Anda di halaman 1dari 13

Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan


Secara Tradisional Di Pulau Siompu Kabupaten
Buton Propinsi Sulawesi Tenggara
Haruddin. A1., Edi Purwanto, MTh. Sri Budiastuti, M.Si.2
1
Dinas Pendidikan Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
Prodi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (a). mengevaluasi tingkat kerusakan ekosistem
terumbu karang (kualitas terumbu karang), (b). mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem ter-
umbu karang , dan (c). mengkaji pengaruh kerusakan ekosistem terumbu karang terh-
adap hasil tangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional di Pulau Siompu Kabupaten
Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Data yang diteliti meliputi sifat isik-kimia air laut,
persentase tutupan karang, kemelimpahan ikan karang, indeks keanekaragaman dan vari-
abel sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi kerusakan terhadap ekosistem
terumbu karang. Metode yang digunakan dalam pengamatan terumbu karang adalah den-
gan menggunakan metode garis transek dan pengamatan ikan karang dengan melakukan
sensus visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan desa
Tongali sebagai lokasi penelitian termasuk dalam kategori rusak jelek hingga rusak se-
dang dengan persentase tutupan karang hidup /karang keras (hard coral) sebesar 11,63 %
sampai 30,25 %. Lokasi pembanding desa Biwinapada dapat dikategorikan rusak sedang
hingga baik dengan persentase tutupan karang hidup/karang keras (hard coral) sebesar
31,45 % hingga 50,81 %. Kerusakan ekosistem terumbu karang pada lokasi penelitian
desa Tongali disebabkan oleh aktivitas manusia terutama penangkapan ikan dengan
menggunakan bahan peledak (bom). Kegiatan lain yang dapat merusak ekosistem ter-
umbu karang dengan menggunakan jala troll, penambang karang, serta jangkar perahu
tidak terlalu dominan pada lokasi penelitian. 2. Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pen-
didikan, tingkat pendapatan dan kesempatan kerja lain berkorelasi positif terhadap sikap
dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang. Tingkat pendidi-
kan yang rendah (53-68 %) dari jumlah responden mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap ekosistem terumbu karang ,bahwa ekosistem terumbu karang tidak mempunyai
manfaat, serta tidak ada hubungannya dengan biota-biota laut lainnya. 3. Kerusakan eko-
sistem terumbu karang sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan
secara tradisional yaitu adanya kecenderungan penurunan hasil tangkapan pada lima ta-
hun terakhir yakni 4,30 ton (25,95 %) pada pada tahun 2006 menjadi 2,47 ton (14,91 %)
pada tahun 2010. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner, bahwa 100 responden menyata-
kan hasil tangkapan ikan menurun baik pada musim ikan maupun pada musim paceklik.
Kata Kunci : Terumbu Karang, Penangkapan Ikan, Nelayan Tradisional.

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 29


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

A. LATAR BELAKANG Salah satu pulau dengan terumbu karang


Wilayah pesisir dan lautan merupa- yang indah dan masih merupakan sentra
kan kawasan yang menyimpan kekayaan pertemuan nelayan penangkap ikan adalah
sumberdaya alam yang sangat berguna Pulau Siompu. Pulau Siompu merupakan
bagi kepentingan manusia. Secara mikro salah satu daerah penangkapan (ishing
sumberdaya kawasan ini dipergunakan ground) yang potensial dari pulau-pulau
untuk memenuhi kebutuhan hidup esen- kecil lainnya dengan hasil tangkapan ikan
sial penduduk sekitarnya sedangkan secara pelagis/permukaan antara lain lemuru (Sar-
makro, merupakan potensi yang sangat dinella longiceps),cumi-cumi (loligo,sp),
diperlukan dalam rangka menunjang kegia- tongkol (Nueuthynsattinis), Layang (De-
tan pembangunan nasional disegala bidang capterus spp), dan ikan domersal seperti
(Hutomo,1987). Untuk itu keberadaan Kakap (Lujtanus spp),dan Kerapu (Plec-
potensi sumberdaya alam hayati dan non tropomus sp). Penduduk Pulau Siompu
hayati di wilayah ini, perlu dikelola dan sebagian besar bermata pencaharian seba-
dimanfaatkan secara bijaksana sehingga gai nelayan sehingga diasumsikan bahwa
dapat lestari dan berkesinambungan. Eko- aktiitas masyarakat sehari-hari senantiasa
sistem terumbu karang merupakan bagian berhubungan dengan keberadaan lokasi
dari ekosistem laut yang menjadi tem- ekosistem terumbu karang di perairan seki-
pat kehidupan bagi beraneka ragam biota tarnya.
laut. Di dalam ekosistem terumbu karang Saat ini masyarakat di pulau siompu
dapat hidup lebih dari 300 jenis karang, melakukan penangkapan ikan dengan cara
2000 jenis ikan dan berpuluh puluh jenis sendiri yang dianggap gampang baik se-
molluska,crustacea, sponge, algae, lamun cara langsung maupun tidak langsung teru-
dan biota lainnya (Dahuri, 2003). tama sebagian besar masyarakat yang ting-
Menurut Ministery of State for En- gal di wilayah pesisir dan pantai. sehingga
vironment (1986) dalam Supriharyono dikhawatirkan ekosistem terumbu karang
(2002), luas terumbu karang di Indonesia mendapat tekanan terus menerus, sebagai
5000 km diperkirakan hanya 7 % terumbu akibat dari berbagai kegiatan manusia. Hal
karang yang kondisinya sangat baik, 33 % ini secara langsung merupakan ancaman
baik, 46 % rusak, dan 15 % dalam kondisi bagi kelestarian sumberdaya wilayah ini,
sangat kritis, sedangkan menurut Moosa apabila pengelolaannya tidak sesuai den-
dan Suharsono (1995), secara umum kon- gan perencanaan dan prinsip pengelolaan
disi terumbu karang di kawasan Indonesia lingkungan hidup yang berkelanjutan (sus-
bagian timur dari 31 lokasi hanya 9,80 % tainable).
dalam kondisi sangat baik, 29,55 % dalam Salah satu penyebab tekanan yang
kondisi baik, 29,55 % kondisi sedang dan berlangsung terus menerus terhadap eko-
sisanya 32,74 % dalam kondisi sangat bu- sistem terumbu karang serta biota yang
ruk. berasosiasi dengannya di pulau Siom-
Kabupaten Buton merupakan salah pu adalah aktivitas masyarakat nelayan
satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang yang menggunakan jaring muromi, bubu
terdiri dari 6 pulau yang di huni dan 4 pulau (perangkap tradisional), panah,tombak dan
kecil yang tidak di huni, dengan kekayaan bahan peledak serta racun ikan (potasium
alam lora dan fauna antara lain taman laut cyanida) di wilayah perairan ekosistem ter-
yang menyebar di sekeliling yang di da- umbu karang. Faktor lain yang menyebab-
lamnya hidup berbagai jenis ikan dan tum- kan tekanan pada ekosistem ini adalah
buhan laut yang sangat indah, juga jenis kegiatan pengambilan batu karang (stony
terumbu karang pesisir (fringing reef). coral) untuk berbagai peruntukan seperti

30 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

pengerasan jalan, fondasi rumah, penger- 1. Menentukan tingkat kerusakan


ingan pantai, penghalang ombak, dan ekosistem terumbu karang di Pulau Siom-
gelombang laut,serta berbagai keperluan pu Kabupaten Buton
lainnya yang secara langsung berdampak 2. Mengkaji faktor-faktor ekonomi
negatif bagi pertumbuhan dan perkemban- yang mempengaruhi sikap dan presepsi
gan karang secara generatif. (perilaku) masyarakat terhadap kerusakan
ekosistem terumbu karang di Pulau Siom-
Beberapa daerah menunjukan pu, Kabupaten Buton.
adanya gejala lebih tangkap (over ishing), 3. Mengkaji pengaruh kerusakan
penangkapan menggunakan bahan peledak ekosistem terumbu karang terhadap hasil
(bom) dan bahan beracun yang menyebab- penangkapan ikan oleh nelayan tradisional
kan rusaknya ekosisitem perairan daerah di Pulau Siompu,Kabupaten Buton
tangkapan ikan, sehingga ada kecenderun-
gan disuatu daerah terjadi peningkatan hasil C. TINJAUAN PUSTAKA
tangkapan dan di daerah lain terjadi penu- 1. Telaah Pustaka
runan hasil tangkapan ikan oleh nelayan 1.1. Ekosistem Terumbu Karang
tradisional sebagai akibat intensifnya keg- Ekosistem perairan adalah suatu
iatan pengeboman ikan oleh nelayan yang sistem lingkungan perairan yang meru-
memiliki modal cukup (Pakpaham,1996). pakan tempat berlangsungnya hubungan
Berdasarkan uraian dan isu utama timbal balik antara jasad hidup peraiaran
di atas untuk memperluas akses informasi (komponen biotik), dengan lingkungan
kepada masyarakat, dipandang perlu untuk isik perairan (komponen abiotik), dan dan
melakukan penelitian tentang : Dampak antar komponen itu sendiri, serta meru-
Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang pakan tatanan kesatuan secara utuh me-
Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh nyeluruh antara segenap unsur lingkungan
Nelayan Secara Tradisional di Pulau Siom- hidup yang saling mempengaruhi dalam
pu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi membentuk keseimbangan, stabisitas dan
Tenggara, maka dalam penelitian ini dika- produktivitas lingkungan hidup (Mustofa,
ji dan dirumuskan beberapa permasalahan 2002).
sebagai berikut : Terumbu karang sebagai suatu
1. Seberapa besar tingkat kerusakan ekosistem merupakan masyarakat organ-
ekosistem terumbu karang di Pulau Siom- isme yang hidup di dasar perairan dan
pu, Kabupaten Buton dan oleh siapa keru- berupa bentuk batuan gamping (CaCO3)
sakan itu terjadi. yang cukup kuat menahan gelombang laut
2. Bagaimana sikap dan persepsi (Dawes,1981 dalam Supriharyono,2000).
(perilaku) masyarakat terhadap kerusa- Terumbu karang merupakan endapan mas-
kan ekosistem terumbu karang di Pulau sif kalsium karbonat yang dihasilkan dari
Siompu Kabupaten Buton. organisme karang pembentuk terumbu
3. Bagaimana dampak kerusakan karang (karang hermatiik) dari ilum
ekosistem terumbu karang terhadap hasil Coridaria ordo Scleractinia yang hidup
penangkapan ikan oleh nelayan tradisional bersimbiose dengan Zooxanthellae dan
di pulau Siompu Kabupaten Buton sedikit tambahan alga berkapur serta serta
organisme lain yang mensekresikan kalsi-
B. TUJUAN PENELITIAN um karbonat. Terumbu karang merupakan
Sesuai dengan permasalahan peneli- suatu komunitas biologi yang tumbuh pada
tian, maka tujuan yang ingin dicapai adalah dasar batu gamping yang resisten terhadap
: gelombang (Romimohtarto dan Juana,

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 31


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

2005). pantai dengan kedalaman mencapai 40 me-


Ekosistem terumbu karang meru- ter, tingkat pertumbuhan terbaik di daerah
pakan ekosistem yang sangat kompleks yang cukup ombak. Terumbu karang pen-
dengan keanekaragaman hayati yang san- ghalang berada pada jarak yang cukup jauh
gat tinggi, mengingat kondisi atau aspek dari pantai dan dipisahkan dari pantai oeleh
biologis, ekologis dan morfologis yang goba (lagone) dengan kedalaman antara
sangat khas, maka merupakan suatu eko- 45-47 meter dengan lebar puluhan kilo-
sistem yang sangat sensitif terhadap berba- meter, terumbu karang penghalang berakar
gai gangguan baik yang ditimbulkan secara pada kedalaman yang melebihi kedalaman
alamiah maupun akibat kegiatan manusia maksimum, dimana bentuk organisme pe-
(Dahuri dkk; 2004) nyusun terumbu karang bisa hidup. Terum-
1.2. Aspek Biologi dan Ekologi bu karang cincin berada pada jarak yang
Organisme penyusun terumbu lebih jauh dari pantai dengan kedalaman
karang (Scleractinia) hidup bersimbiose mencapai 45 meter bahkan ada yang men-
dengan alga Zooxanthellae yang dalam capai 100 meter, berbentuk melingkar sep-
proses biologisnya alga mendapat kar- erti cincin atau oval dan melingkari goba.
bondioksida (CO2) untuk proses photo- Terumbu karang Takat merupakan terumbu
sintesis dan zat hara dari hewan-hewan karang yang berada diantara perpotongan
terumbu karang (Tanjung,2002). Secara terumbu karang atol (cincin) yang merupa-
Biologis sistem reproduksi pada karang kan daerah lekukan (patahan) pada karang
pada karang terjadi secara seksual dan atol, dapat tumbu pada kedalaman yang
aseksual, reproduksi seksual terjadi dengan sama pada pada karang atol.
cara melepaskan sel telur dan sel sperma 1.4. Produktivitas Terumbu
yang menghasilkan pembuahan yang ber- Karang
sifat hermafrodit dan reproduksi aseksual Produktivitas dalam suatu ekosistem
menghasilkan larva planula yang berenang terumbu karang dapat dibedakan menjadi
bebas, bila menetap pada suatu substrat produktivitas primer dan produktivitas
atau tempat didasar perairan maka akan sekunder. Produktivitas primer dapat diar-
berkembang menjadi sebuah koloni baru tikan sebagai kemampuan perairan (eko-
(Nybakken,1988). sistem terumbu karang) untuk menghasil-
Secara ekologis Faktor-faktor yang kan karbon(C) yang diukur dalam satuan
mempengaruhi disribusi (penyebaran), per- gram karbon permeter persegi pertahun (C/
tumbuhan dan keanekaragaman ekosistem m/th), sedangkan produktivitas sekunder
terumbu karang sangat tergantung pada diartikan sebagai kemampuan suatu perai-
kondisi isik,kimia dan biologi perairan ran (ekosistem terumbu karang) untuk
(lingkungan) yang seringkali kondisinya menghasilkan ikan persatuan luas perairan
berubah baik karena proses alami maupun selama kurun waktu tertentu. Produktivi-
karena gangguan akibat aktivitas manusia tas primer ekosistem ini mencapai di atas
secara langsung maupun tidak langsung. 10.000 gram /m/th (Rither,1995 dalam Su-
Faktor-faktor tersebut adalah cahaya, suhu, riharyono 2000).
salinitas, dan sedimentasi (Dahuri, 2003). Perkiraan perhitungan nilai produk-
1.3. Morfologi Terumbu Karang si perikanan dari terumbu karang dan ku-
Berdasarkan geomorfologinya, eko- litas pemanfaatan serta pengelolaan oleh
sistem terumbu karang di Indonesia dapat masyarakat disekitarnya bahwa terumbu
dibagi menjadi 4 tipe (Ikawati, dkk, 2001) karang yang masih asli dengan daerah per-
yaitu : Terumbu karang tepi atau pantai lindungan lautnya (marine sanctuary) dapat
(Fringging Reef) tumbu sepanjang tepian menghasilkan $ 24.000/km/tahun, sedan-

