Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1LatarBelakang Masalah ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... ........................
1.3 Tujuan ................. ......................................................................................................
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SISTEM PEMASYARAKATAN DAN
SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KELAS IIA DENPASAR.
2.1 Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar.................................
2.2 Pembinaan Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Denpasar................
2.2.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar....................
2.2.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja...................................................................
2.2.3Penyelenggaraan Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIA Denpasar ....................................................................................................
BAB III PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG TERJADI DI DALAM LAPAS
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENGAKIBATKAN KEMBALINYA MANTAN
NAPI KE LAPAS.
3.1 Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi didalam lapas................................................
3.2 Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Kembalinya Mantan NAPI ke LAPAS............
BAB 1V PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................
4.2 Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang luas dan merupakan negara hukum.
Pembangunan nasional dalam garis besar haluan negara mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang berkeadilan.Adanya proses penegakan hukum yang baik hendaknya dapat berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan, atau tidak terjadi ketimpangan didalam
prosespenerapannya. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat
(3)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum. Menegakan tertib hukum guna mencapai tujuan negara Republik
Indonesia yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
pancasila, maka dalam upaya mencapai tujuan tersebut tidaklah jarang terjadi
permasalahan-permasalahan hukum yang disebabkan karena luasanya negara
Indonesiasangatlah berdampak pada permasalahan di negara ini yang kompleks terjadi dalam
aspek perkembangan hukum di Indonesia, Selain itupara pihak (pejabat) dalam
melaksanakan tugasnya kurang atau tidak berdasarkan kepada hukum yang berlaku di
Indonesia saat ini. Hukum merupakan hasil dari interaksi sosial dengan kehidupan
masyarakat. Hukum adalah gejala masyarakat, karenanya perkembangan hukum
(timbulnya, berubahnya,lenyapnya ) sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Perkembangan hukum merupakan kaca dari pembangunan masyarakat.Bicara pembangunan
hukum kuat dan merata diseluruh kalangan masyarakat, maka dari itu pembangunan
hukum tersebut dapat dikatakan berjalan sesuai dengan rencana, namun tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa didalam proses pembangunan hukum yang kuat masih banyak
terjadi kendala, misalnya saja hukum di Indonesia ini seakan menjadi milik segelintir
orang yang mempunyai kedudukan penting di negara ini, mereka bisa dengan mudah
membeli hukum itu sendiri, namun dilain pihak masyarakat terus menjerit ketika hukum
tersebut tidak lagi berpihak kepadanya. Masyarakat di buat frustasi dengan keadaan seperti
ini, hak asasi manusia (HAM) yang ada seakan tidak dapat menolongnya. Keadaan
seperti ini membuat masyarakat tidak memiliki jalan keluar lain, sehingga mereka melakukan
tindak kejahatan yang berdampak pada di jebloskannya orang tersebut ke dalam Lembaga
Pemasyarakatan.Pada prinsipnya, semua terpidana yang menjalani pidana, hilang
kemerdekaannya setelah di putuskan melalui putusan pengadilan, yang berkekuatan
hukum tetap selanjutnya terpidana di tempatkan di Lembaga Pemasyarakatan sebagai
narapidana untuk disana kembali di proses sesuai dengan hukum yang berlaku agar
nantinya dapat kembali hidup bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari hukum
pidana itu sendiri yaitu, untuk memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat dengan Cara
melaksanakan dan menegakan aturan hukum pidana demi terciptanya keadilan, kemanfaatan,
dan kepastian hukum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar ?
2. Apa sajakah bentuk pelanggaran yang terjadi di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar ?
3. Apa yang menjadi faktor kembalinya mantan NAPI ke LAPAS ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar .
2. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran yang terjadi di Lembaga
Pemasyarakatan kelas IIA Denpasar.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kembalinya mantan NAPI kedalam
LAPAS.

BAB II
PEMBAHASAN

TINJAUAN UMUM MENGENAI SISTEM PEMASYARAKATAN DAN


SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS
IIA DENPASAR

2.1.Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar


Sekitar tahun 1936, yaitu zaman kolonial belanda telah dibangun rumah penjara di
daerah Pekambingan Jalan Dipenogoro Denpasar, semenjak Indonesia merdeka maka seluruh
peninggalan Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah RI, kemudian pada tahun 1964
penjara yang ada di Indonesia berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan dengan
dicanangkan sistem Pemasyarakatan oleh Suhardjo, sebagai pengganti dari sistem
kepenjaraan. Bertolak dari pandangan Sahardjo, tentang hukum sebagai pengayoman. Hal ini
membuka jalan perlakuan terhadap narapidana dengan cara pemasyarakatan sebagai tujuan
pidana penjara.Pada tahun 1976 baru di Badung Lapas Klas IIA Denpasar yang terletak di Jl.
Tangkuban Perahu PO.BOX. 884 Banjar Pengubengan Kangin, Desa Kerobokan, Kecamatan
Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Lapas Klas IIA Denpasar Merupakan pindahan dari
Lapas di Jalan Dipenogoro dan mulai dioperasikan pada tahun 1983. Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar berdiri di atas tanah seluas 43.220 m2, dengan memiliki
kapasitas bangunan sebanyak 336 orang penguhi, selain itu pula terdapat perumahan dinas
bagi petugas Lapas Klas IIA Denpasar, yang berada di luar bangunan Lapas seluas 3220 m2.

