Anda di halaman 1dari 13

WAWASAN IPTEKS

INTEGRITAS DAN ASPEK ETIKA IPTEKS

Di susun

Oleh :

Klp 9

D051171528 Nandhiga Maulana


D051171532 Muhammad Amirul Sumaji
D051171524 Aliya Arisanti Ridhwan
D051171526 Afifah Mutiara Ramadhani
D051171530 Ismail Razilul Akbar

Fakultas teknik, department arsitektur

Universitas hasanuddin

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang
berjudul Integritas Dan Aspek Etika Ipteks sebagai tugas kelompok.
Makalah ini berisikan tentang informasi kualitas ilmu pengetahuan dan seni sehingga
dapat memberikan kemajuan yang baik apabila ditopang dengan bantuan teknologi. Makalah ini
merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar
ilmu wawasan ipteks yang berkaitan dengan integritas dan aspek etika ipteks. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Wawasan
Ipteks secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Makassar, 07 November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
2.1 INTERGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGITIGA ............................................................ 2
2.2 ASPEK ETIKA IPTEKS .............................................................................................................. 4
2.3 SISTEM TATA NILAI DAN KEARIFAN LOKAL.................................................................... 6
2.4 CARA MEREDAM PENGARUH NEGATIF IPTEKS ............................................................... 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .................................................................................................................................................... 9
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Integritas menurut Khalid Yaakub (1982) merupakan proses menyatupadukan secara
budaya dan sosial kelompok-kelompok sosial yang berbeda-beda kepada satu unit yang
mempunyai identity yang umum dan tersendiri. Sedangkan menurut Mohd Salleh Lebar
(1998), integrasi yang diterima atau yang biasa dikehendaki ramai adalah satu proses yang
coba menyatupadukan masyarakat majmuk atau pelbagai kaum dan mewujudkan pula
pembentukkan kebudayaan kebangsaan atau nasional yang tersendiri dikalangan mereka.
Dari pernyataan diatas kita dapat mengambil garis besar tentang pengertian integritas yaitu
suatu proses menyatupadukan.
Frase Etika Ipteks jika diuraikan, Ipteks merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni. Sedangkan pengertian Etika (Etimologi), berasaldari bahasa Yunani
adalah Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin dari hal-
hal tindakan yang buruk.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan integritas ipteks dalam model segitiga?


2. Apa saja aspek yang membahas tentang etika ipteks?
3. Bagaimana sistem tata nilai dan kearifan lokal?
4. Bagaimana cara meredam pengaruh negatif ipteks?

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 INTERGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGITIGA
Kata Integritas berasal dari kata Latin yaitu Integer (utuh dan lengkap). Sehingga secara
umum Integritas didefenisikan sebagai rasa batin yang melingkupi diri secara utuh yang berasal
dari kejujuran,kedisiplinan dan konsistensi nilai karakter yang baik. Artinya Integritas adalah
konsistensi tindakan,nilai-nilai,langkah-langkah, prinsip-prinsip, harapan, dan hasil dalam diri
seseorang. Dalam makna etika, Integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang
merupakan kata kerja dalam bentuk akurasi tindakan seseorang.

Frase Model bersudut segitiga merupakan konsepsi penyederhanaan dari keadaan yang
sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini dapat menyingkap misteri, maka penggunaannya
dapat diperluas, khususnya dalam menjelaskan aspek Integritas dalam Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni secara utuh.

Cara mengekspressikan atau mengapresiasikan konsepsi segi tiga Insan, Ikhsan dan Iman,
dapat dipandang secara horizontal dengan kolerasi yang sama dan simetris yang secara simultan
diarahkan pada konsepsi Ilahiyah. Cara lain, dipandang secara vertical, yang diatas bidang
segitiga, dimensi Iman, Ikhsan dan Insan mempunyai proporsi yang sama, sehingga satu dimensi
akan mensinergikan secara bersama dua dimensi lain dalam penjabarannya menuju konsep
Ilahiyah.

