Makalah Tenis Elbow 2
Makalah Tenis Elbow 2
PENDAHULUAN
Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah lawn tennis elbow yang
merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis,
istilah itu kemudian disingkat menjadi tennis elbow. Namun menurut data
epidemiologi terbaru, para penderita penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-
orang yang bukan pemain tenis. (1)
Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis lateral, karena ada
dugaan bahwa inflamasi berperanan penting dalam timbulnya gejala. Namun
penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang tepat,
karena secara umum, ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopik tendon, tidak
ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, namun yang ada justru degenerasi
angiofibroblast dan kolagen-kolagen yang tersusun secara tidak beraturan. (1)
Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah insersi
tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi degenerasi
tendon hipoksik, yang berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi primer
tersering kelainan ini adalah tendinosis pada tendon extensor carpi radialis brevis
(ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus lateral.(1)
1
BAB II
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius
yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama.(2)
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni flexi/extensi dan
rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan flexi dan extensi terjadi antara tulang
humerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena
radius berputar pada tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada poros
bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura
radioulna dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat
pergelangan tangan.(2)
2
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu
ligamentcollateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan
terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah
brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator teres dan supinator.
Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang berfungsi untuk
pergelangan tangan seperti otot extensor carpi radialis longus yang berfungsi sebagai
penggerak utama extensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis
cabang saraf servikal 6 - 7, otot extensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai
penggerak utama extensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf
radialis akar saraf servikal 6 servikal 7. (2)
Tabel 1. Anatomi otot-otot yang menyusun Lateral Compartement of the Elbow (2)
3
ulnaris pergelangan tangan epikondilus lateral humerus, tulang metakarpal kelima
caput ulnaris: aspek dorsal
dari mid ulna
Ektensi phalanx
proximal jari kelima Tendon extensor communis
Extensor digiti
pada sendi MCP dan dari epikondilus lateral Area dorsal jari kelima
minimi
membantu extensi humerus
pergelangan tangan
Memperkuat kapsul
sendi dan bertindak Aspek posterior epikondilus Aspek radial olecranon
Anconeus
sebagai extensor lateral humerus dan ulna proksimal
lemah pada elbow
4
Gambar 2. Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo
tendon epikondilus lateral. CET= common extensor tendon, ECRB=
extensor carpi radialis brevis, ECRL= extensor carpi radialis longus,
ECU= extensor carpi ulnaris, EDC= extensor digitorum communis.
5
Epikondilitis lateral berhubungan erat dengan cedera kapsuler, penebalan serta
robekan pada lateral ulnar collateral ligament (LUCL) dan radial collateral ligament
(RCL). Kompleks lateral collateral ligament terdiri atas RCL, ligamen annular,
ligamen accessory lateral collateral, dan LUCL. RCL berasal dari epikondilus lateral
bagian anterior dan bergabung dengan fiber ligamentum annular dan fascia otot
supinator. Ligamentum annular, stabilisator utama sendi proximal radioulnar,
melancip di bagian distal dan mengelilingi caput radial yang berbentuk corong.
Gangguan atau robekan pada ligamentum ini dapat menyebabkan instabilitas
radioulnar. Ligamentum accessory lateral collateral membantu menstabilkan
ligamentum annular namun ligamentum ini tidak selalu bisa ditemukan. Fiber
ligamentum accesory berasal dari krista supinator, di sepanjang aspek lateral ulna.
LUCL berkontribusi dalam memberikan konstrain ligamentum guna melawan stres
varus. LUCL berasal dari epikondilus lateral sebagai persambungan dari RCL, namun
LUCL berjalan di sepanjang aspek lateral dan posterior radius lalu masuk ke tuberkel
krista supinator ulna. Gangguan pada LUCL akan menyebabkan instabilitas rotasi
posterolateral elbow.(2)
6
BAB III
TENNIS ELBOW
DEFINISI
Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini
timbul sebagai akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan. Nyeri siku
dapat berupa sebagai tennis elbow (lateral epicondylitis) ketika terjadi cedera pada
tendon bagian luar.(1)
Gambar 4. Group otot yang termasuk adalah otot ektensor pergelangan tangan,
terutama otot ektensor carpi radialis brevis yang menimbulkan gejala pada tennis
elbow ini.