2.2Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar


2.2.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar
Lapas Klas IIA Denpasar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemasyarakatan sebagai tempat pembinaan narapidana yang bernaung di bawah kantor
wilayah kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Propinsi Bali. Lembaga
Pemasyarakatan ini baru di Resmikan pada tanggal 15 Agustus 1983. Adapun perbatasannya,
sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan
pemukiman dan pertokoan, sebelah barat berbatasan dengan pemukiman penduduk.
Secara fisik keseluruhan bangunan yang dimiliki oleh Lapas Klas IIA Denpasar terdiri dari
beberapa bangunan dan ruang perkantoran, agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Jenis dan Luas Bangunan Lapas Klas IIA Denpasar

Wisma Luas Bangunan


(dalam m2)
1 A 156
2 B 156
3 C 225
4 D 225
5 E 225
6 F 225
7 G 225
8 H 225
9 I 225
10 J 225
11 K 96
12 Tahanan Wanita 96
13 Narapidana Wanita 396
14 Maksimum Security 396
15 Pengangsingan 64

Selain itu, terdapat pula bangunan lain pendukung Lapas Antara Lain :
- 3 buah bangunan perkantoran dengan luas 6000 m2

- 1 buah bangunan poliklinik dan ruang laboratorium dengan luas 120 m2

- 1 buah bangunan dapur dengan luas 120 m2

- 2 buah bangunan bengkel kerja dengan luas 216 m2

- 1 buah bangunan masjid dengan luas 33 m2

- 1 buah bangunan pura dengan luas 33 m2

- I buah bangunan gereja dengan luas 33 m2

- I buah bangunan vihara dengan luas 16 m2

- 1 buah lapangan tennis, lapangan volley dengan luas 750 m2

- 1 buah lapangan upacara dengan luas 750 m2

- 7 buah pos jaga dengan luas masing-masing 63 m2

- 25 rumah dinas dengan type :

a. 11 buah type E luas 396 m2

b. 8 buah type D luas 350 m2

c. 6 buah type C luas 140 m2

- 1 buah lapangan parkir mobil dan sepeda motor dengan luas 700 m2

2.2.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja


Sebagai efektifnya pada suatu organisasi dalam menjalankan mekanisme guna tujuan
bersama, harus memiliki struktur organisasi. Menurut SK MenteriKehakiman RI No. M.01-
PR 35 35.31-03 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi Lapas Klas IIA Denpasar di
perlukan guna menentukan garis komando, wewenang atau hak dan kewajiban setiap
personel di atau lingkungan organisasi sehingga tercipta sasaran kerja yang tertib, disiplin
dan dinamis yang merupakan syarat untuk mencapai tujuan.
Struktur organisasi di Lapas Klas IIA Denpasar berdasarkan paparan Bapak. Dewa
Gede Astara selaku Kasubag, terdapat 1 (satu) orang kepala ( yang selanjutnya disebut
KALAPAS ), 2 (dua) orang Ka. Sub Bagian yaitu Ka.Sub Bag. Tata Usaha ( Ka. SUBAG
TU) dan Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan ( Ka. KPLP ), 2 dua) orang Ka. Ur
yaitu urusan kepegawaian dan urusan umum. 3 (tiga) orang, Ka. Seksi yaitu bimbingan napi
dan anak didik ( Kasie Binadik ), seksi kegiatan kerja ( Kasie. Giatja) dan seksi administrasi
kemanan dan tata tertib ( Kasie Minkamtib), dan 6 (enam) orang Ka. Sub Seksi terdiri dari
Sub. Sie bimbingan kemasyarakatan dan perawatan narapidana dan anak didik (Ka. Subsie
Bikemaswat ), Sub Sie Registrasi ( Ka. Subsie Registrasi ), Sub Sie Bimbingan kerja dan
pengelolaan hasil kerja ( Ka. Subsie Bimker dan Lolahaker ), Sub Sie Saranan Kerja, Sub Sie
Kemanan dan Sub Sie Pelaporan dan Tata Tertib.
Uraian tugas dari bagian-bagian maupun seksi-seksi yang ada di Lapas Klas IIA Denpasar
adalah sebagai berikut :

a. Sub Bagian Tata Usaha


Bertugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lapas yang terdiri atas :
- Urusan kepegawaian dan keuangan memiliki tugas dalam hal kepegawaian
- Urusan umum mempunyai tugas melakukan surat menyurat, perlengkapan dan rumah
tangga Lapas.

