Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan usaha budi daya ikan saat ini semakin meningkat. Hal ini

sejalan dengan kemajuan zaman dan tekhnologi serta semakin meningkatnya

jumlah penduduk yang memanfaatkan sumber hayati khususnya ikan sebagai

asupan gizi. Pemanfaatan hasil perikanan pada saat ini masih cenderung dari alam,

penangkapan secara terus-menerus mengakibatkan populasi ikan menurun dan di

kawatirkan terjadi kepunahan apabila tanpa manajemen yang baik.

Untuk meningkatkan hasil perikanan dan memenuhi kebutuhan pasar

tanpa merusak populasi ikan yang ada di alam dibutuhkan suatu usaha budi daya,

baik budidaya tambak, keramba, maupun kolam.Dalam usaha budi daya saat ini

telah banyak di lakukan oleh masyarakat, baik sekala rumah tangga maupun

secara intensif sebagai sumber mata pencarian.

Salah satu faktor yang menentukan usaha budi daya ikan berhasil adalah

ketersediaan benih.Ketersediaan benih yang tepat dalam jumlah yang banyak,

waktu dan tempat yang terjangkau serta harga yang relative murah sangat

berpengaruh dalam usaha budi daya.

Usaha budi daya secara intensif maupun skala rumah tangga di kalangan

masyarakat saat ini masih jauh dari yang di harapkan, ini dapat di lihat dari

permintaan pasar yang terus meningkat, namun petani tidak dapat memenuhi

kebutuhan pasar secara kontinyu. Dalam usaha pembenihan ikan, kendala yang

harus dihadapi begitu komplek salah satunya adalah ketersediaan benih, ini karena

1
ketersediaan benih yang di butuhkan untuk usaha budi daya tidak mencukupi,

karena tingginya angka mortalitas dalam pendederan di tingkat fase larva,

terutama di saat larva kehabisan kuning telur. Untuk memenuhi kebutuhan

makanan larva dalam usaha pembenihan telah banyak di gunakan makanan alami

maupun buatan, makanan alami yang banyak dimanfaatkan oleh petani pada

umumnya tubifex sp yang di peroleh dari alam, namun keadaan ini juga belum

dapat menekan angka mortalitas dan meningkatkan produksi benih karena

ketersediaan tubifex yang sulit diperoleh khususnya pada musim penghujan

sehingga hasil produksi benih masih rendah.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu melakukan pemberian

pakan yang berkualitas, ketersediaannya ada setiap saat dan mudah di kultur serta

sesuai dengan bukaan mulut larva sehingga mudah di cerna oleh larva yang

fisiknya masih lemah yaitu berupa makanan alami (live food), sehingga mortalitas

dapat di tekan sekecil mungkin dan meningkatkan produksi dan kualitas benih

yang baik secara kontinyu.

Moina sp merupakan makanan alami yang potensial bagi benih ikan air

tawar, karena nilai gizinya yang tinggi, mudah di cerna serta mempunyai daya

produksi yang tinggi, yaitu cepat berkembang biak dan mudah di kembangkan

serta memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan (JOHAN dkk,

2002).

MASRIZAL dalam JOHAN dkk, (2002) mengatakan bahwa kandungan

protein Moina sp adalah 60 70 % dari berat kering tubuhnya.Sedangkan

2
PRIYAMBODO dkk (2002), mengatakan bahwa kandungan gizi Moina sp terdiri

dari 90.60% air, 37.38% protein, 13.29% lemak, dan 11.00% abu.

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

1.2.1. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan :

a. Mendapatkan dosis yang optimal dari Pupuk Organik Cair Raja Ikan

untuk mengembangbiakkan Moina sp.

b. Memahami bagaiman cara mengkultur Moina sp sebagai pakan alami

yang baik bagi ikan pada fase larva.

c. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton.

d. Untuk mengetahui tingkat kesuburan pakan alami (Moina ,sp).

1.2.2. Manfaat Praktikum

Dengan melaksanakan praktikum ini di harapkan dapat memberikan

manfaat :

a. Menambah keterampilan dan pengetahuan di bidang kultur pakan

alami.

b. Memudahkan petani ikan khususnya usaha pembenihan dalam

meningkatkan hasil produksinya dengan pemberian Moina sp pada

ikan fase larva.

c. Mengetahui tingkat populasi Moina sp.

d. Bahan informasi teknik kultur moina sp baik sekala kecil maupun

sekala besar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Moina sp

Moina sp adalah golongan udang renik Cladocera.Moina sp termasuk ke

dalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Entamostraca, ordo

Phylopoda, subordo Cladocera (PRIYAMBODO dkk, 2002). Spesies dari genus

moina terdiri dari Moina dubia, M. macropoda, M. weismani, M. reticulate

(Sachlan, 1980).

2.2. Marfologi Moina sp

Adapun ciri khas Moina sp adalah bentuk tubuh yang pipih ke samping,

dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga menutupi

bagian tubuh berserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya.Bentuk tubuh ini

tampak sepertisebuah cangkang kerang-kerangan.Cangkang di bagian belakang

membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai tempat penampungan dan

perkembangan telur.Moina sp mempunyai ukuran bentuk tubuh 500-1.000 mikron

(MUDJIMAN, 2008).

Moina sp merupakan organisme yang bersifat planktonik dan bergerak

aktif dengan alat geraknya yaitu kaki renang (PRIAMBODO dkk, 2002).