2
Dari gambar diatas diperlihatkan adanya substansi lain yang menopang masing-masing
dimensi tersebut. Substansi inetelektualitas, sensibilitas dan moralitas yang menopang dimensi
Iman diturunkan dari masing-masing sudutnya. Menuju kanan bawah, yaitu intelektualitas ke
arah sains, sensibilitas kea rah seni, moralitas kea rah teknologi dan menuju kiri bawah, yaitu
intelektualitas kea rah filsafat, sensibilitas kea rah estetika, moralitaske arah etika. Secara
mendatar sudut filsafat berkaitan langsung dengan sains, estetika berkaitan langsung dengan seni
dan etika berkaitan langsung dengan teknologi. Dari hasil pengembangan ini diperoleh bahwa
substansi Ipteks pada dimensi Insan ditopang oleh dimensi ihsan dengan tiga substansi yaitu :
Filsafat, Etika dan Estetika dan dimensi Iman dengan tiga substansi yaitu : Intelektualitas,
Moralitas dan Sensibilitas.

Kualitas ilmu pengetahuan dan seni akan dapat memiliki kemajuan yang baik apabila
ditopang dengan bantuan teknologi. Terdapat begitu luas wilayah lahir (realita) berupa gejala
alam yang tidak berimpit dengan wilayah batin atau bahkan mungkin terdapat wilayah batin
yang tidak memiliki realita dan pemikiran dapat diperluas atau diperbesar dengan bantuan
teknologi. Walaupun begitu tidak berarti teknologi berada pada garis tengah yang memisahkan
ilmu dan seni namun terdapat pula hubungan antara ilmu dan teknologi secara langsung, begitu
pula hubungan langsung antara teknologi dengan seni.

Dalam proses invensi teknologi juga dapat terjadi dimulai dari filosofi dan seni lalu
menjadi ide lalu dikaitkan dengan scince sehingga kemudian terciptalah teknologi. Walaupun
para engineer, dimana karyanya telah tercipta baru diberikan sentuhan seni. Plato menjelaskan
senui dengan kata techne dan poesis secara berdampingan, dimana kata poesis berarti
pengetahuan mencipta seni puitis dan dalam Trilogi Plato diperoleh keterkaitan antar
intelektual dengan kebenaran, etika dengan kebaikan dan estetika dengan keindahan. Bahkan
pada pertengahan abad ke-17 kata science dari kata scientia masih bersenyawa dengan
pengertian seni, sehingga memiliki arti sebagai komunikasi puitis dari persepsi kreatif mengenai
ketertiban. Oleh karena itu ketiganya membentuk suatu segitiga ilmu, teknologi dan seni yang
selanjutnya menjadi dasar terbangunnya frase sistim dunia segitiga.

Jikakita mencermati gambar tersebut, keberadaan insan manusia berhubungan dengan erat
dengan ihsan dan imam. Kata ihsan berkaitan dengan keikhlasan berbuat atau berkarya oleh
karena kita sebagai manusia merasa didalam pengawasan yang maha kuasa pencipta alam

3
semesta ini. Jadi hal ini merupakan kesadaran batin yang terekspresi dengan sendirinya oleh
karena kita sebagai insane sadar dan faham makna keberadaan diri kita sendiri yang
diamanahkan mengelola dan memelihara alam semesta ini. Adapun kata iman, ini adalah
konsepsi jiwa yang abstrak dan terpatri secara mendalam pada diri manusia namun dapat
terpancar tak terhingga dan tanpa batas kekuatan. Keberadaannya yang bahkan dapat melalui
batas-batas yang kongkrit sekalipun. Manusia yangmemiliki nilai iman, maka intelektualitas,
sensibilitas dan moralitasnya akan bersinergi satu sama lain bagai satu bangunan yang tidak
sempurna jika salah satu diantara ketiganya tidak ada.

