Dasar-Dasar Teknik Pantai PDF
Dasar-Dasar Teknik Pantai PDF
PENGANTAR OSEANOGRAFI
Kata Pengantar
Pemrograman 3 | Foxpro
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah diberikan
kesempatan untuk dapat menyelesaikan Bahan Ajar Pengantar Oseanografi ini.
Pada dasarnya Bahan Ajar ini dibuat untuk memberikan kemudahan kepada
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengantar Oseanografi dan Tim
pengajar dalam proses pembelajaran. Selain itu diharapkan juga bahwa bahan
ajar dapat menjadi salah satu pegangan tentang Oseanografi berbahasa Indonesia
untuk peneliti dan praktisi di bidang kelautan. Modul-modul dalam bahan ajar
Pengantar Oseanografi ini dirancang untuk berbasis SCL (Student Centered
Learning) sehingga mahasiswa diharapkan dapat belajar dan menggunakan
bahan ajar ini secara mandiri. Bahan ajar ini rencananya akan di-update setiap
dua tahun sekali untuk mengakomodasi perkembangan ilmu-ilmu yang
bersangkutan dengan bidang kelautan (oseanografi). Bahan ajar ini juga akan
dikembangkan untuk menjadi bahan ajar berbasis web yang memungkinkan
mahasiswa lebih mudah mengakses materi dan literatur perkuliahan dengan
cepat dimana dan kapan saja sehingga ruang dan waktu tidak menjadi kendala
dalam proses pembelajaran. Penulis mengharapkan mudah-mudahan bahan ajar
ini dapat bermanfaat sebagai panduan pembelajaran.
Kritik membangun dan saran dari para pembaca dan para ahli lainnya, demi
untuk perbaikan isi buku ajar ini sangat diharapkan. Dan tak lupa ucapan terima
kasih kepada Universitas Hasanuddin melalui LKPP atas bantuan dana hibah
pengajaran dan pendampingan dari tim LKPP Unhas sehingga bahan ajar ini
dapat terselesaikan.
Makassar, 28 November 2011
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
Hal
Bab 1. Pendahuluan 1
Bab 2. Pengertian Oseanografi Serta Kaitan Dengan Ilmu Lainya 12
Pengertian Oseanografi 12
Sejarah Oseanografi 12
Kaitan Oseanografi dengan Ilmu Lainnya 16
Bab 3. Pembentukan Lautan 18
Teori dan Analisa tentang Asal Usul Lautan 18
Komposisi Daratan dan Lautan 20
Bab 4. Massa Daratan Dan Lautan 23
Delta. Bentuk segitiga daripada material endapan yang berkembang di muara sungai,
menyerupai huruf (delta). Bentuk delta dikontrol oleh interaksi antara sungai,
pasut, dan proses ombak.
Diatom. Tumbuhan aquatik berukuran mikroskopis dari kelompok alga bersel
tunggal yang memiliki cangkang mengandung silikat dan membentuk
endapan ooze di dasar laut.
Diurnal. Satu hari pasang
Ekman, spiral. Suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka
arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan makin dibelokkan
arahnya. Kecepatan arus ini, akan berkurang cepat sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan.
El Nino. Fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan
meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur
sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak
dapat dilihat.
Erosi. Pengikisan dan pengangkutan material hasil pelapukan batuan oleh
aktivitas tenaga angin, air, gelombang laut atau es.
Estuaria. Bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pengaruh pasang
surut terhadap sirkulasi aliran (kecepatan/debit, profil muka air,intrusi air asin) di
estuari dapat sampai jauh ke hulu sungai, yang tergantung pada tinggi pasang
surut, debit sungai dan karakteristik estuari (tampang aliran, kekasaran dinding,
dan sebagainya).
Flokulasi (flocculation). Berkumpulnya partikel partikel kecil membentuk partikel
besar karena adanya gaya tarik antar molekul (partikel) yang dikenal sebagai
gaya van der Walls. Flocculation merupakan proses yang penting di bagian
estuaria dimana terjadi pertemuan air tawar dan air laut (gaya tarik menarik
terjadi karena terjadi pertemuan partikel yg bermuatan negatif dan partikel
bermuatan positif).
Gyre. Arus-arus berputar di daerah subtropikal. Arah aliran air pada gyre yang
terdapat di belahan bumi utara searah dengan jarum jam.
1
BAB 1. Pendahuluan
Alumni jurusan Ilmu Kelautan sampai saat ini sudah berjumlah 915 orang.
Mereka bekerja di berbagai instansi pemerintah misalnya sebagai dosen dan teknisi di
Perguruan Tinggi Negeri (Unhas, Politani Negeri Pangkep, Unmul Kaltim) dan beberapa
perguruan tinggi swasta, sebagai peneliti di lembaga penelitian (BRPBAP Maros, BPPT
Jakarta, BRKP-DKP), staf Bapedalda Sul-Sel, Bappeda provinsi Sul-Sel, NTB, Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) baik di tingkat Kabupaten, Provinsi di seluruh Indonesia
maupun DKP pusat di Jakarta. Sebagian alumni juga bekerja di lembaga perbankan
(BNI, Bank Mandiri, BRI, BII, dan Bank Danamon). Selain sebagai pegawai negeri,
alumni juga bekerja di sektor swasta seperti LSM pusat (Mitra Bahari, Destructive
Fishing Watch, WWF, dan PPLH Puntondo) dan LSM daerah (seperti YASINDO,
LEMSA, YBBMI, Yayasan Konservasi Laut,) dan beberapa di LSM Internasional seperti
MAC, Proyek Pesisir dan CCIF, wiraswasta, kontraktor, dan sebagainya.
Waktu tunggu alumni untuk mendapatkan pekerjaan pertama berkisar antara 7,2
8,5 bulan. Tidak terlihat adanya kecenderungan penurunan atau peningkatan waktu
menunggu pekerjaan selama lima tahun terakhir. Dari 70 orang alumni responden, 31
orang diantaranya (44,29 %) menunggu kurang dari 6 bulan, 8 orang (11,43 %)
menunggu 6-12 bulan dan 31 orang (44,29 %) menunggu lebih dari 12 bulan untuk
mendapatkan pekerjaan pertama. Dari data tersebut terlihat bahwa persentase lulusan
yang tunggu pekerjaan pertamanya > 12 bulan masih relatif tinggi (44,29%).
Alumni yang telah bekerja di instansi pemerintah telah melewati persaingan yang
ketat. Kelebihan yang dimiliki oleh alumni Jurusan Ilmu Kelautan dibanding dengan
alumni jurusan yang sama dari universitas lain atau Jurusan Perikanan, yakni
keterampilan alumni dalam memetakan sumberdaya pesisir dan laut dan dalam
memanfaatkan data citra satelit sebagai sumber informasi mengenai potensi kelautan.
Keterampilan tersebut mempermudah mereka masuk pada instansi pemerintah karena
kompetensi tersebut akhir-akhir ini sangat dibutuhkan. Keterampilan alumni tersebut
perlu pula ditunjang dengan keterampilan dalam hal teknik survei ekosistem maupun
hydrografi laut dan kemampuan pengolahan dan analisis data sampai menjadi suatu
sumber informasi yang bermakna. Untuk itu perlu diadakan kegiatan Survei Laut
Terpadu (termasuk teknik pengolahan datanya) secara berkala (sekali dalam setahun)
bagi tiap angkatan yang telah mengikuti perkuliahan selama 3 tahun dan menjadi salah
2
mengklik tombol/icon-icon yang telah disediakan, sehingga tampilan yang menarik ini
mungkin dapat mengurangi kejenuhan mahasiswa dalam menerima pelajaran. Selain
penyajiaanya yang interaktif, sistem pembelajaran matakuliah ini juga perlu dilakukan
dengan berbasis web yang memungkinkan mahasiswa lebih mudah mengakses materi
dan literatur perkuliahan dengan cepat dimana dan kapan saja sehingga ruang dan waktu
tidak menjadi kendala dalam proses pembelajaran.
5
1 Informasi Kontrak dan Kuliah + Diskusi Membentuk kelompok kerja dan Kejelasan kontrak
Rencana Pembelajaran memilih ketua secara demokratis perkuliahan
2 S.d 3
Massa Daratan dan Lautan
Kuliah + Tugas+ kajian
-Jenis dan Karakteristik Pantai pustaka
10
-Batas-Batas Pantai
- Lembah Lautan
7
- Tipe-tipePasang Surut
- Klasifikasi Pertikel-Pertikel
Sedimen
25
12 S.d 15
Sistem pelagis menjelaskan tentang pengertian dan
komponen sistim pelagik
- Plankton
- Nekton
10
Sedimen dan sedimentasi Lautan dan Iklim Pasang surut, Arus, Sifat fisis dan kimia air
(6) (5) dan Gelombang (7) laut (4)
Identifikasi &
klasifikasi
Menjelaskan
A. Pendahuluan
Modul ini memamparkan tentang pengertian dan sejarah Oseanografi. Dalam
modul ini juga dibahas tentang ruang lingkup Oseanografi dan kaintannya dengan
ilmu lain. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Mampu menjelaskan dengan benar pengertian dari oseanografi
ilmu oseanografi untuk lebih dilirik, dipahami, bahkan didalami oleh para
intelektual yang meminatinya.
Orang yang mempelajari samudera secara mendalam disebut oseanografer. Dan
oseanografi sendiri seringkali diungkapkan berdasarkan empat kategori keilmuan
yaitu fisika, biologi, kimia, dan geologi (Stowe,1983). Oseanografi fisis khusus
mempelajari segala sifat dan karakter fisik yang membangun sistem fluidanya.
Oseanografi biologi mempelajari sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai
siklus kehidupan organisme yang hidup di atau dari samudera. Oseanografi kimia
melihat berbagai proses aksi dan reaksi antar unsur, molekul, atau campuran dalam
sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversibel atau
ireversibel. Dan oseanografi geologi memfokuskan pada bangunan dasar samudera
yang berkaitan dengan struktur dan evolusi cekungan samudera.
Beberapa aspek penting disiplin ilmu oseanografi agak sulit dikatagorikan ke
dalam salah satu dari empat keilmuan di atas, seperti aspek-aspek geofisika,
biofisika, nutrisi, petrologi, antropologi, meteorologi, dan farmakologi. Disamping
itu, oseanografi juga dipengaruhi oleh keilmuan yang tidak termasuk sains murni,
seperti sejarah, hukum atau sosiologi. Lebih lanjut sekarang juga telah berkembang
cabang baru oseanografi yang disebut oseanografi terapan. Karena deskripsi tentang
seorang oseanografer akan melingkupi keilmuan yang kompleks.
berupa dua lautan yang tertutup. Bersamaan dengan masanya beberapa instrumen
navigasi telah ditemukan, seperti kompas dan astrolabe (alat pengukur tinggi
bintang) di Cina. Tahun 800 - 1000 M bangsa Viking telah berlayar hingga Atlantik
Utara, menemukan Iceland dan Greenland. Dan tahun 1000 M ahli sejarah mencata
Leif putra Eric Si Merah telah mencapai bagian paling utara dari Benua Amerika.
Era sebelum Challenger ditandai oleh dua orang pionir pelayaran jarak jauh yaitu
Christopher Columbus (Italia) yang berhasil mencapai Benua Amerika tahun 1492
dan Vasco da Gama (Portugis) berhasil menemukan rute ke India melalui Tanjung
Harapan tahun 1498. Tahun1520, pelaut Spanyol Ferdinand Magellan berlayar
hingga samudera Pasifik, dan mengukur kedalaman laut di beberapa tempat
menggunakan teknik gelombang bunyi tetapi belum dapat mencapai dasar lautnya.
William Dampier telah mendeskripsikan aspek meteorologi laut dalam
oseanografi secara detail dalam publikasinya A discourse of the Wind tahun1700.
Tahun 1768-1779 Captain James Cook melayari kawasan Pasifik memetakan New
Zealand, Laut Selatan, dan pantai barat laut Amerika Utara. Dan pada tahun 1770
Benjamin Franklin untuk yang pertama kalinya membuat peta Arus Teluk (Gulf
Stream).
Alexander Von Humboldt (1769-1859) dari Jerman atas inspirasi ekspedisi Cook
melakukan lima tahun perjalanan laut melalui Kuba, Meksiko, dan banyak tempat
lagi sepanjang pantai Amerika Latin. Ia mempublikasikan perjalanan ilmiahnya
dalam 17 volume tulisan The Travels of Humboldt and Bonpland in the Interior of
America. Tahun 1818 John Ross dan keponakannya James Ross sukses mengukur
kedalaman Teluk Baffin, Canada, serta mempelajari kondisi dan distribusi alamiah
organisme serta sedimen laut.