Selanjutnya di jelaskan bahwa bentuk tubuh moina membulat dengan garis tengah

0.9 1.8 mm dan berwarna kemerah-merahan, sedangkan bagian perut terdapat

10 silia dan di bagian punggungnya ditumbuhi rambut-rambut kasar.

DJARIJAH dalam NURZAMAN, (2002). Moina sp mempunyai

perbedaan dengan jenis kutu air lainnya, namun antara Moina sp dengan Daphnia

4
sp mempunyai sedikit perbedaan pada ukurannya, Moina sp 500-1000 mikron

sedangkan Daphnia sp 1000-5000 mikron dan bentuknya pada Moina sp

mempunyai ekor yang lebih panjang. Selanjutnya LINGGA dkk dalam

NURZAMAN, (2002) menjelaskan bahwa bentuk Moina sp pipih bening dan

tembus pandang, sehingga terlihat bentuk anggota bagian dalam termasuk

telurnya.

2.3. Ekologi Moina sp

Moina sp merupakan zooplankton air tawar yang dapat hidup di sungai,

parit, rawa-rawa, dan air tergenang. Plankton ini tersebar luas yang di sebabkan

oleh aliran air dan terbawa oleh binatang lainnya.Hal ini di mungkinkan karena

telur Moina sp tersebut mampu bertahan pada kondisi perairan yang sangat buruk,

bahkan perairan yang sedikit berair. Apabila kondisi perairan telah memenuhi

persyaratan untuk kehidupannya, maka telur-telur tersebut akan menetas

MUDJIMAN dalam JOHAN dkk, (2002). Selanjutnya dijelaskan bahwa

lingkungan yang mendukung pertumbuhan Moina sp adalah pada kisaran suhu 22

31 oC dan pH antara 6,6 7,4.

DAHLAN dalam JOHAN dkk, (2002) mengatakan bahwa,

perkembangan populasi Moina sp dapat terjadi pada kolam atau bak yang terbuat

dari tanah, plastic, kaca, fiber glass, dan kombinasi bahan tersebut. Bahan-bahan

logam seperti seng kurang baik bila di jadikan sebagai wadah kultur, karena akan

mencemari air sebagai media hidupnya.

Selain media kultur, yang perlu di perhatikan adalah bibit yang akan di

gunakan. Bibit Moina sp yang akan di budidayakan sebaiknya yang tidak terlalu

5
tua atau terlalu muda. Menurut MUDJIMAN (2008) bahwa Moina yang baik di

gunakan sebagai bibit berukuran lebih dari 500 mikron, sehat, tidak lemah, dan

tidak sedang bertelur.

2.4. Perkembangbiakan Moina sp

Moina sp berkembang biak secara partenogenetik (telur berkembang tanpa

dibuahi). Pada umumnya perkembangbiakan yang demikian akan menghasilkan

telur sebanyakn 10-20 butir, apabila lingkungan mendukung telur akan menetas

menjadi hewan betina. Selain itu Moina sp dapat juga berkembang biak secara

kawin. Dengan cara ini hewan betina akan menghasilkan telur sebanyak 1 2

butir. Perkembangan secara demikian terjadi apabila individu jantan terdapat

dalam jumlah yang banyak bila di banding dengan individu betina, atau juga bisa

terjadi apabila kondisi perairan tidak mendukung hewan betina untuk

menghasilkan dan menetaskan telurnya sendiri.

MUDJIMAN (2008) menyatakan bahwa telur-telur yang di hasilkan oleh

induk betina ditampung di dalam kantung telur yang terletak di atas punggung.Di

dalam kantong telur, embrio berkembang terus sehingga ketika dikeluarkan sudah

setengah dewasa. Selanjutnya dikatakan bahwa Moina sp akan menjadi dewasa

dalam waktu 5 hari dari total umurnya yaitu 30 hari. Setiap dua hari sekali, Moina

sp mampu menghasilkan anak sebanyak 33 ekor.Dengan demikian, keturunan

yang di hasilkan selama hidupnya sebanyak 500 ekor.

Selanjutnya dikatakan bahwa di daerah beriklim dingin perkembang

biakannya akan menghasilkan individu-individu jantan, sedangkan di daerah

6
beriklim panas juga sering terjadi pergantian sistem perkembangbiakan dan dapat

terjadi lebih dari satu kali perkembangbiakan secara kawin.

2.5. Makanan

Cara makan Moina sp sebagaimana umumnya Cladocera dengan

menyaring makanan (filter feeder). Makanan Moina sp terdiri dari tumbuh-

tumbuhan renik dan detritus. Pengambilan makanan dilakukan dengan

menggerakkan kaki-kakinya yang pipih. Gerakan kaki tersebut menimbulkan arus

air yang membawa makanan ke arahnya. Ketika makanan berada di dekat mulut,

makanan tersebut langsung ditelan tanpa dipilih lebih dahulu (MUDJIMAN

2008).

Sedangkan PRIYAMBODO (2002). mengatakan bahwa di daerah rawa

yang banyak mengandung bahan organik, sehingga banyak terdapat fitoplankton,

zooplankton, detritus, dan bakteri sebagai sumber makanannya. Dari beberapa

jenis pakan. Bakteri merupakan pakan Moina sp yang paling baik.

2.6. Pemupukan

Penambahan pupuk kedalam perairan bertujuan untuk menyediakan unsur

hara serta mempersubur perkembangan jasad renik dalam perairan. Penambahan

bahan organik yang dapat berupa pupuk kandang (baik kotoran ayam, sapi,

kambing, kuda, kotoran kakus) daun-daun serta sampah dapur, bertujuan untuk

menumbuhkan jasad renik yang akan menggunakan mineral hasil pembongkaran

bahan organik itu untuk perkembangbiakannya (SUSENO dalam KARTIKA,

2005).

