Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Journal Reading
9 Januari 2015

TEKNIK MANAJEMEN PERILAKU DALAM


KEDOKTERAN GIGI ANAK
(Techniques for the Behaviors Management in Pediatric Dentistry)

Oleh:

Nama : A. St. Hajrah Yusuf


Stambuk : J 111 10 001
Pembimbing : drg. Adam Malik Hamudeng
Hari/Tanggal Baca : Jumat, 9 Januari 2015
Sumber : International Journal of Scientific Study,
October 2014 Vol 2 Issue 7

DIBACAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
TEKNIK MANAJEMEN PERILAKU DALAM
KEDOKTERAN GIGI ANAK
Harender Singh, Rahila Rehman, Safalya Kadtane, Deepak Ranjan Dalai, Chaitanya Dev Jain

ABSTRAK
Perubahan sikap dokter gigi dan orang tua secara identik mengakibatkan meningkatnya
kepedulian dokter gigi untuk mengembangkan teknik manajemen perilaku anak tambahan.
Penelitian bersama antara dokter gigi dan psikolog perilaku didukung oleh American
Academy of Pediatric Dentistry untuk menangani masalah ini, tetapi penelitian lebih lanjut
diperlukan. Tulisan ini menjelaskan banyak teknik, dari persepsi ilmu perilaku, menawarkan
jaminan bagi dokter gigi anak untuk menangani anak yang bermasalah. Dalam perkembangan
ilmiah, teknik ini muncul untuk potensi penerimaan dan penggabungan dalam kedokteran
gigi. Penelitian awal menyatakan bahwa prosedur ini dapat dengan mudah diterapkan dalam
praktek sehari-hari, menghemat biaya dan waktu, serta cukup mudah diketahui. Metode
manajemen perilaku dalam kedokteran gigi anak difokuskan ke arah target komunikasi dan
pendidikan. Hubungan persetujuan antara dokter gigi dan anak dibangun selama prosedur
berubah dan merupakan tujuan utama kami.
Kata kunci: Manajemen perilaku, Perilaku anak, Kedokteran gigi anak

PENDAHULUAN
Manajemen perilaku pasien anak adalah bagian penting dari praktek dokter gigi anak.
Persentase signifikan pada anak-anak yang tidak bekerja sama dalam perawatan gigi,
menyebabkan hambatan kualitas perawatan. Untuk anak yang tidak mampu bekerja sama,
dokter gigi harus bergantung pada teknik manajemen perilaku lain sebagai pengganti atau
tambahan manajemen komunikatif.1 Metode manajemen perilaku berfokus pada komunikasi
dan pendidikan. Hubungan melibatkan anak, keluarga anak dan tim perawat adalah proses
energik. Hal ini dapat dimulai sebelum pasien berada dalam operasi dan dapat melibatkan
informasi tertulis juga sebagai pertukaran ide, nada suara, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan
sentuhan.2 Perkembangan dan berbagai pandangan luar terhadap perawatan gigi, sangat
penting bahwa dokter gigi memiliki berbagai jenis kebebasan terhadap teknik manajemen
perilaku dan teknik komunikasi untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Tujuan manajemen
anak adalah sebagai berikut:

1. Untuk membuat anak merasa nyaman


2. Untuk menawarkan kebebasan dari rasa sakit
3. Untuk menjalankan prosedur dengan aman
4. Untuk mempertahankan perawatan dan
5. Untuk meyakinkan anak dan orang tua pada prosedur perawatan.3

