan panjang kotak = a
adalah:
1/ 2
2 n
n = sin x (1-29)
a a
11
Jadi bentuk ekspansinya menurut (1-22):
1/ 2 ~
~ 2 n
F(x) = a n n =
1 a a n sin a
x (1-30)
1
Menurut (1-23) :
an = n* F(x) dx
all x
1/ 2
2 n
=
a
sin
a
x F( x ) dx
1/ 2
2 n
=
a sin a x F(x) dx
1/ 2 a / 2 1/ 2 a
2 n 2 n
=
a x . sin
a
x dx +
a (1 x ) . sin
a
x dx
0 a/2
=
2a3/ 2 sin n (1-31)
2 2
n 2
Jadi:
a1 =
2a 3/ 2 ; a2 = 0 ; a3 =-
2 a
3/ 2
; a4 = 0 ; a5 =
2a 3/ 2 ; a6 = 0
2 2 2 2 2
3 5
dan seterusnya.
1/ 2 ~
2 n
F(x) =
a a n sin a
x
1
=
1/ 2
2a 2a 3'2 2a 3'2
3' 2
2 3 5
sin x sin x sin x . . . .
a 2 2 2 2 2
a 3 a 5 a
12
2
=
1/ 2
2a3'2 1
sin
x
1
sin
3
x
1
sin
5
x . . . .
a
2 12 a 3
2 a 5
2 a
4a 1 1 3 1 5
=
2 2
sin x 2 sin x 2 sin x . . . .
1 a 3 a 5 a
Pada contoh ekspansi fungsi diatas, fungsi F(x) dapat diekspansi ke dalam
bentuk kombinasi linear fungsi gelombang partikel dalam kotak n dan dalam hal
ini himpunan fungsi disebut himpunan lengkap atau Complete Set. Apakah
semua n dapat digunakan untuk mengekspansi fungsi F? Jawabnya ternyata
tidak, hanya himpunan fungsi yang merupakan himpunan lengkap saja yang dapat
digunakan untuk mengekspansi fungsi F. Selanjutnya mengenai himpunan
lengkap, dibuat definisi sebagai berikut:
13
menyertakan himpunan fungsi gelombang yang berkorelasi dengan energi
kontinum yang biasanya ditulis (E, l, m). Jika fungsi gelombang hidrogen sudah
dinyatakan secara lengkap seperti itu maka fungsi F(r,,) dapat diekspansi, yaitu
menjadi kombinasi linear fungsi diskrit dan kombinasi linear fungsi kontinum.
2.3.2 Teorema 3
Jika g1, g2... adalah himpunan lengkap fungsi eigen dari operator A dan
jika fungsi F juga fungsi eigen dari operator A dengan nilai eigen k (jadi A F = k
F) sedang F diekspansi dalam bentuk F = a i g i , maka gi yang a i nya tidak nol
i
mempunyai nilai eigen k juga. Jadi ekspansi terhadap F, hanya melibatkan fungsi-
fungsi eigen yang mempunyai nilai eigen yang sama dengan nilai eigen F.
Selanjutnya sebagai rangkuman dapat dinyatakan bahwa Fungsi-fungsi eigen
dari operator Hermite, membentuk himpunan lengkap ortonormal dan nilai
eigennya adalah real.
Jika fungsi secara simultan adalah fungsi eigen dari dua buah operator
A dan B dengan nilai eigen aj dan bj, maka pengukuran properti A menghasilkan
aj dan pengukuran B menghasilkan bj. Jadi kedua properti A dan B mempunyai
nilai definit jika merupakan fungsi eigen baik terhadap A maupun B .
Telah dinyatakan bahwa suatu fungsi adalah eigen terhadap A dan B jika
kedua operator tersebut commute atau:
A i = ai i dan B i = bi i Jika : (1-
32)
[A,B] = 0 (1-
33)
Yang harus kita buktikan adalah: [A,B] = 0
14
Kita tahu: [A,B] = A B - B A (1-
34)
[ A , B ]i = A B i - B A i
= A ( B i ) - B ( A i )
= A bi i - B ai i
= bi A i - ai B i
= bi ai i - ai bi i
[ A , B ] = bi ai - ai bi = 0 (terbukti) (1-
35)
15
A gi = ai gi (1-
36)
Jika operator B dioperasikan pada kedua ruas (1-36) di atas, maka:
B ( A gi ) = B (ai gi ) (1-
37)
Karena A dan B commute dan karena B linear maka:
A ( B g i ) = ai ( B g i ) (1-
38)
Persamaan (1-38) di atas menyatakan bahwa fungsi B g i adalah fungsi
eigen terhadap operator A dengan nilai eigen a i , persis sama dengan fungsi g i
yang juga fungsi eigen terhadap operator A dengan nilai eigen a i . Marilah kita
untuk sementara menganggap bahwa nilai eigen dari operator A tersebut non
degenerate, hingga untuk sembarang harga nilai eigen a i yang diberikan berasal
dari satu dan hanya satu fungsi eigen yang linearly independent. Jika ini benar,
maka kedua fungsi eigen g i dan B g i yang mempunyai nilai eigen sama yaitu a i
harus linearly dependent, yaitu, fungsi yang satu harus merupakan kelipatan
sederhana dari yang lain,
B gi = ki gi (1-
39)
16
a j ), dan jika B adalah operator linear yang commute terhadap A ,
maka:
< g j B g i > = 0 atau g j B g i d = 0 (1-
s r
40)
g j k i g i d = ki gj g i = k i . 0 = 0 (terbukti)
s r sr
Contohnya: ( x2 - 2 x. e-2y + 3 z3 ) = { (-x)2 -2 (-x). e2y + 3 (-z)3 }
= x2 + 2 x e2y - 3z3
17
Jika seandainya g i adalah fungsi eigen dari operator paritas dengan nilai
eigen a i maka kita dapat menulis: g i = a i g i (1-
42)
2 f ( x, y, z ) = f ( x, y, z ) = f (-x, -y, -z) = f ( x, y, z )
Karena f nya fungsi sembarang maka 2 adalah operator satuan (unit Operator),
jadi:
2 = 1 (1-
43)
Sekarang, bagaimana jika kita gunakan 2 untuk (1-42) ? Hasilnya adalah:
2 g i = g i = a i g i = a i g i = a i2 g i (1-
44)
Karena adalah unit operator, maka (1-44) menjadi:
g i = a i2 g i (1-
45)
atau: ai = + 1 (1-
46)
Karena ai adalah nilai eigen untuk 2 , maka nilai eigen untuk 2 adalah 1 dan -
1. Perlu dicatat bahwa hal ini berlaku untuk semua operator yang kuadratnya
merupakan operator satuan.
Bagaimana fungsi eigen dari operator Paritas ? Kita lihat kembali persamaan (1-
42)
gi = ai gi
18
Karena nilai eigen operator ini + 1, maka persamaan di atas dapat ditulis:
gi = + 1 gi (1-
47)
g ( - x , - y, - z ) = -g ( x , y, z ) (1-
51)
19
[ , H ] = 0 (1-
52)
dan juga boleh menyatakan bahwa i adalah fungsi eigen bagi operator paritas
tidak peduli fungsi tersebut ganjil atau genap. Untuk sistem partikel tunggal,
2 2 2 2
[ H , ] = [ (- V ), ] = [- , ] + [ V, ]
2m x 2 2m x 2
2 2
= - [ , ] + [ V, ] (1-
2 m x 2
53)
2
Harga [ , ] adalah 0, ini dengan mudah dapat dibuktikan sebagai berikut:
x 2
2 2 2
[ , ] F(x) = F(x) - F(x)
x 2 x 2 x 2
2
= F(-x) - F(-x)
x 2 x x
2 2
= F( x) - F(-x) = 0
x 2 x 2
[ H , ] = [ V, ] (1-
54)
20
Nilai (1-55) ditentukan oleh fungsi energi potensial. Jika fungsi energi potensial
adalah fungsi genap, maka V(x) = V(-x), maka (1-55) menjadi:
[ V(x), ] = 0 sehingga (1-54) menjadi:
[H , ] =0 (1-
56)
Ini berarti:
Teorema 7: Jika fungsi V adalah fungsi genap, maka H dan adalah commute,
sehingga kita dapat memilih sembarang fungsi gelombang stasioner
baik genap maupun ganjil sebagai fungsi eigen dari kedua operator
tersebut.
Fungsi genap atau ganjil yang merupakan fungsi eigen bagi kedua operator
Hamilton dan paritas itu disebut fungsi definit paritas.
Jika energi level degenerate, berarti tidak cuma satu fungsi gelombang
independen yang memiliki nilai eigen tersebut. Dengan demikian kita memiliki
banyak sekali pilihan fungsi gelombang sebagai akibat dari kombinasi linear dari
fungsi-fungsi degenerasi itu.
21
kita mempunyai fungsi (x,t) maka probabilitas hasil pengukuran posisi partikel
pada saat t berada antara x dan x + dx dinyatakan oleh (x,t)2 dx
Telah kita postulatkan pada sub bab 1.3 bahwa fungsi eigen dari sembarang
operator Hermite yang mewakili besaran fisik teramati, membentuk himpunan
lengkap. Karena g i adalah himpunan lengkap kita dapat mengekspansi fungsi
dalam suatu deret yang suku-sukunya adalah g i jadi:
(q,t) = ci g i (q ) (1-
i
58a)
58b)
22
* d = 1 (1-
59)
ci (t ) g i ci (t ) g i d = ci (t ) g i c j (t ) g j d = 1
* * * *
(1-
i i i j
60)
61)
Jika i = j, maka:
c*i( t ) c i( t ) = 1 atau:
i i
ci
2
=1 (1-
i
62)
Ingat bahwa jika fungsi ternormalisasi, maka nilai rata besaran A adalah:
< A > = * d
< A > = c *j (t ) g *j c i( t ) g i(q) d = c*j( t ) c i( t ) g *j A g i d
j i j i
atau:
23
ci
2
<A>= ai (1-
i
63)
n X n X ...........n i X i . n n n
<X>= 1 1 2 2 = 1 X1 + 2 X 2 ..... i X i
n n n n
= P1 X1 + P2 X2...... Pi Xi Jadi:
<X>= Pi X i (1-
i
64)
Sekarang jika dari pengukuran terhadap besaran A diperoleh nilai-nilai eigen a1,
a2... ai maka rata-rata A adalah:
<A>= Pi a i (1-
i
65)
2
c i = Pi (1-
66)
24
yaitu probabilitas memperoleh harga a i ketika dilakukan pengukuran terhadap
besaran A.
Teorema 8: Jika a i adalah nilai eigen non degenerate dari operator dan g i
adalah fungsi eigen ternormalisasi ( g i = a i g i ) maka, manakala
besaran A diukur dalam sistem mekanika kuantum yang fungsi
statenya pada waktu diadakan pengukuran adalah , probabilitas
mendapatkan hasil a i adalah c i 2, dengan ci adalah koefisien g i
pada ekspansi = i c i g i . Jika nilai eigen a i degenerate,
probabilitas mendapatkan a i pada saat A diukur adalah jumlah dari
c i 2 fungsi-fungsi eigen yang nilai eigennya a i .
g *j d = g *j i c i g i d = i c i g *j g i .d = c i i g *j g i d
Jika ortonormal:
g *j d = c i
atau:
25
c i = . g *j d = g *j > (1-
67)
2 2 2
Pi = c i = . g *j d =< g *j > (1-
68)
Jadi jika kita mengetahui state sistem sebagaimana ditentukan oleh fungsi maka
kita dapat menggunakan (1-68) untuk memprediksi probabilitas dari berbagai
kemungkinan hasil pengukuran besaran A.
Teorema 9: Jika besaran B diukur dalam sistem mekanika kuantum yang fungsi
statenya pada saat pengukuran adalah , maka probabilitas dari
2
pengamatan nilai eigen a j dari operator adalah <g j > ,
dengan g j adalah fungsi eigen ternormalisasi yang mempunyai nilai
eigen a j .
Integral <g j > = g*jd akan mempunyai nilai absolut substansial jika fungsi
ternormalisasi g j dan berada pada daerah yang saling berdekatan dan dengan
demikian harganya di daerah tertentu dalam ruangan hampir sama. Jika tidak
demikian maka bisa terjadi g j terlalu besar sedang terlalu kecil (atau
sebaliknya) sehingga hasil kali g j .selalu terlalu kecil. Akibatnya absolut
kuadratnya juga terlalu kecil sehingga probabilitas untuk mendapatkan nilai eigen
a i juga sangat kecil.