32 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

gkan terumbu karang dengan kondisiyang niat untuk melakukan kegiatan dalam ben-
sangat baik tanpa daerah perlindungan laut tuk nyata, dan merupakan cerminan dari
diatasnya dapat menghasilkan $ 12.000/ sikap seseorang. Grenn,(1980) dalam Su
km/tahun jika penangkapan dilakukan se- Ritoharyono (2003), mengatakan bahwa
cara berkelanjutan (sustainable) (Sukmara perilaku manusia dipengaruhi oleh berba-
dkk; 2001). gai faktor yang dibedakan menjadi : (1).
1.5. Kerusakan Ekosistem Ter- Faktor dasar, yang meliputi pandangan-
umbu Karang hidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebi-
Berbagai kegiatan manusia yang be- asaan masyarakat; (2). Faktor pendukung,
rakibat pada kerusakan ekosistem terumbu meliputi, pendidikan, pekerjaan, budaya,
karang, baik langsung maupun tidak lang- strata sosial; (3). Faktor pendorong, yaitu
sung yaitu : Penambangan atau pengam- informasi yang merupakan faktor yang da-
bilan karang, penangkapan ikan dengan tang dari luar diri manusia, sejauh mana
penggunaan (bahan peledak, racun, bubu, penyerapan informasi tersebut oleh ses-
jaring, pancing, dan eksploitasi berlebi- eorang sangat tergantung pada dimensi
han), pencemaran (minyak bumi, limbah kejiwaan dan presepsi seseorang terhadap
industri, dan rumah tangga), pengemban- lingkungan, untuk selanjutnya direlek-
gan daerah wisata dan sedimentasi. sikan dalam tatanan perilaku. Disamping
Penurunan kondisi terumbu karang itu perilaku manusia terhadap lingkungan
di Indonesia antara tahun 1989-2000, ter- sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap
umbu karang dengan tutpan karang hidup dan niat. Secara identik dapat dikemuka-
di Indonesia bagian barat sebesar 50 % kan bahwa, perilaku atau kegiatan manusia
menurun dari 36 % menjadi 29 %, kondisi terhadap lingkungannya bergantung pada
karang yang baik hanya 23 %, sedangkan persepsi mereka terhadap lingkungan,
di bagian timur Indonesia 45 %. Permasala- sikap seseorang terhadap lingkungan, serta
han utama yang menyebabkan terjadinya bagaimana dan berapa besar niat seseorang
degredasi terumbu karang disebabkan oleh untuk melakukan kegiatan terhadap ling-
manusia dan alam (Bruke,dkk,2002). kungannya.
1.6. Faktor Antropogenik Sikap mengandung tiga aspek
Masyarakat pokok, yaitu aspek perasaan (efektif), as-
Pengetahuan adalah suatu daya di pek ikiran (kognitif), dan kecenderun-
dalam hidup manusia. Dengan pengeta- gan bertindak (konatif). Bila sikap tidak
huan manusia mengenal peristiwa dan dinyatakan dalam perilaku, maka sikap
permasalahan, menganalisis, mengurai, akan menjadi kehilangan makna. Jadi da-
mengadakan interpretasi dan menentukan pat ditemukan bahwa bagaimana perilaku
pilihan pilihan. Dengan daya pengeta- masyarakat di dalam atau terhadap ling-
huan ini menusia mempertahankan dan kungannya, bergantung pada seberapa be-
mengembangkan hidup dan kehidupan- sar pangetahuan mereka terhadap lingkun-
nya. Bersandar kepada daya pengetahuan gan itu sendiri (Azwar,1997).
itulah manusia membentuk sikap dan nilai Secara garis besar persepsi men-
hidup, menentukan pilihan serta tindakan. gandung 2 (dua) pengertian yaitu : (1).
Pengetahuan merupakan unsur dasar bu- Persepsi merupakan suatu proses aktivitas
daya, sebab dengan adanya pengetahuan seseorang dalam memberi kesan, penila-
manusia dapat membudayakan alam, diri ian, pendapat, merasakan, memahami,
dan masyarakatnya (Pranaka 1987 dalam menghayati dan mengieterpretasi serta
Hussein 2000). mengevaluasi terhadap sesuatu hal ber-
Perilaku merupakan realisasi dari dasar informasi yang ditampilkan, (2).

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 33


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

Persepsi merupakan reaksi timbal balik 2. Hipotesis


yang dipengaruhi oleh diri reseptor, suatu Berdasarkan uraian kajian teori dan
hal yang dipresepsi dan situasi sosial yang kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
melingkupinya sehingga dapat memberi- penelitian dirumuskan sebagai berikut :
kan motivasi tatanan perilaku bagi resep- 1. Tingkat kerusakan ekosistem ter-
tor. Presepsi mempunyai implikasi yang umbu karang yang tinggi disebabkan oleh
sangat penting terhadap tatanan perilaku, kegiatan penangkapan ikan dengan meng-
termasuk tatanan sosial yang mempengar- gunakan bahan peledak (bom) di Pulau
uhi kehidupan lingkungan sosial (social Siompu Kabupaten Buton
system) maupun lingkungan biogeoisik 2. Tingkat pendidikan, tingkat
(ecosistem). pendapatan dan kesempatan kerja lain mer-
Sistem sosial dan ekosistem meru- upakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pakan dwitunggal yang tidak dapat dipisah- sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat
kan satu sama lain karena masing-masing terhadap kerusakan ekosistem terumbu
mencakup kesatuan fungsional yang meru- karang di pulau Siompu Kabupaten Buton
pakan interaksi holistik kehidupan dengan 3. Kerusakan ekosistem terumbu
lingkungannya. Jika objek persepsi ses- karang sangat mempengaruhi hasil tangka-
eorang terhadap lingkungan positif maka pan ikan oleh nelayan tradisional di Pulau
akan dapat memberikan motivasi tatanan Siompu Kabupaten Buton.
perilaku masyarakat yang juga positif ter-
hadap lingkungannya, sebaliknya persepsi METODE PENELITIAN
seseorang terhadap lingkungan negatif 1. Metode Pengumpulan Data
maka akan dapat memberikan tatanan pe- Data terumbu karang dilakukan
rilaku masyarakat yang negatif pada ling- dengan menggunakan transek garis hasil
kungannya. modiikasi dari Loya (1972) dengan cara
: pemasangan plot transek pada kedala-
Secara skematis dari uraian di atas man masing-masing lokasi pengamatan 3
dapat digambarkan dalam diagram alir meter dan 10 meter, sepanjang tali transek
kerangka teoritis pada gambar 1 berikut : 30 meter, penyelam melakukan pencatatan

Keterangan : Secara teoritis kerusakan ekosistem terumbu karang berdampak pada hasil
tangkapan
Gambar. 1. Diagram Kerangka Teoritis Penelitian
34 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

terhadap tutupan karang batu (hard coral), Percent cover = Panjang total setiap kriteria x 100.(1)
karang lunak (soft coral), pecahan karang Panjang transek
(rubbele), alga, komponen abiotik dan fau-
na lain serta komunitas ikan-ikan karang. Penilaian kondisi terumbu karang
Pendataan setiap koloni karang dapat di- menurut Gomes et al,(1981) dalam Soeka-
lakukan langsung diperairan, yang diamati rno et al (1986) yang disalin dalam Lampi-
adalah bentuk pertumbuhan karang. Sedan- ran I Keputusan Mentri Negara Lingkun-
gkan data parameter isik/kimia perairan gan Hidup nomor 04 Tahun 2001 tentang
yang diperoleh dari pengukuran langsung kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
di lapangan. terlihat pada tabel 4.
Pengumpulan data sosial ekonomi 2.2. Data Sosial Ekonomi
dilakukan pada dua desa yaitu desa Tongali Data sosial ekonomi dapat dianalisis
dan desa Biwinapada dengan cara obser- secara deskriptif, variabel bebas (indepen-
vasi dan data pertanyaan (kuesioner), data dent variabel) adalah tingkat pendidikan
yang diperoleh dilakukan dengan analisis (X1), tingkat pendapatan (X2), dan kesem-
tabulasi dengan variabel bebas independent patan kerja lain (X3) sedangkan (Y)