Charles Darwin dengan kapal Beagle-nya tahun 1830 melakukan ekspedisi ke
kepulauan Galapagos, menghasilkan konsep-konsep evolusi yang hingga kini masih
tertulis dalam buku-buku tentang evolusi makhluk hidup. Edward Forbes
mengamati binatang dan tumbuhan dasar laut. Ia membagi populasi laut menjadi
delapan zona menurut skala pertumbuhan habitatnya terhadap kedalaman.
Oseanografi fisika menemukan awal kebangkitannya melalui buku teks pertama
dalam oseanografi, The Physical Geography of the Sea, yang ditulis oleh letnan
Matthew Fontaine Maury dari angkatan laut Amerika tahun 1855. Oleh bangsa
15
C. Penutup
Soal Latihan
1. Ceritakan secara singkat sejarah perkembangan oseanogarfi di Indonesia
2. Apa yang dimaksud dengan oseanografi dan jelaskan kaitan antara
oseanografi dengan ilmu lainnya?
Bahan Bacaan
Arx, William S. Von. 1962. An Introduction To Physical Ocenography.
Groves, D. 1989. The Oceans. John Willey and Sons, Inc. New York.
Supangat, A dan Susanna. 2008. Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan
Sumberdaya Non-hayati. Badan Riset kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
18
A. Pendahuluan
Modul ini membahas tentang teori dan analisa asal-usul lautan yang meliputi
hipotesa pelepasan lempeng, teori undasi dan teori tektonik lempeng. Selain itu
dalam modul ini dibahas juga tentang komposisi daratan dan lautan Setelah
mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
akibat adanya gaya lemparan (centrifugal) tidak seimbang dengan gaya tarikan
bumi(centripetal). Terlepasnya sebagian permukaan bumi tersebut maka
terbentuklah cekungan yang nantinya terisi air, membentuk lautan.
Lapisan bumi yang telah terlepas diduga sebagai bulan atau planet yang
mengelilingi bum. Dalam sistem tata surya dapat dilihat bahwa material-material
atau planet-planet yang terlepas dari induknya akan tetap terkontrol dan
mengelilingi dimana planet tersebut berasal.
Berbagai macam penelitian telah membuktikan bahwa batuan dasar
penyusun lautan itu berbeda dengan penyusun benua. Hal tersebut terjadi akibat
pemisahan secara konsentrik ke arah inti bumi terhadap cairan (magma) basa,
dimana cairan basa lebih berat turun ke arah inti bumi membentuk magma basa
hingga ultra basa. Cairan lebih ringan (asam) naik mengapung di atas cairan
basa, sehingga terjadi suatu fase magma yang berbeda sifat fisik dan kimianya.
Akibat dari pemisahan ini, menyebabkan batuan benua bersifat asam dan batuan
samudra (lautan) bersifat basa.
Kapan terisinya cekungan tersebut di atas, masih merupakan masalah
yang harus dipecahkan. Suatu cara menentukan umur daripada lautan
berdasarkan banyaknya garam-garam yang terlarut dalam air laut persatuan
waktu. Itupun belum bisa mengunkapkan secara pasti, karena kehadiran atau
komposisi daripada air laut banyak dipengaruhi faktor lingkungan. Sedangkan
kita telah ketahui, bahwa di permukaan bumi terdapat berbagai macam dan
kondisi lingkungan yang berbeda.
Terisinya cekungan-cekungan di permukaan bumi oleh air dapat
dihubungkan dengan temperatur permukaan bumi, yang memungkinkan
terjadinya pengembunan gas-gas air (H2O). Dan pada saat itulah diduga
terbentuknya lautan dengan barbagai reaksi kimia dan interaksi di dalamnya.
b. Teori Undasi
Telah dijelaskan oleh Van Bemmelen (1932-1935), bahwa adanya
permukaan bumi yang tidak rata yaitu sebagian cekungan dan sebagian tonjolan
(pegunungan), diakibatkan oleh gelombang turun naik terhadap bagian bumi
yang cair (magma)
20
Struktur bagian dalam bumi yang berbentuk sebagai suatu bidang yang
tidak rata mula-mula tidak diketahui sampai dengan mulai dikembangkannya
ilmu baru yang dapat mencatat terjadinya gempa bumi (seismology) baru baru
ini. Dengan cara ini dapat dicatat tenaga yang dikeluarkan oleh adanya gempa
bumi yang merambat ke permukaan bumi. Dari data-data tersebut kemudian
dapat ditarik kesimpulan tentang susunan dari bumi ini. Pada saat ini sudah ada
bukti yang kuat, bahwa bumi terdiri atas beberapa lapisan dimana setiap lapisan
21
b. Hidrosfer
Terdiri dari semua air bebas yang terdapat di permukaan bumi yang berbentuk
sebagai laut, samudera, dan danau-danau air tawar. Seluruhnya berjumlah 361
juta km2 atau kira-kira meliputi 71 % dari seluruh luas permukaan bumi.
c. Litosfer (lapisan kerak bumi)
Lapisan keras yang tebalnya antara 600700 km membentuk dua tipe lapisan
keras permukaan yaitu;
1. Continental crust yang terdiri dari batu-batu granit yang membentuk
hampir seluruh massa tanah yang terdapat di dunia (menutupi hampir sekitar
149 juta km2 atau kira-kira 29 % dari seluruh permukaan bumi).
2. Oceanic crust yang terdiri dari batu-batu basal yang melapisi lembah-
lembah laut yang dalam.
d. Astenosfer
Bagian atas astenosfer dipercaya secara relatif adalah lunak dan dapat mengalir
secara lambat sekali. Sedangkan bagian bawah astenosfer adalah keras.Lapisan
litosfer yang berbentuk seperti lempengan mengapung di atas lapisan astenosfer
sehingga dinamakan lempeng tektonik (tectonic plate). Hal ini dapat
dibayangkan sebagai massa es yang besar mengapung di atas air.
d. Pusat Bumi
Adalah lapisan bumi yang sangat padat yang kaya mengandung logam-logam besi
dan nikel.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Jelaskan proses pembentukan lautan menurut hipotesa pelepasan lempeng!
2. Apa yang dimaksud dengan atmosfer, hidrosfer, litosfer, astenosfer dan
pusat bumi?
Bahan Bacaan
1. Kaharuddin M.S. dan H.Mappa. 1991. Geologi Laut. Himpunan Mahasiswa
Teknik Geologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
2. Trench
Bagian laut yang terdalam yang bentuknya seperti saluran yang seolah-olah terpisah
sangat dalam yang terdapat diperbatasan antara benua dan kepulauan. Mereka
biasanya mempunyai kedalaman yang sangat besar. Contoh: Java Trench
Kedalamannya sebesar 7.700 m
Daerah ini relatif terbagi rata dari permukan bumi yang terdapat dibagian sisi yang
mengarah kedaratan dari sistem mid oceanic ridge.
7. Atol-Atol
Daerah ini terdiri dari kumpulan pulau yang sebagian tenggelam dibawah permukaan
air. Batuan batuan disini ditandai dengan adanya terumbu karang yang terbentuk
seperti cincin yang mengelilingi sebuah lagon yang dangkal.
Merupakan gunung berapi yang muncul dari dasar lautan,tetapi tidak muncul sampai
kepermukaan laut. Seamount mempunyai lereng yang lebih yang curam dan
puncaknya runcing (tinggi sekitar 1 km atau lebih). Guyot mempunyai bentuk yang
sama dengan seamount tetapi pada bagian puncaknya datar.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Jelaskan perbedaan antara Continental Shelf, Continental Slope, dan Continental
Rise.
2. Apa yang dimaksud dengan mid-oceanic ridge system ?
Bahan Bacaan
1. Hutabarat, S. dan S.M, Evans. 1985. Pengantar Oseabografi. Universitas
Indonesia Press., Jakarta
29
satu sama lain dan cenderung membentuk kelompok-kelompok yang diikat oleh ikatan
intermolekul lemah yang disebut ikatan hidrogen.
Dengan bertambahnya temperatur air tawar diatas 0o C, energi molekul juga akan
bertambah dan berlawanan dengan kecenderungan membentuk kelompok-kelompok
parsial. Molekul secara individu dapat bersama lebih dekat mengisi ruang-ruang yang
ada dan menambah densitas air. Walaupun demikian dengan bertambah tersebut,
temperatur akan memberikan lebih banyak energi kepada molekul dan rerata jarak
antaranya bertambah sehingga menyebabkan pengurangan densitas. Pada temperatur
antara 0o C dan 4o C, pengaruh orde yang dominan adalah pada peningkatan temperatur
termal. Kombinasi dua pengaruh berarti densitas air tawar adalah maksimal pada 4o C
(Tabel II.2).
Tabel II.1. Sifat Fisis Anomali Air
31
Tabel II.2. Densitas air tawar pada temperatur berbeda (Supangat dan Susanna,
2008).
Gambar II.1 Terpolarisasi secara listrik. Bagian oksigennya membawa muatan negatif;
hidrogen membawa muatan positif (The Open University, 1995).
temperatur dimana air mencapai densitas maksimumnya. Hal ini karena garam terlarut
mempunyai kecenderungan dimana molekul air membentuk kelompokkelompok orde
sehingga densitas hanya diatur oleh pengaruh pengembangan termal.
Gambar II.2. menunjukkan bahwa titik beku dan temperatur densitas maksimum
adalah sama ketika konsentrasi garam terlarut dalam air (salinitas) mencapai 25 gkg-1.
Lautan mempunyai salinitas yang lebih tinggi yaitu kira-kira 35 gkg-1 (dimana 30 gkg-1
adalah dari ion-ion sodium terlarut (Na+, 11g) dan ion-ion klorida (Cl, 19g)). Jadi
densitas air laut bertambah dengan turunnya temperatur hingga ke titik beku. Perbedaan
antara air tawar dan air laut ini penting dan mempengaruhi pembentukan es laut dan proses
sirkulasi lautan.
Gambar II.2 Temperatur titik beku, titik leleh dan densitas maksimum larutan berfungsi
sebagai konsentrasi garam terlarut. (The Open University,1995).
C. Penutup
Bahan Bacaan
Supangat, A dan Susanna. 2008. Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan
Sumberdaya Non-hayati. Badan Riset kelautan dan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Angin yg terletak pada lintang antara 0o dan 30o yg dikenal sebagai Trade
Winds. Angin bertiup dari arah Timur ke Barat
Angin yg terletak pada lintang antara 30o dan 60o yg bertiup dari Barat ke
Timur
Angin yg terletak di daerah kutub (antara 60o sampai ke kutub) yg umumnua
bertiup dari arah Timur ke Barat
Gambar 6.2. Kiri: Tekanan atmosfer dunia. Area bertekanan tinggi ditandai
dengan titik-titik hitam. Kanan: Sistem angin utama dunia.
Daerah tropik adalah daerah yang relatif tenang.
Pola angin yg sangat berperan di Indonesia adalah angin musim (monsoon). Angin
musim ini bertiup secara mantap ke arah tertentu pada suatu periode sedangkan pada
periode lainnya angin bertiup secara mantap pula dengan arah yg berlainan. Posisi
Indonesia anatara benua Asia dan Australia membuat kawasan ini paling ideal untuk
berkembangnya angin musim. Musim Barat: Desember, Januari dan Pebruari
angin berhembus dari Asia menuju ke Australia curah hujan tinggi. Musim
Timur: Juni, Juli, Agustus sebaliknya angin berhembus dari Australia menuju ke
Asia curah hujan rendah.
kecil, mereka sangat penting artinya sebagai dasar dari terbentuknya hujan.
Hilangnya air dari lautan oleh karena besarnya penguapan yg kemudian masuk ke
dalam atmosfer selalu terjadi secara seimbang dengan besarnya curah hujan melalui
suatu proses yang dikenal sebagai hydrologic cycle (siklus hidrologi). Siklus
hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan
kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pada garis besarnya siklus hidrologi terjadi secara seimbang, tetapi kadang
kadang terdapat juga adanya perbedaan yg begitu besar antara penguapan dan curah
hujan yg terjadi pada beberapa tempat tertentu di dunia. Penguapan cendrung tinggi
pada daerah daerah yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang
rendah daerah subtropik.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju, atau hujan gerimis. Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
37
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda: Evaporasi / transpirasi , Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah, dan
Air Permukaan.
Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian
akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi
bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk
hujan, salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka
aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Berikan satu contoh yang membuktikan bahwa panas yang dipindahkan dari laut
ke daratan mempunyai pengaruh yang lunak terhadap iklim di daerah pantai.
2. Jelaskan proses terjadinyan Angin laut dan Angin Darat
3. Jelaskan dengan gambar prosese pertukran air diantara daratan, lautan, dan udara
(siklus hidrologi).
Bahan Bacaan
1. Hutabarat, S. dan S.M, Evans. 1985. Pengantar Oseabografi. Universitas
Indonesia Press., Jakarta.
A. Pendahuluan
Pasut laut (ocean tide) adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut
secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama
bulan dan matahari. Pengaruh gravitasi benda-benda langit terhadap bumi tidak hanya
menyebabkan pasut laut, tetapi juga mengakibatkan perubahan bentuk bumi (bodily tides)
dan atmosfer (atmospheric tides). Istilah 'pasut laut' pada modul ini akan dinyatakan
dengan 'pasut' yang merupakan gerak naik dan turun muka laut dengan periode rata-rata
sekitar 12.4 jam atau 24.8 jam. Fenomena lain yang berhubungan dengan pasut adalah
arus pasut, yaitu gerak badan air menuju dan meninggalkan pantai saat air pasang dan
surut (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).
Modul ini memamparkan tentang teori dan prosese pembangkitan pasang surut
(pasut, tipe pasut, dan arus pasut. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan
dapat:
Mengetahui proses pembangkitan pasut dan gaya pembangkit pasut
Mampu menjelaskan tipe pasut
Mampu menjelaskan pembangkitan aruspasang surut
Pada sistem bumi-bulan, gaya-gaya pembangkit pasut (tide generating forces) adalah
resultan gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya pasut, yaitu: gaya sentrifugal
39
sistem bumi-bulan (Fs) dan gaya gravitasi bulan (F/J)' Fs bekerja dalam persekutuan pusat
gravitasi bumi-bulan yang titik massanya terletak di sekitar 14 jari-jari bumi dari titik
pusat bumi. Fs bekerja dengan kekuatan yang seragam di seluruh titik di permukaan
bumi dengan arah yang selalu menjauhi bulan pada garis yang sejajar dengan garis
yang menghubungkan pusat bumi dan bulan. Besar F/J tergantung pada jarak pusat
massa suatu titik partikel air di permukaan bumi terhadap pusat massa bulan.
Resultan Fs dan FB menghasilkan gaya pembangkit pasut di sekujur permukaan bumi
(Garnbar 7.1).
Pada titik P yang lokasinya terdekat dengan bulan dan segaris dengan sumbu
bumi-bulan, gaya gravitasi bulan yang bekerja pad a titik pengamat tersebut lebih
besar dibanding dengan gaya sentrifugalnya (F/J > Fs)' Oi titik P badan air tertarik
menjauhi bumi ke arah bulan. Seiring dengan menjauhnya lokasi titik pengamat
terhadap bulan, gaya gravitasi yang bekerja pada titik-titik di permukaan bumi pun
akan semakin kecil. Oi titik P', gaya sentrifugallebih dominan dibanding gaya
gravitasi bulan (FB < Fs) , sehingga badan air tertarik menjauhi bumi pad a arah
menjauhi bulan.
Gambar 7.1. Arah gaya sentrifugal dan gaya gravitasi bulan yang bekerja di
permukaan bumi.
Gambar 7.2. Kedudukan bumi, bulan, dan matahari saat spring tide (bulan baru dan
purnama).
Saatt neap, yaitu saat kedudukan matahari tegak lurus dengan sumbu bumi-bulan,
terjadi pasut minimum pad a titik di permukaan bumi yang tegak lurus sumbu bumi-
bulan (Gambar 7.3). Saat tersebut terjadi di perempat bulan awal dan perempat
bulan akhir. Fenomena pasut pada kedudukan demikian disebut dengan neap tide
atau pasut mati. Tunggang pasut (jarak vertikal kedudukan permukaan air tertinggi
dan terendah) saat spring lebih besar dibanding saat neap.
Gambar 7.3. Kedudukan bumi, bulan, dan matahari saat neap tide (perempat
bulan awal dan perempat bulan akhir).
Gambar 7.4 memperlihatkan data pengamatan tinggi muka air ym(t) terhadap
waktu t (jam) selama 1 piantan atau 25 jam sa at pasut perbani dengan tunggang
pasut sekitar 2 meter dan 1 bulan atau 744 jam. Tipe pasut yang diperlihatkan
tergolong harian ganda dengan jarak waktu dua posisi muka air tertinggi sekitar 6
jam. Pasut perbani dan pasut mati berjarak waktu sekitar 7 hari, sedangkan jarak
waktu dua pasut perbani adalah sekitar 14 hari.
41
Gambar 7.4. Data pengamatan tinggi muka air 1 piantan (25 jam) dan 1 bulan
(744 jam) di Delta Mahakam, Kalimanta (Sumber data: Total E & P
Indonesia).
y b = AB cos(t + )
dengan YB = tinggi muka air saat t, A8 = amplitudo pasut, cv = kecepatan sudut = 2f, t =
waktu dan = keterlambatan fase. Pasut yang terjadi di suatu titik di permukaan bumi
merupakan resultan dari jarak dan kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi
yang selalu berubah secara periodik. Fenomena ini dinyatakan dengan superposisi
dari persamaan-persamaan gelombang pasut karena bulan, matahari dan kedudukan-
kedudukan relatifnya.
Perbandingan amplitudo dan fase akibat atraksi benda-benda langit tertentu pada
pola pasut dinyatakan dengan konstanta-konstanta pembanding dengan simbol dan
nilai tertentu untuk menjelaskan akibat atraksi gravitasi bulan atau matahari dengan
kedudukan tertentu terhadap tinggi muka air. Konstanta-konstanta tersebut disebut
sebagai komponen harmonik. Tabel 7.1 memperlihatkan komponen-komponen
harmonik utama berikut periodanya.
Tipe Pasut
Pasut di satu lokasi pengamatan dipisahkan menurut tipe diurnal, semi-diurnal dan
mixed. Pasut diurnal (harian tunggal) terjadi dari satu kali kedudukan permukaan air
tertinggi dan satu kali kedudukan permukaan air terendah dalam satu hari
pengamatan. Pasut di pantai utara lawa termasuk jenis ini. Pasut semi-diurnal (harlan
42
ganda) terjadi dari dua kali kedudukan permukaan air tinggi dan dua kali kedudukan
permukaan air rendah dalam satu hari pengamatan. Pasut mixed (campuran) terjadi
dari gabungan diurnal dan semi-diurnal. Defant (1958) mengelompokkan pasut
menurut perbandingan jumlah amplitudo komponen diurnal terhadap jumlah
amplitudo komponen semi-diurnal, yang dinyatakan dengan:
K + O1
8 f = 1
M 2 + S 2
Arus Pasut
Gerak vertikal (naik dan turunnya) permukaan air laut karena pasut pada wilayah
perairan dan interaksinya dengan batas-batas perairan tempat pasut tersebut terjadi
menimbulkan gerak badan air ke arah horisontal. Batas-batas perairan tersebut dapat
berupa dinding (pantai dan kedangkalan) dan lantai (dasar) perairan. Fenomena ini
sangatterasa pada wilayah perairan tertutup (teluk), perairan dangkal, kanal-kanal
pasut dan muara sungai (delta dan estuari). Istilah tidal stream atau tidal current atau
arus pasut kemudian diberikan pada fenomena ini yang merupakan gerak horisontal
badan air menuju dan menjauhi pantai seiring dengan naik dan turunnya muka laut
yang disebabkan oleh gaya-gaya pembangkit pasut.
Arus pasut mempunyai sifat bergerak dengan arah yang saling bertolak belakang
atau bi-directional. Arah arus saat air meninggi biasanya bertolak belakang dengan
arah arus saat air merendah. Kecepatan arus pasut minimum atau efektif nol terjadi
sa at air tinggi atau air rendah (slack waters). Pada saat-saat tersebut terjadi perubahan
arah arus pasut. Kecepatan arus pasut maksimum terjadi pada saat-saat antara air
tinggi dan air rendah. Dengan demikian, perioda kecepatan arus pasut akan
mengikuti perioda pasut yang membangkitkannya. Gambar 3.5 memperlihatkan
hubungan pengamatan pasut y(t) (garis tipis) dengan arah a(t) dalam derajat terhadap
44
Kekuatan maksimum arus pasut dapat diperkirakan dari amplitudo pasut dan
kedalaman perairan pada daerah yang diamati dan dinayatakan dengan (Knauss,
1979):
Prediksi Pasut
Prediksi pasut ditujukan untuk memperoleh informasi tinggi muka laut di masa
mendatang pada saat dan lokasi tertentu. Hasil prediksi ditampilkan dalam tabel yang
berisi jam dan tinggi muka air. Tabel-tabel prediksi pasut di beberapa lokasi
dipublikasikan dalam sebuah buku pasut. Cara lain untuk menyajikan informasi
prediksi tinggi muka air adalah dengan co-tidal chart. Co-tidal chart dibangun dengan
interpolasi (tunggang atau keterlambatan fase pasut) dari beberapa stasiun pengamat
pasut. Dari interpolasi terhadap tunggang atau keterlambatan fase pasut tersebut akan
didapatkan masi ng-masi ng co-range dan co-phase chart. Penyaj ian dengan cara in i
memberi informasi tinggi muka air pada lokasi-Iokasi yang tidak tersedia stasiun
pengamat pasut.
Untuk data dengan interval waktu pengamatan yang lebih kecil dengan rentang
waktu pengaman yang lebih panjang, metode kuadrat terkeci I cukup efektif dipakai
untuk mendapatkan komponen-komponen harmonik dari data pengamatan pasut.
Analisis Harmonik
Gerakan vertikal muka air laut yang periodik merupakan resultan atraksi gravitasi
bulan dan matahari pad a waktu dan kedudukan tertentu. Maka gelombang pasut
yang diamati di suatu lokasi merupakan superposisi dari beberapa gelombang yang
masing-masing pad a setiap sa at tertentu dibangkitkan oleh kedudukan benda langit
tertentu. Deviasi muka laut terhadap kedudukan rata-ratanya dinyatakan dengan:
dengan, yU) = tinggi muka laut sesaat, Yo tinggi muka laut rata-rata, Ai = amplitudo
komponen pasut i dan n jumlah komponen pasut yang dilibatkan. Dari data
pengamatan pasut akan diperoleh data untuk Persamaan 3.6 di ruas kiri yaitu y(t) dan
dengan mengasumsikan keterlambatan fase untuk komponen pasut i, maka
Persamaan 3.6 dapat dipecahkan untuk menemukan A.
Prediksi LAT
LAT merupakan kedudukan muka air laut terendah hasi I prediksi selama
periode waktu 18,6 tahun. Model prediksi kedudukan muka air laut didekati dengan:
46
dengan y(t) = kedudukan muka air laut saat t, YM5L = kedudukan muka air laut rata-rata
atau MSL (Mean Sea Level) terhadap alat pengamat pasut, v = faktor nodal komponen
pasut i, A = amplitudo komponen pasut i, to. = kecepatan sudut komponen pasut i, FO + ro. =
fase komponen pasut , kesetimbangan i, dan ifJ; = fase komponen pasut i. Kedudukan
MSL serta amplitudo dan fase masing-masing komponen pasut yang dilibatkan dalam
model diperoleh dari hasil analisis harmonik. Kecepatan sudut masing-masing
komponen pasut diketahui berdasarkan hasil analisis astronomis. Sedangkan faktor
nodal dan fase komponen pasut kesetimbangan dihitung berdasarkan argumen waktu.
Data kedudukan muka air laut yang dibutuhkan untuk melakukan analisis harmonik
bervariasi, namun minimal dibutuhkan data pasut selama setahun.