Jawab:
26
a. 2px adalah kombinasi linear dari 2p(+1) dan 2p(-1). Jadi harga Lz yang
mungkin adalah dan - karena Lz adalah m .
b. Untuk menentukan probabilitas masing-masing, kita ekspansi 2px atas
fungsi-fungsi penyusunnya: 2px = 2-1/2 2p(+1) + 2-1/2 2p(-1).
Persamaan diatas adalah bentuk ekspansi 2px atas 2p(+1) dan 2p(-1) dengan
koefisien c1 = c2 = 2-1/2. Menurut teorema 8, probabilitasnya adalah: P1 = 2-
1/2 2
= = P2. P1 adalah probabilitas mendapatkan Lz = sedang P2 adalah
probabilitas mendapatkan Lz = -
Contoh: Akan dilakukan pengukuran terhadap energi (E) bagi partikel dalam box
yang panjangnya a dan pada saat pengukuran dilakukan partikel berada
pada keadaan non stasioner = 301/2a-5/2x (a-x) untuk 0 < x <
= n cn n
Menurut (1-67) : c i = . g *j d
2401 / 2
= [ 1 - (-1)n ] (Buktikan) (1-
n 33
69)
240
Pn = cn2 = [ 1 - (-1)n ]2.
n 6 6
27
Catatan: Jika anda akan membuktikan (1-69) yang perlu dicatat adalah bahwa cos
n = (-1)n
Postulat I. Keadaan (state) sistem dideskripsi oleh fungsi yang merupakan fungsi
koordinat dan waktu. Fungsi ini disebut fungsi keadaan atau fungsi
gelombang yang memuat semua informasi mengenai sistem. Selanjutnya
juga dipostulatkan bahwa harus bernilai tunggal, continous,
ternormalisasi dan quadratically integrable.
Postulat II. Setiap besaran fisik teramati, berhubungan dengan operator Hermite
linear. Untuk menurunkan operator ini, tulislah ekspresinya secara
mekanika klasik dalam koordinat Cartessius, dan hubungkanlah dengan
komponen momentum linearnya, kemudian gantilah setiap koordinat x
dengan x dan setiap komponen px dengan i
x
Postulat III. Nilai yang mungkin, yang dapat diperoleh dari besaran fisik A hanyalah
nilai eigen a i dalam persamaan g i = a i g i dengan adalah operator
yang berhubungan besaran fisik A dan g i adalah fungsi eigen yang well
behaved.
Postulat IV. Jika adalah operator Hermite linear yang mewakili besaran fisik
teramati tertentu, maka fungsi g i dari operator membentuk himpunan
28
lengkap.
Catatan:
= i c i g i (1-
70)
Postulat V. Jika (q,t) adalah fungsi ternormalisasi yang mewakili suatu sistem pada
saat t, maka nilai rata-rata besaran fisik A pada saat t, adalah:
Postulat VI. Keadaan bergantung waktu dalam sistem mekanika kuantum dinyatakan
dengan menggunakan persamaan Schrodinger bergantung waktu:
= H (1-72)
i t
dengan H adalah operator Hamilton (Energi) sistem itu
29
secara spontan (irreversibel), diskontinyu (tidak terus menerus) dan probabilitas
kejadiannya sangat fluktuatif dan ditentukan oleh sistem itu sendiri. Jenis
perubahan spontan ini tidak dapat diprediksi secara pasti karena hasil
pengukurannya juga tidak dapat diprediksi secara pasti; hanya probabilitas
kejadiannya saja yang dapat diprediksi. Perubahan spontan dalam disebabkan
oleh pengukuran yang disebut reduksi fungsi gelombang. Pengukuran terhadap
besaran A yang menghasilkan a k berakibat mengubah fungsi menjadi g k yaitu
fungsi eigen operator yang nilai eigennya a k . Untuk lebih jelasnya adalah
sebagai berikut: Misal kita melakukan dua kali pengukuran terhadap Lz elektron
dalam atom hidrogen. Pada pengukuran pertama dihasilkan Lz = 2 . Pada saat ini
fungsi gelombangnya tentu fungsi gelombang dengan m = 2, sehingga secara
umum fungsi gelombangnya adalah ( n, , 2) dengan > 2 dan n > +1.
Selanjutnya misal pada pengukuran kedua diperoleh Lz = - . Pada pengukuran
kedua ini, hasil pengukuran pasti berasal dari fungsi gelombang hidrogen yang m
= -1, sehingga fungsi gelombangnya adalah (n, ,-1) dengan > 1 dan n > +1.