Tabel 4. Kriteria Baku Mutu Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang


Parameter Kriteria Baku Kerusakan terumbu Karang (dalam %)
Prosentase Luas Buruk 0 24,9
Tutupan Terumbu Rusak Sedang 25 49,9
Karang Yang Hidup Baik 50 75,9
Baik Baik sekali 76 - 100
Sumber : Gomes et,al, dalam Soekarno,et,al, (1986).
variabel) adalah tingkat pengetahuan (X1), adalah variabel terikat.
tingkat pendapatan (X2), dan kesempatan 2.3. Data Ikan Karang
kerja lain (X3). Variabel terikat (dependent Penentuan populasi ikan-ikan
variabel) adalah perilaku (Y). karang dilakukan bersama-sama dengan
Untuk mendapatkan nilai masing- pengukuran prosentase kerusakan karang
masing variabel digunakan metoda peng- dengan melakukan sensus visual pada
harkatan model Likert (Gable,1986 dalam transek sepanjang 30 meter dalam batasan
Azwar,1997) yaitu untuk variabel tingkat jarak 2,5 meter ke bagian kiri dan kanan
pendidikan (X1) skor 1(rendah), skor 2 panjang transek. Kemelimpahan ikan dihi-
(sedang),dan skor 3 (tinggi) demikian pula tung dalam satuan unit jumlah individu/m
dengan variabel tingkat pendapatan (X2), sedangkan keanekaragaman adalah suatu
variabel kesempatan kerja lain (X3) diberi gambaran secara matematis keadaan ko-
skor 2 yaitu 1 untuk kategori masyarakat munitas organisme untuk mempermudah
yang tidak memiliki kesempatan kerja lain, menganalisis individu dan biomassa. In-
dan skor 2 untuk kategori masyarakat yang deks keanekaragaman jenis ikan karang di-
memiliki kesempatan kerja lain. hitung dengan menggunakan indeks Shan-
2. Metode Analisis Data nom Wiener dengan rumus sebagai berikut
2.1 Data Terumbu Karang :
Penentuan tingkat kualitas terumbu H = (ni/N), Ln (ni/N).......................(2)
karang dilakukan dengan menggunakan Dimana :
presentase tutupan karang hidup (percent Ni = Jumlah setiap jenis ikan
cover) dengan rumus sebagai berikut : N = Jumlah semua jenis ikan

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 35


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN liputi kondisi isik kimia air laut seperti
1. Deskripsi Wilayah Penelitian suhu, salinitas (kadar garam), kecerahan
Lokasi penelitian desa Tongali dan (clarynitas) dan kecepatan arus. Kondisi
desa Biwinapada yang terletak di pulau perairan dapat dilihat pada tabel 2.
Siompu, dan secara admistratif masuk da- Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa
lam wilayah Kecamatan Siompu, dengan kondisi isik /kimia diperairan sekitar desa
status tanahnya adalah tanah negara (TN) Tongali dan desa Biwinapada masih di
dan tanah milik (TM). Luas wilayah desa bawah ambang batas baku mutu air laut
Tongali 2.50 km, jumlah penduduk 1.420 yang sangat sesuai dengan kondisi optimal
jiwa dengan kepadatan penduduk 568 jiwa pertumbuhan biota laut termasuk binatang
/km, mata pencaharian penduduk sebagai karang, sesuai dengan ketentuan Kemen-
patani/nelayan. Desa Biwinapada dengan trian Lingkungan Hidup RI No. 51 Kep.
luas wilayah 3.54 km, jumlah penduduk KLH Tahun 2004. Hal ini terjadi karena
1.210 jiwa, kepadatan penduduk 342 jiwa/ kondisi alam lokasi penelitian belum terce-
km, mata pencaharian penduduk sebagai mar oleh
Tabel 2. Kondisi Fisik/Kimia Perairan di Lokasi Penelitian.

Sumber : Data Primer, Pebruari, 2011


petani/nelayan. limbah domestik maupun industri dan ak-
2. Kondisi Perairan tivitas manusia yang mengarah kedalam
Keadaan umum perairan menggam- kegiatan yang merusak ekosistem perairan
barkan kondisi perairan di wilayah perairan laut.
ke dua desa yang menjadi objek penelitian 3. Kondisi Terumbu Karang
dibidang isik, masing-masing di perairan 3.1. Prosentase Tutupan Karang
sekitar desa Tongali dan desa Biwina- Kualitas terumbu karang di lokasi
pada yang secara representatif mewakili penelitian berdasarkan hasil pengamatan
keadaan umum perairan di pulau Siompu terhadap kondisi tutupan karang hidup da-
pada umumnya. Gambaran umum ini, me- pat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Presentase Tutupan Karang Pada Lokasi Penelitian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2011