7
Gambar 5. Robekan ligament
EPIDEMIOLOGI
Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya. Kelainan
ini sering ditemukan pada orang-orang berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan
insidensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak
pada usia 30 hingga 50 tahun, serta usia rata-rata penderitanya adalah 42 tahun. (1,3,4)
PATOFISIOLOGI
Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena
trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada
mereka yang tidak profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik.
Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot extensor lengan
8
bawah, terutama pada origo ECRB, yang mengakibatkan robekan mikro lalu
degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis.(1)
Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ECRB,
posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral
capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama
proses extensi elbow. Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi
dalam proses degenerasi dan tendinosis.
9
Gambar 7 : A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic ( angiofibroblastic
tendinosis) pada tennis elbow, terjadi disorganisasi kolagen normal
akibat invasi fibroblast.
B. Tendon normal.
Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna
abu-abu dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi
karena adanya proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan
ligamentum annular. Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya
disorganisasi arsitektur kolagen normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan
erat dengan respon reparatif vaskuler yang imatur, yang disebut juga dengan istilah
hiperplasia angiofibroplastik. Proses itu kemudian dikenal dengan nama
tendinosis angiofibroplastik karena tidak ada satu pun sel radang yang
teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis,
10
maka istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan
tennis Elbow.
Dari anamnesis, dapat diketahui bahwa pasien tennis elbow datang ke dokter
karena keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow, yang menjalar ke regio extensor.
Pada umumnya mereka berusia antara 20-50 tahun, dan mayoritas berusia di atas 30
tahun. Pasien sering kali melaporkan bahwa onset timbulnya nyeri sulit diketahui,
namun hal itu berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan
(pada tangan dominan) tanpa adanya trauma spesifik. (1,3,4)
Onset gejala biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah melakukan aktivitas
extensi pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat
timbul karena adanya robekan mikroskopik pada tendon.(1,3,4)
Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin memburuk
ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat. Pasien juga
merasakan kondisi yang mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika
pasien melakukan pukulan backhand tenis atau menggunakan obeng secara
berlebihan.(5,6)
11
Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan aktivitas hidup
sehari-hari. Sehingga menanyakan riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
merupakan salah satu hal yang penting dalam menegakkan diagnosis. Selain tennis,
aktivitas lain juga dapat menimbulkan tennis elbow. Aktivitas-aktivitas tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.
Kegiatan atau
Gerakkan
Olahraga
Bisbol Pitching
12
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI
PALPASI
Dari palpasi, ada beberapa jenis pemeriksaan provokatif yang dapat dilakukan antara
lain:
Nyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada daerah sekitar
1-2 cm dari distal origo ECRB di epikondilus lateral. Apabila tanda ini tidak
ditemukan, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis tennis elbow. (3)
13
Gambar 8. Tes penekanan pada lateral elbow untuk mendiagnosis tennis elbow. Nyeri
akan timbul apabila penekanan dilakukan pada daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo
ECRB di epikondilus lateral.
2. Tes Maudsley
Pasien diminta untuk melakukan extensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu
pemeriksa menahan extensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu
akan menimbulkan ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif
terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti
pasien menderita tennis elbow. (1,3)
14
Gambar 9. Tes Maudsley.
3. Tes Mill
Pemeriksa meminta pasien agar memflexikan elbow dan pergelangan tangan, sambil
memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila
pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. (1,3,4)
15
4. Tes Cozen
16
5. Tes Mengangkat Kursi (Chair Test)
Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi, kemudian
elbow diextensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan seperti itu akan
mempresipitasi nyeri Jika pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti
chair test positif dan itu salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa pasien
mengalami tennis elbow. (3,4)
Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada
bahu, siku, dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji
krepitus sendi radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis,
atau PIN entrapment. (3,4)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X-Ray
17
2. USG
Gambar 12. Foto posisi elbow dan transducer pada evaluasi US.
18
Gambar 13. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda panah menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan
intrasubstansi.
19
Gambar 14. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda panah yang atas menunjukkan tendon yang mengalami kalsifikasi, sedangkan
tanda panah yang bawah menunjukkan iregularitas tulang yang dekat dengan tendon
extensor communis.
