I. DEFINISI
Varicella Zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi primer virus Varicella
Zoster yang polimorf serta menyerang kulit dan mukosa.1 Virus Varicella Zoster merupakan
virus DNA yang mirip dengan virus Herpes Simpleks. Virus Varicella Zoster dapat
menyebabkan 2 jenis infeksi, yaitu infeksi primer dan sekunder. Varicella (chicken pox)
merupakan suatu bentuk infeksi primer virus Varicella Zoster yang pertama kali pada
individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut sedangkan infeksi sekunder/rekuren
Virus Varicella Zoster masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan terjadinya infeksi
primer, setelah infeksi primer sembuh, virus akan tinggal secara laten pada dasar akar ganglia
dan nervus spinalis. Virus tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam tubuh individu dan
II. EPIDEMIOLOGI
Varicella umumnya terjadi pada umur 3-6 tahun. Di Amerika, kasus terbanyak terjadi
pada anak-anak di bawah umur 10 tahun yaitu 90% dan 5 % terjadi pada usia lebih dari 15
tahun, di Jepang banyak terjadi pada anak-anak di bawah umur 6 tahun di mana 96% berada
pada usia di bawah 1 tahun. Pada daerah dengan iklim tropis, Varicella sering terjadi pada
usia yang lebih tua. Tidak ada predileksi jenis kelamin, suku, ras terhadap terjadinya.1
1
III. ETIOPATOGENESIS
Varicella disebabkan oleh virus Varicella Zoster. Transmisi atau penyebaran Varicella adalah
melalui:
Kontak langsung dengan penderita saat lesi berupa papula atau vesikel
Wanita hamil
Virus Varicella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa traktus respiratorius
bagian atas (orofaring) kemudian mengalami multiplikasi awal dan diikuti penyebaran virus
ke pembuluh darah dan saluran limfe, keadaan ini disebut viremia primer. Viremia primer
menyebabkan virus ke sel retikuloendotelial dalam limfe, hati, dan organ lainnya, Ini terjadi
pada hari ke-4 sampai hari ke-6 setelah inkubasi awal. Viremia sekunder terjadi setelah satu
minggu, meluas ke kulit dan system viscera menyebabkan lesi tipe vesikel. Viremia ini juga
menyebarkan virus ke system respirasi, system saraf pusat, dan hati. Viremia ke sistem
respirasi menyebabkan adanya transmisi virus Varicella Zoster pada orang yang belum
terinfeksi. Viremia sekunder menyebabkan timbulnya demam dan malaise. Setelah terbentuk
vesikel, leukosit masuk ke daerah tersebut sehingga terbentuk pustula yang pecah dan akan
membentuk krusta dalam waktu 1 sampai 3 minggu. Lepasnya krusta meninggalkan bekas
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.1
2
Patogenesis virus ditentukan oleh interaksi sel dan virus sehingga menentukan asal mula atau
tempat masuknya virus, angka replikasi dan penyebaran virus, cara penyebaran infeksi pada
organ atau jaringan sasaran, dan tempat virus dikeluarkan ke dalam lingkungan.
Penyakit ini memiliki gejala awal (prodromal) yang singkat berupa demam, lemas,
menggigil, malaise, nyeri kepala, sakit tenggorokan serta tidak ada nafsu makan. Selanjutnya,
3 sampai 5 hari kemudian muncul ruam. Ruamnya terdiri dari papul kecil di seluruh badan
yang cepat berubah menjadi vesikel. Selanjutnya, vesikel yang pecah akan ditutupi krusta.
Biasanya, seluruh lesi akan penuh ditutupi krusta dalam waktu 10 hari.1 Lesi tersebut dapat
muncul dimana saja tetapi umumnya di kulit kepala, wajah, badan, mulut, dan konjungtiva.
Cacar air biasanya merupakan penyakit yang ringan dan dapat sembuh sendiri.