b. Sub Bagian Narapidana dan Anak DidikBertugas memberikan bimbingan dan pembinaan
terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang terdiri dari :

- Sub seksi registrasi memiliki tugas dalam melakukan pencatatan, administrasi dan
pembuatan statistik (database), pemberian remisi serta dokumen sidik jari narapidana
(daktiloskopi)

- Sub seksi bimbingan kemasyarakatan dan perawatan memiliki tugas dalam memberikan
bimbingan dan penyuluhan rohani dan memberikan pelatihan olahraga, peningkatan
pendidikan dan pengetahuan, program asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, cuti menjelas
bebas, dan pembebasan bersyarat, memberikan kesejahteraan dan perawatan bagi narapidana
dan anak didik pemasyarakatan serta mengurus kesehatannya.

c. Seksi Kegiatan Kerja Bertugas memberikan petunjuk dan bimbingan kegiatan kerja bagi
narapidana yang terdiri atas :

- Sub seksi bimbingan kerja dan pengelolaan hasil kerja mempunyai tugas memberikan
bimbingan dan pelatihan kerja kepada narapidana serta mengelola hasil dari pekerjaan
tersebut.

- Sub seksi sarana kerja mempunyai tugas dalam mempersiapkan fasilitas dan sarana kerja

d. Seksi administrasi keamanan dan tata tertib

- Sub seksi keamanan mempunyai tugas dalam menerima laporan harian dan berita acara dari
satuan pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala di bidang kemanan
dan penegakan tata tertib.

2.2.3Penyelenggaraan Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA


Denpasar
Pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan dikenal dengan nama
pemasyarakatan. Berhasilnya pembinaan warga binaan pemasyarakatan di Lapas merupakan
tujuan yang paling utama sebagai akhir dari sistem peradilan pidana di Indonesia. Tujuan dari
sistem pemasyarakatan adalah setelah warga binaan pemasyarakatan mengikuti seluruh
program pembinaan, diharapkan mereka akan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri,
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai
warga yang baik dan bertanggung jawab.
Masa pengenalan lingkungan atau admisi dan orientasi merupakan tahap awal
pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan. Setelah ditetapkan di blok hunian atau
wisma masing-masing, warga binaan akan diberitahukan oleh pertugas pemasyarakatan
mengenai tata tertib yang ada di Lapas, nama-nama petugas serta seluruh staff pegawai,
kewajiban dan hak warga binaan, cara menyampaikan keluhan, dan segala sesuatu yang ada
di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar. Masa pengenalan
lingkungan(MAPENALING) dilakukan selama 7 hari (satu minggu). Sangat diharapkan agar
warga binaan dapat menyesuaikan diri dalam beradaptasi, sehingga diharapkan agar warga
binaan dapat menyesuaikan diri dan dapat beradaptasi, sehingga dapat berinteraksi secara
normal di dalam Lapas. Pada tahap ini dilakukan pengawasan yang sangat ketat (maximum
Security).
Pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIA Denpasar dilaksanakan pada sebuah sarana yang cukup memadai yang disebut bengker
atau bengkel kerja. Pembinaan terhadap warga binaan dilaksanakan oleh petugas
pemasyarakatan dan petugas pengamanan.
Menurut Bapak I Wayan Putu Sutresna,Amd.IP,SH.,MH, menjabat sebagai Kasi.
Binadik ( Bimbingan Napi dan Anak Didik ) Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar
pada hari senin tanggal 13 April 2015 pukul 10.10 Wita di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIA Denpasar, Proses pembinaan yang dilakukan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan
dimulai saat pertama kali narapidana tersebut masuk Lapas yang kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik sampai pada pada registrasi. Tahap selanjutnya, Warga Binaan
Pemasyarakatan ditempatkan dalam wisma khusus untuk menjalani proses Masa Pengenalan
Lingkungan (MAPENALING) selama7 hari (satu minggu). Setelah menjalankan proses
MAPENALING, maka Warga Binaan Pemasyarakatan akan di masukan kedalam wisma
untuk selanjutnya menjalankan proses pembinaan, yang terbagi ke dalam :
1. Tahap pembinaan, dilaksanakan pada 1/3 (satu per tiga) sampai 1/2 (satu per dua) dari
masa pidana, pada tahap ini pengawasan dilakukan sangat ketat (maximum security).