Gambar 15. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda bintang menunjukkan tendon yang terlepas dari tulang yang disertai dengan
cairan peritendinosus, sedangkan tanda panah menunjukkan enterofit pada tulang.
3. MRI
Posisi pasien dan pemelihan sekuensi yang tepat merupakan hal yang esensial
untuk menegakkan diagnosis tennis elbow dengan menggunakan MRI. Apabila
digunakan dengan tepat, maka MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam
mendiagnosis tennis elbow.
20
Gambar 16. MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan robekan full-thickness
dan retraksi ECRB yang disertai dengan edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan
peritendinosus pada origo ECRB.
DIAGNOSIS BANDING
2. Bursitis olekranon
Pada bursitis olekranon, biasanya gejala diawali oleh adanya riwayat trauma,
perdarahan, sepsis atau riwayat rematik. Pada pemeriksaan fisis, kita dapat
menemukan adanya efusi sendi siku dan eritema pada kulit siku, pada
epikondilitis lateral kita tidak akan menemukan adanya tanda-tanda eritema.
21
Pada bursitis olekranon, nyeri dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada
olekranon sedangkan pada epikondilitis lateral, nyeri timbul saat dilakukan
penekanan pada epikondilus lateral.
PENATALAKSANAAN
Untuk tennis elbow fase akut, maka kita harus memberlakukan regimen
R.I.C.E seperti halnya cedera jaringan lunak lainnya. (1,3,5,6,7)
- Rest (istirahat)
- Ice (es)
- Compression (kompres)
- Elevation (elevasi)
22
Gambar 17. Prosedur RICE untuk epikondilitis lateral.
Bila terapi tersebut tidak berhasil, maka kita dapat melanjutkannya dengan:
Terapi Konservatif
Terapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien tennis elbow antara lain:
NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien tennis elbow. Ada
banyak pilihan NSAID yang dapat digunakan yakni diclofenac, naproxen, ibuprofen,
dan inhibitor siklooksigenase. Obat-obatan tersebut dapat digunakan secara topikal
maupun sistemik. Meskipun memiliki banyak golongan, namun secara umum, profil
khasiat NSAID hampir sama.(5)
23
gejala tennis elbow. Namun penggunaan NSAID dalam jangka panjang tidak
dianjurkan karena adanya efek samping pada traktus gastrointestinal dan ginjal.(6)
2. Kortikosteroid
Jenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi tennis elbow sebaiknya yang
memiliki efek anti-inflamasi yang kuat seperti triamcinolone dan betamethasone. Dan
pemberiannya harus dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek
sistemik.(6)
24
Terapi ini terkadang juga dikombinasikan dengan anestetik lokal; salah satu
kombinasi yang sering digunakan adalah 0,5 cc Xylocaine 2% dan 0,5 cc
methylprednisolone.
3. Vasodilator
Vasodilator dapat diberikan pada pasien tennis elbow karena agen ini dapat
menstimulasi sintesis kolagen dan membantu proses penyembuhan. Selain itu
vasodilator dapat mengurangi gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah
nitrogliserin transdermal. Obat ini dapat menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah
dengan cara menstimulasi produksi guanosine monofosfat intraseluler. (6,7)
4. Botulinum
Botulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri dengan cara memblokade
pelepasan asetilkolin, sehingga menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf
simpatetik dan perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara hati-
hati karena efek sampingnya dapat menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot
pernapasan. (6)
5. Terapi Fisik
Banyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasien-pasien tennis elbow
dengan cara memberikan stressing pada insersi ECRB melalui latihan gerakan
eksentrik dan konsentrik. Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan
kolagen yang padat pada area insersi ECRB, sehingga rasa nyeri akan tereliminasi. (7)
25
Gambar 19. Latihan flexi elbow 90 (kontraksi konsentrik pada otot-otot extensor
pergelangan tangan).
Gambar 20. Latihan extensi elbow 180 (kontraksi eksentrik pada otot-otot
pergelangan tangan).
Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam mengatasi gejala tennis
elbow. Namun sebelum melakukan gerakan-gerakan seperti itu, kita harus
memberikan memberikan konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi
nyeri ketika sedang melakukan latihan.