7
Selanjutnya CHOLIIK dkk dalam KARTIKA, (2005) menyatakan

bahwa pupuk dari limbah ternak (pupuk kandang) dapat meningkatkan produksi

plankton, pada beberapa kolam penambahan kapur, pupuk anorganik maupun

pupuk alam diperlukan dalam usaha untuk meningkatkan produksi plankton.

Makanan alami dapat tersedia banyak apabila kolam dipupuk dengan

bahan organik seperti pupuk kandang, kompos dan sebagainya (SUYANTO

dalam KARTIKA, 2005).

2.6.1. Pupuk Kotoran Sapi

Pupuk kandang dikatakan siap pakai untuk memupuk tanah apabila tidak

berbau tajam (bau amoniak), terasa dingin jika dipegang, berwarna gelap, kering,

dan gembur jika diremas (ANONIMUS 2007).

Dosis pemupukan sangat erat hubungannya dengan tingkat kesuburan

tanah dan air kolam. ARSYAD dkk dalam KARTIKA, (2005) menyatakan

bahwa untuk merangsang pertumbuhan pakan alami (plankton), kolam dipupuk

dengan pupuk organik seperti pupuk kandang dengan dosis 500-800 gr/m2 dan

pupuk anorganik (urea dan TSP) dengan dosis masing-masing 10 gr/ m2.

Pupuk kandang mempunyai daya untuk merubah semua factor kesuburan

tanah dalam arti yang menguntungkan (menambah zat makanan, mempertinggi

kadar humus, memperbaiki struktur tanah, menyediakan unsur zat-zat makanan

(SOSROSOEDIRJO dkk dalam KARTIKA, 2005).

DAHRIL dalam KARTIKA, (2005) menyatakan pemanfaatanpupuk

kandang dalam perairan adalah sebagai berikut :

8
Pupuk Organik

Bakteri Hara terlarut Dimakan oleh


dalam air Ikan

Dimakan
Diserap oleh
micro bentos

Dimakan Dimakan
Tumbuhan Air Phytoplankton
macro bentos Zooplankton

Dimakan oleh Dimakan oleh Dimakan oleh Dimakan oleh


ikan ikan ikan ikan

Kotoran ikan

Terurai kembali
menjadi hara

Gambar 2.1. Skema penguraian pupuk organik dalam perairan

(Dahril dalam Rais, 1993)

Adapun kandungan unsur hara yang terdapat pada beberapa kotoran hewan

menurut beberapa sumber dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1. kandungan unsur hara beberapa jenis kotoran ternak

KANDUNGAN HARA
No JENIS PUPUK
N P K
1. Kotoran Ayam 1.00 % 0.80 % 0.40 %
2. Kotoran Puyuh 1.00 % 0.65 % 0.80 %
3. Kotoran Sapi 0.40 % 0.20 % 0.10 %
4. Kotoran Kambing 0.06 % 0.30 % 0.17 %
Sumber : Lingga (1998)

9
Tabel 2.1. Jenis dan kandungan hara dalam pupuk kandang

KANDUNGAN HARA
No JENIS PUPUK
Nitrogen (N) Fosfor (P) Potasium (K)
1. Kotoran Sapi 0.97 % 0.69 % 1.66 %
2. Kotoran Kuda 0.50 % 0.74 % 0.84 %
3. Kotoran Biri-biri 2.04 % 1.66 % 1.83 %
4. Kotoran Ayam 2.71 % 6.31 % 2.01 %
5. Kotoran Itik 0.83 % 1.80 % 0.43 %
6. Kotoran Kambing 0.60 % 0.30 % 0.17 %
7. Kotoran Domba 0.75 % 0.50 % 0.45 %
8. Kotoran Babi 1.25 % 1.85 % 0.75 %
Sumber : Anonimus (2007)

Tabel 2.2. Kadar N, P, K Pada Masing-masing Kotoran Ternak

KANDUNGAN HARA
No JENIS PUPUK
N P K
1. Kotoran Ayam 4.13 % 0.02 % 0.15 %
2. Kotoran Puyuh 3.93 % 16.56 % 0.16 %
3. Kotoran Sapi 1.83 % 16.42 % 0.14 %
Sumber : Laboratorium BPTP RIAU dalam KARTIKA, ( 2005)

Dilihat dari ketiga Tabel di atas, menunjukkan bahwa kandungan N, P, K

dari tiap-tiap kotoran ternak berbeda, hal ini disebabkan oleh sumber makanan

yang dimakan oleh hewan tersebut berbeda pula. Sesuai dengan pendapat

SUTEDJA dalam KARTIKA, (2005) bahwa kotoran ternak yang diberi makanan

yang banyak mengandung N, P, K, akan lebih tinggi nilainya karena kandungan

N, P, K itu akan terdapat pula pada pupuk kandangnya.