Terkadang dapat terjadi komplikasi berupa superinfeksi bakteri (biasanya Streptococcus beta
hepatitis, atritis, dan Sindrom Reye. Komplikasi biasanya terjadi pada bayi, pada mereka
yang berusia lebih dari 15 tahun, dan pasien immunocompromised (gangguan daya tahan
tubuh). Tidak jarang terjadi kekeliruan diagnosis dimana cacar air tersebut didiagnosis
sebagai selulitis bakteria. Padahal, lesi pada cacar air dapat mengalami eritema (kemerahan)
di sekelilingnya, terutama pada stadium pembentukan krusta. Kondisi ini bukan berarti
Pada serangan Varicella Zoster secara klinis terdapat gejala prodormal, kelainan kulit
polimorf yang timbul pertama pada tubuh dan muka, kemudian menyebar ke hampir seluruh
tubuh dan muka disertai erupsi kulit yang sangat gatal. Masa inkubasi penyakit ini adalah
selama 2 minggu. Gejala prodormal berupa demam, malaise, sakit kepala, anoreksia dan
3
V. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis ditandai dengan terjadinya erupsi kulit berupa perubahan yang cepat dari
bentuk makula ke bentuk papula, vesikel (bentuk khas berupa tetes embun/tear drops),
pustula dan krusta yang waktu peralihannya membutuhkan waktu 8-12 jam. Sementara proses
ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel baru.Varicella terjadi terutama di daerah badan
dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke mukosa dan ekstrimitas, serta dapat menyerang
selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas.1 Lesi-lesi intraoral dari Varicella
hanya sedikit dan sering kali tanpa diketahui. Lesi tersebut tampak sebagai lesi vesikuler
yang pecah dan membentuk ulkus dengan lingkaran eritematous. Palatum lunak adalah
Manifestasi Varicella Zoster dalam rongga mulut berupa vesikel yang dengan cepat akan
menjadi ulkus. Biasanya muncul dimukosa oral pada palatum molle, uvula atau pilar tonsil
anterior, bersamaan dengan munculnya lesi di kulit. Vesikel terbentuk dari sel-sel epitel yang
lisis akibat virus yang penetrasi ke dalam sel, sel-sel yang terinfeksi virus itu sendiri. Virus
juga dapat masuk langsung ke dalam lapisan basal sehingga menimbulkan viremia atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Berkembangnya lesi vesikuler umumnya sesuai dengan
fluktuasi viremia sehingga di dalam individu dijumpai perkembangan beberapa lesi sekaligus
(ruam vesikel dan pustula). Pemeriksaan intraoral atau infeksi primer yang melibatkan
pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain yang diperhitungkan dalam menentukan
diagnosis antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu kemunculan lesi,
kejadian berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena lesi seperti kulit, mata dan organ
4
genital, daerah asal pasien serta riwayat pemakaian obat-obatan.1 Penampakan klinis dapat
a) Gambaran Histologis
b) Laboratorium
Isolasi virus melalui tes kultur yang diambil dari darah, cairan vesikel, atau
cairan serebrospinal.1
c) Gambaran Klinis
vesikuler dengan adanya area eritematous yang muncul setelah adanya gejala
demam dan malaise. Gambaran klinis ditandai dengan terjadinya erupsi kulit
berupa perubahan yang cepat dari bentuk makula ke bentuk papula, vesikel
(bentuk khas berupa tetes embun/tear drops), pustula dan krusta yang waktu
5
Gambar 1 dan 2: Dikutip dari kepustakaan 2
Gambar 3: Vesikel pada pasien varicella. Gambar 4: Pelbagai lesi varicella pada semua
Dikutip dari kepustakaan 3 tingkat evolusi ; vesikel, eritematous base, dan
krusta. Dikutip dari kepustakaan 2
6
VII. DIAGNOSIS BANDING
Herpangina
Herpangina adalah suatu infeksi yang sembuh dengan sendirinya yang mengenai rongga
mulut. Penyakit ini disebabkan oleh virus Coxsackie grup A, biasanya dijumpai pada anak-
anak selama musim panas dan sangat menular. Kadang-kadang juga terjadi pada orang
dewasa muda. Gambaran klinisnya berupa vesikel papiler abu-abu muda, yang pecah dan
mudah membentuk ulkus dangkal, multiple dan besar. Ulkus tersebut mempunyai tepi
eritematous dan terbatas pada pilar-pilar anterior dari palatum lunak, uvula dan tonsil. Gejala
prodormal antara lain demam, malaise, sakit kepala, limfadenitis, disfagia, sakit tenggorokan,
eritema faringeal difus. Perawatan penyakit ini paliatif dan penyembuhan spontan dapat
VIII. PENATALAKSANAAN
Terapi Varicella bersifat terapi simptomatik, namun pada kondisi tertentu misalnya
pada penderita yang mengalami imunosupresi atau pada komplikasi berat sebaiknya
digunakan obat antivirus. Obat antivirus yang bisa digunakan adalah Acyclovir 800 mg 3 kali
sehari untuk 5-7 hari. Acyclovir oral yang digunakan dengan dosis tinggi untuk 800 mg, 5
kali sehari untuk 7-10 hari dapat memperpendek waktu penyakit dan mengurangi sedikit
nyeri bagi orang dewasa. Bagi anak, dosis yang sering digunakan adalah 20 mg/kgBB 4 kali
sehari untuk 5 hari. Acyclovir termasuk kedalam golongan antivirus yang disebut synthetic
nucleoside analogues yang bekerja dengan cara menghentikan penyebaran virus di dalam
tubuh dan acyclovir diberikan sedini mungkin setelah gejala-gejala mulai muncul.2
yaitu menggunakan antipiretik non aspirin, compress dingin, mandi dengan air panas yang
7
diberi baking soda, lotion calamine secara topikal dan dipenhydromine sistemik/topikal untuk
mendapatkan efek penurunan demam dan rasa gatal, mencegah pembentukan vesikel dan
1) pasien diisolasi
3) pemberian Acetaminophen
Pasien disarankan untuk makan makanan yang bergizi dan banyak minum. Terapi
Varicella Zoster hanya simptomatik dalam kasus-kasus yang tidak memberikan komplikasi di
kulit dan wajah, namun pada kondisi tertentu misalnya pada penderita yang mengalami
imunosupresi atau pada komplikasi berat sebaiknya diberi obat antivirus. Pemberian
antibiotik juga dapat mengontrol dan mencegah infeksi sekunder. Meskipun acyclovir oral
dapat mengurangi jumlah dan durasi pada lesi kulit namun keuntungannya hanya sedikit dan
penggunaan rutin tidak diindikasikan untuk varicella tanpa komplikasi, kecuali pada pasien
IX. PENCEGAHAN
Varicella vaksin virus dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi pada 12
hingga 15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada usia ini, tanpa atau
dengan riwayat varicella. Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada usia 4 sampai 6
tahun, pada saat yang sama mengunjungi kedua dosis vaksin MMR. Dosis kedua dapat
diberikan lebih awal dari usia 4 sampai 6 tahun, minimal 3 bulan interval setelah dosis
8
pertama (yaitu, minimum interval antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak bawah 13
tahun 3 bulan). Jika kedua dosis diberikan paling tidak 28 hari setelah dosis pertama, dosis
kedua tidak akan terulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga dianjurkan bagi orang yang
lebih tua dari 4 sampai 6 tahun yang telah menerima hanya dosis. Dosis vaksin varicella
diberikan pada orang 13 tahun atau lebih untuk lepas dari 4 sampai 8 minggu. Semua vaksin
X. PROGNOSIS
Penyakit Varicella dapat sembuh dengan sendirinya. Anak-anak biasanya sembuh dari
cacar air tanpa masalah tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat
individu mengalami penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan pada orang dewasa maupun
penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau berakibat fatal.1