Anda di halaman 1dari 21

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Paritas
a. Pengertian Paritas
1) Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup,

bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup maupun

mati setelah viabelitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas (Bobak,

2005. 104).
2) Paritas (Para) adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup (viable) (Prawirohardjo, 2007. 180).


3) Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

baik lahir hidup maupun lahir mati (Ilfa, 2010).


b. Macam-macam Paritas
1) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah menjali

kehamilan sampai janin mencapai tahab viabilitas (Bobak, 2005.

104).
Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan

bayi yang viable untuk pertama kali (Prawirahardjo, 2007. 180).


2) Primipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan

samapai janin mencapai tahap viabilitas (Bobak, 2005. 104).


Primipara adalah seorang wanita yang pernah menjalani kehamilan

kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas (Prawirahardjo,

2007. 104).
3) Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah

melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali (Prawirohardjo,

2005. 180).
7

Multipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani dua atau

lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas

(Bobak, 2005. 104).


4) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang

anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan

dan persalinan (Bobak, 2005 : 104).


c. Pengelompokan Paritas
Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi tiga

antara lain :

1) Paritas rendah atau primipara

Paritas rendah meliputi nullipara dan primipara

2) Paritas sedang atau multipara

Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin

dua sampai empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk

kategori rawan terutama pada kasus-kasus obstetrik yang jelek,

serta interval kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun

3) Paritas tinggi

Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti,

adalah ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih. Paritas tinggi

merupakan paritas rawan oleh karena paritas tinggi banyak

kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada paritas

tinggi, antara lain : plasenta previa, perdarahan postpartum, dan

lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri (Lia, 2010).

d. Komplikasi Paritas Tinggi


8

Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali

atau lebih, lebih mungkin mengalami:

1) Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya

lemah)

2) Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)

3) Plasenta previa (plasenta letak rendah).

4) Pre eklampsi (Ilfa, 2010).

2. Konsep Dasar Mengejan dalam Persalinan

a. Pengertian Mengejan

Mengejan adalah tahapan saat pembukaan atau dilatasi mulut

rahim mencapai puncaknya, yaitu 10 cm. Pada saat itu konsentrasi

terasa semakin kuat dan Anda secara insting akan merasakan dorongan

kuat untuk mengejan, mendorong bayi keluar (Salfiyah hanun,2009).

Mengejan adalah salah suatu proses alamiah saat mendorong

bayi keluar. Pada saat proses mengejan perlu dilakukan dengan baik

dan benar agar kekuatan bunda tidak terbuang sia-sia (Susant, 2010)

Keinginan mengejan adalah reaksi tidak sadar terhadap tekanan

bayi pada dasar panggul. Rasa tertekan atau gerakan bayi jauh didalam

panggul, yang menyebabkan keinginan yang tak tertahan untuk

meregang, yang merupakan karakteristik dari keinginan mengejan

(Babyorchestra, 2010).

b. Tenaga mengejan

Adalah tenaga dalam proses persalinan yang terjadi setelah

pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah yang menolong anak


9

keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding

perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominial.

Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar

tapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa tenaga mengejan, anak tidak lahir,

misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan

harus dibantu dengan forceps (Dwie, 2010).

c. Macam-macam Posisi saat Mengejan

Posisi meneran membantu ibu untuk memperoleh posisi yang

paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama

kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari

posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-

plasenter tetap baik (Dwie, 2010).


10

1) Posisi duduk atau setengah duduk

Posisi duduh atau setengah duduk (Gambar 2.1) dapat

memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan

baginya untuk beristirahat diantara kontraksi. Keuntungan dari

kedua posisi ini adalah gaya grafitasi untuk membantu ibu

melahirkan bayinya (JHPIEGO, 2008: 80).

Gambar 2.1 Posisi Duduk atau Setengah Duduk

2) Jongkok atau berdiri

Jongkok dan berdiri (Gambar 2.2) membantu mempercepat

kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri

(JHPIEGO, 2008: 82).

Jongkok atau berdiri membantu mempercepat kemajuan kala

II persalinan dan mengurangi rasa nyeri serta akan membantu

dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk

menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar

panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam

lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat

turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas

simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang


11

ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana

kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan

bagian bawah janin (Dwie, 2010).

Gambar 2.2 Jongkok atau Berdiri

3) Merangkak atau berbaring miring

Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring ke kiri

(gambar 2.3) membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk

meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan

posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi

oksiput anterior. Posisi merangkak seringkali mengurangi nyeri

punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri

memudahkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi jika ia

mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya

laserasi perinium (JHPIEGO, 2008: 82).

Gambar 2.3 Merangkak atau berbaring miring


12

d. Waktu yang tepat untuk melakukan pimpinan meneran:


1) Ada tanda pasti kala II (pembukaan lengkap)

2) Ibu ada dorongan kuat untuk meneran

3) Selaput ketuban sudah pecah/dipecahkan (Boycell,2011).

e. Tahapan mengejan

1) Posisi : Secara umum adalah berbaring, tekuk lutut, buka kaki,

peluk paha dengan kedua tangan dengan cara melingkarkan

tangan kebawah paha sampai siku, kemudian tarik paha kearah

dada.

2) Dengarkan komando dokter, dokter akan meminta anda menarik

nafas dalam, menahannya dengan mulut tertutup, lalu mengejan

kearah bawah dengan panggul tetap menempel di atas tempat

tidur. Saat mengejan,dagu diletakkan di dada, sehingga anda bisa

melihat perut.

3) Ikuti irama perut saat mengejan, jangan menahan sesuatu seperti

nafas, tubuh (dengan mengangkat bokong) atau menahan

dorongan mengejan itu sendiri (misalnya karena takut fases keluar

dari anus), karena membuat proses mengejan tidak maksimal.

4) Bila perut sudah dalam keadaan rileks anda diminta berhenti

mengejan dan beristirahat sambil menunggu kontraksi berikutnya.

5) Sambil istirahat, lakukan napas panting, yaitu bernapas pendek-

pendek lewat mulut (Boycell, 2011).


13

f. Cara meneran

1) Anjurkan ibu untuk meneran Mengikuti dorongan alamiah selama

kontraksi.

2) Beritahukan untuk tidak menahan napas saat meneran.

3) Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.

4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih

mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu

ditempelkan ke dada.

5) Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

6) Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu

kelahiran bayi.

7) Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan

ruptur uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak

mendorong fundus (JHPIEGO, 2008: 83).

g. Kesalahan Pada saat Mengejan

1) Menutup Mata. Lebih baik membuka mata dan arahkan

pandangan ke arah perut.

2) Mengangkat panggul.

3) Berteriak.

4) Mengejan sebelum ada instruksi dokter atau bidan. Lakukan

pernafasan panting (pendek-pendek dan cepat) sebelum

pembukaan lengkap dan ada instruksi dokter.

5) Menahan mengejan.

6) Bernafas serabutan (Ninik Listiani, 2010).


14

h. Akibat Kesalahan Mengejan

1) Menutup mata saat mengejan akan membuat tekanan pada mata

yang menyebabkan mata menjadi merah dan baru hilang beberapa

hari kemudian.

2) Mengangkat panggul. Hal ini bisa membuat robekan perineum

lebih lebar sehingga ibu akan lebih banyak menerima jahitan.

3) Banyak ibu yang berteriak untuk melepaskan rasa sakit yang

begitu hebat saat proses melahirkan. Namun hal ini tidak bagus

karena selain menguras tenaga juga membuat tenggorokan kering,

batuk, serak dan suasana menjadi panik. Lebih baik pusatkan

tenaga untuk mengejan.

4) Sembarangan mengejan, selain membuang tenaga percuma,

mengejan tidak teratur juga menyebabkan jalan lahir bengkak.

5) Terkadang ibu menahan mengejan karena takut feses ikut keluar

dari anus. Untuk itu kosongkan usus 24 jam sebelum proses

persalinan.

6) Pelajari teknis bernafas menghadapi persalinan karena dengan

teknik pernafasan yang benar akan menjadi sumber tenaga saat

mengejan dan mengurangi rasa sakit (Ninik Listiani, 2009).

i. Hal -Hal yang perlu diperhatikan saat mengejan yaitu:

1) Menunggu waktu yang tepat

2) Simpanlah tenaga pada saat pembukaan 10

3) Aturlah nafas yang baik sesuai aba aba dokter atau bidan
15

4) Untuk persiapan mengejan,hirup sebanyak banyaknya udara

agar dapat mengejan dalam waktu lama.

5) Jika dirasa kontraksi/mulas sudah cukup kuat , maka barulah

mengejan

6) Pikiran harus rileks. Jangan tegang atau panik, karena akan sulit

berkosentrasi dan membuat sulit mengejan hingga merasa proses

persalinan terasa sakit 2 kali lipat

7) Arah mengejan harus benar. Arah mengejannya kedubur seperti

pada saat buang air besar,karena disana tempat otot-otot panggul

yang berfungsi untuk mendorong.

8) Mata tidak boleh terpejam. Selain untuk melihat dan mengontrol

apa yang harus dilakukan juga agar pembuluh darah disekitar

mata tidak pecah.Usahakan selalu melihat ke perut

9) Jangan pernah mengangkat pantat saat mengejan karena dapat

merobek vagina (m&k) (Susan, 2010).

3. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. (Bobak, 2004: 244-245)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Bams,

2011).
16

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

ari) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (Bams, 2011).

b. Bentuk

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada 3 bentuk

persalinan, yaitu :

1) Persalinan spontan

Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui

jalan lahir.

2) Persalinan buatan

Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari

luar.

3) Persalinan anjuran

Proses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban,

pemberian pitocin/prostaglin. Induksi persalinan mekanis

menggunakan laminaria stiff, persalinan dengan tindakan operasi

(Bams, 2011).

c. Pada persalinan normal, persalinan dibagi menjadi 4 kala:

1) Kala I: Kala pembukaan serviks.

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu fase

laten dan fase aktif.

a) Fase laten pada kala satu persalinan:


17

(1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang mexebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

(2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

(3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga

8 jam.

(4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-

30 detik.

b) Fase aktif pada kala satu persalinan:

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi di anggap adekuat/memadai jika terjadi

tiga kali atau lebih dalam dalam waktu 10 menit,dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih).

(2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm,

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam

(nulipara dan primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2

cm (multipara).

(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JHPIEGO, 2008:

38).

Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi

dalam 2 fase,

(1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan sangat

lambat sampai mencapai ukuran deameter 3 cm.

(2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi,yakni:


18

(a) Fase akselarasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

tadi menjadi 4 cm.

(b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali.

Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi

lengkap (Prawirohardjo, 2007: 182).

2) Kala II

Batasan persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks

lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin.

a) Tanda gejala kala II

(1) Ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)

(2) Perineum menonjol (perjol)

(3) Vulva membuka (vulka)

(4) Tekanan anus (teknus)

(5) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

(6) Kepala telah turun di dasar panggul

b) Fase kala II (Aderhold dan Robert)

(1) Fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap samapi

timbul keinginan untuk meneran

(2) Fase : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk

meneran samapi kepala crowning (lahirnya kepala)

(3) Fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin

sampai lahirnya seluruh badan bayi ( Boycell, 2011).


19

3) Kala III

Dimulai dari bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus

uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta dari dindingnya.

Biasaya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir

dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah

(Prawirohardjo, 2007: 185).

4) Kala IV

Tahap pemulihan, ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam

setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan

yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik.