Pengaruh Faktor-faktor (on-Harmonik
Pada kondisi tertentu, faktor-faktor non-harmonik mempunyai pengaruh yang
penting terhadap tinggi muka laut pad a skala lokal, regional atau global yang
mengakibatkan perubahan (positif atau negatif) tinggi muka laut selama saat-saat
tertentu atau terus menerus. Perubahan tinggi muka laut tersebut dapat disebabkan oleh
faktor meteorologis (tingginya hujan, angin besar, naik atau turunnya suhu global dan
sebagainya) atau hidrologis (aliran sungai, banjir dan sebagainya). Komponen non-
harmonik dapat ditemukan dari panjang data pengamatan pasut yang cukup dan korelasi
dengan data pengamatan lainnya, seperti: curah hujan dan debit air. Lokasi-Iokasi yang
terpengaruh oleh komponen non-harmonik adalah daerah-daerah pantai yang dekat
dengan muara sungai atau dataran-dataran rendah pantai yang berada pad a daerah aliran
sungai.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Jika suatu lokasi terjadi pasang dan surut dua kali sehari dan tinggi pasang/surut
pertama sama dengan pasang/surut kedua, maka lokasi tersebut memiliki tipe pasut:
a. Tunggal (diurnal)
b. Campuran condong ke tunggal
47
Bahan Bacaan
A. Pendahuluan
Hampir tak pernah kita melihat permukaan laut dalam keadaan tenang sempurna.
Selalu saja kita dapat saksikan adanya gelombang, bisa berupa riak kecil saja tetapi
acapkali juga gelombang yang besar. Modul ini memamparkan tentang susunan (bagian-
bagian) gelombang, angin sebagai pembangkit gelombang, gelombang di perairan
dangkal dan dalam, tsunami. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan
dapat:
Mampu mengetahui proses pembangkitan gelombang
Mampu menjelaskan jenis gelombang di laut berdasarkan gaya
pembangkitnya
Mampu menjelaskan proses deformasi (perubahan bentuk) gelombang
dari laut dalam ke laut dangkal.
Gambar 8.1. Bentuk dari suatu gelombang ideal yang menunjukkan bagian-
bagian: puncak gelombang (a); lembah gelombang (b); panjang
gelombang (L); tinggi gelombang (h). (Weihaupt, 1979)
Gambar 8.2. Bentuk dari sebuah gelombang dan rentetetan diagram yang
menunjukkan gerakan partikel-partikel air yang ada di dalam
gelombang. Jejak lingkaran yang dibuat oleh partikel-partikel
akan menjadi lebih kecil sesuai dengan makin besarnya
kedalaman di bawah permukaan gelombang (Pinet, 1992).
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang bergantung pada
gaya pembangkitnya:
Gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut
Gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap bumi
Gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di
laut
Gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan sebagainya
Klasifikasi gelombang laut berdasarkan perioda dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman disajikan pada Tabel 2.
52
mereka akan berbentu lebih teratur yang mana bentuk ini gelombang dikenal sebagai
swell.
Gambar 8.3. Bentuk gelombang yang tidak teratur yang dibangkitkan oleh angin,
yang dikenal sebagai sea, dan bentuk gerakan gelombang yang
teratur yang merambat menjahui tempat asalnya (pembangkitannya),
yang dikenal sebagai swell.
Tabel 8.4. Hubungan antara fetch dan tinggi gelombang yang dibangkitkan oleh
angin yang bertiup dengan kecepatan 60 km/jam ( Waihaupt, 1979 dalam
Hutabarat dan Evans, 1985).
5 0,90
10 1,40
20 2,00
50 3,10
100 4,20
500 6,20
Bila gelombang membentur ujung suatu pemecah gelombang yang berperan untuk
melindungi perairan dari agitasi gelombang, maka gelombang akan mengalami
difraksi. Tinggi gelombang akibat difraksi dapat dihitung dari hubungan:
H difraksi = H d K d
Ada dua bentuk utama pecahnya gelombang. Pertama spilling breaker yang
berhubungan dengan gelombang yang curam yang dihasilkan oleh lautan ketika timbul
badai (Gambar 8.6). Begitu bagian atas gelombang tertumpah ke bawah di de;an puncak
gelombang, dan prosese ini merupakan sutu proses yang terjadi secara perlahan-lahan
dan kekuatan gelombang yang tidak teratur terjadi untuk periode yang relatif lama.
Kedua, plunging breakers, yang berhubungan dengan gelombang besar (swell) dan
karena itu mereka cendrung untuk terjadi beberapa hari setelah berlalunya badai atau
tidak seberapa jauh dari pusat badai itu sendiri. Proses tertumpahnya gelombang jenis
ini ke bawah disertai dengan tenaga yang sangat besar, walaupun kemungkinan mereka
kemungkinan tampaknya kurang dasyat jika dibandingkan dengan spiling breakers.
Tenaga yang dihamburkan mereka meliputi daerah yang kecil dan jenis gelombang ini
mampu menimbulkan kehancuran yang hebat (Hutabarat dan Evans, 1985).
59
B.3. Tsunami
Istilah Tsunami berasal dari kosa kata Jepang Tsu yang berarti gelombang dan
Nami yang berarti pelabuhan atau bandar. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yang
menghantam pelabuhan. Negara Jepang secara geografis terletak pada daerah rawan
gempa, sama dengan Indonesia. Dari sejarahnya di Jepang pada saat itu masyarakatnya
telah mengamati dan mencatat peristiwa alam yang ada di sekitarnya, masyarakat di sana
banyak tinggal di sekitar teluk yang menjadi pelabuhan sekaligus pusat ekonomi,
sedangkan kita tahu bahwa pada daerah seperti teluk (konvergen) sifat gelombang laut
akan menjadi kuat sebab gelombang laut saling terpantul dan terinterferensi (tergabung)
menjadi gelombang yang besar sehingga kekuatan gelombang akan terfokus pada teluk
tersebut, akibatnya tentu daerah tersebut akan terkena limpasan gelombang yang lebih
besar dibandingkan dengan pantai yang rata.
Tsunami terjadi karena adanya gangguan impulsif pada volume air laut akibat
terjadinya deformasi (perubahan) pada dasar laut secara tiba-tiba. Penyebab deformasi
pada dasar laut dapat berupa gempa tektonik, letusan gunung api atau longsoran di dasar
laut. Dari ketiga jenis tersebut, gempa tektonik bawah lautlah merupakan penyebab
paling sering menimbulkan tsunami (sekitar 85%). Namun perlu dingat bahwa tidak
semua gempa bawah laut menimbulkan tsunami. Tsunami biasanya terjadi bila terjadi
gempa didasar laut yang berkekuatan lebih dari 6,5 Skala Ricter, pusat gempanya
60
termasuk dangkal (antara 0-30 km dari dasar laut), dan bila sesar (fault) yang terjadi
merupakan sesar naik dengan deformasi vertikal dasar laut relatif besar.
Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat
kontinu, gelombang tsunami ditimbulkan oleh gaya impulsif yang bersifat insidentil,
tidak kontinu. Periode gelombang tsunami antara 10 60 menit, panjang gelombangnya
mencapai 100 km. Kecepatan penjalaran tsunami sangat tergantung dari kedalaman laut
dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya bisa sampai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah
pantai yang dilaluinya.
Panjang gelombang tsunami yaitu jarak horisontal antara dua puncak gelombang
yang berurutan bisa mencapai 200 km. Karena memiliki panjang gelombang yang
sangat panjang dibandingkan kedalaman laut tempat merambatnya, tsunami dapat
diperlakukan sebagai gelombang perairan dangkal yang mana kecepatan perambatanya
hanya bergantung kepada kedalaman perairan. Semakin besar kedalaman semakin besar
kecepatan rambatnya. Sebagai contoh, pada kedalaman 5000 m cepat rambat tsunami
mencapai 230 m/detik atau sekitar 830 km/jam, pada kedalaman 4000 m sebesar 200
m/detik dan pada kedalaman 40 m cepat rambatnya 20 m/detik.
Periode tsunami, yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk tibanya dua puncak
gelombang yang berurutan, bisa sangat lama. Jika sumbernya jauh, periodenya bisa
mencapai lebih satu jam. Bandingkan dengan periode gelombang yang dibangkitkan
oleh angin (wind waves) yang periodenya yang hanya sekitar 10 20 detik.
Di lokasi pembentukan tsunami (daerah episentrum gempa) tinggi gelombang
tsunami diperkirakan antara 1,0 m dan 2,0 m. Namun selama perambatannya dari tengah
laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju ke pantai, tinggi gelombang menjadi semakin
besar hingga puluhan meter karena pengaruh perubahan kedalaman dan efek gesekan
dasar/tahanan yang semakin besar dari dasar laut setelah di pantai, dan karena terjadi
penumpukan masa air saat mencapai pantai. Dampak negatif yang diakibatkan tsunami
setelah tiba di pantai adalah merusak rumah/bangunan, prasarana, tumbuh-tumbuhan dan
mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, kontaminasi air asin
lahan pertanian, tanah dan air bersih.
Dari hasil penelitian diperoleh persyaratan terjadinya tsunami adalah:
a. Gempabumi dengan hiposenter di laut.
61
Peta Potensi Tsunami adalah peta yang mengambarkan bahaya tsunami pada
daerah tersebut berdasarkan kejadian tsunami yang pernah melanda, data yang dipakai
dasar dalam pembuatan peta ini adalah data ketinggian run up (limpasan) yang terukur
pada waktu kejadian di lapangan, ketinggian diukur dengan titik dasar pada garis pantai.
Dari data run up yang ada kemudian dibedakan menjadi tiga kategori ketinggian run-up
sesuai dengan fakta dilapangan yaitu : Tidak bahaya, (0 2 m run-up, warna hijau).
Bahaya, (2 - 5 m run up, warna kuning). Sangat bahaya, (5m keatas warna merah). Peta
rawan tsunami adalah peta yang menggambarkan pantai-pantai di Indonesia yang rawan
terhadap tsunami dengan asumsi bahwa pantai tersebut berhadapan langsung dengan
sumber kegempaan yang telah berhasil diidentifikasi, misalnya zona penunjaman
maupun sesar.
Jepang sebagai negara yang sering mengalami serangan tsunami akibat gempa tektonik
telah banyak melakukan penelitian dan pencatatan gelombang tsunami. Telah
dikembangkan suatu hubungan antara tinggi gelombang tsunami di daerah pantai dan
besaran tsunami m. Besaran tsunami bervariasi mulai dari m = -2,0, yang memberikan
tinggi gelombang kurang dari 0,3 m sampai m = 5 untuk gelombang lebih besar dari 32
m. Hubungan antara besaran gempa dan tinggi gelombang tsunami di pantai dapat
dilihat pada Tabel 8.6.
63
Tabel 8.6. Hubungan antara besaran gempa dan tinggi tsunami di pantai
(Triatmodjo, 1999).
m H (meter)
5,0 > 32
4,5 24,0 32,0
4,0 16,0 24,0
3,5 12,0 16,0
3,0 8,0 12,0
2,5 6,0 8,0
2,0 4,0 6,0
1,5 3,0 4,0
1,0 2,0 3,0
0,5 1,5 2,0
0,0 1,0 1,5
-0,5 0,75 1,0
-1,0 0,5 0,75
-1,5 0,3 0,5
-2,0 < 0,3
Besaran tsunami (m) berkaitan erat dengan kekuatan gempa M (dalam skala
Richter) seperti yang terlihat pada Gambar 8.9. Garis sebelah kanan pada Gambar 8.9
adalah garis yang dikembangkan di Jepang berdasarkan pencatatan tsunami yang cukup
banyak. Sedangkan garis sebalah kiri adalah perkiraan dari hubungan antara kedua
parameter untuk tsunami di Indonesia, berdasarkan data yang terbatas. Kedua garis
tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut ini (Triatmodjo, 1999).
Nilai m yang diperoleh dari grafik (Gambar 2) atau persamaan tersebut di atas dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi gelombang tsunami di pantai berdasarkan Tabel
1. Jika kita membandingkan antara persamaan (1) (berlaku di Jepang) dan persamaan (2)
(berlaku di Indonesia), terlihat jelas bahwa pemakaian persamaan (2) memberikan tinggi
gelombang tsunami yang bisa lebih dari dua kali daripada penggunaan persamaan (1).
Mengingat persamaan yang berlaku di Indonesia (persamaan (2)) di dasarkan pada
jumlah data yang sedikit, maka penggunaan persamaan tersebut perlu dipertimbangkan
kembali. Untuk sementara sebaiknya menggunakan persamaan yang berlaku di Jepang
saja dulu untuk menperkirakan tinggi gelombang di pantai berdasarkan data gempa,
sambil menunggu penelitian dan pencatatan data yang lebih banyak dan akurat.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
a. Tinggi gelombang (wave height)
b. Panjang gelombang (wavelength)
c. Periode gelombang (wave period)
d. Kemiringan gelombang (wave steepness):
65
2. Jelaskan perbedaan antara gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan tsunami!
Bahan Bacaan
Hutabarat, S. dan S.M, Evans. Pengantar Oseabografi. Universitas Indonesia Press.,
Jakarta
BAB 9. Arus
A. Pendahuluan
Laut merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak, baik di permukaan
maupun di bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil
tetapi bisa pula berukuran sangat besar Penampilan yang paling mudah terlihat adalah
arus di permukaan laut. Modul ini memamparkan tentang proses pembagkitan arus, pola
arus utama dunia, arus-arus musiman, proses terjadinyan upwelling dan sinking, .
