Bab 1 PDF
Bab 1 PDF
PENDAHULUAN
makanan tambahan pada bayi adalah pemberian makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi pada bayi atau anak usia 6-12 bulan untuk memenuhi
kebutuhan gizi setelah pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2007 dalam
cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan
lembek, dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001 dalam Pardosi, 2009 ).
tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Sebagian ibu menganggap
bahwa dengan memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari
enam bulan akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan bayi tidak akan
merasa kelaparan lagi. Di samping itu, masih banyak ibu yang belum
mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif. Hal ini berbahaya dilihat dari
1
2
yang memberi makanan tambahan terlalu dini kepada bayi usia 2-3 bulan
sebanyak (32%) dan bayi usia 4-5 bulan sebanyak (69%) di Indonesia
(Susenas, 2002 dalam Pardosi, 2009). World Health Organitation (WHO) 2008
mencatat jumlah ibu yang memberi makanan tambahan pada bayi di bawah
usia 2 bulan mencakup 64% total bayi yang ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan
dan 14% pada bayi usia 46 bulan (Roesli, 2000 dalam Pardosi, 2009).
sebelum usia 4 bulan, bayi (78,23%) sudah mendapat makanan tambahan saat
bayi usia 4 bulan atau lebih (Depkes RI, 2002 dalam Pardosi, 2009).
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007
dari total 11,01 bayi yang diperiksa terdapat 10.071 bayi sudah diberi MP-ASI
berumur 6-12 bulan. 72,7% (40 bayi) sudah diberi makanan tambahan sebelum
berumur 6 bulan, sisanya 27,3 (15 bayi) diberi makanan tambahan setelah
Makan dan Penyapihan Serta Hubungannya dengan Status Gizi Batita di Desa
dalam bentuk bubur, dan (7,26%) dalam bentuk nasi. Dari penelitian tersebut
pemberian makanan tambahan pada bayi usia 2 bulan (75,61%), 5-7 bulan
(19,51%), dan selebihnya 3-4 bulan (4,88%). Dari penelitian tersebut juga
2 kali sehari (63,41%), 3 kali sehari (26,83%), dan satu kali sehari (9,36%).
Semua bayi yang diteliti mengkonsumsi beras dan ubi sebagai makanan
tambahan bayi yang utama 1-3 kali sehari, sumber protein adalah ikan
diteliti kekurangan konsumsi buah untuk frekuensi 1-3 kali seminggu (100%)
(Manalu, 2008 dalam Pardosi, 2009 ). Menurut data dari Dinas kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Ponorogo 2013 angka bayi usia (612 bulan) adalah
Kecamatan Sukorejo sebesar 766 anak, kemudian Kecamatan Ngrayun ada 764
anak dan Kecamatan Jenangan ada 442, selama bulan Agustus 2014 didesa
Jimbe ada 40 bayi yang berusia 6-12 bulan. Fenomena yang saya peroleh
didesa Jimbe yaitu ada ibu yang memberikan makanan tambahan seperti
Dalam usia 612 bulan bayi masih menjadi konsumen pasif, artinya bayi
lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan dari sinilah
sebenarnya bayi mulai belajar perihal pola makan. Bagaimana pola makan
yang ditanamkan pada saat ini akan menentukan kebiasaan pada bayi . Selama
usia 612 bulan lidah bayi hanya mengenal rasa manis dari air susu ibu
sehingga makanan yang diberikan tidak begitu dirasakan oleh bayi. Pemberian
makanan pada usia 612 bulan sangat menentukan apakah adanya reaksi alergi
pada makanan dan makanan apa yang harus dihindari untuk bayi usia 612
4
bulan, maka dari itu para ibu harus mengetahui bagaimana cara
salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan (Pudjiadi, 2003 dalam
risiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi
sarana masuknya bakteri patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri
lingkungan.
612 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau bayinya kelaparan
dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Kadang anak yang menangis terus di
anggap sebagai anak yang tidak kenyang padahal menangis bukan semata-mata
tanda bayi lapar. Belum lagi masalah banyak anggapan di masyarakat kita
seperti oarang tua terdahulu. Alasan lainya juga bisa dari tekanan lingkungan
menyebabkan alergi dan penyakit makanan dan perilaku ibu yang baik sebagai
mempunyai bayi 6-12 bulan tentang memberikan makanan tambahan pada bayi
proses mengidentifikasi apakah ada reaksi alergi makanan terhadap bayi selain
itu agar bayi bisa beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar
energi yang tinggi. Dalam hal ini perilaku merupakan dominan yang sangat
penelitian perilaku yang di dasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
Wardani, 2012).
Dengan melihat dari latar belakang masalah di atas, peneliti ingin meneliti
tentang Perilaku ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 612
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu dalam pemberian
makanan tambahan pada bayi usia 612 bulan di Desa Jimbe, Kecamatan
pemberian makanan tambahan pada bayi usia 612 bulan di Desa Jimbe,
1. Bagi IPTEK
2. Bagi Institusi
keperawatan anak yang telah ada dapat dijadikan sebagai bahan kajian
3. Bagi Peneliti
tambahan pada bayi usia 612 bulan dan dapat dijadikan sebagai bahan
1. Bagi Ibu
2. Bagi Masyarakat
Kelurahan Sine Kota Sragen, dan waktu penelitian bulan April sampai
mempunyai bayi usia 6-12 bulan yang berjumlah kurang lebih 48 orang.
kurang dari 100, lebih baik diambil semua dan jika lebih besar dapat
Tambahan Pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan. Variabel yand
dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam
usia kurang dari enam bulan dan talah memberikan makanan tambahan
ibu. Waktu penelitian bulan Mei sampai Juli 2009. Teknik pengambilan
adalah nasi tim(19,5%) dan biskuit (10,8%), serta susu formula lebih
dari 300cc (36,9%). Waktu pemberian susu formula dan air putih
(100%) diberikan pada pagi, siang, dan sore hari, serta (935,%) pada
selingan pagi dan selingan siang. Ibu memberikan nasi tim pada pagi
setiap hari, makanan pokok (23,9%) nasi tim(19,5%) dan sayur hijau
(13%) setiap hari, serta pisang (6,5%) 1-2 kali seminggu. Alasan ibu
setelah pemberian makanan tambahan pada bayi sering susah buang air
besar(BAB) (26,1%).