2. Tahap asimilasi, pelaksanannya dimulai 1/2 (satu per dua) sampai 2/3 (dua per tiga) dari
masa pidana. Pada tahap ini pembinaan mulai dilakukan di dalam Lapas ataupun di luar
Lapas. Untuk diluar Lapas narapidana dengan kasus tindak pidana umum akan ditempatkan
di perusahan yang ingin menampung Warga Binaan Pemasyarakatan dan mendapatkan Upah.
Sedangkan untuk narapidana dengan kasus Tindak pidana Khusus (Tipisus) khususnya
Tindak Pidana Korupsi akan melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sosial, yang mana
Warga Binaan Pemasyarakatan ini tidak mendapat upah karena dalam hal ekonomi sudah di
anggap mampu. Pada tahap ini pengawasan agak berkurang (medium security).
3. Tahap integrasi, dilaksanakan setelah warga binaan pemasyarakatan menjalani 2/3 (dua
pertiga) masa pidana sampai dengan berakhirnya masa pidana. Pada tahap ini pengawasan
sudah sangat berkurang (minimum security) . Apabila Warga Binaan Pemasyarakatan di nilai
sudah berkelakuan baik selama menjalani pembinaan, maka pada tahap ini dapat diajukan
remisi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat, dan Cuti mengunjungi Keluarga. Semua
proses tersebut harus melalui pengajuan terlebih dahulu yang kemudian akan ditentukan
lewat proses persidangan.
Pola pembinaan yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan (WBP) meliputi :
1. Pembinaan kepribadian yang meliputi :

a. Pembinaan kesadaran beragama atau ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Pembinaan kesadaran beragama dianggap pembinaan yang paling awal harus diikuti oleh
warga binaan pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Denpasar. Pembinaan dibidang ini
diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan dan kesadaran terhadap agama mereka
masing-masing dan insyaf atau menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan sebelum
ditempatkan pada Lapas adalah perbuatan yang dilarang oleh agama mereka masing-masing.
Dalam melaksanakan pembinaan kesadaran beragama selaku Kasi. Binadik ( Bimbingan
Napi dan Anak Didik )melakukan kerjasama dibidang kegamaan, ataupun relawan yang
bersedia memberikan waktunya secara Cuma-Cuma. Dalam menjalankan pembinaan di
bidang keagamaan, di Lapas Klas IIA Denpasar terdapat sarana dan prasarana peribadahan
seperti :

1. Pura Padmasari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar

Pura padmasana merupakan saranan persembahyangan bagi warga binaan


pemasyarakatan yang beragama Hindu. Kegiatan persembahyangan dilakukan tiga kali sehari
(trisandya), dan kegiatan persembahyangan bulanan pada hari purnama serta tilem.
Wargabinaan khususnya yang beragama Hindu wajib menjaga kesucian dan kebersihan pura
padmasari. Dalam hal pembinaan kesadaran beragama bagi warga binaan yang memeluk
agama Hindu, diadakan darma wacana setiap dua minggu sekali mulai dari pukul 10.00
hingga 12.00 wita yang diberikan oleh para narasumber dari Departemen Keagamaan
(Depag). Pemberian dharma wacana diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi warga
binaan agar selalu mematuhi segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA, sadar
akan kesalahan yang diperbuat, tidak mengulangi tindak pidana lagi, dan mampu memotivasi
merega agar menjadi warga yang baik dan bertanggung jawab.

2. Mesjid Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar


Seperti kita ketahui mesjid merupakan tempat peribadatan bagi umat muslim. Mesjid
Lapas Klas IIA Denpasar digunakan bagi warga binaan yang memeluk agama Islam.
Kegiatan rutinitas mereka adalah melakukan shalat lima waktu dan shalat jumat termasuk
juga hari besar keagamaan seperti hari raya idul fitri dan idul adha. Pembinaan kesadaran
beragama bagi warga binaan yang memeluk agama Islamadalam pemberian pengajian,
membaca Al-Quran, dan kewajiban agar selalu ikut serta dalam menjaga kebersihan mesjid.
3. Gereja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar
Sejak terjadi kerusuhan Lapas 21 Februari 2012 lalu, perayaan kebaktian bagi warga
binaan pemeluk agama Kristen hanya dilakukan pada hari raya natal. Namun, di tahun 2015
ini umat kristiani di Lapas Klas IIA Denpasar justru termasuk ke dalam Warga
Pemasyarakatan dengan aktivitas terdapat dalam bidang keagamaan. Setiap minggunya ada
pendeta dari berbagai kalangan baik dari departemen keagamaan maupun dari LSM. Kegiatan
rutinitas mereka adalah melakukan kebaktian di gereja yang dipimpin oleh FKPK ( Forum
Komunitas Persatuan Kristen) yang berjumlah sebanyak 17 komunitas.
4. Cetia Dharmameta Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar
Cetia dharmameta merupakan tempat peribadatan bagi warga binaan Lapas Klas IIA
Denpasar yang memeluk agama Budha. Dalam hal ini warga binaan yang memeluk agama
Budha melakukan rutinitas persembahyangan yang diawasi oleh pegawai LAPAS. Perayaan
hari besar dilakukan pada hari besar keagamaan yaitu waisak. Dari ketiga pemeluk agama
lainnya, warga binaan pemasyarakatan yang beragama Budha berjumlah paling sedikit yaitu
sebanyak 14 warga binaan.