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Mampu membedan jenis arus berdasarkan proses pembangkitannya
Mampu mengambarkan pola arus utama dunia dan pola arus musiman
karena adanya angin musim (monsun)
Mampu menjelaskan proses terjadinya upwelling dan singking.
permukaan lautan merupakan hasil kerja gabungan dari mereka ini. Faktor-faktor
tersebut adalah bentuk topografi dasar lautan, pulau-pulau yang ada di sekitarnya,
dan gaya coriolis. Gambar 9.1 menunjukkan arus-arus utama yang terdapat di
seluruh permukaan lautan di dunia. Dari gambar tersebut kita melihat tiga macam
bentuk arus yaitu :
1. Arus yang benar-benar mengelilingi daerah kutub selatan ( Antartic circumpolar
current) yang terletak pada 60 0 lintang selatan.
2. Aliran air di daerah ekuator yang mengalir dari arah timur ke barat, baik di
belahan bumi utara (North equatorial current) maupun di belahan bumi selatan
(South equatorial current). Selain itu terdapat dua aliran yang mengalir dari barat ke
timur yang dinamakan equatorial counter current di bagian permukaan dan
equatorial under current di bagian bawah.
3. Daerah subtropikal, ditandai oleh adanya arus-arus berputar yang dikenal sebagai
gyre. Arah aliran air pada gyre yang terdapat di belahan bumi utara searah dengan
jarum jam.
Gambar 9.1. Sistem arus-arus utama yang terdapat di dunia (Pinet, 1992)
Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air
dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar
68
3 % dari kecepatan angin itu sendiri. Dengan kata lain, bila angin bertiup 10 m/detik
maka dapat menimnulkan sebuah arus permukaan yang berkecepatan 30 cm/detik.
Kecepatan arus ini, akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya
kedalaman perairan dan akhirnya angin tidak berpengaruh sama sekali terhadap
kecepatan arus pada kedalaman di bawah 200 m. Pada saat kecepatan arus
berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang disebabkan oleh gaya coriolis
akan meningkat. Hasilnya adalah bahwa hanya terjadi sedikit pembelokan dari arah
arus yang relatif cepat di permukaan dan arah pembelokannya menjadi makin besar
pada aliran arus yang kecepatannya makin lambat di lapisan perairan yang
mempunyai kedalaman makin bertambah. Besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran
arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-
lapisan perairan akan makin dibelokkan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai
spiral Ekman (Gambar 9.2).
Gambar 9.2. Spiral Ekman. Gambar ini menunjukkan arah jalannya arus
(ditandai oleh tanda panah), dan kecepatannya (ditandai oleh panjang dari setiap
tanda panah), yang berubah-ubah sesuai dengan makin dalamnya kedalaman
perairan (Pinet, 1992).
Arus-arus musiman
Angin adalah sakah satu faktor yang paling bervariasi dalam membangkitkan
arus. Karena sistem angin umum dunia selalu berjumlah tetap sepanjang tahun,
69
maka arah arus-arus dunia hanya mengalami variasi tahunan yang kecil. Tetapi di
bagian Utara lautan Hindia dan lautan-lautan Asia Tenggara, angin musim
(monsoon) berubah secara musiman dan mempuanyai pengaruh yang dramatis
gterhadap arah dari arus-arus permukaan. Arus-arus di perairan Asia Tenggara baik
yang terjadi di musim Barat ataupun di musim Timur diperlihatkan pada Gambar 9.3.
dan Gambar 9.4. Musim Barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah Utara melalui
Laut Cina bagian atas, Laut Jawa dan Laut Flores, sedangkan pada waktu musim
Timur hal ini terjadi kebalikannya dimana arus mengalir dari arah Selatan (Hutabarat
dan Evans, 1985).
Gambar 9.3. Pola arus permukaan di perairan Asia tenggara pada bulan Februasi
(Musim Barat) (Wyrtki, 1961).
Gambar 9.4. Pola arus permukaan di perairan Asia tenggara pada bulan
Agustus(Musim Timur) (Wyrtki, 1961).
70
Gambar 9.5. Proses terjadinya coastal upwelling. Arah angin adalah sejajar
dengan pantai, tetapi arah dari arus yang ditimbulkanya akan
mengarah ke laut karena ada pengaruh gaya Coriolis. Hal ini
menghasilkan timbulnya upwelling di dekat pantai, yang
mengangkut massa air dari dasar ke atas permukaan (Pinet, 1992).
Arus pasang surut dengan arah bolak balik dan turbulensi yang dihasilkannya
secara tidak langsung penting artinya bagi proses-proses biologi. Turbulensi ini
dapat mencegah pengendapan partikel-partiel tersuspensi dalam air sehingga
mengakibatkan tetap keruhnya air yang dapat mempengaruhi penetrasi cahaya
matahari. Turbulensi juga mencegah terjadinya stratifikasi suhu air. Arus pasang
surut juga berperan dalam mengangkut sedimen di sepanjang pantai sehingga arus ini
turut mempengaruhi perubahan morfologi pantai. Arus pasang surut juga membantu
percampuran air laut (mixing), namun perlu dingat bahwa arah arus ini adalah bolak
balik secara teratur dalam 24 jam. Karenannya volume air yang diangkut oleh arus
ini melintasi jarak tertentu tidaklah banyak dan juga jarak angkutnya tidak jauh.
Kecepatan arus pasut minimum atau efektif nol terjadi saat air tinggi atau air
rendah (slack waters). Pada saat-saat tersebut terjadi perubahan arah arus pasut.
Kecepatan arus pasut maksimum terjadi pada saat-saat antara air tinggi dan air
rendah. Dengan demikian, perioda kecepatan arus pasut akan mengikuti perioda
pasut yang membangkitkannya (Gambar 9.6).
Gambar 9.6. Hubungan antara pasang surut(pasut) dengan kekuatan arus pasut
(Poerbandono dan Djunasjah, 2005)
73
H
Um =
2 h
T sinh
L
Gambar 9.7. Arus susur pantai yang dibangkitkan oleh ombak tiba di pantai
secara tidak tegak lurus (Triatmodjo, 1999).
Pada titik dimana arus susur pantai bertemu (convergence), aliran arus akan
dibelokkan menuju ke laut melintasi surf zone. Aliran arus yang menuju ke laut ini
dinamakan rip current (arus tolak pantai). Rip current ini sangat berbahaya bagi
orang yang sedang berenang di pantai karena tanpa disadari arus ini dapat menyeret
orang yang sedang berenang tersebut ke laut sejauh 500 m. Daerah yang alirannya
paling cepat di sebuah rip current kemungkinan bisa mencapai kecepatan sampai
1m/detik, dan ini sudah cukup kuat untuk memotong sebuah saluran permanen yang
ada di dasar laut (Hutabarat dan Evans, 1985).
Pengukuran Arus
Teknik pengukuran arus dapat dilakukan dengan pendekatan Lagrangian dan
Eulerian. Pendekatan Lagrangian dilakukan dengan pengamatan gerakan massa air
peremukaan dalam rentang waktu tertentu. Implementasinya biasanya dilakukan
dengan sebuah pelampung. Selam selang waktu tertentu dan dalam interval waktu
tertentu pula, pengamat mencatat posisi pelampung tersebut. Pendekatan Lagrangian
penting digunakan, misalnya untuk mengkaji model tumpahan minyak atau
pengangkutan materi oleh badan air di permukaan.
Sementara, pendekatan Eulerian dilakukan dengan pengamatan arus pada
suatu posisi tertentu di suatu kolom air. Data yang diperoleh dengan pendekatan ini
adalah kekuatan dan arah arus pada suatu tempat sebagai fungsi dari waktu. Pada
lingkungan laut yang didominasi pasut, maka durasi pengukuran arus pasut setidak-
tidaknya adalah sepanjang perioda pasut. Untuk sifat pasut yang diurnal atau
campuran, maka durasi pengukuran arus adalah sekurang-kurangnya 25 jam. Untuk
daerah yang sifat pasutnya semi-diurnal, maka durasi pengukuran arus adalah
sekurang-kurangnya 13 jam. Cakupan waktu tersebut sangat diperlukan untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang arah dan kecepatan arus pasut pada
satu periode pasut (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).
Saat pengukuran arus pasut, sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga
mewakili kondisi pada saat bulan purnama dan bulan perbani. Untuk itu, pengukuran
perlu dijadwalkan selama dua kali dengan selang waktu sekitar 7 hari. Buku pasut
yang diterbitkan Deshidros TNI-AL akan sangat membantu dalam mengambil
keputusan untuk merencanakan saat pengukuran arus. Interval pengukuran dapat
dilakukan setiap 1 jam untuk pantai dengan sifat pasut diurnal. Pada pantai yang
sifat pasutnya semi-diurnal dan campuran sebaiknya pengukuran dilakukan
sekurang-kurangnya dengan interval 30 menit.
Current meter adalah alat pengukur arus yang sangat populer. Pada saat awal
dikembangkannya, alat ini bekerja secara mekanik (Gambar 8.8). Badan air yang
bergerak memutar baling-baling yang dihubungkan dengan sebuah roda gigi. Pada
roda gigi tersebut terdapat penghitung (counter) dan pencata waktu (time-keeper)
yang merekam jumlah putaran untuk setiap satuan waktu. Melalui suatu proses
76
kalibrasi, jumlah putaran per satuan waktu yang dicatat dari alat ini dikonversi ke
kecapatan arus dalam meter per detik (m/s). Ketelitian alat bisa samapai 1 mm/s.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Gambarkan pola arus musiman di Asia Tenggara pada musim barat dan musim
timur
2. a. Jelaskan proses terjadinya upwelling dan singking!
b. Mengapa perairan pada daerah upwelling lebih subur dibandingkan perairan
di sekitarnya?
Bahan Bacaan
Bird, E.C.F. 1996. Beach Management. John Wiley & sons. England
Hutabarat, S. dan S.M, Evans. Pengantar Oseabografi. Universitas Indonesia Press.,
Jakarta
Sedimen Lithogeneous
Jenis sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu batuan di darat. Hal ini dapat
terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti yg disebabkan oleh
karena adanya pemanasan dan pendinginan terhadap batu batuan yg terjadi secara
berulang ulang di padang pasir, oleh karena adanya embun embun es di musim
dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan bahan bahan yg terdapat di
dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu ((Hutabarat dan Evans,
1985).
Partikel-partikel sedimen diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-sungai.
Beberapa sungai di dunia yang mengalir di daerah daratan yang begitu luas akan
memindahkan sejumlkah besar sedimen ke dalam laut (Gambar 10.1.) Begitu
sedimen mencapai laut penyebarannya kemudian ditentukan terutama oleh sifat-sifat
fisik dari partikel-partikel itu sendiri, khususnya oleh lamanya mereka tinggal
melayang-layang (tersuspensi) di lapisan kolom air.
waktu yang lebih lama yaitu kira-kira 185 hari. Dengan adanya perbedaan kecepatan
endap (settling velocity) tersebut pasir akan segera diendapkan begitu sampai di laut
dan cendrung mengumpul di daerah dekat daratan (pantai). Sedangkan endapan
lumpur diangkut lebih jauh ke tengah laut dan kebanyakan mereka akan mengendap
pada daerah continental shelf dan karena itu partikel-partikrel sedimen yang
berukuran paling kecil cendrung untuk diendapkan pada dasar laut yang dalam.
Gambar 10.1. Area-area dari deretan luas (ditandai dengan warna hitam) dimana
sungai-sungai utama dunia mengalir. Jenis sedimen Lithogeneous
berasal dari pengikisan batu-batuan daratan yang kemudian
diangkut oleh sungai-sungai dan masuk ke dalam lautan (Open
University Course in Oceanography dalam Hutabarat dan Evans,
1985).
Sedimen Biogeneous
Sisa rangka dari organisme hidup juga akan membentuk endapan partikel partikel
yang halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap pada daerah daerah yang
letaknya jauh dari pantai. Terbagi dua tipe utama: calcareous dan siliceous ooze yang
mana tergantung pada jenis organisme dari mana mereka berasal dan jenis bahan yang
telah bergabung ke dalam kulit atau rangka mereka (Gambar 10.2.).