36 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa rusak (sedang). Kerusakan tersebut sangat


kondisi terumbu karang secara umum di dominan disebabkan oleh kegiatan nelayan
lokasi penelitian termasuk dalam kategori yang melakukan penangkapan ikan dengan
jelek hingga baik.Pada lokasi penelitian menggunakan bahan peledak (bom), ter-
desa Tongali kondisi karang telah rusak bukti dengan banyaknya pecahan karang
(jelek/buruk) dengan rata-rata prosentase dan benda mati (AB) 15.49 % pada kedala-
tutupan karang hidup 20.93 %, tutupan man 10 meter.
biota lain (OT) 10.08 %, tutupan alga (AL) Penyebab kerusakan ekosistem ter-
1.55 %, dan tutupan benda mati (AB) 17.44 umbu karang di lokasi penelitian dapat di-
%. lihat pada tabel 4.
Pada lokasi pembanding disekitar 4. Kondisi Sosial Ekonomi
perairan desa Biwinapada kondisi terumbu Masyarakat
karang dalam keadaan rusak sedang den- Kondisi sosial ekonomi masyarakat
gan rata-rata prosentase tutupan karang berdasarkan hasil kuesioner,di lokasi pe-
hidup 41.13 %, tutupan biota lain (OT) nelitian desa Tongali yang tidak memiliki
6.05 %, tutupan alga (AL) 0.80 %, dan tu- pengetahuan tentang ekosistem terumbu
tupan benda mati (AB) 2.42 %, meskipun karang 56 %, memiliki pengetahuan ten-
pada kedalaman 3 meter prosentase tutupan tang ekosistem terumbu karang 44 %,
karang hidup sebesar 31.45 % termasuk tingkat pendapatan masyarakat 70 % ren-
dalam kategori rusak sedang, sedangkan dah, 22 % sedang, dan 8 % tinggi sedang-
pada kedalaman 10 meter kondisi terum- kan responden yang memiliki kesempatan
bu karang termasuk dalam kategori baik kerja lain 42 % dan tidak memiliki kesem-
ditunjukan dengan karang hidup sebesar patan kerja lain sebesar 58 %.
Tabel 4. Penyebab Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di Lokasi Penelitian

Sumber : Data Primer yang diolah, 2011


50.81 %. Pada lokasi pembanding desa Bi-
3.2. Kerusakan Terumbu Karang dan winapada, distribusi tingkat pengetahuan
Penyebabnya. masyarakat tentang ekosistem terumbu
Hasil pengamatan pada kedua loka- karang 48 %, tidak memiliki pengetahuan
si kondisi terumbu karang secara umum tentang ekosistem terumbu karang 52 %,
pada lokasi penelitian di perairan desa tingkat pendapatan masyarakat 60 % ren-
Tongali dalam keadaan rusak (jelek) dan dah, 20 % sedang, dan 14 % tinggi, sedan-

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 37


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

gkan responden yang memiliki kesempatan dengan jumlah 86 individu dari 4 spesies,
kerja lain 48 % dan yang tidak memiliki family Pomacanthidae 8.42 % dengan jum-
kesempatan kerja lain sebesar 52 %. lah 80 individu dari 5 spesies, family Se-
Dari uraian tersebut di atas diper- ranidae 7.37 % dengan jumlah 70 individu
oleh hubungan masing-masing variabel dari 1 spesies, family Acanthuridae 7.26 %
indepandent tingkat pendidikan (X1), ting- dengan jumlah 69 individu dari 6 spesies,
kat pendapatan (X2), dan kesempatan kerja family Balistidae 4.00 % dengan jumlah 38
(X3), terhadap sikap dan persepsi (peri- individu dari 3 spesies, family Apongoni-
laku) masyarakat (Y) berpengaruh terhadap dae 3.79 % dengan jumlah 36 individu dari
kerusakan ekosistem terumbu karang. Dari 2 spesies, Sedangkan yang terdapat dalam
ketiga variabel sosial ekonomi, variabel jumlah yang kecil adalah family Tetrao-
pendidikan yang sangat berpengaruh pada dontidae 1.79 % dengan jumlah 17 indi-
sikap dan persepsi masyarakat (perilaku) vidu dari 1 spesies, family Mulidae 0.74
terhadap kerusakan ekosistem terumbu % dengan jumlah individu 7 dari 2 spesies,
karang. dengan indeks keanekaragaman jenis ikan
5. Kondisi Ikan Karang adalah 3.60.
Hasil Pengamatan terhadap ikan Hal ini menunjukan bahwa lokasi
karang di lokasi penelitian, perairan seki- tersebut tingkat perairannya cukup tinggi
tar desa Tongali secara keseluruhan terdiri selain dijumpai jenis ikan hias ekono-
dari 9 family,41 spesies dan 340 individu, mis penting terdapat juga ikan konsumsi
didominasi oleh Pomacentridae 53.82 % ekonomis penting seperti family Muli-
dengan jumlah 183 individu dari 12 spe- dae meskipun dalam jumlah yang sedikit,
sies, family Seranidae 18.53 % dengan hal ini tidak dapat menggambarkan sep-
jumlah 63 individu dari 1 spesies, family enuhnya kondisi perairan bahwa dengan
Labridae 5.59 % dengan jumlah 19 indi- rendahnya prosentase ikan-ikan karang
vidu dari 5 spesies, family Acanthuridae 5 ekonomis penting tidak menunjukan kore-
% dengan jumlah 17 individu dari 6 spe- lasi positif dengan kondisi terumbu karang,
sies, family Scaridae 4.71 % jumlah 16 in- demikian pula sebaliknya kualitas terumbu
dividu dari 4 spesies, family Pomacanthi- karang tidak dapat secara langsung men-
dae 4.41 % dengan jumlah 15 individu dari jelaskan bahwa rendahnya populasi ikan
4 spesies, family Chaetodontidae 3.53 % pada ekosistem terumbu karang menunju-
dengan jumlah 12 individu dari 4 spesies, kan rendahnya kualitas ekosistem terumbu
family Balistidae 2.94 % dengan jumlah 10 karang.
individu dari 3 spesies, dan family Apon- Dengan demikian bila memperhati-
gonidae 1.47 % dengan jumlah 5 individu kan faktor kesehatan karang, kompleksitas
dari 2 spesies, dengan indeks keanekaraga- karang, prosentase tutupan karang dalam
man jenis ikan adalah 2.91. banyak penelitian dilaporkan bahwa ter-
Pada lokasi pembanding (perairan dapat satu garis linier antara kepadatan
desa Biwinapada) jumlah jenis dan family ikan dengan kondisi terumbu karang, seba-
ikan-ikan karang lebih bervariasi diband- gaimana hasil penelitian yang dilaporkan
ingkan pada lokasi penelitian (perairan oleh Wagio dan Prahoro (1994), bahwa
Desa Tongali) terdiri dari 950 individu diperairan Karimunjawa menunjukan ke-
dari 11 family, prosentase terbesar family padatan ikan semakin tinggi pada terumbu
Pomacentridae 37.16 % dengan jumlah karang dengan prosentase tutupan karang
353 individu dari 13 spesies, family Labri- yang sangat baik adalah 135 ekor/100 m,
dae 13.58 % dengan jumlah 129 individu menurun sebesar 37 % pada kondisi baik
dari 5 spesies, family Scaridae 9.05 % menjadi 82 ekor /100m dan pada kondisi