2. Pembinaan kesadaran Hukum


Sejak warga binaan melakukan tindak pidana, mereka sudah dianggap tidak sadar
hukum atau peraturan yang berlaku, maka ketika mereka ditempatkan di dalam Lapas, sangat
diharapkan warga binaan pemasyarakatan mampu menyadari akan hukum yang berlaku atau
setidaknya menaati peraturan-peraturan yang berlaku. Pembinaan kesadaran hukum kepada
warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Klas IIA Denpasar adalah kewajiban seluruh
warga binaan pemasyarakatan tidak terkecuali menaati dan mematuhi segala peraturan dan
tata tertib yang berlaku di Lapas Klas IIA Denpasar.
kewajiban warga binaan pemasyarakatan selain mentaati dan mematuhi seluruh peraturan
yang berlaku di Lapas Klas IIA Denpasar adalah sebagai berikut :
a. Taat menjalankan ibadah sesuai agama dengan kepercayaan masing-masing serta
memelihara kerukunan beragama di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar

b. Mengikuti seluruh kegiatan yang telah diprogramkan

c. Patuh, taat, dan hormat kepada seluruh petugas

d. Mengenakan seragam yang telah diberikan

e. Memelihara kerapian dalam berpakaian sesuai dengan norma kesopanan

f. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan hunian

g. Mengikuti apel pagi yang di pimpin langsung oleh petugas pengamanan pada pukul 08.00
Wita

h. Mengikuti senam pagi yang dilaksanakan setiap hari dibedakan dalam atas masing-masing
wisma hunian mulai pukul 08.00 Wita.

3) Pembinaan kemampuan intelektual


Pembinaan kemampuan intelektual yang diprogramkan Lapas Klas IIA Denpasar
adalah program kursus bahasa inggris, Lapas Klas IIA Denpasar bekerjasama dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ingin memberikan pelajaran kursus bahasa
inggris kepada warga binaan pemasyarakatan. kursus bahasa inggris seharusnya wajib diikuti
oleh warga binaan, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua warga binaan yang mau
mengikuti pembelajaran bahasa inggris, melainkan warga binaan yang memang tertarik untuk
mengenal bahasa inggris. Kursus bahasa inggris diadakan setiap hari kamis dan jumat yang
dilakukan diruangan perpustakaan Lapas Klas IIA Denpasar. Tujuan diadakan kursus bahasa
inggris adalah agar setelah menyelesaikan masa pidana di Lapas, mereka mempunyai
kemampuan berbahasa inggris dengan baik untuk terjun langsung dibidang pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan berbahasa inggris. Adapun hasil dari kursus bahasa inggris ini,
Warga Binaan Pemasyarakatan akan mendapatkan sertifikat dari LSMterkait.
4) Pembinaan kesehatan jasmani dan rohani
Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Mikha Simanjuntak SH selaku
staff bimbingan dan kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar pada hari
kamis tanggal 16 April 2015 pukul 10.00 Wita di Lapas Klas IIA Denpasar, pembinaan
kesehatan jasmani dan rohani yang diprogramkan di Lapas Klas IIA Denpasar adalah :
a. Terjaminnya kesehatan seluruh warga binaan pemasyarakatan
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar tersedia sarana poliklinik atau
tempat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi warga binaan pemasyarakatan. dalam
poliklinik terdapat empat dokter yang terdiri dari satu dokter umum, dua dokter gigi, dan
dibantu oleh delapan orang perawat yang mana mereka berada di Lapas setiap hari senin
sampai jumat terkecuali hari sabtu mereka hanya bertugas setengah hari (sampai dengan
pukul 12.00 Wita). Meski demikian, Dokter Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar
yang tinggal di rumah dinas harus siap 24 (dua puluh empat) jam apabila ada pemanggilan
terhadapnya terkait kesehatan warga binaan pemasyarakatan.
b. Pemberian makanan yang layak
Warga binaan pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Denpasar setiap harinya
memperoleh makanan yang dibagi menjadi dua jenis makanan, yaitu menu makanan bagi
WNI dan WNA. Di dalam pembuatan menu makanan, warga binaan pemasyarakatanlah
yangharus memasak sendiri menu makanan di dapur yang tersedia pada Lapas Klas IIA
Denpasar namun masih diawasi oleh petugas dapur yang berjumlah dua orang. Meskipun
demikian, warga binaan juga diperbolehkan menerima makanan yang diberikan kepada pihak
keluarga pada waktu jam besuk atau membeli makanan yang ada di kantin Lapas yang
dikelola oleh Koperasi Lapas Klas IIA Denpasar. Tujuan warga binaan membuat menu
makanan sendiri tidak lain adalah memberikan bekal hidup khususnya dalam kemampuan
memasak dan mengolah makanan agar setelah warga binaan keluar dari Lapas mereka bisa
mempraktekan kemampuan yang telah didapatkan pada saat menjalani hukuman di Lembaga
Pemasyarakatan.
c. Sarana olahraga sebagai penunjang kesehatan jasmani
Prasarana olaharaga seperti lapangan tennis, lapangan bola volley, lapangan basket,
lapangan sepak bola meski tidak seluas lapangan pada umumnya, alat-alat fitness atau
kebugaran, dan yang trerakhir tennis meja. Dengan adanya fasilitas ini, warga binaan
diharapkanselain mengikuti program pembinaan yang lain, mereka dapat bersantai dengan
berolahraga di jam-jam tertentu. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh seluruh warga binaan
tanpa terkecuali.
2. Pembinaan Kemandirian yang meliputi :