Calcareous ooze berasal dari organisme yang cangkan nya (shell) terdiri dari
kalsium karbonat (zat kapur) seperti Globerigina (foraminefera) yang membentuk 35 %
bagian permukaan dasar laut yang relatif kebanyakan dijumpai didaerah-daerah panas
81
dunia. Jenis calcareous ooze lain adalah Pteropod (moluska yang bersifat plankton) yang
cangkannya mengandung zat kapur dan menutupi permukaan dasar laut hanya berjumlah
1 % saja, walaupun kadang-kadang mereka ini sudah bercampur dengan ooze dari jenis
yang lain. Sedangkan siliceous ooze berasal dari hewan dan tumbuhan yang banyak
mengandung silica (siliceous) seperti diatom ooze yang merupakan jenis tumbuhan
bersel tunggal yang mempunyai kulit mengandung silica. Ooze jenis ini menutupi 9%
permukaan dasar laut. Jenis lainnya adalah Radiolaria ooze yang merupakan golongan
Protozoa bersel satu dimana bentuk endapannya menutupi 1 2 % dasar laut, dan Red
clay ooze yang juga juga mempunyai kandungan silica yang tinggi. Belum banyak
informasi yang tersedia tentang asal dari Red clay ooze tersebut.
Gambar 10.2. Beberapa jenis organisme yang membentuk sedimen biogeneous (a)
Globerigina, (b) Diatom, (c) Radiolaria, (d) Pterepod (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Sedimen Hydrogeneous
Jenis partikel dari sedimen golongan ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia
dalam air laut. Sebagai contoh manganese nodules (bungkahan bungkahan mangan).
Jenis logam logam lain seperti cooper (tembaga), cobalt dan nikel juga tergabung di
dalamnya. Reksi kimia yang terjadi di sini bersifat sangat lambat, dimana untuk
membentuk suatu nodule besar diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan
82
proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule telah terkubur di dalam
sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai di
lautan Pasifik daripada di lautan Atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat
kecepatan proses sedimentasi untuk mengubur nodule-nodule yang terjadi di lautan
pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan di Lautan Atlantik.
Sedimen Cosmogeneous dan Sedimen Volcagenic
Partikel partikel kecil yang berasal dari ruang angkasa dan mengandung banyak
unsur besi sehingga mempunyai respon magnetik disebut sedimen cosmogeneous.
Sedangkan sedimen volcagenik adalah material yang dkeluarkan oleh gunung api
(salah satu contohnya adaah abu).
sedimen berjalan cepat, kemudian suplai sedimen cepat dan tidak tercuci (terbawa)
oleh air dalam waktu yang lama maka akan menghasilkan sedimen yang mengendap
di dasar dengan karakter heterogenous dan tidak tersortasi dengan baik
Terdapat hubungan yang jelas antara ukuran partikel sedimen dengan kekuatan
arus di daerah deposisi/sedimentasi. Ukuran/diameter partikel yang mengendap
sebanding dengan tingkat energi pada saat terjadinya deposisi. Lingkungan energi
kecil dimana arusnya lemah sangat jarang menerima suplai partikel yang kasar
(berukuran besar) oleh karena arus yang lemah biasanya tidak bisa mengangkut
partikel partikel kasar/besar ke daerah tersebut. Maka dari itu ukuran rata-rata
partikel yang mengendap di dasar dapat berfungsi sebagai perkiraan kasar
sistem/tingkat energi pada saat terjadinya deposisi. Sedimen halus menunjukkan
kondisi energi kecil (lemah), sedangkan sedimen kasar menunjukkan energi besar
(kuat).
Sedimentasi di Laut Dangkal
Continental shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng yang landai
(umumnya jarang melebihi 1O ), lebarnya 70 100 km, kedalamanmya bervariasi 0
120 m, dan berbatasan langsung dengan daratan.
Energi untuk mengerosi dan mengangkut partikel padat disediakan oleh angin
dan pasut. Angin membangkitkan gelombang dan beberapa jenis arus, sedangkan
pasut menghasilkan arus pasang surut yang berhubungan dengan naik dan turunnya
permukaan laut. Lingkungan pengendapan di laut dangkal meliputi pengendapan di
pantai (Beaches, Barrier, Spit, dan Tombolo), pengendapan di Estuaria, pengendapan
Delta, dan pengendapan tidal flat.
Beaches adalah bentuk endapan klastik yang berkembang sejajar dengan garis
pantai, umumnya tersusun oleh pasir hingga bonkahan bonkahan batuan pantai.
Contoh beaches dapat dilihat pada Gambar 10.3. Tekstur sedimen beach umumnya
bersortasi baik. Dapat ditemukan percmpuran antara sedimen darat dan lautan.
Prosentase kedua sedimen tersebut tergantung suplai sedimen yang terendapkan di
daerah beach.
84
Sedangkan spit adalah perkembangan beaches ke arah laut berupa lidah pasir.
Spit (lidah pasir) dapat terbentuk apabila endapan sungai yang berarah ke laut
mendapat pukulan gelombang yang relatif miring terhadap garis pantai atau arah
aliran sungai (Gambar 10.4). Tombolo (Gambar 10.5) merupakan Merupakan
tanggul pasir yang menghubungkan daratan utama dengan pulau (contoh: Nusa Dua
Bali). Syarat terbentuknaya tombo: (i) jarak antara pulau dengan daratan utama
relatif kecil dibandingkan dengan lebar pulau, (ii) kedalaman relatif dangkal, (iii)
arah arus yang tetap, (iii) sumber sedimen yang cukup, (iv) tidak ada gangguan
tektonik yang berarti.
Sedimentasi di Estuaria
Estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pengaruh
pasang surut terhadap sirkulasi aliran (kecepatan/debit, profil muka air,intrusi air
asin) di estuari dapat sampai jauh ke hulu sungai, yang tergantung pada tinggi pasang
surut, debit sungai dan karakteristik estuari (tampang aliran, kekasaran dinding, dan
sebagainya).
85
Gambar 10.4. Spit (lidah pasir), terbentuk akibat pengaruh arus pantai yang membawa
sedimen membentuk daratan baru. Dapat terbentuk memanjang sejajar pantai
dan atau agak menjorok ke arah laut.
Gambar 10.5. Tombolo, bagian pantai berpasir di belakang pulau atau struktur buatan
yang menyatu dengan pulau atau struktur tersebut. Tombolo, juga
merupakan salah satu bentukan yang terjadi merupakan penyatuan dua
pulau yang berdekatan oleh proses akumulasi sedimen pantai, dibawa
oleh dua arus pantai yang berlawanan arah.
Ada 2 cara dimana proses agregasi dapat terjadi: (1) agregasi secara biologis
(biological aggregation), dan (2) flokulasi (flocculation).
Biological aggregation adalah merupakan hasil penyerapan/pengambilan partikel
halus yg ada di kolom air oleh organisme kemudian dikeluarkan dalam bentuk
kotoran (faecal pellet) dengan ukuran sampai 5mm yang mana kecepatan endapnya
besar yaitu dalam cm/det . Sedangkan flocculation adalah berkumpulnya partikel
partikel kecil membentuk partikel besar karena adanya gaya tarik antar molekul
(partikel) yang dikenal sebagai gaya van der Walls. Flocculation merupakan proses
yang penting di bagian estuaria dimana terjadi pertemuan air tawar dan air laut (gaya
tarik menarik terjadi karena terjadi pertemuan partikel yg bermuatan negatif dan
partikel bermuatan positif).
Estuaria tidak seragam dalam hal karakter dan perbedaan karakter estuaria
tersebut terutama karena variasi dalam hal kisaran pasang surut (tidal range) dan
debit sungai (river discharge) yang mana mempengaruhi tingkat percampuran air
laut dengan air tawar dari sungai. Bedasarkan hal tersebut maka dikenal tiga tipe
utama estuaria yaitu: salt wedge, partially mixed, dan well-mixed estuaria.
Salt wedge estuaries didominasi oleh aliran sungai pada permukaan dengan
sangat sedikit aliran air laut menuju ke daratan di dasar. Oleh karena itu, secara
virtual semua partikel tersuspensi di Salt wedge estuaries lebih banyak berasal dari
87
daratan dibandingkan dari laut. Beberapa partikel sedimen ini khususnya partikel
kasar yang berukuran besar mengendap di dasar melewati lapisan halocline dan
sisanya diangkut ke laut dimana flokulasi dan kecepatan aliran melemah karena arus
sungai telah menyebar menyebabkan terjadinya deposisi. Jika supali sedimen sangat
besar dan aksi ombak lemah maka kemungkinan akan terbentuk delta.
Pada partially mixed estuaries aliran air laut yang menuju ke daratan sepanjang
dasar cukup kuat untuk menggerakkan sedimen ke atas estuary sampai ke posisi null
point estuaria, yaitu kedalaman dimana tidak ada residu pergerakan air baik ke
darat maupun ke laut. Material yang begerak (terangkut) bisa berasal dari sediment
yang terangkut oleh sungai yang mana telah mengalami flokulasi pada saat bertemu
dengan air bersalinitas tinggi dan mengendap melewati kolom air, atau bisa berasal
dari sedimen laut. Pada saat transportasi sedimen melemah, maka akan terbentuk
sebuah turbidity maximum yang terbentuk dimana konsentrasi sedimen
terseuspensi sekitar 100 200 mg/l yang mana bisa terjadi pada estuaria dengan
kisaran pasang surut yang lebih rendah, namun bisa mencapai 1000 10000 mg/l
(atau 1 10 g/l) di estuaria dengan kisaran pasang surut yang tinggi. Ukuran partikel
sedimen tersuspensi biasanya lebih kecil dari 10 m. Adanya turbulensi dan
88
Well-mixed estuary
Pada daerah estuaria yang lebar dan dangkal dimana kisaran pasang surut (tidal
range) besar dan arus pasang surut raltif lebih kuat dari pada aliran sungai maka
kolom air menjadi bercampur secara sempurna. Kondisi ini terjadi pada well-mixed
estuaria. Di well-mixed estuaria, salinitas sama sekali tidak bervariasi terhadap
kedalaman namun salinitas tersebut bisa saja bervariasi sepanjang penampang/lebar
estuaria. Terjadi percampuran massa air tawar dan laut secara lateral/horizontal
namun tidak secara vertikal. Pada belahan bumi utara, aliran pada well-mixed
estuaria menyebabkan terjadinya deposisi sedimen laut di sisi kiri estuaria, dan
deposisi sedimen yang terangkut oleh sungai pada sisi sebalah kanan menghadao ke
muara sungai. Sebaliknya pada belahan bumi selatan, sedimen yang terangkut oleh
sungai mengendap di sebelah kiri dan sedimen laut mengendap sisi kanan estuaria.
tinggi. Pada daerah ini aliran sungai yang bergerak menuju laut bertindak sebagai
arus yang mengalir berlawanan dengan arah perambatan ombak.
Tidal flat adalah paparan yang muncul apabila air surut dan terendam bila pasang
naik, biasanya tersusun oleh endapan lumpur, paparan karang, atau batuan dasar sisa
erosi yang sering ditumbuhi oleh alga, saltmarsh, padang lamun dan mangrove.
Keberadaan tidal flat biasanya terbatas pada daerah yang terlindung seperti spit,
barrier island, teluk atau estuaria.
Tidal flat biasanya memiliki kemiringan yang sangat rendah (sekitar 1:1000),
tersusun secara dominan oleh lanau (clay) dan lempung (silt) yang ukurannya
bervariasi dari 0.5 m sampai dengan 65 m. Ukuran rata-rata diameter partikel
sedimen untuk hampir sebagaian besar estuaria memiliki kisaran 1 - 20 m (Pethick,
1984). Sebuah partikel clay (lanau) berukuran 5 m memiliki kecepatan endap
(settling velocity) sebesar 0.002 cm/detiuk, namun jika partikel-partikel clay ini
mengumpul dan saling melengket membentuk floc maka memiliki kecepatan
endap yang jauh lebih besar yaitu 0.5 cm/detik. Oleh karena proses flokulasi
merupakan proses yang bertanggung jawab terhadap keberadaan pasrtikel partikel
clay di tidal flat.