38 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

terumbu karang yang rusak mengalami dapat mengikis lendir pada koloni karang
penurunan sebesar 61 % yaitu hanya 51 Seleractinia, kelompok pemakan Alga ber-
ekor /m. sifat sangat teritori, biasanya mengelom-
5.1.Asosiasi Ikan Karang Dengan pok secara longgar, sedangkan pemakan
Bentuk Pertumbuhan Karang plankton membentuk kelompok lebih rapat.
Asosiasi penyebaran (distribusi) Faktor-faktor tersebut di atas diperkirakan
spasial temporal ikan karang dengan ben- menjadi penjebab family Pomacen tridae
tuk pertumbuhan (life form) karang secara dan family Pomacanthidae dapat beraso-
kualitatif dapat memberikan gambaran ten- siasi dengan berbagai komponen terumbu
tang terjadinya asosiasi secara spasial mau- karang baik karang keras (hard coral),
pun temporal antara kelompok ikan karang karang mati, alga maupun komponen abi-
dengan bentuk pertumbuhan karang terten- otik. Disamping itu disebabkan karena si-
tu, meskipun sebagian ikan bersifat semen- fat isik habitas dan kompleksitas terumbu
tara namun tetap memiliki asosiasi yang karang sehingga dapat menyediakan ruan-
kuat dengan suatu bentuk pertumbuhan gan bagi beranekaragam fauna (Chabanet,
karang tertentu, serta memiliki wilayah- 1995 dalam Karnan, 2001)
wilayahnya. Ikan sebagai organisme yang 5.2. Pengaruh Ekosistem Ter-
bergerak bebas keberadaannya pada suatu umbu Karang Dengan Hasil Tangkapan
habitat sangat dipengaruhi oleh faktor-fak- Ikan
tor lingkungan, jika suatu saat kondisi ling- Nelayan di lokasi penelitian (desa
kungan tidak sesuai bagi ikan maka ikan- Tongali) yang menggunakan alat tangkap
ikan akan berpindah mencari tempat yang bahan peledak (bom) dengan perbandin-
lebih cocok untuk dijadikan habitat semen- gan produksi hasil tangkapan ikan selama
tara maupun tetap, kondisi perairan seperti 5 tahun terakhir, peneliti melakukan pola
arus, gelombang dan kualitas perairan akan pendekatan untuk dapat menjawab hipo-
memberikan pengaruh yang cukup besar tesis ke tiga dalam penelitian ini yaitu
terhadap perilaku ikan (Chabanet dan Le- kerusakan ekosistem terumbu karang akan
tourneur, 1995 dalam Karnan, 2001). mempengaruhi hasil tangkapan ikan oleh
Pada lokasi penelitian (desa Ton- nelayan tradisional, maka berdasarkan
gali) maupun lokasi pembanding (desa Bi- hasil tangkapan ikan di perairan desa Ton-
winapada) kehadiran ikan penciri didomi- gali, yang dapat dikumpulkan dari respon-
nasi oleh family Pomacentridae sebesar den melalui daftar pertanyaan (kuesioner)
53.82 % dan 37.16 %, hal ini menunjukan diperoleh gambaran tentang hasil tangka-
bahwa family Pomacentridae merupakan pan ikan sebagaimana disajikan dalam ta-
kelompok ikan yang dapat berasosiasi bel 5.
kuat dengan terumbu karang, merupakan Pada tabel 5 menunjukkan bahwa
ikan-ikan berukuran kecil, bersifat teritori dalam 5 tahun terakhir produksi nelayan
(mempertahankan tempat tinggal), bersi- tradisional dengan alat tangkap bahan
fat omnivora (pemakan segala), menyu- peledak (bom) di Desa Tongali semakin
kai tempat hidup yang dekat substrat dan menurun dari 4.30 ton pada tahun 2006
sangat dipengaruhi olah karakteristik mor- menjadi 2.47 ton pada tahun 2010 dengan
fologi substrat (Robert dan Ormond 1987 prosentase penurunan produksi sebesar
dalam Karnan 2001). 6.26 % sampai 7.42 %. Sedangkan penu-
Kelompok ikan ini menjadikan ter- runan peoduksi selama 5 tahun (periode
umbu karang sebagai habitat dan tempat 2006 hingga 2010) terjadi penurunan
mencari makan (feeding ground), bahkan produksi sebesar 11.04 %.
beberapa jenis dari family Pomacentridae Berdasarkan kenyataan di atas, gam-

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 39


Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

Tabel 5. Hasil Tangkapan Ikan Oleh Nelayan Tradisional di Sekitar Perairan Desa Ton-
gali Tahun 2006-2010.