1) Pembinaan keterampilan kerja


Pembinaan keterampilan kerja yang diprogramkan di Lapas Klas IIA Denpasar adalah
keterampilan membuat kipas tangan, mengamplas, memasang benang dan lem. Pembinaan
dilaksanakan di bengker atau bengkel kerja Lapas Klas IIA Denpasar yang diawasi oleh
petugas pengamanan dan staff pegawai. Dalam melaksanakan pembinaan dibidang
keterampilan kerja, Lapas Klas IIA Denpasar yang sebelumnya bekerja sama dengan
perusahaan wiraswasta yang bernama Wiracana dimana perusahaan ini yang menyediakan
bahan setengah jadi selanjutnya warga binaan pemasyarakatanlah yang harus menyelesaikan
kipas tangan tersebut. Namun, saat ini Lapas Klas IIA Denpasar mulai melakukan pembinaan
keterampilan kerja ini sendiri dan akan segera mengaktifkan museum Lapas sebagai tempat
penjualan hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan.
2). Latihan kerja dan produksi
Seperti halnya pembinaan keterampilan, latihan kerja dan produksi juga dilaksanakan pada
bengkel kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar yang wajib diikuti warga binaan
pemasyarakatan dari hari senin sampai jumat pada pukul 09.00 wita dibawah pengawasan
petugas pengamanan yang dibantu oleh beberapa staff pegawai. Pembinaan latihan kerja dan
produksi yang diprogramkan Lapas Klas IIA Denpasar meliputi : latihan menyablon kaos,
seni melukis, melaundry pakaian,menjahit, kerajinan perak, keterampilan desain grafis,
pembuatan kipas, serta dalam bidang pertanian dan peternakan. Hasil dari produksi tersebut
akan diserahkan kepada pihak ketiga yang bekerjasama dengan Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Denpasar.

Segala proses pembinaan di Lapas Klas IIA Denpasar, dilakukan dengan pengawasan
yang cukup ketat. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak I Wayan Agus Miarda selaku
Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Klas IIA Denpasar pada wawancara hari Jumat tanggal
17 April 2015 Pukul 10.45 Wita, keamanan di Lapas Klas IIA Denpasar dilakukan oleh regu
pengamanan yang terdiri dari 4 regu. Setiap 1 (satu) regu terdiri dari 15 orang dan dibagi
menjadi 4 set, yaitu : pagi, siang, malam dan istirahat. Sistem pengawasan di Lapas Klas IIA
Denpasar dilakukan secara tertutup, artinya pengawasan berada didalam tembok Lapas.
Selain itu, pengawasan dibantu dengan CCTV di 20 titik tertentu.

BAB III
PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG TERJADI DI DALAM LAPAS
DANFAKTOR-FAKTOR YANG MENGAKIBATKAN KEMBALINYA MANTAN
NAPI KE LAPAS

3.1 PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG TERJADI DI DALAM LAPAS


Selanjutnya, banyak ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh Warga Binaan
Pemasyarakatan ataupun oleh Petugas Sipir. Petugas pengamanan Lapas Klas IIA Denpasar
melakukan sidak setiap 1 (satu) Bulan 4 kali, dalam setiap sidak ini, masih ditemukan Warga
Binaan Pemasyarakatan yang kedapatan mengkonsumsi narkoba di dalam Lapas, hal lain
yang ditemui dalam Lapas Klas IIA Denpasar masih maraknya penggunaan alat telepon
genggam atau Handphone di dalam Lapas. Setelah ditelusuri, Warga Binaan Pemasyarakatan
menggunakan Handphone beralasan untuk berkomunikasi dengan keluarga. Selain
WargaBinaan Pemasyarakatan, Petugas Sipir masih ada yang kedapatan melakukan Pungutan
Liar (PUNGLI) di dalam Lapas.