Jadi tampak adanya perubahan fungsi gelombang secara mendadak akibat adalah
pengulangan pengukuran. Inilah penjelasan dari reduksi fungsi gelombang.
30
"Bagi sebagian besar fisikawan, problema untuk mendapatkan teori
mekanika kuantum yang berhubungan dengan pengukuran masih merupakan
suatu persoalan yang belum ada penyelesaiannya. Adanya perbedaan pendapat....
ketidakpastian dalam pengukuran kuantum... dan lain-lain.... semua itu
merefleksikan adanya ketaksepahaman dalam menginterpretasi mekanika
kuantum secara global" (M. Jammer, 2003)
Pada tahun 1964 J.S. Bell membuktikan bahwa dalam eksperimen tertentu
yang melibatkan dua partikel yang terpisah jauh, yang pada awalnya berada pada
daerah yang sama dalam ruangan, orang harus membuat beberapa kemungkinan
teori variabel tersembunyi untuk memprediksi adanya perbedaan dengan yang
dilakukan oleh mekanika kuantum. Dalam teori lokal, dua partikel yang sangat
berjauhan akan saling independen. Hasil beberapa eksperimen sesuai dengan
prediksi mekanika kuantum, dan hal ini memperkuat keyakinan mekanika
kuantum untuk melawan teori variabel tersembunyi lokal.
31
kuantum adalah tidak kompatibel dengan pandangan dunia mengenai realisme dan
lokalitas. Realisme (juga disebut obyektivitas) adalah doktrin yang menyatakan
bahwa realitas eksternal itu eksis dan sifat-sifat definitnya adalah independen
terhadap benar tidaknya realitas yang kita amati. Sedang lokalitas adalah ke-
instan-an aksi pada jarak yang memungkinkan sebuah sistem berpengaruh
terhadap yang lain ketika sistem itu harus melintas dengan kecepatan yang tidak
melebihi kecepatan cahaya.
Kita telah menurunkan fungsi eigen untuk operator momentum linear dan
momentum angular. Pertanyaan kita sekarang adalah, bagaimana fungsi eigen
untuk operator posisi ?
Operator posisi ditulis x yang operasinya adalah x kali atau
x = x.
Jika fungsi eigen posisi kita misalkan g(x) dan nilai eigennya a, maka:
x g(x) = a g(x) atau:
32
(x - a) g(x) = 0 (1-
74)
Kesimpulan di atas membawa kita kepada pemikiran mengenai sifat g(x), yaitu
bahwa seandainya fungsi state = g(x), dan jika dilakukan pengukuran terhadap x,
maka kemungkinan hasilnya adalah a, dan itu hanya benar jika probabilitas nya
2 adalah nol untuk x a agar memenuhi (1-89). Sebelum membahas lebih
lanjut mengenai fungsi g(x), akan diperkenalkan fungsi Heaviside step H(x) yang
definisinya (gambar 1-1)
H(x)
1
1/
2 x
33
Selanjutnya akan diperkenalkan fungsi Delta Dirac (x) yang merupakan turunan
dari fungsi Heaviside step.
Karena pada x = 0 terjadi lompatan mendadak pada harga H(x), maka turunan tak
terhingga, jadi:
Sekarang kita perhatikan (1-90). Jika x diganti x - a, maka (1-90) akan menjadi
lebih umum, yaitu dalam bentuk:
atau:
34
Sekarang perhatikan integral berikut:
~
f(x) (x-a) dx
~
Jadi:
~ ~ ~
f H
f(x) (x-a) dx = ( x) (x - a) ~
- H(x-a) f '(x) dx
~ ~
~ ~
f (x) (x-a) dx = f (~) - H(x-a) f '(x) dx (1-
~ ~
84)
~ ~
f (x) (x-a) dx = f (~) - H(x-a) f '(x) dx (1-
~ a
85)
~
Suku H(x-a) f '(x) dx pada (1-84) adalah V dU jadi (1-84) menjadi:
a
~
f(x) (x-a) dx = f(a) (1-
~
86)
35
~
(x-a) dx = 1 (1-
~
87)
Sifat dari fungsi delta Dirac sama dengan sifat (1-75) dan (1-76), dari fungsi eigen
posisi g(x). Dengan demikian secara tentatif dapat dinyatakan bahwa fungsi eigen
posisi adalah:
x
x
2 dV = 1 normalisasi
karena
x
x
dV = 1
ialah suatu pernyataan matematis bahwa partikel itu ada di suatu tempat untuk
setiap saat, jumlah semua peluang yang mungkin harus tertentu. Selain bisa
dinormalisasi , harus berharga tunggal, karena P hanya berharga tunggal pada
tempat dan waktu tertentu , dan kontinu.