Sumber : Data Primer yang diolah, 2011


baran yang dapat menjelaskan dan mendu- Pada tabel 6 menunjukkan bahwa
kung hipotesis ketiga dalam penelitian ini hasil tangkapan ikan oleh nelayan tradis-
adalah bahwa prosentase tutupan karang ional di desa Tongali yang menjadikan
berkorelasi positif dengan dengan keme- perairannya sebagai daerah tangkapan
limpahan ikan, bila dikaitkan dengan hasil (ishing ground) dengan jenis ikan yang
tangkapan ikan maka diasumsikan bahwa tertangkap sebagian besar merupakan ikan-
semakin tinggi kualitas ekosistem terumbu ikan pelagis, dengan rata-rata hasil tang-
karang semakin tinggi populasi ikan yang kapan perhari 16.56 kg, terdiri dari ikan
menjadikan terumbu karang sebagai habitat Tongkol (Euthynnus attinis) 3.15 kg (19.02
baik sebagai tempat mencari makan (feed- %),Lemuru (Sardinella imbriata) 3.25 kg
ing ground), tempat pengasuhan (nursery (19.62%) dan ikan Tenggiri (Scomberomo-
ground) maupun tempat berlindung dan rus guttatus) 3.51 kg (21.20 %), sedangkan
berkembangbiak (spawning ground). ikan karang 6 jenis yaitu Kakap merah
Sesuai hasil pencatatan data prim- (Lutjanus argentimaculatus) 1.5 kg (9.06
er yang diperoleh langsung dari nelayan %), Sunuk/Kerapu (Plectropomus macula-
penangkapan ikan di desa Tongali dengan tus) 0.8 kg (4.83 %), Keling (Parupeneus)
menggunakan perahu papan dan perahu 1.35 kg (8.15 %), Brajanata (Myrispitis sp)
motor, dengan alat tangkap bahan peledak 0.2 kg (1.21 %), Giru (Amphiprion) 1.5
(bom),pancing,gill net, jala troll dan lain- kg (7.83 %), Botana (Acanthurus) 1.3 kg
nya diperoleh hasil tangkapan ikan rata- (7.85 %).
rata perhari sebagaimana terlihat dalam Rendahnya hasil tangkapan ikan
tabel 6 . oleh nelayan tradisional di desa Tongali
Tabel 6. Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Oleh Nelayan di Desa Tongali

Sumber : Data Primer yang diolah, 2011


40 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Dampak Kerusakan Ekosistem Haruddin. A., Edi Purwanto, M.Sc., dan
Terumbu Karang MTH. Sri Budiastuti, M.Si.

diperkuat dengan hasil kuesioner yang 11.63 % sampai 30.25 %. Selanjutnya di


diberikan kepada 100 responden nelayan lokasi pembanding sekitar perairan desa
di kedua desa penelitian tentang ba- Biwinapada dapat dikategorikan rusak se-
gaimanakah kecenderungan hasil tangka- dang hingga baik dengan prosentase tutu-
pan ikan saat ini baik pada musim puncak pan karang hidup/karang keras (hard coral)
(musim ikan) maupun pada musim pacek- sebesar 31.45 % hingga 50.81 %.
lik (bukan musim ikan), 100 % responden b. Dampak yang ditimbulkan akibat
menjawab kecenderungan hasil tangkapan kerusakan ekosistem terumbu karang ber-
ikan semakin menurun. pengaruh terhadap hasil penangkapan ikan
Dengan demikian hal ini belum oleh nelayan tradisional yaitu adanya ke-
memberikan jawaban secara statistik jawa- cenderungan menurunnya hasil tangkapan
ban hipotesis kedua dalam penelitian ini pada lima tahun terakhir yakni 4.30 ton
yang mengatakan bahwa kerusakan eko- (25.95 %) pada tahun 2006 dan 2.47 ton
sitem terumbu karang akan mempengaruhi (14.91 %) pada tahun 2010. Hal ini dapat
hasil tangkapanikan oleh nelayan tradis- didukung oleh hasil kuesioner, bahwa 100
ional diperairan desa Tongali disebabkan responden menyatakan hasil tangkapan
oleh beberapa faktor antara lain (1) Varia- ikan menurun pada musim ikan maupun
bel produksi yang diamati belum cukup pada musim paceklik.
untuk mendukung hipotesis tersebut, (2) c. Faktor sosial ekonomi tingkat
Hasil tangkapan ikan oleh nelayan sangat pendidikan, tingkat pendapatan dan kesem-
dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi, patan kerja lain berkorelasi positif terhadap
dalam kaitannya dengan produksi pada sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat
ekosistem terumbu karang yang terdiri dari terhadap ekosistem terumbu karang. Yang
luasan terumbu karang, dan prosentase paling besar pengaruhnya adalah tingkat
tutupan karang hidup (kualitas terumbu pendidikan yaitu 53.33 % sampai 68.57
karang), serta teknologi penangkapan % masyarakat berpendidikan rendah ber-
(jenis alat tangkap), sehingga masih perlu persepsi negatif terhadap ekosistem terum-
dianalisis dengan analisis fungsi produksi bu karang. Alternatif pemecahan masalah
f(x)=(variabel produksi) namun dalam pe- adalah dengan peningkatan dan pemerataan
nelitian ini hanya variabel terumbu karang kesempatan mendapatkan pendidikan bagi
yang diamati, (3) Tidak ada data pemband- masyarakat dapat meningkatkan pendapa-
ing secara kuantitatif antar produsi ikan tan dan membuka kesempatan kerja seluas-
oleh nelayan tradisional di desa Tongali luasnya bagi masyarakat.
pada saat terjadi sebelum kerusakan eko-
sistem terumbu karang dan setelah terjadi
kerusakan ekosistem terumbu karang.

KESIMPULAN
a. Kerusakan Ekosistem terumbu
karang terjadi sebagai akibat pengetahuan
nelayan yang kurang memahami dampak
kegiatan yang ditimbulkan, hal ini dapat
dibuktikan dengan kondisi terumbu karang
di perairan desa Tongali sebagai loksi pe-
nelitian termasuk rusak jelek hingga rusak
sedang dengan prosentase tutupan karang
hidup/karang keras (hard coral) sebesar

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 41

Anda mungkin juga menyukai