ANAK DENGAN KECEMASAN DENTAL


Kecemasan dental didefinisikan sebagai perasaan resah terhadap perawatan gigi yang pada
dasarnya tidak terhubung ke stimulus eksternal tertentu. Menurut Chadwick dan Hosey
(2003), kecemasan akrab pada anak-anak dan gejala kecemasan bergantung pada usia anak.
Balita mengungkapkan kecemasan dengan menangis sedangkan anak dewasa menunjukkan
kecemasan dengan cara lain. Kecemasan umum dikalangan anak-anak termasuk takut
misterius dan khawatir tentang kurangnya penanganan yang dapat terjadi pada pemeriksaan
dan perawatan gigi. Kemampuan anak menerima prosedur dental tergantung pada fase
perkembangannya. Anak-anak dapat kooperatif, berpotensi kooperatif, atau tidak memiliki
kemampuan menjadi kooperatif (kadang-kadang disebut pra-koopertif). Anak pra-kooperatif
terdiri dari usia sangat muda dan anak cacat yang dengannya kerjasama mungkin tidak dapat
dicapai.4

Banyak faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kecemasan dental pada anak

Keterlibatan Orang Tua


Kecemasan orang tua memiliki pengaruh besar pada perilaku anak mereka, terutama jika
mereka sebelumnya mangalami insiden dental negatif. Orang tua cemas atau takut dapat
mempengaruhi perilaku anak secara pesimis. Mengedukasi orang tua sebelumnya untuk
kunjungan dental pertama anak sangat penting. Pertimbangan prosedur klinik melalui
panggilan telepon awal, pergi setelah mengirim informasi klinik dan bujukan untuk
mengunjungi situs web klinik atau bahkan "pra-kunjungan" klinik, mungkin mendukung
dalam menghilankan kecemasan orang tua.

Pola asuh orang tua telah berubah dalam beberapa dekade terakhir. Dokter gigi dihadapkan
pada tantangan dari meningkatnya jumlah anak-anak yang sering kali tidak siap, keterampilan
dan disiplin diri diperlukan untuk mengatasi pengalaman baru pada klinik gigi. Umumnya,
harapan orang tua atas perilaku anak (misalnya, tidak ada air mata) tidak dapat diterapkan,
meskipun harapan dokter gigi yang mengarahkan perilaku mereka sangat besar. Beberapa
orang tua bahkan mungkin mencoba untuk mengatur perawatan, meskipun kesabaran mereka
pada prosedur kurang. Komunikasi yang efektif dengan orang tua yang lebih menantang
memberikan peluang bagi dokter gigi untuk waspada terhadap perilaku dan pilihan perawatan
serta bersama-sama menyelesaikan kepentingan terbaik anak.

Praktisi memiliki pendapat yang sama bahwa komunikasi yang baik penting antara dokter
gigi dan orang tua dalam membangun kayakinan dan kepastian. Praktisi juga sepakat pada
kenyataan bahwa komunikasi yang berharga antara dokter gigi dan anak dominan dan
membutuhkan sorotan pada bagian kedua belah pihak. Kebanyakan anak-anak bereaksi
positif ketika orang tua mereka berada di daerah perawatan. Orang tua jarang menimbulkan
konsekuensi negatif pada komunikasi yang diperlukan antara anak dan dokter gigi. Setiap
praktisi memiliki akuntabilitas untuk membangun metode komunikasi dan dukungan yang
mengoptimalkan rencana perawatan, mengidentifikasi keahliannya sendiri, kemampuan anak
tertentu, dan keinginan orang tua tertentu yang terlibat.5-9

Pengalaman Medis dan Dental


Anak yang memiliki pengalaman buruk, sehubungan dengan kunjungan rumah sakit
sebelumnya atau, kunjungan dental, atau perawatan medis dapat lebih cemas dalam
perawatan dental. Selain mengetahui riwayat medis, penting untuk menanyakan orang tua
tentang perawatan sebelumnya dan reaksi anak terhadapnya. Hal ini akan mengenali
kemungkinan kecemacan sehubungan dengan perilaku, dan memungkinkan dokter gigi untuk
menerapkan teknik manajemen perilaku yang sesuai.