Ipteks (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) dalam beberapa pandangan:


1. Al-Fatabi sebagai cendikiawan islam pada zaman keemasan islam
menyampaikan bahwa : ilmu yang sebenarnya bagaikan batang tubuh pengetahuan yang
terorganisir dengan baik.
2.Frederick ferre (1988) mengemukakan tentang pengertian teknologi. Menurutnya teknologi
adalah kecerdasan pengalaman praktis dari pengetahuanmtentang ketertiban alam dan manusia
yang diwujudkan dalam bentuk dunia kebendaan dan atau dunia kecerdasan.
3.Hamka berpendapat bahwa seni yang setinggi-setingginya adalah ketika telah berkumpul
didalamnya kebenaran, keadilan dan keindahan yang direkat oleh cinta yang kudus.
Dari ketiga komponen diatas pemahaman tentang integritas dan IPTEKS yang utuh tidak
lain adalah suatu konsepsi multi dimensi yang didalamnya memiliki nilainilai kebenaran (Ilmu
pengetahuan), kebaikan (teknologi), dan keindahan (seni). Seni adalah muara dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang ketiganya saling membantu dan bersinergi satu dengan
yang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

2.2 ASPEK ETIKA IPTEKS


Secara garis besar ada empat teori tentang etika yang dapat dikemukakan disini, dari sekian
banyak teori tentang etika yang terdapat dari beberapa literature, yaitu :
1. Konsekuensialisme
Teori ini menjawab Apa yang harus kita lakukan, dengan memandang konsekuensi dari
berbagai jawaban. Ini berarti bahwa yang harus dianggap etis adalah konsekuensi yang
membawa paling banyak hal yang menguntungkan melebihi segala hal merugikan atau yang
4
mengakibatkan kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbesar. Kelemahan teori ini adalah
lingkungan tidak menyediakan standar untuk mengukur hasilnya.
2. Deontologi
Teori Deontologi , berasal dari kata Yunani yaitu deon yang berarti Kewajiban. Teori
ini menganut bahwa kewajiban dalam menentukan apakah tindakannya bersifat etis atau tidak,
dijawab dengan kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis, bila memenuhi
kewajiban atau berpegang pada tanggung jawab, jadi yang paling penting adalah kewajiban-
kewajiban atau aturan-aturanl karena hanya dengan memperhatikan segi-segi moralitas ini
dipastikan tidak akan menyalahkan moral. Manfaat paling besar yang dibawakan oleh etika
deontologist adalah kejelasan dan kepastian. Masalah terbesar adalah bahwa deontology tidak
peka terhadap konsekuensi perbuatan oleh karena hanya berfokus pada kewajiban, yang
mengarahkan seseorang terkadang tidak melihat beberapa aspek penting yang lain yerhadap
sebuah masalah.
3. Etika Hak
Teori ini memandang dengan menentukan hk dan tuntutan moral yang ada di dalamnya.
Teori hak ini pantas dihargai terutama karena tekanannya pada nilai moral seseorang dan
tuntutan moralnya dalam suatu situasi konflik yang etis. Selain itu teori ini juga menjelaskan
tentang bagaimana konflik hak antar individu.
4. Intuisionisme
Teori ini berpihak pada intuisi yaitu, kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk
mengetahui secara langsung apakah sesuatu itu baik atau tidak. Oleh karena itu seorang
intuisionis mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk berdasarkan perasaan moralnya bukan
berdasarkan situasi kewajiban atau hak. Dengan intuisi ini kita dapat meramalkan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi tetapi kita tidak dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut
karena tidak dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan.
Menghadapi implikasi kemajuan perbedaan manusi IPTEKS seperti ditarik masuk ke
dalam rimba dilemma. Sebagai ilmu teknologiwan dan seniman yang seius segera
mempertanyakan dan bahkan mempergumulkan masalah tanggung jawab mereka manakala tiba
pada masalah pemakaian hasil-hasil temuan IPTEKS.
Pendapat sementara suau pihak mengenai adanya kecenderungan meningkatnya kekalahan
manusia di belakang musibah-musibah industry teknologi yang sering terjadi lebih mendorong

5
lagi akan perlunya system pengawasan yang baik dan bersifat internal maupun eksternal dalam
pemakaian atau peranan hal-hal IPTEKS. Semakin canggihnya suatu teknologi dan seni maka
peningkatan ekstra hati-hati pada pemakaian produk teknologi tersebut ditinkatkan jika tidsk
maka akan dapat berdampak buruk bagi manusia.
Berkaitan dengan pembatasan etika tas ilmu pengetahuan teknologi dan seni, maka perlu
jelas bagi kita bahwa yang dibatasi secara etis ialah cara memperoleh cara pengujian dan cara
penggunaan IPTEKS.

