DISUSUN OLEH:
1. ADELA SARI
2. DIANA ANGGRIANA
3. DITA RINASAIRI SIREGAR
4. MAFTUHATI
5. MIA FARLENA
6. SANDRA WULANDRA PUTRI
7. VIA ANGGRIANI
Contents
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II FISIOLOGI KESEIMBANGAN ASAM-BASA ........................ 2
2.1 MEKANISME DAPAR KIMIA ....................................................... 2
2.2 MEKANISME PERNAPASAN ....................................................... 4
2.3 MEKANISME GINJAL.................................................................... 4
BAB III UKURAN-UKURAN DALAM ANALISA GAS DARAH .. 6
3.1 Ph ( Normal : 7,35 7,45 )................................................................ 6
3.3 CO2 CONTENT = TOTAL CO2 = TCO2 (Normal : 24 31 mEq/l
............................................................................................................................. 7
3.4 BUFFER BASE ( B.B) .................................................................. 7
3.5 STANDAR BIKARBONAR ( SBC ) DAN AKTUAL
BIKARBONAT ( ABC ) ..................................................................................... 8
3.6 BASE EKSES ( B.E ) .................................................................... 9
3.7 PaO2 ( Normal : 80 100 mmHg ) ................................................ 9
3.8 PERBEDAAN OKSIGEN ALVEOLAR-ARTERIAL = A-Ado2 .. 10
3.8 PERSENTASE SATURASI OKSIGEN ( Sat ) .......................... 11
3.10 OKSIGEN CONTENT = KANDUNGAN OKSIGEN = O2CT11
BAB IV FASE PRAANALITIK PEMERIKSAAN BGA .................... 12
4.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUGI PEMERIKSAAN BGA 12
4.2 TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL ....................................... 12
BAB V FASE ANALITIK PEMERIKSAAN BGA ............................. 13
5.1 METODA PEMERIKSAAN BGA ............................................. 13
5.2 INSTRUMENTASI PEMERIKSAAN BG ................................. 13
BAB VI FASE PASCA ANALITIK PEMERIKSAAN BGA .............. 15
6.1 PENILAIAN GANGGUAN ASAM BASA ................................... 15
6.2 JENIS GANGGUAN ASAM BASA .......................................... 17
BAB VII RINGKASAN .......................................................................... 18
i
BAB I PENDAHULUAN
Analisa gas darah adalah pemeriksaan laboratorium yang saat ini relatif
masih tergolong canggih karena masih belum dapat dikerjakan pada rumah sakit atau
laboratorium ditingkat kabupaten. Pemeriksaan ini sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut
dan menahun. Analisa gas darah digunakan untuk menilai status ventilasi, status
hipoksemia dan status oksigenasi jaringan. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, jadi dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menilai pengobatan.
Pemeriksaan analisa gas darah biasanya bersamaan dengan pemeriksaan
keseimbangan asam basa, karena pembentukan asam basa berhubungan erat dengan
pembentukan gas darah. Tetapi perlu diingat bahwa kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa
saja, kita juga harus menghubungkannya dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
dan data-data laboratorium yang lain.
Analisa gas darah hanya bermanfaat bila benar-benar dapat
menggambarkan keadaan parah seorang pasien dengan tepat. Selain itu analisa gas
darah hanya berguna dalam menunjang pengobatan, bila hasil pemeriksaan ini
ditafsirkan dengan benar.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai fisiologi keseimbangan asam
basa (mekanisme dapar kimia, mekanisme pernapasan dan mekanisme ginjal),
ukuran yang dipakai dalam pemeriksaan analisa gas darah, penilaian gangguan asam
basa serta penanganan sampel.
1
BAB II FISIOLOGI KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ ,
dan ini dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu 1,2,4
(HCO3-)
pH = pK + log -------------
(H2CO3)
Kadar normal bikarbonat plasma adalah 24 mEq/l, dan asam karbonat 1,2
mEq/l. Dengan demikian perbandingan bikarbonat dengan asam karbonat
adalah 20 : 1 . Log 20 = 1,3, pK sistem bikarbonat-asam karbonat adalah 6,1
sehingga pH normal = 7,4. Bila konsentrasi bikarbonat dalam darah
meningkat atau konsentrasi asam karbonat berkurang, maka perbandingan
bikarbonat-asam karbonat akan meningkat dan pH menjadi lebih besar dari
normal, keadaan ini disebut alkalosis. Sebaliknya bila konsentrasi bikarbonat
dalam darah berkurang atau konsentrasi asam karbonat meningkat, maka
perbandingan bikarbonat-asam karbonat akan berkurang, dan pH menjadi
lebih kecil dari normal, keadaan ini disebut asidosis.
2
2. Sistem dapar fosfat
Sistem ini terutama terdapat didalam sel darah merah dan se-sel lain,
terutama terdapat dalam sel tubulus ginjal, yang memungkinkan ginjal
mengeluarkan ion hidrogen. Dapar fosfat terdapat dalam bentuk Na2HPO4
dan NaH2PO4.
3
(H+) + (Hb-) ----------------- HHb
(HCO3_) + (K+) ----------------- KHCO3, didalam sel darah merah
KHCO3 ----------------- (K+) + (HCO3-) masuk kedalam plasma
Plasma (Cl-) ----------------- sel darah merah --------- KCL
4
2. Asidifikasi dari garam-garam dapar.
Akan terjadi pertukaran ion H+ dengan garam fosfat, ion H+ akan
masuk kedalam tubulus ginjal untuk bergabung dengan NaH2PO4 yang
dikeluarkan kedalam urin.
Ekskresi ion hidrogen, pertukaran sodium-hidrogen dan produksi amonia pada tubulus
ginjal. 1) Perubahan HPO42- menjadi H2PO4- ; 2) Reaksi ion hidrogen dengan NH3 ; 3) Ekskresi
asam ; 4) Pertukaran Na+ - H+ ; 5) Produksi NH3 ; 6) dan 7) sintesa asam karbonat dari CO 2.
3. Sekresi amonia.
NH3 yang akan dibentuk dari hasil oksidasi asam amino glutamin akan
diubah menjadi NH4 yang dikeluarkan sebagai NH4Cl.
5
BAB III UKURAN-UKURAN DALAM ANALISA GAS DARAH
6
3.2 PaCO2 ( Normal : 35 45 mmHg )
PaCO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut dalah darah.
PaCO2 merupakan parameter fungsi respirasi dan dapat digunakan untuk
menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. PaCO2 normal berarti ventilasi
alveolar normal. Pada keadaan dimana ventilasi alveolar diharapkan meningkat
maka nilai PaCO2 yang normal menunjukkan gagalnya respon ventilasi. PaCO2
rendah (hipokapnia), berarti terjadi hiperventilasi akibat rangsangan pernapasan.
PaCO2 tinggi menunjukkan gagalnya ventilasi alveolar (hipoventilasi). Pada
peningkatan awal, PaCO2 akan merangsang pusat pernapasan untuk menurunkan
PaCO2, akan tetapi pada keadaan dimana PaCO2 sangat tinggi (lebih besar dari 70
mmHg) justru terjadi penekanan pusat pernapasan.
7
metabolik (bukan respiratorik) dalam keseimbangan asam-basa. Pengukuran B.B
tidak dipengaruhi oleh PCO2 dan perubahan B.B dalam mEq/l akan
menggambarkan secara langsung jumlah asam atau basa yang menyebabkan
perubahan tersebut. Dapat dikatakan, karena nilai B.B terutama tergantung pada
konsentrasi Hb, maka penderita dengan nilai B.B rendah yang disebabkan karena
konsentrasi Hb yang rendah, maka penderita tersebut membutuhkan koreksi Hb dan
bukan bikarbonat, walaupun nilai standar bikarbonatnya juga rendah.
Dalam keadaan normal , dimana PCO2 darah 40 mmHg suhu tubuh 380C dan
Hb tersaturasi penuh, maka nilai SBC = ABC = 24 mEq/l dengan nilai rentang + 2
mEq/l.
8
a. Bila ABC > SBC, menunjukkan adanya asidosis respiratorik.
b. Bila ABC < SBC menunjukkan adanya alkalosis respiratorik.
4) Apabila SBC tinggi atau rendah, maka nilai ABC juga harus tinggi atau
rendah. Tetapi rendah, normal atau tingginya nilai ABC bisa terdapat
pada SBC yang normal dan ini berarti tidak terdapat gangguan asam-basa
metabolik.
9
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menilai PaO2
1. Umur
Bayi baru lahir, PaO2 normal berkisar antara 40 70 mmHg dan setiap
kenaikan umur 1 tahun lebih dari 60 tahun, akan menyebabkan penurunan
PaO2 1 mmHg.
2. Posisi
Pada keadaan normal perubahan posisi dari duduk ke berbaring akan
menyebabkan penurunan PaO2 5 10 mmHg.
3. Konsentrasi oksigen inspirasi (FiO2)
Nilai PaO2 dan FiO2 bersama-sama memberikan petunjuk yang relatif terhadap
efisiensi pertukaran oksigen. Normal setiap kenaikan 10% FiO2 akan diikuti
dengan kenaikan PaO2 kira-kira 50 mmHg. Untuk mudahnya perkalian FiO2
dengan angka 5 merupakan harga PaO2 minimal yang akan dicapai, sehingga
apabila harga PaO2 kurang dari FiO2 x 5 dapat diperkirakan bahwa penderita
akan mengalami hipoksemia bila bernapas dalam udara kamar.
4. Ventilasi alveolar.
PaO2 berbanding terbalik dengan PaCO2. Hipoksemia adalah suatu keadaan
dimana PaO2 kurang dari 80 mmHg pada orang dewasa yang bernapas dalam
udara kamar setinggi permukaan laut.
10
Dimana :
Pbar = Tekanan barometrik = 760 mmHg.
PH2O = Tekanan uap air = 47 mmHg.
0,209 = FiO2 udara kamar = 20,9 vol %.
0,8 = R = Respiratory quotient, yaitu perbandingan antara volume C2
yang diproduksi dengan volume O2 yang digunakan, bila bernapas
dalam udara kamar.
11
BAB IV FASE PRAANALITIK PEMERIKSAAN BGA
12
BAB V FASE ANALITIK PEMERIKSAAN BGA
Metode yang digunkan dalam pemeriksaan analisa gas darah antara lain :
1. Metode penyetimbangan Astrup.
Terdapat hubungan yang linier antara Ph dengan log PaCO2.
2. Metode gasometri dan osmometri.
Yaitu mengukur partikel gas terlarut dengan menggunakan tekanan osmotik
tertentu dari suatu larutan melalui membran semi permeabel.
3. Metode elektroda.
Pada prinsipnya elektroda-elektroda yang terpasang adalah ion selektif
elektroda, dimana elektroda ini membaca perubahan ion-ion tertentu dalam
larutan. Perubahan ion-ion tersebut diterjemahkan oleh elektroda menjadi
besaran mili volt.
13
Hasil analitik yang diperoleh ditampilkan pada VDU dan dicetak pada
kertas thermal dan disimpan dalam disket diunit mesin pemeriksaan analisa gas
darah.
Kalibrasi dilakukan dengan reagen dan gas kalibran yang telah ditentukan
oleh pabrik IL 1620 dan dikalibrasi setiap 20 menit dengan metoda One Point
Calibration. Sedangkan Two Point Calibration dilakukan setiap interval waktu
tertentu yang dapat dipilih atau diprogram antara 1 8 jam.
14
BAB VI FASE PASCA ANALITIK PEMERIKSAAN BGA
15
PCO2 > 45 mmHg = asidosis respiratorik
Dalam menilai analisis gas darah, langkah pertama yang dilakukan adalah
memeriksa Ph untuk menentukan apakah terjadi asidemia atau alkalemia. Langkah
kedua adalah memeriksa PaCO2 dan HCO3- dalam kaitannya dengan Ph, untuk
mencoba mengetahui apakah gangguan ketidakseimbangan asam-basa bersifat
metabolik atau respiratorik atau campuran. Persamaan Henderson-Hesselbach
dapat bermanfaat dalam membuat dugaan. Pengetahuan mengenai keadaan klinis
penting dalam pengambilan keputusan. Langkah ketiga adalah memperkirakan
respon kompensatorik yang akan terjadi pada gangguan asam-basa primer, juga
16
kemungkinan gangguan asam-basa campuran jika respon kompensatorik lebih
ringan atau lebih berat dari yang diduga. Langkah terakhir dalam penilaian
gangguan asam-basa adalah mengetahui ketidakseimbangan primer dan
mengenalinya sebagai keadaan yang akut atau kronik (terkompensasi) atau sebagai
campuran dari dua macam gangguan atau lebih. Pada asidosis metabolik perlu
diklasifikasikan menurut selisih anion, normal atau meningkat.
17
Alk. met kompensasi as. Normal Tinggi Tinggi Normal
resp
Analisa gas darah adalah pemeriksaan tekanan gas dalam darah yang dapat
digunakan untuk menilai status ventilasi (termasuk keseimbangan asam-basa), status
hipoksemia dan status oksigenasi jaringan.
Dalam menilai analisa gas darah, harus dikaitkan dengan pengetahuan
mengenai keadaan klinis penyakit, pemahaman terhadap fisiologi asam-basa, dan
pengalaman dalam menilai analisa gas darah. Langkah pertama yang dilakukan
adalah memeriksa Ph untuk menentukan apakah terjadi asidemia atau alkalemia.
Langkah kedua adalah memeriksa PaCO2 dan HCO3- dalam kaitannya dengan Ph,
untuk mencoba mengetahui apakah gangguan ketidakseimbangan asam-basa bersifat
metabolik atau respiratorik atau campuran. Langkah ketiga adalah memperkirakan
respon kompensatorik yang akan terjadi pada gangguan asam-basa primer, juga
kemungkinan gangguan asam-basa campuran jika respon kompensatorik lebih ringan
atau lebih berat dari yang diduga. Selisih anion harus dihitung untuk menentukan
apakah asidosis metabolik yang terjadi merupakan akibat dari retensi asam (non-
karbonat) karena meningkatnya selisih anion (anion gap). Langkah terakhir dalam
penilaian gangguan asam-basa adalah mengetahui ketidakseimbangan primer dan
mengenalinya sebagai keadaan yang akut atau kronik (terkompensasi) atau sebagai
campuran dari dua macam gangguan atau lebih.
Sampel darah yang diambil adalah darah arteri karena lebih
menggambarkan fungsi pertukaran gas diparu-paru dan dapat memberi keterangan
kualitas darah yang disuplai keseluruh tubuh sedang darah vena lebih
menggambarkan metabolisme lokal daerah yang dialiri. Perlu diperhatikan adalah
faktor-faktor preanalitik yang mempengaruhi analisa gas darah antara lain : pengisian
formulir laboratorium yang benar, persiapan penderita, persiapan alat, cara
pengambilan sampel dan penanganan awal sampel ( pengawetan dan transportasi ).
18
DAFTAR PUSTAKA
19