Tim Dental
Seluruh tim memiliki tugas aktif yang harus dilakukakan. Pada awalnya berhubungan dengan
resepsionis, yang dapat mengurangi kekhawatiran orang tua dengan pendekatan percaya diri;
asisten di sebelah kursi unit dapat memberikan peran yang membantu dalam mendampingi
dokter gigi dalam berurusan dengan perilaku yang bermasalah, perawat gigi dapat
menawarkan edukasi melalui komunkasi yang tepat dengan anak dan orang tua, yang dapat
membantu keluarga mengurangi kekhawatiran yang akan datang. Pendekatan anak yang akan
datang terhadap dokter gigi dapat ditentukan dengan serangkaian pengalaman yang terjadi
dalam lingkungan dental yang menyenangkan. Seluruh anggota tim dental didorong untuk
memperbesar keterampilan dan kesadaran mereka dalam teknik panduan perilaku dengan
analisis literatur dental, pemantauan video pra-sensasi, atau menghadiri kursus pendidikan
sistematis.5
TEKNIK MANAJEMEN PERILAKU

Tell - Show Do
Pengenalan instrumen baru dan/atau prosedur seringkali menakuti anak-anak dengan
kecemasan karena mereka mungkin tidak mengetahui tujuan dan fungsi dari instrumen atau
prosedur ini. Tell-Show-Do adalah prinsip dasar yang digunakan dalam kedokteran gigi anak
dengan memperkenalkan anak secara bertahap pada instrumen dan/atau prosedur, yang terdiri
dari:
1. Tell: Kata-kata untuk menjelaskan prosedur dalam bahasa yang sesuai dengan tingkat
penerimaan setiap anak
2. Show: Memperlihatkan prosedur dengan penjelasan yang hati-hati, pengaturan tidak
mengancam; dan
3. Do: Selesaikan prosedur tanpa menyimpang dari klarifikasi dan demonstrasi
4. Sebagai contoh, ketika memperkenalkan hand piece kecepatan lambat untuk memulai
tindakan profilaksis, awalnya, diskusikan suara yang akan timbul ketika dihidupkan,
kemudian, tunjukkan cara pemakaian di jarinya, dan lanjutkan dengan menggunakan
hand piece di mulut pasien anda.12

Kontrol Peningkatan
Dalam hal ini, pasien diberikan skala kontrol atas perilaku dokter gigi mereka dengan
penggunaan sinyal berhenti. Seperti tanda-tanda yang telah ditunjukkan untuk mengurangi
rasa sakit selama perawatan gigi sehari-hari serta selama injeksi. Sinyal berhenti, umumnya
mengangkat lengan, harus dilatih, dan dokter gigi harus bertindak dengan cepat menanggapi
bila sinyal digunakan. Teknik ini dapat membantu pada semua pasien yang mampu
berkomunikasi. Tidak ada kontra-indikasi.13,14

Kontrol Suara
Teknik ini merupakan modifikasi kontrol volume suara, kecepatan dan nada, untuk
mempengaruhi langsung perilaku anak. Hal ini dikhususkan pada pasien yang tidak
kooperatif atau pasien yang bingung untuk mendapatkan perhatian dan ketaatan, menghindari
perilaku negatif, dan membangun otoritas. Hal ini tidak digunakan pada anak-anak yang
karena usia, cacat dan ketidakdewasaan emosional tidak mampu memahami atau bekerja
sama. Setelah perilaku yang dibutuhkan dicapai, hal tersebut dilancarkan dan diperkuat
secara positif. Harap menghargai, tidak ada waktu yang ditafsirkan sebagai "marah" pada
anak.15

Percontohan
Memeriksa anak lain yang berusia sama atau saudara yang lebih tua dalam menjalani
perawatan gigi yang bermanfaat dapat memberikan pengaruh menggembirakan (1980, Stokes
dan Kennedy) pada anak cemas. Teknik ini lebih bermanfaat pada mereka yang berusia antara
tiga dan lima tahun.4

