255 480 1 SM PDF
255 480 1 SM PDF
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (a). mengevaluasi tingkat kerusakan ekosistem
terumbu karang (kualitas terumbu karang), (b). mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem ter-
umbu karang , dan (c). mengkaji pengaruh kerusakan ekosistem terumbu karang terh-
adap hasil tangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional di Pulau Siompu Kabupaten
Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Data yang diteliti meliputi sifat isik-kimia air laut,
persentase tutupan karang, kemelimpahan ikan karang, indeks keanekaragaman dan vari-
abel sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi kerusakan terhadap ekosistem
terumbu karang. Metode yang digunakan dalam pengamatan terumbu karang adalah den-
gan menggunakan metode garis transek dan pengamatan ikan karang dengan melakukan
sensus visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan desa
Tongali sebagai lokasi penelitian termasuk dalam kategori rusak jelek hingga rusak se-
dang dengan persentase tutupan karang hidup /karang keras (hard coral) sebesar 11,63 %
sampai 30,25 %. Lokasi pembanding desa Biwinapada dapat dikategorikan rusak sedang
hingga baik dengan persentase tutupan karang hidup/karang keras (hard coral) sebesar
31,45 % hingga 50,81 %. Kerusakan ekosistem terumbu karang pada lokasi penelitian
desa Tongali disebabkan oleh aktivitas manusia terutama penangkapan ikan dengan
menggunakan bahan peledak (bom). Kegiatan lain yang dapat merusak ekosistem ter-
umbu karang dengan menggunakan jala troll, penambang karang, serta jangkar perahu
tidak terlalu dominan pada lokasi penelitian. 2. Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pen-
didikan, tingkat pendapatan dan kesempatan kerja lain berkorelasi positif terhadap sikap
dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang. Tingkat pendidi-
kan yang rendah (53-68 %) dari jumlah responden mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap ekosistem terumbu karang ,bahwa ekosistem terumbu karang tidak mempunyai
manfaat, serta tidak ada hubungannya dengan biota-biota laut lainnya. 3. Kerusakan eko-
sistem terumbu karang sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan
secara tradisional yaitu adanya kecenderungan penurunan hasil tangkapan pada lima ta-
hun terakhir yakni 4,30 ton (25,95 %) pada pada tahun 2006 menjadi 2,47 ton (14,91 %)
pada tahun 2010. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner, bahwa 100 responden menyata-
kan hasil tangkapan ikan menurun baik pada musim ikan maupun pada musim paceklik.
Kata Kunci : Terumbu Karang, Penangkapan Ikan, Nelayan Tradisional.
gkan terumbu karang dengan kondisiyang niat untuk melakukan kegiatan dalam ben-
sangat baik tanpa daerah perlindungan laut tuk nyata, dan merupakan cerminan dari
diatasnya dapat menghasilkan $ 12.000/ sikap seseorang. Grenn,(1980) dalam Su
km/tahun jika penangkapan dilakukan se- Ritoharyono (2003), mengatakan bahwa
cara berkelanjutan (sustainable) (Sukmara perilaku manusia dipengaruhi oleh berba-
dkk; 2001). gai faktor yang dibedakan menjadi : (1).
1.5. Kerusakan Ekosistem Ter- Faktor dasar, yang meliputi pandangan-
umbu Karang hidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebi-
Berbagai kegiatan manusia yang be- asaan masyarakat; (2). Faktor pendukung,
rakibat pada kerusakan ekosistem terumbu meliputi, pendidikan, pekerjaan, budaya,
karang, baik langsung maupun tidak lang- strata sosial; (3). Faktor pendorong, yaitu
sung yaitu : Penambangan atau pengam- informasi yang merupakan faktor yang da-
bilan karang, penangkapan ikan dengan tang dari luar diri manusia, sejauh mana
penggunaan (bahan peledak, racun, bubu, penyerapan informasi tersebut oleh ses-
jaring, pancing, dan eksploitasi berlebi- eorang sangat tergantung pada dimensi
han), pencemaran (minyak bumi, limbah kejiwaan dan presepsi seseorang terhadap
industri, dan rumah tangga), pengemban- lingkungan, untuk selanjutnya direlek-
gan daerah wisata dan sedimentasi. sikan dalam tatanan perilaku. Disamping
Penurunan kondisi terumbu karang itu perilaku manusia terhadap lingkungan
di Indonesia antara tahun 1989-2000, ter- sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap
umbu karang dengan tutpan karang hidup dan niat. Secara identik dapat dikemuka-
di Indonesia bagian barat sebesar 50 % kan bahwa, perilaku atau kegiatan manusia
menurun dari 36 % menjadi 29 %, kondisi terhadap lingkungannya bergantung pada
karang yang baik hanya 23 %, sedangkan persepsi mereka terhadap lingkungan,
di bagian timur Indonesia 45 %. Permasala- sikap seseorang terhadap lingkungan, serta
han utama yang menyebabkan terjadinya bagaimana dan berapa besar niat seseorang
degredasi terumbu karang disebabkan oleh untuk melakukan kegiatan terhadap ling-
manusia dan alam (Bruke,dkk,2002). kungannya.
1.6. Faktor Antropogenik Sikap mengandung tiga aspek
Masyarakat pokok, yaitu aspek perasaan (efektif), as-
Pengetahuan adalah suatu daya di pek ikiran (kognitif), dan kecenderun-
dalam hidup manusia. Dengan pengeta- gan bertindak (konatif). Bila sikap tidak
huan manusia mengenal peristiwa dan dinyatakan dalam perilaku, maka sikap
permasalahan, menganalisis, mengurai, akan menjadi kehilangan makna. Jadi da-
mengadakan interpretasi dan menentukan pat ditemukan bahwa bagaimana perilaku
pilihan pilihan. Dengan daya pengeta- masyarakat di dalam atau terhadap ling-
huan ini menusia mempertahankan dan kungannya, bergantung pada seberapa be-
mengembangkan hidup dan kehidupan- sar pangetahuan mereka terhadap lingkun-
nya. Bersandar kepada daya pengetahuan gan itu sendiri (Azwar,1997).
itulah manusia membentuk sikap dan nilai Secara garis besar persepsi men-
hidup, menentukan pilihan serta tindakan. gandung 2 (dua) pengertian yaitu : (1).
Pengetahuan merupakan unsur dasar bu- Persepsi merupakan suatu proses aktivitas
daya, sebab dengan adanya pengetahuan seseorang dalam memberi kesan, penila-
manusia dapat membudayakan alam, diri ian, pendapat, merasakan, memahami,
dan masyarakatnya (Pranaka 1987 dalam menghayati dan mengieterpretasi serta
Hussein 2000). mengevaluasi terhadap sesuatu hal ber-
Perilaku merupakan realisasi dari dasar informasi yang ditampilkan, (2).
Keterangan : Secara teoritis kerusakan ekosistem terumbu karang berdampak pada hasil
tangkapan
Gambar. 1. Diagram Kerangka Teoritis Penelitian
34 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.
terhadap tutupan karang batu (hard coral), Percent cover = Panjang total setiap kriteria x 100.(1)
karang lunak (soft coral), pecahan karang Panjang transek
(rubbele), alga, komponen abiotik dan fau-
na lain serta komunitas ikan-ikan karang. Penilaian kondisi terumbu karang
Pendataan setiap koloni karang dapat di- menurut Gomes et al,(1981) dalam Soeka-
lakukan langsung diperairan, yang diamati rno et al (1986) yang disalin dalam Lampi-
adalah bentuk pertumbuhan karang. Sedan- ran I Keputusan Mentri Negara Lingkun-
gkan data parameter isik/kimia perairan gan Hidup nomor 04 Tahun 2001 tentang
yang diperoleh dari pengukuran langsung kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
di lapangan. terlihat pada tabel 4.