2.3 SISTEM TATA NILAI DAN KEARIFAN LOKAL


Sebelum masuk kedalam hal bagaimana cara atau alternatif yang mungkin , dapat
dilakukan untuk meredam pengaruh negatif IPTEKS, ada baiknya kita simak uraian berikut ini.
Jika kita berfikir tentang sensor bersikap dan bertindak, maka sistem nilai merupakan Indikator
perubahan yang paling menentukan, karena perubahan pada aspek yang lain akan dimulai ketika
aspek nilai telah mempengaruhi keputusan yang akan diambil.

Sistem tata nilai merupakan standar normatif yang mempengaruhi manusia dalam
penetapan tindakan diantara beragam alternatif pilihan sesuai dengan persepsinya. Sistem tata
nilai secara esensi merupakan sikap(penilaian) berdasarkan suatu keyakinan terhadap suatu
peristiwa atau gejala bahwa sesuatu itu akan menguntungkan atau merugikan bagi seseorang,
kelompok atau lembaga, dan seterusnya. Sistim tata nilai yang dimaksud adalah harus memiliki
makna yang utuh baik duniawi dan ukhrawi. Nilai-nilai duniawi secara dinamis diserahkan
sepenuhnya kepada kita sebagai khalifah untuk menggali, menghidupkan dan memeliharanya
dan nilai-nilai ukhrawi adalah nilai-nilai Ilahiyah yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa
yang harus kita gali dam sinergikan, agar kita sebagai khalifah yang dititipi amanah secuil dari
nilai-nilai Ilahiyah tersebut dapat memancarkannya dalam aktivitas kehidupan, sebagai wujud
pertanggung jawaban kita.

Salah satu tata nilai adalah nilai kearifan lokal yang akan memperkaya nilai-nilai kearifan
nasional. Nilai-nilai kearifan likal kita begitu beragam, mulai dari nilai-nilai kebaharian, nilai-
nilai kejuangan, nilai-nilai kesatantunan, nilai-nilai kegotongroyongan, dan lain-lain yang
ternyata Negara kita Indonesia sangat kaya dan perlu dihidupkan agar dapat menginspirasi nilai-
nilai kejuangan kita sebagai generasi penerus Bangsa, di-era kemajuan IPTEKS sekarang ini.

6
2.4 CARA MEREDAM PENGARUH NEGATIF IPTEKS
Mungkin pencapaian optimal terhdap produk IPTEKS, perlu diambil ketimbang
memaksimalkan hasil, karena tidak selamanya yang baik baik atau benar itu bermanfaat atau
mungkin juga kita menyempurnakan kecerdasan artificial ke tingkat optimal ketimbang
meningkatkan kecerdasan genetikal dan beberapa alternative lain dapat dilakukan sesuai
kompetensi dan kapasitas masing-masing dalam mempersepsikan dan meanfaatkan karya
IPTEKS.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka jelas kiranya betapa pentingnya etika IPTEKS
untuk membatasi pengaruh negatif IPTEKS terhadao manusia. Yang paling urgen adalah etika
yang menyangkut hidup mati orang banyak masa depan hak-hak manusia dan lingkungan hidup.
Etika akan lebih sempurna apabila didukung oleh agam, moralitas sosial, hukum dan pendidikan.
Berikut ini adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negatif ipteks:

1. Rehumanisasi
Mengembalikan martabat manusia dalam perkembangan ipteks modern yang sangat cepat
dengan berbagai cara. Kecepatan perkembangan ipteks sebaiknya disesuaikan dengan
kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai-nilai agama, etika,
hokum, dan kebijakan lebih lambat dari perkembangan ipteks, maka masalah in harus mendapat
perhatian khusus. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahi maupun
batin sehingga pembangunan dan pengembangan ipteks selalu harus selalu mengarah pada
terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan batiniah. Apabila
ini tidak diperhatikan maka laju kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh
laju rehumanisasi oleh karenanya semua fihak harus mengambil bagian dan berkontribusi positif
didalamnya.