Penghargaan Positif
Sejumlah prosedur dental membutuhkan gabungan perilaku yang layak dan tindakan dari
pasien yang harus dijelaskan dan dipelajari. Untuk anak-anak, hal ini membutuhkan sedikit
langkah yang jelas. Proses ini dinamakan membentuk perilaku. Terdiri dari serangkaian
penjelasan langkah-langkah menuju model perilaku. Hal ini paling sederhana dilakukan
dengan penghargaan selektif. Penghargaan adalah kekuatan pola perilaku, peningkatan
kemungkinan perilaku yang ditunjukan kembali di masa depan. Segala hal menyenangkan
atau memuaskan yang anak temukan dapat bertindak sebagai penghargaan optimis, lencana
atau stiker sering digunakan pada akhir kunjungan yang berhasil. Padahal, penghargaan yang
paling efektif adalah rangsangan sosial, seperti pujian lisan, modulasi suara positif, ekspresi
wajah, persetujuan dengan memeluk. Seorang anak berpusat pada respon empatik
memberikan pujian yang pasti, Misalnya, "cara anda menjaga mulut anda tetap terbuka
menakjubkan" telah terbukti lebih berhasil daripada komentar umum seperti "gadis/pria
baik." Seperti TSD pemilihan bahasa pada usia tertentu adalah signifikan.16-18

Pengalihan Perhatian
Pengalih perhatian bermaksud untuk mengalihkan perhatian pasien dari prosedur perawatan.
Ini bisa dalam bentuk kartun, buku, musik atau cerita. Sebuah metode standar tambahan bagi
dokter gigi untuk berbicara dengan pasien karena mereka bekerja sehingga pasien
memperhatikan mereka daripada berfokus pada prosedur perawatan. Pengalihan perhatian
jangka pendek, seperti tarik pipi atau bibir dan mengobrol dengan pasien ketika menerapkan
anestesi lokal, juga bermanfaat.19

Desensitasi
Desensitisasi secara konvensional digunakan pada anak-anak yang sudah cemas mengenai
situasi dental, yang pada prinsipnya dapat dimanfaatkan oleh dokter gigi anak pada semua
pasien, untuk mengurangi kemungkinan pasien membangun kecemasan dental. Kecemasan
anak yang ada ditangani dengan mengungkapkan kepada mereka serangkaian pengalaman
dental, disampaikan dalam rangka meningkatkan sugesti kecemasan, sistematis hanya ketika
anak dapat mengakui dalam keadaan rileks sebelumnya (1958, Wolpe, 1974, Machen dan
Johnson). Dalam mode psikoterapi inovatif, beberapa sesi diperlukan untuk memastikan
hirarki sebenarnya dari rangsangan ketakutan klien, dalam kedokteran gigi anak,
perkembangan yang seharusnya digunakan. Oleh karena itu bagi sebagian besar anak-anak
pemeriksaan digital akan sampai pada penggunaan cermin dan probe atau explorer, diikuti
mungkin dengan radiografi, rubber cap scaling, fissure sealer dan akhirnya sampai pada
analgesia lokal, restorasi dan rubber dam.11

Stabilitas Pelindung
Stabilisasi pelindung melibatkan pembatasan gerakan pasien untuk mengurangi risiko cedera
pada setiap orang sementara memungkinkan hasil perawatan yang aman. Jenis stabilisasi
pelindung dapat terlibat mulai dari anggota keluarga/pengasuh memegang tangan anak untuk
memanfaatkan alat stabilisasi (yaitu, board papoose atau pedo wrap). Informasi persetujuan
harus diperoleh tentang penggunaan stabilisasi pelindung dan jika anggota keluarga memiliki
masalah ketika penggunaan stabilisasi pelindung, teknik dihentikan segera. Kami tidak
memanfaatkan setiap rencana stabilisasi karena memiliki kemungkinan batas pernafasan.20

Hand Over Mouth Exercise (HOME)


mencakup menahan anak di kursi gigi, menempatkan tangan di mulut (untuk memungkinkan
anak untuk mendengar). Hidung tidak harus ditutupi. Dokter gigi kemudian berbicara secara
perlahan menjelaskan pada anak bahwa tangan akan dilepaskan segera setelah berhenti
menangis. Begitu ini terjadi tangan dilepas, dan anak dipuji. Jika protes mulai lagi, tangan
diganti. Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian anak dan memungkinkan
komunikasi, memperkuat perilaku baik dan membangun penghindaran yang sia-sia. Mereka
yang menganjurkan teknik ini merekomendasikannya pada anak usia 4-9 tahun ketika
komunikasi hilang atau selama luapan kemaran. Izin orang tua sangat penting, dan teknik ini
tidak dapat digunakan pada anak-anak yang terlalu muda untuk mengerti atau dengan
gangguan intelektual atau emosional.21-23

Sedasi
Berbagai obat dapat diberikan kepada pasien dalam upaya untuk mengubah tahap kesadaran
mereka. Hal ini tidak membuat anak "tertidur," tetapi membuat dia kurang sadar tentang apa
yang sedang terjadi dan setelahnya, tidak cemas atau takut terhadap perawatan gigi. Terdapat
beberapa tingkat sedasi yang dapat dicapai, tetapi karena setiap anak berbeda, tingkat ini agak
sulit untuk diprediksi. Ada juga banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebelum sedasi
dapat menjadi pilihan manajemen yang efektif.15

Anastesi Umum
Anestesi umum adalah kondisi menghambat ketidaksadaran disertai oleh hilangnya impuls
pelindung, termasuk kemampuan untuk mempertahankan jalan napas secara terpisah dan
merespon tegas terhadap rangsangan fisik atau instruksikan verbal. Penggunaan anestesi
umum kadang-kadang sangat penting untuk memberikan tingkat perawatan gigi bagi anak.
Tergantung pada pasien, hal ini dapat dilakukan di rumah sakit medis atau pengaturan rawat
jalan, pertimbangan klinik gigi. Sebelum aplikasi anestesi umum, dokumentasi yang tepat
seharusnya membahas dasar untuk penggunaan anestesi umum, otoritas informasi, instruksi
yang diberikan kepada orang tua, tindakan pencegahan makanan dan evaluasi kesehatan pra-
operasi.24

Inhalasi Oksida Nitrat/Oksigen


Inhalasi oksida nitrat/oksigen adalah teknik yang aman dan berguna untuk mengurangi
kecemasan dan mengembangkan komunikasi efektif. Onset kerjanya cepat, efek kadarnya
sederhana dan reversibel, dan pemulihan cepat dan lengkap. Selain itu, inhalasi oksida
nitrat/oksigen mengintervensi sejumlah variabel analgesia, pengurangan refleks muntah dan
amnesia. Hal ini membutuhkan diagnosa dan perawatan, serta perlindungan pasien dan
praktisi, harus diukur sebelum penggunaan oksida nitrat/oksigen.25

KESIMPULAN
Manajemen perilaku secara luas disepakati menjadi faktor kunci yang mempengaruhi
perawatan gigi pada anak. Tentu saja, jika perilaku seorang anak dalam prosedur perawatan
gigi/klinik tidak dapat dikelola maka tidak mudah untuk melaksanakan perawatan gigi yang
diperlukan. Hal penting bahwa pendekatan apapun untuk manajemen perilaku pasien anak
harus berakar dari kasih sayang dan peduli pada kesejahteraan setiap anak. Keanekaragaman
teknik manajemen perilaku yang ada membuat dokter gigi anak harus menggunakan teknik
yang cocok untuk keuntungan setiap pasien anak, dan secara signifikan, harus
memperhitungkan budaya, persyaratan hukum dan filosofis di negara lokasi praktek gigi dan
kepedulian setiap dokter gigi pada perawatan gigi anak.