36
Persamaan Schrodinger yang merupakan persamaan pokok dalam mekanika
kuantum serupa dengan hukum gerak kedua merupakan persamaan pokok dalam
mekanika newton, adalah persamaan gelombang dalam variabel .
2 1 2
( persamaan gelombang )
2 V 2 t 2
Persamaan gelombang yang menentukan gelombang dengan kuantitas variabel y
yang menjalar dalam arah x dengan kelajuan v.
i ( t vx )
Y= A e = A cos (t vx ) iA sin (t vx )
37
yang baru dan dianggap sebagai satu postulat dari mekanika kuantum, yang dinilai
kebenarannya atas dasar hasil-hasil yang diturunkan darinya.
Persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel
yang bergerak bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus
partikel bebas (potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel
yang mengalami gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu
merupakan suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara pun
yang membuktikan bahwa perluasan itu benar.
Yang bisa kita lakukan hanyalah mengambil postulat bahwa persamaan
Schrodinger berlaku untuk berbagai situasi fisis dan membandingkan hasilnya
dengan hasil eksperimen. Jika hasilnya cocok, maka postulat yang terkait dalam
persamaan Schrodinger sah, jika tidak cocok, postulatnya harus dibuang dan
pendekatan yang lain harus dijajaki.
2 2 2 2
i 2 2 V (Persamaan Schrodinger bergantung
t 2m x 2 y z waktu dalam tiga dimensi)
38
~ (identik) dengan y dalam gerak gelombang umum
: menggambarkan keadaan gelombang kompleks yang tak dapat terukur
i ( t vx )
= A e , = 2f, V =f
2i ( ft x )
maka =A e ,
energi totalnya
hc h 2 2
E=h = , dengan = = , p=
p p
E E
F= =
h 2
( ih )( Et px )
= Ae
2 2 ( i )( Et px ) p2 ( i )( Et px )
( Ae ) [ Ae ]
x 2 x 2 2
p ( i )( Et px) 2 p2
iA e jadi
x x 2 2
i
t
39
E=
i t
2 p2
2
x 2
2
p
2 2
x 2
2 2
- V
i t 2m x 2
i i
sehingga menjadi : i 2 1
(1) 2
1
2 2
i V
t 2m x
(persamaan schrodinger bergantung waktu dalam satu dimensi)
40
2 2 2 2m
E V 0
x 2 y 2 z 2 2
Pada umumnya kita dapat memperoleh suatu fungsi gelombang yang
tidak saja memenuhi persamaan dan syarat batas yang ada tetapi juga
turunannmya jenuh, berhingga dan berharga tunggal dari persamaan keadaan
jenuh Schrodinger. Jika tidak, sistem itu tidak mungkin berada dalam keadaan
jenuh.
Jadi kuantitas energi muncul dalam mekanika gelombang sebagai unsur
wajar dari teori dan kuantitas energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai jejak
universal yang merupakan ciri dari semua sistem yang mantap.
Harga En supaya persamaan keadaan tunak Schrodinger dapat dipecahkan
disebut harga eigen dan fungsi gelombang yang bersesuaian n disebut fungsi
eigen. Tingkat energi diskrit atom hidrogen :
me 4 1
En = - n = 1,2,3
32 n 2
2 2
0
2
41
2 2
i v
t 2m x 2
2 ( ) t 2
iE iE
( iE ) t 2 ( iE )t ( )t
Ee e e 2
Ve
2m 2m 2x
2 2 2m
E V X 2
2m x 2
2 2m
2 ( E V ) 0 , tidak bergantung waktu
x 2
me 4 1
En ( 2 ), n=1,2,3..