26
6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce bracing)
Terapi Pembedahan
Jika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis elbow, maka kita harus
melakukan pemeriksaan radiologis guna menyingkirkan kemungkinan adanya
kelainan lain yang menyertai tennis elbow dan mempertimbangkan terapi
pembedahan.(3)
Ada dua jenis pembedahan untuk mengatasi tennis elbow, yakni operasi terbuka dan
operasi dengan bantuan arthroskopi.
27
Operasi Terbuka
Operasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering digunakan untuk
mengatasi tennis elbow. Ada beberapa teknik operasi terbuka yang dapat dilakukan
untuk mengatasi tennis elbow yakni:
Prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl yang dimodifikasi merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan. Teknik ini memang tidak bisa mengeksplorasi sendi radiohumeral, namun
perdarahan pada teknik ini lebih minimal, prosedurnya lebih singkat, dan biayanya
lebih murah.(3)
28
Gambar 22. Foto intraoperatif prosedur Nirschl. Tanda panah menunjukkan adanya
robekan pada origo ECRB. Diskolorisasi abu-abu keputihan pada tendon
mengindikasikan adanya degenerasi.
Rehabilitasi
Jika bebat telah dilepaskan, maka kita harus segera memulai latihan fisik
dengan melakukan gerakan peregangan siku dan mengembalikan flexibilitas siku.
Latihan penguatan siku dapat dimulai dalam 2 bulan setelah pembedahan. Sedangkan
untuk latihan atletik yang jauh lebih berat, biasanya akan dimulai dalam 4 hingga
6,minggu setelah operasi.(8)
29
Alur Penatalaksanaan Tennis Elbow
Gambar 22. Alur penatalaksanaan tennis elbow menurut American Family Physician.
30
topikal atau oral, modifikasi gaya hidup, koreksi biomekanik dan implementasi
latihan fisik. Untuk melakukan hal tersebut, kita dapat mempertimbangkan
penggunaan bebat counterforce.
Jika gejala tennis elbow tidak mengalami perbaikan, maka kita dapat
melanjutkan terapi fisik yang lebih lanjut dan mempertimbangkan injeksi
kortikosteroid selama latihan fisik berlangsung. Selama latihan fisik ini, kita juga
dapat menggunakan strategi terapi kontemporer berupa penggunaan nitrogliserin
topikal dan akupuntur. Apabila gejala tennis elbow masih tetap bertahan, maka kita
harus segera merujuk pasien ke dokter ahli bedah ortopedi untuk mendapat
penanganan yang lebih lanjut. (6,7)
KOMPLIKASI
Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu terapi
konservatif maupun terapi pembedahan. Penggunaan obat-obatan NSAID dan
kortikosteroid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan hati, ginjal, dan
traktus gastrointestinal. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan
antara lain infeksi, penurunan ROM, serta kekakuan.(1,4)
PROGNOSIS
Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%,
meskipun tanpa terapi pembedahan. Meskipun begitu, epikondilitis lateral memiliki
potensi menjadi masalah kronik terutama jika tidak tertangani dengan baik. Untuk
menurunkan resiko kronik, maka pasien dianjurkan menjalani modifikasi aktivitas
dan koreksi biomekanik. (8,9)
31
BAB IV
KESIMPULAN
Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini
timbul sebagai akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan. Insidensi
tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan
ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis
yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow.
Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya dengan usia rata-
rata penderitanya adalah 42 tahun. Manifestasi klinis nyeri di daerah lateral elbow,
yang menjalar ke regio extensor, timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu
berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan
dominan) tanpa adanya trauma spesifik. Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow
yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien
beristirahat. Pengobatan pada Tennis elbow pada fase akut dapat diterapkan dengan
prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) seperti halnya cedera jaringan lunak
lainnya. Bila tindakan tersebut tidak juga dapat mengurangi gejala, makan dapat
dilakukan terapi konservatif ataupun dapat dilakukan terapi pembedahan bila
diperlukan. Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu
terapi konservatif maupun terapi pembedahan. Angka kesembuhan pasien dari
penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%, meskipun tanpa terapi pembedahan.
32
DAFTAR PUSTAKA
33