Pengumpulan data sosial ekonomi 2.2. Data Sosial Ekonomi
dilakukan pada dua desa yaitu desa Tongali Data sosial ekonomi dapat dianalisis
dan desa Biwinapada dengan cara obser- secara deskriptif, variabel bebas (indepen-
vasi dan data pertanyaan (kuesioner), data dent variabel) adalah tingkat pendidikan
yang diperoleh dilakukan dengan analisis (X1), tingkat pendapatan (X2), dan kesem-
tabulasi dengan variabel bebas independent patan kerja lain (X3) sedangkan (Y)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN liputi kondisi isik kimia air laut seperti
1. Deskripsi Wilayah Penelitian suhu, salinitas (kadar garam), kecerahan
Lokasi penelitian desa Tongali dan (clarynitas) dan kecepatan arus. Kondisi
desa Biwinapada yang terletak di pulau perairan dapat dilihat pada tabel 2.
Siompu, dan secara admistratif masuk da- Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa
lam wilayah Kecamatan Siompu, dengan kondisi isik /kimia diperairan sekitar desa
status tanahnya adalah tanah negara (TN) Tongali dan desa Biwinapada masih di
dan tanah milik (TM). Luas wilayah desa bawah ambang batas baku mutu air laut
Tongali 2.50 km, jumlah penduduk 1.420 yang sangat sesuai dengan kondisi optimal
jiwa dengan kepadatan penduduk 568 jiwa pertumbuhan biota laut termasuk binatang
/km, mata pencaharian penduduk sebagai karang, sesuai dengan ketentuan Kemen-
patani/nelayan. Desa Biwinapada dengan trian Lingkungan Hidup RI No. 51 Kep.
luas wilayah 3.54 km, jumlah penduduk KLH Tahun 2004. Hal ini terjadi karena
1.210 jiwa, kepadatan penduduk 342 jiwa/ kondisi alam lokasi penelitian belum terce-
km, mata pencaharian penduduk sebagai mar oleh
Tabel 2. Kondisi Fisik/Kimia Perairan di Lokasi Penelitian.
gkan responden yang memiliki kesempatan dengan jumlah 86 individu dari 4 spesies,
kerja lain 48 % dan yang tidak memiliki family Pomacanthidae 8.42 % dengan jum-
kesempatan kerja lain sebesar 52 %. lah 80 individu dari 5 spesies, family Se-
Dari uraian tersebut di atas diper- ranidae 7.37 % dengan jumlah 70 individu
oleh hubungan masing-masing variabel dari 1 spesies, family Acanthuridae 7.26 %
indepandent tingkat pendidikan (X1), ting- dengan jumlah 69 individu dari 6 spesies,
kat pendapatan (X2), dan kesempatan kerja family Balistidae 4.00 % dengan jumlah 38
(X3), terhadap sikap dan persepsi (peri- individu dari 3 spesies, family Apongoni-
laku) masyarakat (Y) berpengaruh terhadap dae 3.79 % dengan jumlah 36 individu dari
kerusakan ekosistem terumbu karang. Dari 2 spesies, Sedangkan yang terdapat dalam
ketiga variabel sosial ekonomi, variabel jumlah yang kecil adalah family Tetrao-
pendidikan yang sangat berpengaruh pada dontidae 1.79 % dengan jumlah 17 indi-
sikap dan persepsi masyarakat (perilaku) vidu dari 1 spesies, family Mulidae 0.74