32 to n
2 2 2
Li (l (l 1))
1/ 2
, l = 0,1,2,..
dengan harga ekspektasi
~
G G 2 dx,
~
2.11.Harga Ekspestasi
(x,y,z,t): Mengandung semua informasi tentang partikel itu yang
diizinkan oleh prinsip ketidaktentuan.Informasi ini dinyatakan dalam satu
peluang dan bukan merupakan kuantitas yang sudah pasti.
42
Misal, mencari kedudukan rata-rata x dari sejuml;ah partikel identik yang
terdistribusi sehingga terdapat N1 partikel X1 dan seterusnya.
N1XI N 2 X 2 ..... NiXi
x
N1 N 2 ..... Ni
Ganti bil;angan Ni dari partikel Xi dengan pelung Pi yang bisa diperoleh
dalam selang dx di Xi .
Pi 2 dx, sehinggaP ( x)dx ( x ) 2 dx
p( x)dx ( x)
2
dx1
x1 x1
( x) dx 1
2
x1
2
dari persamaan dx partikel akan ditemukan antara x=-~ dan x=~
~
sehingga;
~
2
dx =1
~
~ ~
x av x dx
2 2
xdx,
~ ~
43
= Fungsi eigen
= Nilai eigen dari terhadap
2 2 2 2
V i i 0
2m x 2
t 2m 2 x 2
t
2 2m
2 E 0
x 2
Solusi umumnya berbentuk
( x, t ) E ( x)e iEt /
Solusi persamaan harga eigen E (X )
E (X ) = e IKX
Energinya
2K 2 1
E= , k= ( 2moE )1 / 2
2mo
Hal ini dapat dibuktikan
E= K + V =0
P2
= mV 2 = 2m
h h h 2L
P= , atauv dengan
mv m n
h 2
Jadi K= mv2=1/2 m ( )
m
h2 2L n 1
K ,
2m 2
n 2L
n 2 h 2 n 2 (2) 2 (2) 2
k
8mL 8mL2 2m2
(2) 2 2
Ek , dengank
2m 2
k 2 2
E=
2m
1
Jadi k (2mE )1 / 2
44
Menurut Einstein
E=hv, maka bentuk fungsi gelombang geraknya
( xt) e i ( kx t ) , untuk t = 0
( x) e ikx
2me 2me
= A cos x b sin x
Pada x = 0 ( x) 0 , tetapi suku kedua tidak sama dengan nol maka b
sama dengan nol
Tetapi hanya akan enjadi nol di X = L hanya jika :
2me
L n : dimana n:1,2,3.
Energi yang dapat diiliki partikel mempunyai harga tertentu yaitu eigen
yang membentuk tingkat energi system besar yaitu
n 2 2 2
En , dengan n= 1,2,3.(partikel dalam kotak)
2mL2
Jadi tingkat energi yang dimiliki oleh partikel yang terperangkap dalam
kotak adalah
E=n2Eo, jadi E1=Eo, E2 =4E0, E3=9Eo dst
n dx A sin dx
2 2
O O L
2
A
L
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Operator adalah suatu instruksi matematis yang bila dikenakan
atau dioperasikan pada suatu fungsi maka akan mengubah fungsi
tersebut menjadi fungsi lain.
2. Sifat pertama operator Hermit adalah bahwa nilai-nilai operator itu
adalah real.
3. Sifat kedua dari operator Hermit adalah bahwa fungsi-fungsi eigennya
adalah orthogonal.
4. Terdapat 9 teorema yang berhubungan dengan operator Hermit.
5. Jika operator berbentuk matriks, maka perkalian dengan fungsi akan
mengikuti cara-cara dalam teori matriks.
6. Dalam mekanika kuantum, terdapat 6 postulat.
7. Postulat IV mekanika kuantum lebih bersifat sebagai postulat
matematik artinya kurang bersifat postulat fisik, karena tidak ada
pembuktian matematik sama sekali terhadap postulat ini. Karena tidak
ada pembuktian matematik terhadap kelengkapan himpunan, maka kita
harus berasumsi terhadap kelengkapannya.
3.2 Saran
Kami berharap setelah pembahasan makalah ini akan ada perbaikan atau
saran- saran yang berdampak positif untuk perkembangan pengetahuan setiap
pemabaca untuk topik bahasan tentang operator-operator dalam mekanika
kuantum dan fungsi eigen.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014.http://kimia.unnes.ac.id/v4/wp/Bab-1-Teorema-Mekanika-
Kuantum-FIN.doc
47