Pada tidal flat yang memiliki populasi invertebrata yang tinggi, partikel clay yang
berukuran kecil disaring oleh organisme filter feeder yang memenfaatkan material
organic yang ada pada sedimen atau material organik yang ada diantara partikel
sedimen. Partikel partikel tersebut kemudian diekskresikan dalam bentuk kotoran
(faecal pellet) dengan ukuran sampai 5mm yang mana kecepatan endapnya besar dan
meningkatkan peluang bagi partikel clay untuk mengendap di tidal flat.
Sedimen yang ada pada tidal flat kemungkinan berasal dari empat sumber yaitu:
1. Laut: diperoleh dari dasar laut
2. Pantai: diperoleh dari erosi tebing pantai
3. Daratan (fluvial): sedimen dari daratan yang terbawa oleh sungai
4. In situ reworking: diperoleh dari dalam estuaria atau teluk itu sendiri.
Sedimentasi di tidal flat terjadi sebagai respon terhadap proses pasang surut dan
gelombang. Sedimentasi di saluran (channels) tidal flat didominasi oleh arus pasang
surut, namun gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan arus yang dibangkitkan
90
gelombang juga bisa berperan penting dalam deposisi sedimen di paparan (flat)
antara saluran tidal flat. Massa air begerak naik menuju tidal flat pada saat pasang
dan sebaliknya beregark turun menjauhi tidal flat pada saat surut. Kecepatan arus
pasang surut yang bergerak bolak balik ini mengikuti siklus pasang dan surut
biasanya tidak simetris (asymmetrical) dimana kecepatan pada saat pasang bisa
berbeda dengan pada saat surut. Pada saluran tidal flat, kecepat arus bisa mencapai
1,5 m/detik atau lebih, sedangkan pada paparan (flat) tidal falt sekitar 0,3 0,5
m/detik (Reineck dan Singh, 1980). Kecepatan arus ini sudah cukup kuat untuk
mengangkut sedimen berpasir dan membentuk ripple dan dune bedforms, cross
bedding dan plane bedding.
Kisaran pasang surut yang besar dan kemiringan yang kecil berarti bahwa
gelombang tidak pecah di salah satu bagian tidal flat untuk waktu yang lama
sehingga arus pasang dan arus surut lebih efektif dalam proses transpor sedimen di
tidal flat dibandingkan gelombang. Distribusi sedimen di tidal flat menunjukkan
bahwa bagian atas tidal flat (high tidal flats) didominasi oleh lumpur sedangkan pada
bagian bawah tidal flat (low tidal flats) didominasi oleh pasir.
C. Penutup
Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan?
a. sedimen lithogeneous
b. sedimen biogeneous
c. sedimen hydrogeneous
2. Jelaskan perbendaan antara proses sedimentasi di laut dangkal dan laut dalam!
Bahan Bacaan
Open University Team. 1997. Waves, Tides and Shallow Water Processes.
Butterworth-Heinemann. Oxford
92
2. Zooplankton
Disebut juga plankton hewani yang hidupnya mengapung atau
melayang dalam laut.
Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat
memproduksi sendiri bahan organic dari bahan inorganic. Oleh
karena itu, untuk kelangsungan hidupnya ia sangat bergantung
pada bahan organic dari fitoplankton yang menjadi makanannya
(sebagai consumer bahan organik).
Ukurannya berkisar 0.2 2 mm, tetapi ada yang sampai 1 m (ubur-
ubur).
Sebagai makanan ikan-ikan kecil
Zooplankton ada yang hidup di perairan dalam dan adapula yang
dapat melakukan migrasi vertical harian dari lapisan dalam ke
permukaan.
Hmapir semua hewan yang mampu berenang beas (nekton) atau
ynag hidup di dasar laut (benthos) menjalani awal kehidupannya
sebagai zooplankton yaitu ketika masih berupa terlur artau larva
nanti setelah dewasa menjadi nekton atau benthos.
3. Bakterioplankton
Bakteri yang hidup sebagai plankton.
Ukurannya sangat halus (umumnya < 1 m)
Tidak mempunyai inti sel
Tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis
Fungsinya utama sebagai decomposer atau pengurai. Biota laut
yang mati akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan
menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat dan sebgainya.
Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi
oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis.
4. Virioplankton
Merupakan virus yang hidup sebagai plankton.
Ukurannya sanagt kecil ( kurang dari 0.2 m)
97
4. Kokolitoforid
F. Jenis-jenis Zooplankton
1. Tintinid.
Hewan ini bersel tunggal, yang mempunyai sitoplasma,
sitomembran (dinding sel) dan satu atau lebih inti (nucleus).
2. Foram
Ukurannya yang beragam dari sekitar 100 m hingga lebih dari 1
mm.
3. Radiolaria
Hewan ini mempunyai bentuk cangkang yang bulat dengan berbagai
variasi struktur yang umumnya mempunyai simetri radial, memencar.
101
102
4. Ubur-ubur
Tubuhnya berbentuk paying atau genta (bell) dengan disertai umbai-
umbai berupa tentakel.
5. Ktenofor
5. Kaetognat
Larvasea
103
sangat halus, sedangkan partikel yang lebih kasar, tertahan. Aliran air
masuk ke dalam rumah diakibatkan oleh gerakan menggetar ekor hewan
larvasea yang ada di dalamnya. Di dalam rumah ada lagi saringan yang
lebih halus yang menyaring atau menangkap nanoplankton yang
merupakan makanan yang kemudian akan diteruskan ke mulut hewan itu.
Air selebihnya disalurkan keluar dari rumah lewat saluran pembuangan
yang ada di belakang. Apabila saringan-saringan telah mampet atau
tersumbat, maka hewan itu akan segera keluar dari rumah-nya lewat
pintu keluar khusus disebelah depan, dan dari situ ia akan berenang ke
tempat baru dan membangun lagi rumah bary. Tiap beberapa jam ia
dapat membangun rumah baru. rumah ini sangat rapuh hingga kita
sulit memperoleh yang utuh, umumnya hancur pada saat pengambilan
contoh. System penyaringan makanan berupa nanoplankton lewat
saringan bertingkat ini merupakan system penyaringan yang sangat
efektif. Hewan larvasea memang dipandang sebagai satu-satunya
kelompok hewan pemakan penyaring (filter feeder) yang struktur alat
penyaringnya berada sama sekali di luar tubuhnya.
Hanya pada dua marga dari larvasea ini umumnya dikenal, yakni
Oikopleura dan fritillaria. Oikopleura mempunyai bentuk tubuh yang
lebih bulat, sedangkan ekornya melebar pada pertautan dengan
tubuhnya, sedangkan Fritillaria mempunyai tubuh yang lebih
memanjang dengan ekor yang menyempit pada pertautan dengan
tubuhnya.
105
IKhitoplankton
Ikhtioplankton adalah telur dan larva ikan yang hidup sebagai
plankton. Setelah dewasa mereka akan berubah, hidup sebagai ikan yang
nektonic, yang berenang bebas. Jadi sebenarnya ikhtioplankton itu adalah
meroplankton juga (hanya sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton),
naum istilah ikhtioplankton merujuk khusus untuk kelompok ikan.
Telah banyak perhatian yang diberikan pada iktioplankton ini,
mengingat pentingnya bagi perikanan. Lokasi penemuan nagi telur dan
larva ikan merupakan pentunjuk di mana dan berapa luas daerah
pemijahan jenis ikan tertentu. Dengan mengetahui daerah pemijahannya
maka langkah-langkah yang perlu diambil untuk pengelolaannya dapat
dipertimbangkan dengan lebih baik.
Telur ikan ada yang direkatkan ke substrat yang mengapung
(misalnya pada potongan rumput laut)ataupun pada substrat di dasar laut
(misalnya di terumbu karang), dan ada pula yang pelagis (pelagic), artinya
dilepaskan di perairan bebas sebagai plankton. Telur ikan yang menjadi
perhatian utama dalam ikhtiologi adalah telur-telur ikan yang pelagis atau
planktonik.
106
3. ekton
Organisme yang bergerak dalam air yang tidak tergantung pada
arus yang kuat dalam air.
Jumlah nekton yang terbanyak adalah ikan.
Merupakan hewan yang vertebrata. Sedangkan invertebrata yang
dapat digolongkan kedalam nekton adalah cephalopoda.
1. Kelompok ikan yang dijumpai dalam golongan nekton ada dua yaitu :
Ikan yang menghabiskan seluruh hidupnya di daerah epipelagik
mencakup ikan-ikan hiu tertentu (cucut martil, hiu mackerel, cucut
biru) , kebanyakan ikan terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru,
ikan duyung, dan lain-lain
Ikan yang hanya menghabiskan sebagian dari hidupnya di daerah
epipelagik. Kelompok ini lebih beragam dan mencakup ikan yang
habiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi memijah diperairan
107
C. Penutup
Soal Latihan :
1. Jelaskan wilayah pelagis !
2. Sebutkan jenis-jenis komunitas yang terdapat di wilayah pelagis beserta
contohnya (minimal 5) !
Bahan Bacaan
1. Daerah littoral adalah daerah yang terletak anatar daratan dan lautan yang masih
di pengaruhi oleh air pasang
2. Daerah sub littoral adalah suatu daerah yang mempunyai lerengyang landai
(kemiringannya kira-kira sebesar 0.4%) dan berbatasan langsung dengan derah
daratan. Daerah ini biasanya mempunyai lebar antara 50 sampai 70 kilometer dan
kedalam maksimum dari lautan yang ada diatasnya tidak lebih besar di antara 100
sampai 200 meter.
3. Sub littoral yaitu bagian laut yang terletak antara batas air surut rendah di pantai.
4. Abisal yaitu daerah ini relative terbagi rata dari permukaan bumi yang terdapat
dibagian sisi yang mengarah ke daratan dari system midoceanic ridge.
110
1. Mangrove
Yaitu tumbuhan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Nontji, 1987). Diperkirakan ada
sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia. Yang terdiri dari 31 genera
dan 22 famili dan sekitar 51 % atau 38 spesies hidup di Indonesia. (Tabel 12.1)
Tabel 12.1 Spesies Tumbuhan Mangrove di Indonesia (Soegiarto dan Polunin, 1982).
Penyebaran
Famili Spesies
1 2 3 4 5
Apocynaceae Cerbera mangkas X X X X
Bignoniceae Dolichandrone X X
Combretaceae Lumitzera littorea X X X X
L lutea X
L rasemosa X X X X
Excoecaria agaltocha X X X
Euphorbiaseae
Scolopia maerophytla X X
Flacourtiaceae
Cynomet.-a ramiflora X X
Leguminosae
Pilhecellobium X
umbellalum X
Meliaceae
Xylocarpus granalum X
X. molucensis X X X X X
Myrtaceae
Osborniu oclodoma X X X
Palmac
8ypa frulicans X X X
Oncosperma lisillaria X X
Phoenix paludosa X
Rhizophoraceae
111
Bruguiera cylir.drica X X X X
B. exarista X X
B. gymnorhiza X X X X X
B. parviflora X X X X X
B. sexangula X X X X
B. haenesii X
Ceriops decandra X X X X
C. tagal X X X X X
Kandelia candae X
Rhizophora apiculaia X X X X X
R. mucronata X X X X
R. srylosa X X X X
Rubiaceac Scyphiphora X X X X
Rutaceae hydrophyllaceae X X X X
Sonneralaceae Paramignya X X X
Sonneratia alba X X X X X
S. caseolaris X X X X X
Sterculiaceae S. ovata X X X X X
Avicenniuceae Heriliera littoratis X X X X X
Verbenaceae Avicennia alba X X X X X
A. marina X X X X X
A. officinalis X X X X X
Jumlah Total 38 27 26 29 26 29
Keterangan: 1 = Sumatra, 2 = Jawa, Bali, Kalimantan, 3 = Sulawesi, 4
= Maluku, Nusa Tenggara, dan 5 = Irian Jaya
digunakan sebagai indikator adanya air tawar. Species dari genus Bruguiero
tumbuh secara normal pada salinitas di bawah 25 %o. B. Parviflora mencapai
perkembangan maksimum pada salinitas sekitar 20%o, B .gynmorhiza tahan pada
salintas sekitar 10-25%o, sedangkan B. sexangula cenderung lebih suka pada
salinitas tanah < 10%.
Kemampuan mangrove tumbuh pada air asin karena kemampuan akar-
akar tumbuhan untuk mengeluarkan atau mensekresi garam. Johannes (1975)
mengatakan bahwa species dari genera Rhizophora, Avicsnnia dan Leguncularia
mempunyai akar-akar yang dapat memisahkan garam. Pemisahan garam terjadi
ketika proses penguapan atau transmigrasi di daun. Penguapan daun ini
menimbulkan terjadinya tekanan negatif, yang menyebabkan air yang ada di
sistem perakaran tertarik ke dekat xylem, dan peristiwa ini pula terjadi pemisahan
air tawar dari air laut yang ada di membran akar.