Masa ini merupakan periode yang penting untuk memantau adanya

komplikasi, misalnya perdarahan abnormal (Prawirohardjo, 2007:

186).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Passage (Jalan Lahir)

a) Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari

rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.

b) Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada

rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.

c) Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas

panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan

melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua


20

spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis

cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka

belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke

promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa

(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter

oblique (ukuran serong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu

bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.

d) Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat

menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit

seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul

seperti corong, ada tumor dalam panggul.

e) Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam

jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan

otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat

kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.

f) Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh

serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan

serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka

lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI

terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama

karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara

kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal

septum, dan tumor pada vagina (Lenteraimpian, 2010).


21

2) Power

a) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang

terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari

ibu.

b) Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang

dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

c) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.

d) Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot

rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah

pengendalian syaraf simpatik.

e) Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat

menetap setelah adanya kontraksi.

f) His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi

teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya

yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi

lemah.

g) His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya

sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan.

h) His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai

dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal

dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya

seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak

kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan


22

pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu

tidak dapat diatur oleh parturient.

i) Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder

yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat

kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini

berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan

kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi

otot-otot dasar panggul.

j) Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran

ibu baik.

k) Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena

hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri

(Lenteraimpian, 2010).

3) Passanger

a) Janin.

Kepala janin dan ukuran-ukurannya. Bagian yang paling

besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar

kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

b) Placenta.

Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang atau pasenger yang menyertai janin namun

placenta jarang menghambat pada persalinan normal.


23

c) Air Ketuban.

Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu

membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah

jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang

membran janin dengan demikian pembentukan komponen

amnion yang mencegah ruptura atau robekan sangatlah penting

bagi keberhasilan kehamilan. Penurunan adalah gerakan bagian

presentasi melewati panggul, penurunan ini terjadi atas 3

kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion

dan juga disaat terjadinya dilatasi servik atau pelebaran muara

dan saluran servik yang terjadi di awal persalinan dapat juga

terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion

selama ketuban masih utuh (Febri, 2010).

d) Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan

adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari

kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi

proses persalinan (Febri, 2010).

e) Posisi Ibu

Posisi Ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan, posisi tegak memberi sejumlah keuntungan.

Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa

nyaman dan memperbaiki sirkulasi (Melzack,dkk,1991). Posisi

tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok

(Febri, 2010).
24

f) Psikis (psikologis)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada

saat itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu

munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi

anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa

kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang

belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata (Febri, 2010).

e. Persiapan Persalinan

1) Persiapan ibu dan keluarga

a) Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi

(PI)

b) Perawatan sayang ibu

c) Pengosongan kandung kemih/2 jam

d) Pemberian dorongan psikologis

2) Persiapan penolong persalinan

a) Perlengkapan pakaian

b) Mencuci tangan (sekitar 15 detik)

3) Persiapan peralatan

a) Ruangan

b) Penerangan

c) Tempat tidur

d) Peralatan persalinan

e) Bahan (Boycell, 2011).


25

B. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar

dikomunikasiakan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel yang di teliti maupun variabel yang tidak di teliti (Nursalam,

2003).

Gambar 2.1 Kerangka konsep Hubungan Paritas Dengan Tehnik


Mengejan Yang Benar Pada Ibu Bersalin di RSUD
lamandau

Paritas ibu bersalin:


1. Primipara
2. Multipara
3. Grande multipara

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Persalinan:
Tehnik mengejan Persalinan fisiologis
ibu bersalin 1. Power

2. Passage (jalan lahir)


3. Passanger Persalinan Patologis
Benar Salah 4. Penolong
5. Posisi
6. Psikis(psikologi)

Sumber : (Suparyanto, 2010).


Keterangan

: Diteliti

: Tidak Diteliti
26

Paritas terdiri dari 3 macam, yaitu: primipara, multipara, grande

multipara. Tehnik mengejan ibu bersalin ada 2 kriteria benar atau salah dalam

mengejan,Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain

power, passege, passanger, penolong, posisi, psikis. Tehnik mengejan dalam

persalinan memoengaruhi power sehingga partus bisa berlangsung secara

fisiologis dan patologis..

Anda mungkin juga menyukai