terhadap kerusakan ekosistem terumbu % dengan jumlah individu 7 dari 2 spesies,
karang. dengan indeks keanekaragaman jenis ikan
5. Kondisi Ikan Karang adalah 3.60.
Hasil Pengamatan terhadap ikan Hal ini menunjukan bahwa lokasi
karang di lokasi penelitian, perairan seki- tersebut tingkat perairannya cukup tinggi
tar desa Tongali secara keseluruhan terdiri selain dijumpai jenis ikan hias ekono-
dari 9 family,41 spesies dan 340 individu, mis penting terdapat juga ikan konsumsi
didominasi oleh Pomacentridae 53.82 % ekonomis penting seperti family Muli-
dengan jumlah 183 individu dari 12 spe- dae meskipun dalam jumlah yang sedikit,
sies, family Seranidae 18.53 % dengan hal ini tidak dapat menggambarkan sep-
jumlah 63 individu dari 1 spesies, family enuhnya kondisi perairan bahwa dengan
Labridae 5.59 % dengan jumlah 19 indi- rendahnya prosentase ikan-ikan karang
vidu dari 5 spesies, family Acanthuridae 5 ekonomis penting tidak menunjukan kore-
% dengan jumlah 17 individu dari 6 spe- lasi positif dengan kondisi terumbu karang,
sies, family Scaridae 4.71 % jumlah 16 in- demikian pula sebaliknya kualitas terumbu
dividu dari 4 spesies, family Pomacanthi- karang tidak dapat secara langsung men-
dae 4.41 % dengan jumlah 15 individu dari jelaskan bahwa rendahnya populasi ikan
4 spesies, family Chaetodontidae 3.53 % pada ekosistem terumbu karang menunju-
dengan jumlah 12 individu dari 4 spesies, kan rendahnya kualitas ekosistem terumbu
family Balistidae 2.94 % dengan jumlah 10 karang.
individu dari 3 spesies, dan family Apon- Dengan demikian bila memperhati-
gonidae 1.47 % dengan jumlah 5 individu kan faktor kesehatan karang, kompleksitas
dari 2 spesies, dengan indeks keanekaraga- karang, prosentase tutupan karang dalam
man jenis ikan adalah 2.91. banyak penelitian dilaporkan bahwa ter-
Pada lokasi pembanding (perairan dapat satu garis linier antara kepadatan
desa Biwinapada) jumlah jenis dan family ikan dengan kondisi terumbu karang, seba-
ikan-ikan karang lebih bervariasi diband- gaimana hasil penelitian yang dilaporkan
ingkan pada lokasi penelitian (perairan oleh Wagio dan Prahoro (1994), bahwa
Desa Tongali) terdiri dari 950 individu diperairan Karimunjawa menunjukan ke-
dari 11 family, prosentase terbesar family padatan ikan semakin tinggi pada terumbu
Pomacentridae 37.16 % dengan jumlah karang dengan prosentase tutupan karang
353 individu dari 13 spesies, family Labri- yang sangat baik adalah 135 ekor/100 m,
dae 13.58 % dengan jumlah 129 individu menurun sebesar 37 % pada kondisi baik
dari 5 spesies, family Scaridae 9.05 % menjadi 82 ekor /100m dan pada kondisi
terumbu karang yang rusak mengalami dapat mengikis lendir pada koloni karang
penurunan sebesar 61 % yaitu hanya 51 Seleractinia, kelompok pemakan Alga ber-
ekor /m. sifat sangat teritori, biasanya mengelom-
5.1.Asosiasi Ikan Karang Dengan pok secara longgar, sedangkan pemakan
Bentuk Pertumbuhan Karang plankton membentuk kelompok lebih rapat.
Asosiasi penyebaran (distribusi) Faktor-faktor tersebut di atas diperkirakan
spasial temporal ikan karang dengan ben- menjadi penjebab family Pomacen tridae
tuk pertumbuhan (life form) karang secara dan family Pomacanthidae dapat beraso-
kualitatif dapat memberikan gambaran ten- siasi dengan berbagai komponen terumbu
tang terjadinya asosiasi secara spasial mau- karang baik karang keras (hard coral),
pun temporal antara kelompok ikan karang karang mati, alga maupun komponen abi-
dengan bentuk pertumbuhan karang terten- otik. Disamping itu disebabkan karena si-
tu, meskipun sebagian ikan bersifat semen- fat isik habitas dan kompleksitas terumbu
tara namun tetap memiliki asosiasi yang karang sehingga dapat menyediakan ruan-
kuat dengan suatu bentuk pertumbuhan gan bagi beranekaragam fauna (Chabanet,
karang tertentu, serta memiliki wilayah- 1995 dalam Karnan, 2001)
wilayahnya. Ikan sebagai organisme yang 5.2. Pengaruh Ekosistem Ter-
bergerak bebas keberadaannya pada suatu umbu Karang Dengan Hasil Tangkapan
habitat sangat dipengaruhi oleh faktor-fak- Ikan
tor lingkungan, jika suatu saat kondisi ling- Nelayan di lokasi penelitian (desa
kungan tidak sesuai bagi ikan maka ikan- Tongali) yang menggunakan alat tangkap
ikan akan berpindah mencari tempat yang bahan peledak (bom) dengan perbandin-
lebih cocok untuk dijadikan habitat semen- gan produksi hasil tangkapan ikan selama
tara maupun tetap, kondisi perairan seperti 5 tahun terakhir, peneliti melakukan pola
arus, gelombang dan kualitas perairan akan pendekatan untuk dapat menjawab hipo-
memberikan pengaruh yang cukup besar tesis ke tiga dalam penelitian ini yaitu
terhadap perilaku ikan (Chabanet dan Le- kerusakan ekosistem terumbu karang akan
tourneur, 1995 dalam Karnan, 2001). mempengaruhi hasil tangkapan ikan oleh
Pada lokasi penelitian (desa Ton- nelayan tradisional, maka berdasarkan
gali) maupun lokasi pembanding (desa Bi- hasil tangkapan ikan di perairan desa Ton-
winapada) kehadiran ikan penciri didomi- gali, yang dapat dikumpulkan dari respon-
nasi oleh family Pomacentridae sebesar den melalui daftar pertanyaan (kuesioner)
53.82 % dan 37.16 %, hal ini menunjukan diperoleh gambaran tentang hasil tangka-
bahwa family Pomacentridae merupakan pan ikan sebagaimana disajikan dalam ta-
kelompok ikan yang dapat berasosiasi bel 5.
kuat dengan terumbu karang, merupakan Pada tabel 5 menunjukkan bahwa
ikan-ikan berukuran kecil, bersifat teritori dalam 5 tahun terakhir produksi nelayan
(mempertahankan tempat tinggal), bersi- tradisional dengan alat tangkap bahan
fat omnivora (pemakan segala), menyu- peledak (bom) di Desa Tongali semakin
kai tempat hidup yang dekat substrat dan menurun dari 4.30 ton pada tahun 2006
sangat dipengaruhi olah karakteristik mor- menjadi 2.47 ton pada tahun 2010 dengan
fologi substrat (Robert dan Ormond 1987 prosentase penurunan produksi sebesar
dalam Karnan 2001). 6.26 % sampai 7.42 %. Sedangkan penu-
Kelompok ikan ini menjadikan ter- runan peoduksi selama 5 tahun (periode
umbu karang sebagai habitat dan tempat 2006 hingga 2010) terjadi penurunan
mencari makan (feeding ground), bahkan produksi sebesar 11.04 %.
beberapa jenis dari family Pomacentridae Berdasarkan kenyataan di atas, gam-
Tabel 5. Hasil Tangkapan Ikan Oleh Nelayan Tradisional di Sekitar Perairan Desa Ton-
gali Tahun 2006-2010.
KESIMPULAN
a. Kerusakan Ekosistem terumbu
karang terjadi sebagai akibat pengetahuan
nelayan yang kurang memahami dampak
kegiatan yang ditimbulkan, hal ini dapat
dibuktikan dengan kondisi terumbu karang
di perairan desa Tongali sebagai loksi pe-
nelitian termasuk rusak jelek hingga rusak
sedang dengan prosentase tutupan karang
hidup/karang keras (hard coral) sebesar