Pada kondisi salinitas di atas 90%o, species mangrove, seperti Avicennia
marina, mempunyai sistem perakaran yang ekstensif, dan dengan sejumlah besar
kelenjar yang mampu mensekresi garam. Sedangkan pada kondisi salinitas
rendah (air tawar), sistem perakaran kurang ektensif dan kelenjar sekresi garam
ini tidak ada di daun (Macnae, 1968). Sebagai tambahan, walaupun species
mangrove dapat tumbuh pada salinitas yang ekstrem atau sangat tinggi, namun
biasanya pertumbuhannya kurang baik atau pendek-pendek.
Selain salinitas, suhu air adalah juga merupakan faktor yang penting
menentukan kehidupan tumbuhan mangrove. Menurut Walsh (1974) suhu
pembatas kehidupan mangrove adalah suhu yang rendah dan kisaran suhu
musiman. Suhu yang baik untuk kehidupan mangrove adalah tidak kurang dari
20C, sedangkan kisaran musiman suhu tidak melebihi 5C. Suhu yang tinggi
(>40C) cenderung tidak memengaruhi pertumbuhan dan/atau kehidupan
tumbuhan mangrove (Kolehmainen et al, 1973).
Substrat tanah diketahui juga menentukan kehidupan komunitas
mangrove. Tipe substrat yang cocok untuk pertumbuhan mangrove adalah
Jumper lunak/ yang mengandung silt, day dan bahan-bahan organik yang lembut
(Valsh, 1974). Tanah vulkanik, juga merupakan substrat yang baik untuk
perkembangan mangrove sedangkan substrat yang mengandung quartz tic dan
113
granitic alluvia kurang baik untuk untuk pertumbuhan mangrove. Di samping tipe
tanah tersebut/ beberapa species mangrove cenderung lebih menyukai tanah yang
drainasenya baik. Sebagai contoh, Xylocarpus spp, Lemnitzera spp, dan
tumbuhan-tumbuhan di daerah mangrove lain-nya, seperti Osborma octodonta,
Pemphis acidula, dan barringtonia, hanya tumbun di tanah yang drainasenya baik
(Macnae, 1968). Sedangkan komunitasnya lebih menyukai tumbuh di tanah yang
tergenang.
Di samping faktor-faktor fisik-kimia yang telah diutarakan di atas, ada faktor
yang lebih penting lagi dalam menentukan kehidupan dan kelestarian ekosistem
mangrove yaitu aktivitas manusia. Beberapa laporan menunjukkan bahwa
penebangan mangrove di Indonesia sudah sangat intensif, terutama akibat laku
kerasnya udang windu (Penaeus monodon) di pasaran/ baik di dalam maupun
luar negeri. Sehingga banyak hutan mangrove yang dibuka dan di-ubah menjadi
lahan pertambakan. Karena aktivitas ini, menteri ne-gara lingkungan hidup
menentukan batas penebangan hutan tidak melebihi 20%, untuk mengatasi
pelestarian hutan tersebut (Kenmeneg LH, 1993). Sedangkan Dinas Perikanan
Sulawesi Selatan, memperbolehkan penebangan sampai 40%, akan tetapi hutan
mangrove yang dibuka menjadi tambak tersebut harus ditanami tumbuhan
mangrove sehingga tanaman tersebut dapat berfungsi sebagai seluk hijau.
2. Lamun (seagrass)
Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang termasuk kedalam
tumbuhan berbiji satu (Monocotyledonae) yang mempunyai akar, rimpang (rhizome),
daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di
darat. Faktor yang sangat menetukan sehingga mereka bisa tumbuh di laut adalah
adanya akar dan rimpang yang berfungsi sebagai jangkar dan menyerap hara dari air
(interstitial water) dalam sedimen, mampu hidup dalam keadaan terbenam dalam
air laut dan melakukan penyerbukan di air (Tomascik et al., 1997).
Menurut Den Hartog (1970) tumbuhan lamun di dunia ini terdiri dari dua famili, 12
genera dengan 49 spesies. Dan dari 12 genera tersebut, tujuh diantaranya tumbuh di
daerah tropis yaitu Enhalus, Thalassia, Halophila, Halodule, Cymodocea,
Syringodium, dan Thalassodendron. Keanekaragaman tumbuhan lamun yang
tertinggi didapatkan di daerah Indo Pasifik dengan tujuh genera tropis. Selanjutnya
Den Hartog (1970) melaporkan bahwa dari 25 spesies lamun yang hidup di daerah
tropis, 12 diantaranya dijumpai di perairan Indonesia.
Produktivitas
Beberapa peneliti melaporkan bahwa produktivitas primer komunitas lamun
mencapai lebih dari 1 kg C/m2/th. Bahkan menurut Me Roy dan Me Millan (1977)
produktivitas primer untuk species-species tertentu di daerah yang sangat subur,
115
dapat mencapai 6.825 g C/m2/th (Tabel 2.13). Produksi tersebut umumnya bersumber
dari dasar (below ground) dan atas (above ground). Produktivitas primer yang
berasal dari dasar, yaitu akar dan rhizome, memberikan sumbangan yang cukup
tinggi yaitu sekitar 2-36% dari total produksi tanaman atau sekitar 10-40% pada
padang lamun yang sudah jadi (mature). Demikian pula untuk total biomasnya,
komponen dasar bisa memberikan sumbangan sekitar 30-75%, bahkan beberapa
Penyebaran Lamun
Komunitas lamun terdapat pada daerah mid Intertidal sampai kedalaman 50
60 meter, namun biasanya sangat melimpah di daerah sub litoral. Jumlah spesisnya
lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari. Hidup pada
berbagai jenis substrat, mulai dari lumpur encer sampai batu batuan, tetapi lamun
paling luas dijumpai pada substrat yang lunak (Nybakken, 1992 ).
Dahuri et al. (2001) menambahkan bahwa secara umum semua tipe dasar laut
dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar
laut berlumpur berpasir lunak dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan
laut antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Di beberapa daerah beberapa
lamun dapat tumbuh, namun tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak
terlindung pada saat air surut. Karena membutuhkan intensitas cahaya yang cukup,
padang lamun tidak dapat tumbuh di kedalaman lebih dari 20 meter, kecuali perairan
tersebut sangat jernih dan transparan.
Eftemejer (1993) yang melakukan studi penyebaran lamun di Kepulauan
Spermonde (Sulawesi Selatan) menemukan lamun tumbuh pada empat tipe habitat,
yaitu rataan terumbu dengan kedalaman sekitar 2 meter, paparan terumbu dengan
kedalaman 2 meter, paparan terumbu dengan kedalaman 10 16 meter dan kondisi
substrat didominasi oleh sedimen karbonat (dari pecahan karang sampai pasir koral
halus), teluk dangkal yang didominasi oleh pasir hitam terigenous, dan pantai
intertidal yang datar dan didominasi oleh lumpur halus terigenous.
3. Rumput Laut
Alga Bentik
116
Yaitu tumbuhan air yang berthalus. Tumbuhan air tidak mempunyai akar, batang
dan daun sifatnya, sifatnya Uni seluler (bersel tunggal ) dan ada juga sebagai
tiplankton , tetapi kerukunan besar (Makroologi).
Rumput laut yang terdiri dari 3 kelas . Yaitu Clorophyta (Alga hijau) jumlah
spesies yang ada di laut sekitar 7000, Phaenophyta ( Alga Coklat) 1500 spesies dan
Rhodophyta (Alga Merah) sekitar 4000 spesies. Morfologi Thallus yang bermacam
-macam ada yang thallus morfologi thallus yang bermacam-macam ada yang
thallus bulat seperti telur (Valenia) , thallus bulat seperti silindris (Euchem,
Gracilaria) thallus pupuk . padat menebal (Halimade) dan Thallus ( lebaran
(Pendina penyelam)
Faktor Pembatas rumput laut
B. Hewan-hewan bentik
1. Microfauna
Microfauna istilah ini dipakai untuk menerangkan hewan-hewan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari 0.1 mm. seluruh protozoa termasuk dalam golongan ini.
Protozoa
Adalah hewan yang paling sederhana hanya terdiri satu sel dan biasanya berukuran
mikroskopis antara 5 m sampai 5000 m, atau rata-rata 30 300 m. sel protozoa
terdiri dari membrane sel (plasma lemma) yang berfungsi sebagai dinding sel. Alat
gerak protozoa adalah silia atau bulu getar yang berbentuk bulu-bulu halus biasanya
banyak dan bergetar dan gerakan tersebut menimbulkan arus air yang dapat
menghasilkan gerakan maju.
Manfaat Protozoa merupakan makanan bagi organisme perairan tetapi ia juga
membawa efek negative yaitu bersifat parasit pada ikan. Contohnya Trichodina dan
parasit pada manusia contohnya Entamoeba histolitica dari kelas Sarcodina. Dan
juga dapat menimbulkan racun contohnya Pyrodinium bahamense.
2. Meiofauna
Meiofauna adalah golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0.1 mm
sampai 1.0 mm. ini termasuk golongan protozoa yang berukuran besar, Cnidaria,
cacing-cacing yang berukuran kecil dan beberapa crustacea yang berukuran sangat
kecil.
1. Cnidaria.
Filum cnidaria berasal dari kata knide yang berarti sengat. Mempunyai rongga
pencernaan dan mulut tidak mempunyai anus. Tubuhnya simestris radial, dapat di
bedakan dari 2 macam ayitu yang berbentuk polip yaitu hidup menetap dan medusa
yang hidup berenang bebas. Warnanya menarik seperti jingga, kecoklatan.
Manfaatnya dapat dikonsumsi dan di perdagangkan. Contohnya Rhopilema esculata,
Rhizostoma octopus, pelagia noctiluca, Cyanea capilata dan Aurelia aurita.
118
2. Cacing
Ciri-cirinya bentuk tubuhnya lonjong sampai panjang, pipih dorso-ventral dan tidak
mempunyai ruas sejati. Warna tubuhnya berwarna coklat, hitam kelabu atau ada yang
berwarna merah. Jenis-jenis cacing yang banyak ditemukan yaitu jenis Turbelaria,
Acoela, manfaat sebagai makanan yang mengandung proten makanan hewan laut
lainnya tetapi ada juga yang bersifat parasit.
3. Crustacea
Kepala = Chepalo, Dada = thorax. Kepala dan dada bergabung disebut
Chepalothorax. Bagian kepala ditutupi oleh karapax. Karapax adalah pelebaran dan
melipatnya kulit kepala (kulit chitin).
3. Macrofauna
Meliputi hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1.0 mm. ini
termasuk echinodermata, crustacea, annelida, molusca dan anggota beberapa filum
lainnya.
119
120
C. Penutup
Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksus dengan bentik (tumbuhan) !
2. Jelaskan perbedaan antara tumbuhan yang terdapat di wilayah littoral dan sub
littoral !
3. Jelaskan faktor pembatas tumbuhan yang ada di wilayah littoral dan sub littoral !
Bahan Bacaan
1. Den Hartog, C. 1970. The Seagrass of The Word. North Holland Publishing
Company. Amsterdam.
2. Erftemeijer, P.L.A., 1993. Differences in Nutrient Concentration and Resources
Between Seagrass Communities on Carbonate and Terrigenous Sediment in South
Sulawesi, Indonesia. Bull. Mar. Sci. 54 : 403-419.
3. Koleh Mainen , S.T Morgan and R. Castro 1973 Mangrove root Communities In the
Thermalli attered area in Guayanilla Bay.
4. Mc Roy, C.P, and C. Helfrich. 1980. Applied aspect of secrasses in Philiphs R.C,
Seagrasses biology and Ecosystem Prespective Garland STPM Press. New York
5. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan.
6. Soegiarto, A, And N. Pollunin 1982. The mammie environment of Indonesia. Dept.
Zoologi University of Cambridge
7. Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem sumber daya hayati di wilayah pesisir
dan laut Tropis.
8. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, dan M.K. Moosa. 1997. The Ecology of The
Indonesian Seas. Part Two. The Ecology of Indonesia Series. Volume VIII. Periplus
Edition (HK), Ltd, Singapore.
9. Walsh, C.E. 1974 . Mangrove Academic Press. New York.