2.6.2. Pupuk Raja Ikan

Pupuk Raja Ikan adalah mikroba probiotik yang di kombinasikan dengan

protein, multivitamin, mineral dan ginseng yang evektif untuk budidaya ikan air

tawar (ikan lele, gurami, nila, patin dan ikan mas). Pupuk yang diproduksi oleh

10
TAMASINDO FARMA ANIMAL AND PLANT HEALTH CARE. ini

memiliki kandungan unsur hara yang cukup lengkap

Kandungan unsur hara yang lengkap yang terdapat dalam pupuk raja ikan

tersebut memiliki keunggulan diantaranya 1). Memperbaiki standar kualitas air,

2). Meningkatkan DMA (Daya Menggabung Asam) Air, berfungsi sebagai

pencegah terjadinya perubahan pH air secara mendadak, 3). Menekan kematian

(mortalitas) awal, 4).Meningkatkan ketersediaan makanan alami udang dan ikan,

dan 5). Dapat menetralisir kadar garam/salinitas air tambak.

11
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan selama 20 hari (tiga minggu) dimulai pada

tanggal 17 Maret 4 April 2013 di Balai Benih Ikan (BBI) Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Moina sp

Moina sp yang digunakan dalam praktikum ini sebanyak 90 individu

dengan kepadatan 30 ind/l yang di peroleh dari kolam-kolam yang ada di balai

benih ikan (BBI) fakultas pertanian universitas islam riau perhentian marpoyan

pekanbaru.

3.2.2. Pupuk dan Media Kultur

Pupuk yang digunakan dalam praktikum ini adalah pupuk kotoran sapi

yang diperoleh dari peternak dan pupuk organik cair Raja Ikan yang diproduksi

oleh TAMASINDO FARMA ANIMAL AND PLANT HEALTH CARE dengan

kapasitas 1/5 liter.

Media kultur yang digunakan adalah air sumur bor yang ada di Balai

Benih Ikan (BBI) UIR yang telah diendapkan.

3.2.3. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan selama praktikum serta fungsinya dapat

dilihat pada Tabel dibawah ini :

12
Tabel 1. Alat yang digunakan selama praktikum

No. Nama Alat Kegunaan


1. Toples ukuran 5 liter, 12 buah Wadah kultur
2. Timbangan Menimbang pupuk
3. Plankton net Menyaring Moina sp
4. Gelas ukur Mengukur pupuk cair
5. Kertas lakmus Mengukur keasaman air
6. Thermometer Mengukur suhu
7. Handy caunter Menghitung Moina sp
8. Kaca pmbesar (lux) Mengamati Moina sp
9. Pipet tetes Mengambil Moina sp
10. Cawan Petri Menampung Moina sp
11. Mikroskop Melihat jenis plankton
12. Botol film Menampung Moina sp
13. Panci alumunium Memasak pupuk kotoran sapi
14. Dissolved Oxygen Meter Untuk mengukur O2
15. Lampu neon Pengganti cahaya matahari

3.3. Metode Praktikum

3.3.1. Prosedur Praktikum

Langkah awal praktikum ini adalah mempersiapkan wadah kultur dengan

menggunakan toples ukuran 5 liter sebanyak 12 toples, dengan jumlah air setiap

wadah kultur sebanyak 3 liter. Kemudian menyediakan pupuk kotoran sapi

sebagai pupuk dasar media kultur serta pupuk organic cair Raja Ikan yang di

gunakan sebagai bahan uji dalam praktikum dan segala peralatan yang di gunakan

dalam pengkulturan moina sp, seperti lampu neon, aerasi, batu aerasi, selang dan

sebagainya.

13
Setelah wadah kultur disiapkan, kegiatan selanjutnya menimbang pupuk

kotoran sapi dengan dosis 3 gr/l air sebagai pupuk dasar. Selanjut nya pupuk

kotoran sapi yang telah di timbang sesuai jumlah yang di tentukan masing-masing

perlakuan, di lakukan perebusan guna menghilangkan berbagai jenis bakteri atau

organism lainnya yang dapat mengganggu dalam kultur moina sp. Setelah pupuk

kotoran sapi tersebut di rebus lalu, di dinginkan, kemudian di saring sehingga

subtratnya tidak terbawa dalam media kultur. Selanjutnya pupuk kotoran sapi

yang telah di saring tersebut dimasukan pada setiap wadah kultur, sampai airnya 3

liter. Langkah selanjutnya memasukan pupuk organik cair Raja Ikan dengan dosis

yang berbeda sesuai dengan perlakuan yang di berikan, yakni dosis 0,13 ppm,

0,26 ppm, 0,39 ppm/liter air serta tanpa pemberian pupuk organik cair Raja Ikan.

Setelah wadah kultur di isi air dengan pupuk kotoran sapi dan dua hari

kemudian di susul pemberian pupuk organik cair Raja Ikan, maka media kultur di

biarkan selama lebih kurang satu minggu, supaya pakan alami yang ada dalam

media kultur dapat tumbuh dan berkembang yaitu dari berbagai jenis

phytoplankton. Selama di lakukan penumbuhan phytoplankton sebagai makan

moina sp, pada setiap wadah penelitian di beri aerasi sebagai sumber oksigen serta

lampu neon sebagai sumber cahaya untuk proses fotosintesis. Kemudian setelah 6-

7 hari baru di masukan bibit moina sp sebanyak 30 ind/liter air untuk setiap wadah

kultur.

Untuk menghitung perkembangbiakan moina sp di lakukan pengambilan

air secara keseluruhan dari masing-masing wadah kultur, dengan cara melakukan

penyaringan dengan menggunakan planktonnet. Kemudian air yang tersaring

14
dengan planktonnet tersebut di ambil sebanyak 5 ml, yang seterusnya di letakan

dalam cawan petridish, selanjutnya di lakukan perhitungan dengan menggunakan

handy counter.

Perhitungan dilakukan tiga kali perulangan untuk masing-masing wadah

kultur dan nilai yang di ambil untuk analisis adalah nilai rata-rata dari setiap

perlakuan dan perulangan. Dalam penelitian ini juga di lakukan pengamatan

terhadap jenis-jenis plankton, baik phytoplankton maupun zooplankton yang

terdapat dalam wadah penelitian selama di lakukan pengkulturan. Air sampel yang

di ambil untuk di lakukan penghitungan di masukan kembali ke dalam masing-

masing wadah kultur sesuai perlakuan.

Data yang di peroleh terlebih dahulu di lakukan analisis variansi, jika

menunjukan adanya perbedaan dari efek-efek perlakuaan, maka di lanjutkan

dengan melakukan uji rentang Newman Keuls (SUDJANA, 1985).

3.3.2. Parameter Kualitas Air

Untuk parameter kualitas air yang diukur seperti suhu, keasaman (pH) air

pengukurannya dimulai pada awal praktikum yakni disaat bibit Moina sp akan

dimasukkan kedalam masing-masing wadah kultur, sedangkan untuk pengamatan

perkembangan Moina sp dilakukan penghitungan setiap 2 hari sekali selama 14

hari. Pengukuran oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dilakukan pada pagi, siang, dan

sore. Selanjutnya untuk mengukur parameter kualitas air lainnya seperti kadar

amoniak (NH3) diukur pada awal dan akhir praktikum.

15
3.4. Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode sampling, dan

rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

empat perlakuan dan tiga ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah :

P0 = Tanpa Pemberian Pupuk Organik Cair Raja Ikan

P1 = Pemberian Pupuk Organik Cair Raja Ikan dengan dosis 0,13 ml/ppm/liter

P2 = Pemberian Pupuk Organik Cair Raja Ikan dengan dosis 0,26 ml/ppm/liter

P3 = Pemberian Pupuk Organik Cair Raja Ikan dengan dosis 0,39 ml/ppm/liter

Penempatan dari masing-masing perlakuan secara acak (SUDJANA,

1985). Adapun model umum rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut:

Yij = U + Ti + Eij

Yij = Variabel yang akan dianalisis

U = Nilai rata-rata umum

Tij = Pengaruh perlakuan ke i

Eij = Kesalahan percobaan

3.4.1. Hypotesis dan Asumsi

Hypotesis yang diajukan dalam praktikum adalah :

HI = Terdapat perbedaan pemberian pupuk organik cair Raja Ikan dengan

dosis berbeda terhadap perkembangbiakan Moina sp.

Ho = Tidak terdapat perbedaan pemberian pupuk organik cair Raja Ikan

dengan dosis berbeda terhadap perkembangbiakan Moina sp.

Hypotesis dalam praktikum ini diajukan dengan asumsi sebagai berikut :

1. keadaan lingkungan pada semua wadah praktikum adalah sama.

16
2. Bibit Moina sp memiliki kemampuan memanfaatkan makanan

dianggap sama.

3. keterampilan praktisi dianggap sama.

3.4.2. Analisa Data

Data yang dianalisis adalah populasi Moina sp dari hasil praktikum pada

masing-masing perlakuan dengan setiap ulangannya. Sebelum dianalisis

dilakukan terlebih dahulu uji homogenitas (SUDJANA, 1985) model tetap.

Sedangkan data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

Apabila F hitung < F table 5 % berarti tidak ada pengaruh dari ke empat

perlakuan terhadap rata-rata populasi Moina sp. Sedangkan bila F hitung > F table

5 % berarti ada pengaruh yang sangat nyata dari keempat perlakuan pemberian

pupuk terhadap perkembangan populasi Moina sp selama praktikum. Selanjutnya

untuk mengetahui frekuensi pemberian pupuk yang terbaik dari ketiga perlakuan

dilakukan uji rentang NEWMAN KEULS.

Rjk error
Syi
n

17
BAB IV
HASIL

4.1. Perkembangan Populasi Moina sp

Dari hasil pengamatan selama pratikum terhadap perkembangan populasi

Moina sp pada masing-masing perlakuan (lampiran 1), sebelum itu terjadi

penurunan terlabih dahulu populasi Moina sp pada hari ke 5 pada wadah P0

(kontrol), sedangkan pada wadah P1 (Raja Ikan dosis 0,13 cc), wadah P2 (Raja

Ikan dosis 0,26 cc), dan pada wadah P3 (Raja Ikan dosis 0,39 cc) puncak populasi

terjadi pada hari ke 7. Perkembangan Moina sp pada fase awal terjadi pningkatan

populasi secara drastis untuk lebih jelas mengenai peningkatan dan terjadinya

puncak populasi Moina sp dari masing-masing perlakuan dapat di lihat pada tabel

IV.1.

Tabel IV.1. Rata-rata perkembangan populasi Moina sp (ind/l) pada masing-

masing perlakuan selama praktikum.

Hari Perlakuan
Ke P0 P1 P2 P3
0 90 90 90 90
1 273 282 284 282
3 288 295 313 302
5 275 327 370 353
7 490* 920* 570* 470*
9 195 90 87 78
Keterangan : * Terjadinya puncak populasi

Perkembangan populasi moina sp dari masing-masing perlakuan dapat

dilihat dalam bentuk grafik, Seperti gambar dibawah ini:

18
Gambar IV.1. Rata-rata perkembangan populasi Moina sp (ind/l) pada masing-

masing perlakuan selama praktikum.

1000
900
800
700
600 p0

500 p1
400 p2
300 p3
200
100
0
0 1 3 5 7 9

4.2. Kualitas Air

Selain kandungan unsur hara, faktor kualitas air juga memiliki peranan

yang cukup besar dalam menunjang perkembangan populasi dan lamanya untuk

bertahan hidup Moina sp dalam media kultur. Adapun hasil analisi kualitas air

tabel IV.2, selama praktikum berlangsung terjadi fluktuasi yang sangat signifikan.

Tabel IV.2. Parameter kualitas air yang di ukur selama praktikum.

No. Kualitas Air Yang diukur Kisaran Anggka

1. Suhu 24 310C
2. Derajat keasaman (pH) 6-7
3. Oksigen terlarut (O2) 2.57 11,23 ppm

4.3. Jenis-jenis Plankton

Dari hasil pengamatan selama pratikum jenis plankton yang terdapat

dalam media kultur dilakukan pada akhir praktikum. Adapun tujuan dilakukannya

pengamatan terhadap organisme mikroskopik ini adalah untuk mengetahui jumlah

19
dan jenis makanan alami yang tumbuh dalam media kultur tersebut dimana

organisme ini merupakan makanan bagi perkembangan Moina sp serta untuk

mengetahui jenis organisme apa saja yang dapat tumbuh dari pemupukan Raja

Ikan.

Jasad renik yang terdapat dalam media kultur yang banyak dimanfaatkan

oleh Moina sp sebagai makanannya diantaranya Chlorella sp dan Cylops strenus

yang banyak dijumpai dalam tiap wadah, selain kedua jenis tersebut tumbuh juga

jenis Cylops fimbriatus,Keratella cochlearis, Oncaea venetus, Oithonina nana,

Pompholyx complanata, Brachionus calycciflorus, Cromogaster ovalis, Euchlanis

macrura, Coelopshaerium kuetzingianum, Closteridium lunula, Holopedium

irregulare Lager, Aphanocapra grevillei, Scenedesmus sp, Helicostomella sp,

Eudorina wallichii.

Tabel IV.3. keadaan suhu yang di ukur selama praktikum.

Keadaan Suhu ( C )
Hari/Tanggal P0 P1 P2 P3
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Minggu/17/03/13 25 30 28 25 30 27 25 29 27 25 30 27
Slasa/19/03/13 24 30 27 25 30 27 25 30 28 25 30 28
Kamis/21/03/13 26 30 27 25 30 28 25 30 27 25 30 27
Sabtu/23/03/13 25 30 27 25 31 27 25 31 27 25 31 28
Senin/25/03/13 25 29 28 26 30 27 26 29 27 25 29 28
Rabu/27/03/13 26 29 27 26 29 28 29 30 28 26 29 27
Jumat/29/03/13 26 29 28 26 29 30 26 29 29 26 29 28
Minggu/31/03/13 26 30 28 25 29 30 26 30 29 25 30 28
Selasa/02/04/13 25 30 27 26 30 29 26 30 29 25 31 29
Kamis/04/04/13 25 29 27 26 31 29 25 29 29 26 31 29

20
Tabel IV.4.Kecerahan Air yang telah di ukur selama praktikum.

Warna Air

P0 P1 P2 P3
No Hari/Tanggal
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Minggu/17/03/13 - - - - - - - - - - - -

2 Slasa/19/03/13 C C C H.M H.M H.M H H H H H H

3 Kamis/21/03/13 C.H C.H C.H H.M H.M H.M H H H H H H


4 Sabtu/23/03/13 H.M H.M H.M H H H H H H H H H

5 Senin/25/03/13 H H H.M H H H H H H H H H
6 Rabu/27/03/13 H H H H H H H H H H H H

7 Jumat/29/03/13 H H H H H H H H H H H H
8 Minggu/31/03/13 H.M H.M H.B H H H H H H H H H
9 Selasa/02/04/13 H.B H.B B H H H H H H H H H
10 Kamis/04/04/13 H.B B B H.M H.M H.M H.M H.M H.M H.M H.M H.M

Keterangan :

C : CoklaT H.B : Hijau bening C.H : Coklat kehijauan

H : Hijau B : Bening H.M : Hijau muda

21
BAB V
PEMBAHASAN

Perkembangan Populasi Moina sp

Dari hasil pengamatan selama pratikum perkembangan populasi Moina sp

pada hari ke 3 hingga hari ke 5 terjadi perkembangan yang relatif lambat dan pada

hari ke 7 terjadi perkembangan puncak populasi yang cukup signifikan hingga

pada hari ke 9 populasi turun secara derastis.

Rata-rata puncak populasi yang dihasilkan tiap perlakuan yaitu P0

sebanyak 163 ind/l, P1 sebanyak 306 ind/l, P2 sebanyak 183 ind/l, dan P3

sebanyak 156 ind/l.

Lambatnya jumlah populasi Moina sp karena proses adaptasi Moina sp

yang kurang baik terhadap lingkungan barunya, faktor-faktor yang mempengaruhi

lambatnya jumlah populasi Moina sp yaitu kecerahan, keasaman, suhu dalam

media kultur.

Populasi Moina sp mulai meningkat secara lamban terjadi pada hari ke 6,

dan peningkatan populasi secara signifikan terjadi setelah hari ke 5 hingga

puncak. Populasi tertinggi terjadi yaitu pada hari ke 7 pada P1 (pupuk dengan

dosis 0,13 cc), diikuti P2 (pupuk dengan dosis 0,26 cc) dan P0 (kontrol),

sedangkan populasi terendah pada masing-masing perlakuan terdapat pada P3

(pupuk dengan dosis 0,39 cc) yaitu pada hari ke 9 .

Moina sp mulai beradaptasi pada awal penebaran hingga hari ke 5,

sehingga perkembangan Moina sp terjadi secara lamban. Sedangkan pada hari ke

5 hingga puncak populasi proses adaptasi Moina sp terjadi secara baik.

22
Perbedaan jumlah populasi pada masing-masing perlakuan ini disebabkan

perbedaan dosis yang diberikan, dalam praktikum ini ternyata semakin tinggi

dosis yang diberikan tingkat populasi semakin rendah. Sedangkan pada perlakuan

dengan dosis lebih rendah tingkat populasi tinggi.

Sesuai pernyataan SIANIDAR dalam NURJANAH, (1997) bahwa

pemupukan suatu perairan agar pemberiaannya tidak terlalu banyak atau terlalu

sedikit. Apabila pupuk yang diberikan terlalu banyak akan menimbulkan

keracunan pada perairan yang mana akan menyebabkan menurunya jumlah

populasi dan apabila pupuk yang diberikan dalam jumlah yang sedikit maka tidak

nampak pengaruhnya karena makanan yang tersedia tidak terdapat dalam jumlah

yang cukup.

Kualitas Air

Kualitas air memiliki peranan yang cukup besar dalam menunjang


perkembangan populasi dan lamanya untuk bertahan hidup Moina sp dalam
media kultur. Parameter kualitas air selama praktikum yaitu Suhu 24 310C,
Derajat keasaman (pH) 6-7, Oksigen terlarut (O2) 2.57 11,23 ppm, dan bila
dilihat dari fluktuasi setiap harinya menunjukkan kisaran angka yang cukup baik,
hal ini dikemukakan oleh YUNISMAN dalam NURJANAH, (1997) mengatakan
bahwa kandungan oksigen minimum sebesar 2,3 ppm sudah mampu untuk
mendukung kehidupan jasad perairan tergenang secara normal. Sedangkan
MASRIZAL dalam NURZAMAN, (2002) mengatakan bahwa kisaran oksigen
terlarut yang optimal dibutuhkan oleh organisme perairan yaitu 5 ppm.
Dari pernyataan diatas maka faktor oksigen terlarut dalam media kultur

tidaklah mempengaruhi perkembangan populasi Moina sp secara signifikan hal ini

23
karena oksigen terlarut masih diluar minimal ambang batas toleransi yakni 2.57

ppm.

Jenis-jenis Plankton

Jenis Plankton yang dimanfaatkan oleh Moina sp sebagai makanannya

yang terdapat dalam media kultur adalah Chlorella sp dan Cylops strenus yang

banyak dijumpai dalam tiap wadah, selain kedua jenis tersebut tumbuh juga jenis

Cylops fimbriatus,Keratella cochlearis, Oncaea venetus, Oithonina nana,

Pompholyx complanata, Brachionus calycciflorus, Cromogaster ovalis, Euchlanis

macrura, Coelopshaerium kuetzingianum, Closteridium lunula, Holopedium

irregulare Lager, Aphanocapra grevillei, Scenedesmus sp, Helicostomella sp,

Eudorina wallichii.

24
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa pemberian pupuk dengan

dosis tinggi dapat menyebabkan populasi Moina sp rendah.

Populasi Moina sp di pengaruhi oleh kualitas air, media kultur

(lingkungan) tidak mendukung untuk perkembangan Moina sp. Untuk

Perkembangan phytoplankton sebagai makanan Moina sp cukup baik terbukti

dengan dijumpainya berbagai species.

5.2. Saran

Mengembangkan Moina sp yang dilakukan menggunakan POC Raja Ikan

di dalam ruang belum menunjukkan hasil yang baik sehingga disarankan agar

melakukaan uji coba di luar ruangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto,E. dan Liviawaty,E. 1992.Pengendalian Hama dan Penyakit

Ikan.Kanisius.Yogyakarta. 89 hal

Anonimus. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia. Jakarta. 100 hal

Dahniar.1997. Identifikasi Rotifer Dari Genus Brachionus Pada Beberapa Kolam

Ikan Di Kotamadya Pekanbaru. Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau.Pekanbaru. 47 hal (tidak diterbitkan)

Fardiaz, S. 1992.Polusi Air dan Udara.Kanisius. Yogyakarta.190 hal

Ghufran,M dan K,H Kordi. 2004.Penanggulangan Hama dan Penyakit

Ikan.Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.190 hal

Johan,I dan Rosyadi. 2002. Uji Penggunaan Bokashi Pupuk Kandang Terhadap

Perkembanganbiakan Moina sp di Desa Pulau Gadang Kampar. Hasil

Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.Pekanbaru. 33 hal

(tidak diterbitkan)

Kartika,W. 2005.Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk Yang Berbeda Terhadap

Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam (Trichogaster

pectoralis Regan).Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Islam

Riau.Pekanbaru.71 hal (tidak diterbitkan).

Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 192

hal

26
Nurzaman. 2002 Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk Bokashi terhadap

Perkembangan Populasi Moina sp. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas

Islam Riau. Pekanbaru. 39 hal (tidak diterbitkan)

Nurjanah. 1997. Pengaruh Pemberian Kotoran Puyuh dengan Dosis Yang

Berbeda Terhadap Perkembangan Populasi

Priyambodo, K dan Wahyuningsih, T. 2002.Budi daya Pakan Alami untuk Ikan.

Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal

Sachlan, M. 1980.Planktonologi. Fakultas Perikanan Universitas Riau. 140 hal

Sudjana, H. 1985. Desain Experiment. Metode statistik.Tarsito. Bandung. 496

hal

Susanto, H. 2009. Budidaya Ikan di Pekarangan Edisi Revisi. Penebar Swadaya.

Jakarta. 196 hal

27
LAMPIRAN

28
Lampiran 1.Data perkembangan populasi Moina sp. dari masing-masing

perlakuan selama praktek (ind/l).

Perlakuan ( Ind/l )
Hari ke Ulangan
P0 P1 P2 P3
90 90 90 90
1 92 95 95 91
1 2 90 92 91 93
3 91 95 98 98
Jumlah 273 288 284 282
Rerata 91 96 94 94
1 98 99 101 98
3 2 94 97 97 97
3 96 99 115 107
Jumlah 288 295 313 302
Rerata 96 98 104 100
1 100 110 125 108
5 2 80 117 121 116
3 95 100 124 129
Jumlah 275 327 370 353
Rerata 91 109 123 117
1 190 290 70 170
7 2 210 250 230 200
3 90 380 270 100
Jumlah 490 920 570 470
Rerata 163 306 190 156
1 108 30 9 9
9 2 39 30 39 9
3 48 30 39 60
Jumlah 195 90 87 78
Rerata 65 30 29 26

29
Lampiran 2. Denah wadah kultur pada masing-masing perlakuan selama

praktikum.

P.2.1 P.3.3 P.0.3 P.3.2

P.3.1 P.1.2 P.2.3 P.1.1

P.1.3 P.2.2 P.0.1 P.0.2

Lampiran 3. Data perkembangan puncak populasi Moina sp pada masing-masing

wadah selama praktek

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 190 290 70 170
2 210 250 230 200
3 90 380 270 100
Jumlah 490 920 570 470
Rerata 163 306 190 156

30
Lampiran 4. Analisa variansi perkembangan populasi Moina sp, dari masing-

masing perlakuan.

Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3
P0 190 210 90 490 163.3
P1 290 250 380 920 306.7
P2 70 230 270 570 190
P3 170 200 100 470 156.6
Jumlah 720 890 840 2450
Rerata 240 296.6 280 816.6

Y 2
190 2 210 2 90 2 ........ 100 2 588900 500208.33
88691.67
2450 2
Ry 500208.33
12
490 2 920 2 570 2 470 2
Py 544100 500208.33
3
43891.67
Ey 88691.67 43891.67 44800

Analisa Variansi

F-Tabel
SK DB JK KT F-hitung
5% 1%
Jk Prlkuan 3 43891.67 14630.55 2.61 4.07 7.59
JK Galat 8 44800 5600
Jumlah 11 88691.67

Keterangan : F-hitung < F-tabel 5% = Tidak berbeda Nyata.

31
Lampiran 5. Pengukuran Suhu dan Derajat Keasaman (pH)
Jam 08:00 Jam 12:00 Jam 16 : 00 O NH
No Hari/ Tgl Perlakuan pH Suhu pH Suhu pH Suhu
P0 6 25 30 28
1 Minggu/17/03/13 P1 6 25 30 27
P2 6 25 29 27
P3 6 25 30 27
P0 6 24 30 27
2 Selasa/19/03/13 P1 6 25 30 27
P2 6 25 30 28
P3 6 25 30 28
P0 6 26 30 27
3 Kamis/21/03/13 P1 6 25 30 28
P2 6 25 30 27
P3 6 25 30 27
P0 6 25 30 27
4 Sabtu/23/03/13 P1 6 25 31 27
P2 6 25 31 27
P3 6 25 31 28
P0 6 25 29 28
5 Senin/25/03/13 P1 6 26 30 27
P2 6 26 29 27
P3 6 25 29 28
P0 6 26 29 27
6 Rabu/27/03/13 P1 6 26 29 28
P2 6 29 30 28
P3 6 26 29 27
P0 6 26 29 28
7 Jumat/29/03/13 P1 6 26 29 30
P2 6 26 29 29
P3 6 26 29 28
P0 7 26 30 28
8 Minggu/31/03/13 P1 7 25 29 30
P2 7 26 30 29
P3 7 25 30 28
P0 7 25 30 27
9 Selasa/02/04/13 P1 7 26 30 29
P2 7 26 30 29
P3 7 25 31 29
P0 7 25 29 27
10 Kamis/04/04/13 P1 7 26 31 29
P2 7 25 29 29
P3 7 26 31 29

32
Lampiran 6. Parameter kualitas air yang di ukur : rata-rata Oksigen Terlarut (O2)

selama Praktikum berlangsung

Oksigen terlarut (O2)


P0 P1 P3 P3
8.10 9.80 7.90 11.23
4.47 5.23 3.77 3.97
5.10 3.73 3.50 3.90
5.20 3.87 4.77 3.97
4.20 3.83 3.80 3.13
3.40 3.97 2.80 2.57
7.57 8.23 9.13 8.07
5.63 7.60 6.07 8.03

33
Lampiran 7. Gambar Mikroskop untuk melihat plankton jenis Phytoplankton

beserta peralatan lain.

Pupuk Organik Cair

Pupuk kandang cair Media kultur Sebelum di masukan POC

Media Kultur sesudah di masukan POC Penghitungan Moina sp

34

Anda mungkin juga menyukai