REFERENSI
1. Grewal N. Implementation of behaviour management techniques How well accepted
they are today. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2003;21:70-4.
2. Non-Pharmacological Behaviour Management Clinical Guidelines. Available from:
http://www.rcseng.ac.uk/Clinical-Guidelines. [Last accessed on 2014 Aug 05]
3. Abushal MS, Adenubi JO. The use of behavior management techniques by dentists in
Saudi Arabia: A survey. Saudi Dent J 2000;12:129-34.
4. Gupta A, Marya CM, Bhatia HP, Dahiya V. Behaviour management of an anxious child.
Stomatologija 2014;16:3-6.
5. Guideline on Behavior Guidance for the Pediatric Dental Patient, Council of Clinical
Affairs. Reference Manual 2011;35:13-14.
6. Klingberg G, Berggren U. Dental problem behaviors in children of parents with severe
dental fear. Swed Dent J 1992;16:27-32.
7. Baier K, Milgrom P, Russell S, Mancl L, Yoshida T. Childrens fearand behavior in
private pediatric dentistry practices. Pediatr Dent 2004;26:316-21.
8. Long N. The changing nature of parenting in America. Pediatr Dent 2004;26:121-4.
9. Hockenberry MJ, Wilson D. Wongs Essentials of Pediatric Nursing. 8th ed. St. Louis,
Mo: Mosby, Inc.; 2009. p. 162.
10. Fayle SA, Tahmassebi JF. Paediatric dentistry in the new millennium: 2. Behaviour
management Helping children to accept dentistry. Dent Update 2003;30:294-8.
11. Roberts JF, Curzon ME, Koch G, Martens LC. Review: Behaviour management
techniques in paediatric dentistry. Eur Arch Paediatr Dent 2010;11:166-74.
12. Park M. Non-pharmacologic Management of Patients with Special Health Care Needs.
2013.
13. Wardle J. Management of Dentalpain. Paper Presented at the British Psychological
Society Annual Conference, York; 1982.
14. Thrash WJ, Marr JN, Box TG. Effects of continuous patient information in the dental
environment. J Dent Res 1982;61:1063-5.
15. Ilieva E, Beltcheva A. Non-pharmacological management of the behaviour of pediatric
dental patients. Folia Med (Plovdiv) 1999;41:126-31.
16. Lencher V, Wright GZ. Nonpharmacotherapeutic approaches to behaviour management.
In: Wright GZ, editor. Behaviour Management in Dentistry for Children. Philadelphia:
Saunders; 1975.
17. Sawtell RO, Simon JF Jr, Simeonsson RJ. The effects of fi ve preparatory methods upon
child behavior during the fi rst dental visit. ASDC J Dent Child 1974;41:367-75.
18. Weinstein P, Nathan JE. The challenge of fearful and phobic children. Dent Clin North
Am 1988;32:667-92.
19. Chadwick B. Non-pharmacological Behavior Management: Clinical Guidelines. The
British Society of Pediatric Dentistry; 2002. Available from: http://www.Tiny.Cc/9kid0.
[Last accessed on 2010 Jan 25].
20. Luscre DM, Center DB. Procedures for reducing dental fear in children with autism. J
Autism Dev Disord 1996;26:547-56.
21. Fayle S, Crawford PJ. Making dental treatment acceptable to children. Dent Profi le
1997;4:18-22. 22. American Academy of Paediatric Dentistry Guidelines for behaviour
management. Pediatr Dent 1998;20:27-32. 23. Levitas TC. HOME-hand over mouth
exercise. ASDC J Dent Child 1974;41:178-82.
22. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on use of anesthesia personnel in
the administration of offi ce-based deep sedation/general anesthesia to the pediatric
dental patient. Pediatr Dent 2011;33:202-4.
23. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on use of nitrous oxide for pediatric
dental patients. Pediatr Dent 2011;33:181-4.

Anda mungkin juga menyukai