2. Kemampuan memilih
Dengan makin bayaknya kebolehjadian yang diakibatkan oleh ipteks, maka timbul
kesukaran dalam memilih, meskipun pilihan relatif lebih sedikit daripada kebolehjadian.
Pendidikan pada umumnyadiarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi.
Terkikisnya nilai-nilai menyebabkan menurunnya perbedaan antara yang mungkin dengan yang
terjadi, bahkan mana yang benar dan mana yang salah sudah sangat susah dibedakan. Segala

7
yang teknis yang akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring oleh nilai-nilai
kemanusiaan artinya prinsip dasar yang esensi dari suatu hal maah terabaikan. Etika yang
didukung oleh aspek moal keagamaan, social dan aspek-aspek yang terkait seharusnya
menentukan apa yang mungkin dteliti dan dikembangkan, kemudian tidak dilakukan jika tidak
manusiawi, tidak adil, tidak bermoral dan lain-lain.

3. Arah perkembangan kemajuan


Anomali yang ditimbulkan oleh perkemangan ipteks sekarang, akan mengakibatkan banyak ahli
yang mempertanyakan apakah tepat cara-cara yang dipakai menuju kesejahteraan kuantitatif dan
kemajuan material manusa. Beberapa ahli mengkonstalasi bahwa penyediaan kebutuhan material
yang berlebihanpun tidak akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan, bahkan sebaliknya
akan menimbulkan dekomposisi lingkungan, dehumanisasi dan ketegangan-ketegangan dalam
interrelasi unsur-unsur dalam ekosistem, termasuk diantara sesame manusia.

4. Revitalisasi
Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan.
Pembangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru dimasa depan, sehingga diperlukan
persiapan-persiapn yang menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik
secara positif dan secara negative oleh faktor-faktor dalam maupn luar negeri.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kata Integritas yang berasal dari kata Latin yaitu Integer (utuh dan lengkap).
Se4hingga secara umum Integritas di defenisikan sebagai rasa batin yang melingkupi diri
secara utuh yang berasal dari kejujuran, kedisiplinan dan konsistensi nilai karakter yang
baik. Adapun Integritas ipteks dalam frase Model bersudut segitiga merupakan konsepsi
penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini
menyingkap misteri maka penggunaannya dapat diperluas, khususnya dalam menjelaskan
aspek integritas dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan seni secara utuh. Dimana cara
mengapresiasikan atau mengapresiasikan konsepsi ,segitiga insane ikhsan dan iman. Dan
ada empat teori tentang etika sebelum mengawali uraian mengenai aspek etika IPTEKS
seperti; konsekuensialisme, deontologi, etika hak, intuisionisme.

Dalam pencapaian optimal terhadap produk IPTEKS, perlu diambil lebih baik
memaksimalkan hasil karena tidak selamanya yang baik atau benar itu bermanfaat atau
mungkin juga kita menyempurnakan kecerdasan artificial ke tingkat optimal ketimbang
meningkatkan kecerdasan genetikal dan beberapa alternative lainnya. Adapun beberapa
usaha yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negatif IPTEKS yaitu ;
rehumanisasi, kemampuan memilih, arah perkembangan kemajuan, dan revitalisasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hanapi usman, Dadang A. Sumirhardja, Syahruddin Kasim. 2013. Wawasan ipteks. Makassar

oneforallindo.blogspot.com/2015/11/makalah-integritas-dan-aspek-etika.html

https://www.scribd.com/doc/55449164/Ppt-Integritas-Dan-Etika-Ipteks

tryaqiiz.blogspot.com/2014/09/makalah-wastek-unhas-alqis-niathri.html

https://prezi.com/8-alquaa5mxl/integritas-dan-aspek/

10

Anda mungkin juga menyukai