3.2 Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Kembalinya Mantan NAPI ke LAPAS


Menurut Bapak I Wayan Putu Sutresna,Amd.IP.SH.,MH selaku Kasi. Bimbingan dan
Anak Didik (BINADIK) Lapas Klas IIA Denpasar pada hari Senin, 20 April 2015 pukul
10.00 Wita. Bahwa, Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) merupakan miniatur dari
masyarakat luar, dengan kata lain apa yang ada di masyarakat luar pasti ada di dalam Lapas.
Hal ini berarti masih adanya penggunaan narkoba di dalam Lapas, Tawuran antar wisma
bahkan sampai pada oknum petugas sipir yang kedapatan melakukan pungli atau membiarkan
narkoba masuk kedalam Lapas. Saat dilakukan Sidak, pernah kedapatan alat pembuatan
narkoba secara manual di dalam wisma Lapas Klas IIA Denpasar.walau sudah diberikan
sanksi kepada setiap pelanggar sampai pada sanksi terberat yaitu dimasukan kedalam ruang
isolasi, hal ini tidak memberikan efek jera kepada pelaku.
Selanjutnya Bapak I Wayan Putu Sutresna, Amd.IP.SH.,MH menambahkan, angka
recidivice di Lapas Klas IIA Denpasar tergolong sedikit, hanya saja mantan narapidana yang
kembali menjadi Warga BinaanPemasyarakatan di Lapas Klas IIA Denpasar masih banyak
dengan kasus yang berbeda. Contoh : sebelumnya narapidana tersebut melakukan
pembunuhan, dan saat keluar Lapas ia menjadi pengedar narkoba. Bahkan diantara mereka
ada yang masih dalam pengawasan atau wajib lapor oleh Balai Pengawasan (BAPAS) dan
sudah melakukan tindak pidana lainnya. Padahal Lapas Klas IIA Denpasar sudah melakukan
pembinaan secara maksimal, hanya saja saat kembali ke masyarakat stigma dari masyarakat
kepada mantan narapidana belum dapat dirubah bahkan cenderung tidak bisa menerima
mantan narapidana termasuk dalam sulitnya membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) untuk melamar pekerjaan, hal inilah yang pada akhirnya membuat mantan
narapidana tersebut melakukan tindak pidana kembali.Jika mengacu pada teori efektivitas
hukum yang menyebutkan efektivitas suatu peraturan harus terintegrasinya ketiga elemen
hukum baik penegak hukum, substansi hukum dan budaya hukum masyarakat, sehingga tidak
terjadi ketimpangan antara das solen dan das sein.
Struktur adalah keseluruhan instisusi hukum beserta aparatnya, dalam hal ini Petugas
Sipir Lapas Klas IIA Denpasar. Namun, pada pelaksanaannya masih terdapat oknum petugas
sipir yang melakukan pungli dan membiarkan beberapa fasilitas seperti televisi, telepon
genggam sampai pada narkotika bisa masuk kedalam Lapas. Kurangnya pengawasan
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan, menyebakan pembinaan tidak dilakukan secara
maksimal yaknimasih kurangnya kesadaran Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengikuti
kegiatan di Bengkel Kerja.
Substansi adalah keseluruhan aturan hukum termasuk asas hukum dan norma hukum,
baik yang tertulis ataupun yang tidak tertulis termasuk putusan pengadilan. Mengacu pada
Pasal 2 UU Pemasyarakatan yang menyebutkan bahwa sistem Pemasyarakatan
diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak
pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung
jawab. Dalam hal ini, Lembaga Pemasyarakatan bisa menjadikan seseorang menjadi lebih
jahat lagi atau bahkan menjadi seseorang yang lebih baik. Masih banyaknya mantan
Narapidana yang kembali masuk ke Lapas Klas IIA Denpasar, menyebabkan tujuan dari
sistem pemasyarakatan belum dapat terwujud.
Budaya hukum menunjukan adanya kepandaian, hukum, moral dan termasuk
kepercayaan. Stigma masyarakat yang cenderung tidak percaya terhadap mantan Narapidana
sulit diubah, sehingga mantan narapidana tersebut kesulitan untuk hidup di luar Lapas yang
pada akhirnya lebih memilih untuk kembali ke dalam Lapas.Hal tersebut dikuatkan dengan
pernyataan dari Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Denpasar, yaitu Ibu
Lasmana pada hari Selasa tanggal 14 April 2015 di Lapas Klas IIA Denpasar Pukul 09.15
Wita, bahwa Edik sudah menjalani proses pembinaan di Lapas Klas IIA Denpasar selama 2
tahun karena terlibat kasus pembunuhan berencana. Edik menjelaskan, pada saat di masukan
kedalam Wisma untuk mengikuti MAPENALIG, edik melakukan perkenalan dengan anggota
wisma.Selanjutnya,kegiatan di bengkel kerja hanya diikuti oleh Warga Binaan
Pemasyarakatan yang baru masuk Lapas Klas IIA Denpasar. Sementara, Warga Binaan
Pemasyarakatan yang sudah lama lebih memilih diam di dalam wisma bahkan ada yang
melakukan judi. Edik membenarkan bahwa masih banyak Warga
Binaan Pemasyarakatan yang menggunakan narkoba jenis sabu dan pemakaian alat
telepon genggam, bahkan banyaknya organisasi masyarakat (ORMAS) di dalam Lapas
seperti misalnya Pemuda Bali Bersatu. Ia selaku wakil ketua dari ormas tersebut
mendapatkan fasilitas berupa ruang wisma sendiri yang dilengkapi dengan radio atau televisi.
Pembinaan di dalam Lapas Klas IIA Denpasar menurutnya belum efektif karena masih
adanya napi yang lebih berkuasa dari petugas sipir.
Dari ketiga elemen hukum baik struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum
masyarakat yang belum dapat terpenuhi, maka dapat diketahui bahwa penyelenggaraan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar belum efektif. Relevan dengan
teori efektivitas hukum, Romli Atmasasmita mengatakan faktor-faktor yang menghambat
efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum
(hakim, jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi
hukum yang sering diabaikan.
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kondisi pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Denpasar dapat dikatakan tidak berjalan dengan maksimal. Hal ini dibuktikan
dengan keterbatasan sarana dan prasarana penunjung program pembinaan, keadaan Lapas
yang mengalami over kapasitas, tidak semua Warga Binaan Pemasyarakatan bersedia
mengikuti program pembinaan, Banyaknya Warga Binaan Pemasyarakatan yang
menggunakan narkoba di dalam Lapas, oknum petugas sipir yang kedapatan melakukan
pungutan liar, dan yang terakhir kurangnya petugas pemasyarakatan di bidang pembinaan
serta tenaga pengajar program pembinaan keterampilan melukis sehingga sistem
pemasyarakatan tidak berjalan baik di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar.

2. Untuk mencapai tujuan dari sistem Pemasyarakatan yang diamanatkan Pasal 2 dan Pasal 3
UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, maka upaya yang dapat dilakukan terhadap
pembinaan narapidana di Lapas klas IIA Denpasar, yaitu : sosialisasi kepada masyarakat agar
dapat merubah stigma terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan, sehingga mantan narapidana
dapat diterima kembali di masyarakat.

4.2 Saran
1. Narapidana yang menjalani hukuman di bawah 3 bulan hendaknya tidak ditempatkan di
Lembaga Pemasyarakatan, melainkan dengan cara merehabilitasi di suatu tempat dengan
memindahkan Warga Binaan Pemasyarakatan yang ada di luar Bali agar over kapasitas di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar bisa diatasi.
2. Diperkan penambahan petugas dibidang pengamanan dan alat-alat pengamanan seperti
kamera pengawas (CCTV) , alat pendeteksi logam (metal detektor), dan senjata pengamanan
di Lapas Klas IIA Denpasar agar pelaksanaan pembinaan terhadap warga binaan
pemasyarakatan dapat berjalan dengan maksimal serta tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran
atau penyimpangan. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar harus menemukan
suatu solusi untuk mengatasi apabila terdapat Warga Binaan Pemasyarakatan yang tidak
bersedia mengikuti. Sehingga Warga Binaan Pemasyarakatan mendapatkan pembekalan
hidup selama mengikuti pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, tidak mengulangi tindak
pidana, serta dapat diterima kembali di dalam masyarakat Sekitar tahun 1936, yaitu zaman
kolonial belanda telah dibangun rumah penjara di daerah Pekambingan Jalan Dipenogoro
Denpasar, semenjak Indonesia merdeka maka seluruh peninggalan Hindia Belanda diambil
alih oleh pemerintah RI, kemudian pada tahun 1964 penjara yang ada di Indonesia berubah
menjadi Lembaga Pemasyarakatan dengan dicanangkan sistem Pemasyarakatan oleh
Suhardjo, sebagai pengganti dari sistem kepenjaraan. Bertolak dari pandangan Sahardjo,
tentang hukum sebagai pengayoman. Hal ini membuka jalan perlakuan terhadap narapidana
dengan cara pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara.Pada tahun 1976 baru di Badung
Lapas Klas IIA Denpasar yang terletak di Jl. Tangkuban Perahu PO.BOX. 884 Banjar
Pengubengan Kangin, Desa Kerobokan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Lapas Klas IIA Denpasar Merupakan pindahan dari Lapas di Jalan Dipenogoro dan mulai
dioperasikan pada tahun 1983. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar berdiri di atas
tanah seluas 43.220 m2, dengan memiliki kapasitas bangunan sebanyak 336 orang penguhi,
selain itu pula terdapat perumahan dinas bagi petugas Lapas Klas IIA Denpasar, yang berada
di luar bangunan Lapas seluas 3220 m2.
TUGAS KELOMPOK PENOLOGI
MENDISKRIPSIKAN KONDISI LP DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KHOYRUN NISA (150111100271)

SOLEHA (150111100)

AMALIA ANDINI UTAMI (150111100322)

DANIK WAHYU UTAMI (150111003)

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

TAPEL 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan

(Judicial Prudence) : Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legis

Prudence) Volume 1 Pemahaman Awal, Kencana, Jakarta.

Atmasasmita, Romli, 2001, Reformasi Hukum Hak Asasi Manusia dan Penegakan

Hukum, Bandung.

Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2010, Studi Kebudayaan Lembaga

Pemasyarakatan di Indonesia, Lubuk Agung, Bandung.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan.

INTERNET

Lapasdenpasar.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai