Anda di halaman 1dari 3

Kode fieldnotes:

Nama observer/interviewer: I Made Dian Permana

Nama subject/interviewee: Ni Luh Made Pancawat

Object observasi [tema wawancara]: Pandangan masyarakat tentang penderita gangguan jiwa

Keberadaan data audio/video: ada

Tempat: Rumah Ibu Ni Luh Made Pancawat, Jl. (nggak tau)

Siapa saja yg hadir [jenis keterlibatan]: Ratih Ryonningrat (perekam audio), Gekshin (perekam video),
Wayan Mirah Adi (tm), A.A. Made Teguh Ananta Sukarena Putra (tm), Sri Devi (tm), Sekar
Noorachmani (tm)

Waktu:

Mulai: nggak tau

Selesai: nggak tau

Durasi: 16 menit 23 detk

FAKTA FAKTA

Wawancara dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 Februari 2016 pukul (nggak tau) WITA.
interviewee, Ibu Panca menggunakan baju berwarna merah tanpa lengan dan menggunakan celana
pendek selutut berwarna abu-abu serta menggunakan kaca mata, duduk berdampingan di sofa
berwarna merah yang ada dirumah Ibu Panca. Mereka duduk dihadapan Ratih Ryonningrat sebagai
perekam audio, Gekshin sebagai perekam video serta 4 orang bagian tm yaitu Wayan Mirah Adi,
A.A Made Teguh Ananta Sukarena Putra, Sri Devi, dan Sekar Noorachmani.
Intervewer bernama I Made Dian Permana, berjenis kelamin laki-laki, berusia 19 tahun, beragama
hindu dan asli suku Bali.
Interviewer menggunakan baju biru berkerah dengan sedikit garis abu, celana jeans hitam serta
menggunakan kaos kaki hitam.
Interviewer membawa selembar kertas dan sebuah handphone berwrna puth yang dipegang diatas
kedua pahanya.
Interviewee bernama Ni Luh Made Pancawat, berjenis kelamin perempuan, salah satu pengajar
mata pelajaran sosiologi di SMA Dwijendra Denpasar , berusia 43 tahun serta beragama hindu dan
asli suku Bali.
Interviewee adalah seorang sarjana hukum yang kemudian mengambil akta 4 sebagai ijin mendidik.
Pandangan intervewee terkait dengan gangguan jiwa adalah memandang bahwa gannguan jiwa itu
merupakan suatu penyimpangan disebabkan oleh factor internal maupun eksternal, dimana factor
internal tersebut merupakan factor keturunan, dan factor eksternal merupakan factor dari
kehidupan sosialnya serta factor ekonomi juga termasuk di dalamnya. Dimana keduanya memiliki
peran dalam mengakibatkan gangguan jiwa, namun saat ini factor eksternallah yang memiliki
pengaruh paling besar karena semakin kompleksnya masalah yang ada dan tuntutan kebutuhan
hidup yang tnggi di masyarakat sehingga menimbulkan stress.
Untuk mencegah sendiri bisa dilakukan dengan pertama pengendalian diri, kedua yaitu mencari
pekerjaan dan penghidupan yang layak agar meningkatkan taraf kesejahteraan sehingga tdak akan
mudah mengalami stress. Keluarga sebagai lembaga terkecil harus sejahtera dahulu karena
keluarga merupakan komponen terkecildari lingkungan social itu sendiri.
Gangguan jiwa disebabkan oleh factor non medis (gaib) itu ada dan mungkin saja, karena kita orang
beragama. Namun hal sepert leak dan dest itu tdak dapat dibuktkan karena tdak ada dasar
logikanya. Tapi itu hanya sekian persen saja karena kita adalah orang beragama, dan agama, adat
serta budaya itu tdak dapat dipisahkan oleh orang Bali utamanya. Namun factor yang lebih utama
tentu saja yang bisa dipercaya berdasarkan logika.
Kita sebagai orang yang selalu bersosialisasi tentu saja pernah minimal melihat lah orang yang
mengalami gangguan jiwa ini walaupun bukan dalam lingkungan keluarga. Ketka melihat orang
dengan gangguan jiwa tersebut sudah tentu akan merasa kasian, mereka past tdak ingin sepert itu
namun keadaan yang menyebabkannya sepert itu.
Untuk penderita gangguan jiwa yang dipasung sendiri merupakan suatu tndakan yang tdak
bijaksana. Keluarga seharusnya lebih berpikir bijaksana dan manusiawi karena sebenarnya orang
dengan gangguan jiwa ini kan bukan dia yang menghendaki tetapi keadaan yang menyebabkannya
seprt itu. Bagaimanapun juga kita harus membawanya kerumah sakit jiwa sebagai bentuk rasa
sayang kita terhadap orang dengan gangguan jiwa tersebut dengan harapan orang tersebut akan
bisa sembuh. Dan kita pun seharusnya tdak usah malu jika memiliki keluarga yang menderita
gangguan jiwa. Dengan membawa kerumah sakit ini juga bertujuan untuk membuat mereka
sembuh supaya mereka bisa kembali menjalani kehidupannya dengan normal
Penanganan orang dengan gangguan jiwa itu sendiri bervariasi, karena orang dengan gangguan jiwa
itu tdak hanya satu jenis. Ada yang tpenya menangis saja, ada yang tpenya mengoceh, ada yang
tpenya berjalan terus tanpa tujuan yang jelas. Jadi penanganannya harus sesuai dengan kondisinya,
tdak harus dengan mengurungnya karena mengurung sendiri sebenarnya tdak bijak jika kita
lakukan. Kita juga harus melihat seberapa besarkah gangguan jiwa yang dialami oleh orang tersebut,
jangan langsung dibawa kerumah sakit jiwa, jika masih bisa ditangani sendiri dirumah apasalahnya
ditangani dan diobat dirumah dari lingkungan sosial yang paling kecil. Jika sudah parah dan tdak
dapat ditangani sendiri di rumah ya sudah sepantasnya untuk dibawa berobat ke yang memiliki
kemampuan dalam hal itu.
Untuk pengobatan orang yang mengalami gangguan jiwa dengan cara membawa ke orang pintar
(balian) itu sah-sah saja karena itu kepercayaan seseorang. Namun ada baiknya kita cari penyebab
dia mengalami gangguan jiwa itu secara logis mungkin saja itu disebabkan oleh factor keluarganya
sehingga kita bisa mengobatnya juga secara tepat dan logis, karena kita hidup ini kan dengan akal
dan logika. Kita juga tdak dapat menghalangi orang untuk melakukan pengobatan ke orang pintar
(balian) karena orang-orang memiliki pola piker yang berbeda. Maka dari itu kita tdak dapat
mengatakan mana yang benar dan mana yang salah karena itu berhubungan dengan hal keyakinan.

INTERPRETASI

Interviewer terlihat agak gugup.


Interviewer terlihat sesekali membaca pertanyaan yang ada di kertas dan handphone yang
dipegangnya di atas pahanya
Interviewee terlihat memiliki wawasan yang cukup luas terlihat dari beberapa istlah yang ia
gunakan serta jawaban-jawaban yang diberikan
Interviewee memiliki perasaan kasihan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa. interviewee
memandang bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa itu bisa saja karena factor keturunan
ataupun factor social dimana berkaitan dengan kesejahteraan hidupnya. Namun interviewee juga
tdak memungkiri adanya factor non medis (gaib) yang terkadang dapat menyebabkan orang
mengalami gangguan jiwa. Yang past itu semua kembali lagi kepada keyakinan dan logika yang kita
miliki. Untuk cara mencegah dan pengobatannya sendiri juga diawali dari lingkungan social terkecil
yakni keluarga, karena jika keluarga tersebut sudah sejahtera maka stress tdak akan mudah terjadi
dan gangguan jiwa dapat dihindari. Sama juga dengan pengobatannya, jika lingkup keluarga masih
bisa menangani ada baiknya ditangani dulu oelh keluarga jika itu masih merupakan gangguan jiwa
yang ringan. Jika sudah parah sudah sepantasnya dibawa kepada pihak yang ahli dibidang gangguan
jiwa. Interviewee juga tdak menyalahkan adnya pemilihan pengobatan orang yang mengalami
gangguan jiwa itu dengan cara membawa ke orang pinta (balian) keran kembali itu semua
merupakan kepercayaan dari masing-masing orang dan kita tdka boleh menyalahkan kepercayaan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai