Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah lawn tennis elbow yang
merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis,
istilah itu kemudian disingkat menjadi tennis elbow. Namun menurut data
epidemiologi terbaru, para penderita penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-
orang yang bukan pemain tenis. (1)

Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi


umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu,
jumlah pemain tenis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua
pasien tennis elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah tennis elbow sebenarnya
kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tennis dan hal ini
didukung menurut data epidemiologi terbaru.(1)

Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis lateral, karena ada
dugaan bahwa inflamasi berperanan penting dalam timbulnya gejala. Namun
penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang tepat,
karena secara umum, ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopik tendon, tidak
ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, namun yang ada justru degenerasi
angiofibroblast dan kolagen-kolagen yang tersusun secara tidak beraturan. (1)

Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah insersi
tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi degenerasi
tendon hipoksik, yang berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi primer
tersering kelainan ini adalah tendinosis pada tendon extensor carpi radialis brevis
(ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus lateral.(1)

1
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius
yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama.(2)

Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni flexi/extensi dan
rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan flexi dan extensi terjadi antara tulang
humerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena
radius berputar pada tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada poros
bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura
radioulna dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat
pergelangan tangan.(2)

Gambar 1. Bagian Sendi Siku yang terkena pada Tennis Elbow.

2
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu
ligamentcollateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan
terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah
brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator teres dan supinator.
Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang berfungsi untuk
pergelangan tangan seperti otot extensor carpi radialis longus yang berfungsi sebagai
penggerak utama extensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis
cabang saraf servikal 6 - 7, otot extensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai
penggerak utama extensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf
radialis akar saraf servikal 6 servikal 7. (2)

Tabel 1. Anatomi otot-otot yang menyusun Lateral Compartement of the Elbow (2)

Otot Fungsi Origo Insersio

Aspek distal dari lateral


Extensor supra-condylar ridge Aspek dorsal dari basis
Extensi dan abduksi
carpi radialis humerus tulang metakarpal kedua
pergelangan tangan
longus Dan septum intermuscular
lateral

Tendon extensor communis Aspek dorsal dari basis


Ektensi pergelangan
ECRB dari epikondilus lateral tulang metakarpal ketiga
tangan
humerus

Extensor Ektensi pergelangan


Tendon extensor communis
tangan, jari kedua-jari Dorsum jari kedua-jari
digitorum dari epikondilus lateral
kelima pada sendi kelima
humerus
communis MCP

Caput humeral: Tendon


Extensor carpi Extensi dan adduksi Aspek ulnar dari basis
extensor communis dari

3
ulnaris pergelangan tangan epikondilus lateral humerus, tulang metakarpal kelima
caput ulnaris: aspek dorsal
dari mid ulna

Ektensi phalanx
proximal jari kelima Tendon extensor communis
Extensor digiti
pada sendi MCP dan dari epikondilus lateral Area dorsal jari kelima
minimi
membantu extensi humerus
pergelangan tangan

Memperkuat kapsul
sendi dan bertindak Aspek posterior epikondilus Aspek radial olecranon
Anconeus
sebagai extensor lateral humerus dan ulna proksimal
lemah pada elbow

Caput humeri: epikondilus


Aspek lateral dan
Supinasi lengan lateral; caput ulnaris: aspek
Supinator anterior radius proksimal
bawah lateral olecranon (krista
hingga medial
supinator)

4
Gambar 2. Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo
tendon epikondilus lateral. CET= common extensor tendon, ECRB=
extensor carpi radialis brevis, ECRL= extensor carpi radialis longus,
ECU= extensor carpi ulnaris, EDC= extensor digitorum communis.

Gambar 3. Anatomi ligamentum elbow dari aspek lateral. AL= annular


ligament, LUCL= lateral ulnar collateral ligament, RCL= radial
collateral ligament.

5
Epikondilitis lateral berhubungan erat dengan cedera kapsuler, penebalan serta
robekan pada lateral ulnar collateral ligament (LUCL) dan radial collateral ligament
(RCL). Kompleks lateral collateral ligament terdiri atas RCL, ligamen annular,
ligamen accessory lateral collateral, dan LUCL. RCL berasal dari epikondilus lateral
bagian anterior dan bergabung dengan fiber ligamentum annular dan fascia otot
supinator. Ligamentum annular, stabilisator utama sendi proximal radioulnar,
melancip di bagian distal dan mengelilingi caput radial yang berbentuk corong.
Gangguan atau robekan pada ligamentum ini dapat menyebabkan instabilitas
radioulnar. Ligamentum accessory lateral collateral membantu menstabilkan
ligamentum annular namun ligamentum ini tidak selalu bisa ditemukan. Fiber
ligamentum accesory berasal dari krista supinator, di sepanjang aspek lateral ulna.
LUCL berkontribusi dalam memberikan konstrain ligamentum guna melawan stres
varus. LUCL berasal dari epikondilus lateral sebagai persambungan dari RCL, namun
LUCL berjalan di sepanjang aspek lateral dan posterior radius lalu masuk ke tuberkel
krista supinator ulna. Gangguan pada LUCL akan menyebabkan instabilitas rotasi
posterolateral elbow.(2)

6
BAB III

TENNIS ELBOW

DEFINISI

Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini
timbul sebagai akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan. Nyeri siku
dapat berupa sebagai tennis elbow (lateral epicondylitis) ketika terjadi cedera pada
tendon bagian luar.(1)

Gambar 4. Group otot yang termasuk adalah otot ektensor pergelangan tangan,
terutama otot ektensor carpi radialis brevis yang menimbulkan gejala pada tennis
elbow ini.

7
Gambar 5. Robekan ligament

EPIDEMIOLOGI

Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi


umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu,
jumlah pemain tenis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua
pasien tennis elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah tennis elbow sebenarnya
kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tenis. (1,3,4)

Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya. Kelainan
ini sering ditemukan pada orang-orang berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan
insidensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak
pada usia 30 hingga 50 tahun, serta usia rata-rata penderitanya adalah 42 tahun. (1,3,4)

PATOFISIOLOGI

Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena
trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada
mereka yang tidak profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik.
Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot extensor lengan

8
bawah, terutama pada origo ECRB, yang mengakibatkan robekan mikro lalu
degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis.(1)

Gambar 6. Gerakan backhand pada tenis yang menimbulkan tarikan


pada epikondilus lateral.

Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ECRB,
posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral
capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama
proses extensi elbow. Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi
dalam proses degenerasi dan tendinosis.

9
Gambar 7 : A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic ( angiofibroblastic
tendinosis) pada tennis elbow, terjadi disorganisasi kolagen normal
akibat invasi fibroblast.

B. Tendon normal.

Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna
abu-abu dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi
karena adanya proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan
ligamentum annular. Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya
disorganisasi arsitektur kolagen normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan
erat dengan respon reparatif vaskuler yang imatur, yang disebut juga dengan istilah
hiperplasia angiofibroplastik. Proses itu kemudian dikenal dengan nama
tendinosis angiofibroplastik karena tidak ada satu pun sel radang yang
teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis,

10
maka istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan
tennis Elbow.

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

Dari anamnesis, dapat diketahui bahwa pasien tennis elbow datang ke dokter
karena keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow, yang menjalar ke regio extensor.
Pada umumnya mereka berusia antara 20-50 tahun, dan mayoritas berusia di atas 30
tahun. Pasien sering kali melaporkan bahwa onset timbulnya nyeri sulit diketahui,
namun hal itu berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan
(pada tangan dominan) tanpa adanya trauma spesifik. (1,3,4)

Onset gejala biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah melakukan aktivitas
extensi pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat
timbul karena adanya robekan mikroskopik pada tendon.(1,3,4)

Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin memburuk
ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat. Pasien juga
merasakan kondisi yang mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika
pasien melakukan pukulan backhand tenis atau menggunakan obeng secara
berlebihan.(5,6)

Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke bawah melalui


aspek posterior lengan bawah. Terkadang, pasien dapat menentukan lokasi nyerinya
di sekitar 1,5 cm dari distal origo ECRB. Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi,
mulai dari yang paling ringan (seperti rasa mengganggu ketika melakukan aktivitas
berat seperti bermain tennis atau menggunakan alat tangan secara berulang-ulang),
atau nyeri berat yang terpicu oleh aktivitas sederhana seperti hendak mengambil dan
memegang gelas kopi. Secara umum, pasien tennis elbow akan mengeluhkan
penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan menggenggam, supinasi, dan extensi
pergelangan tangan. (1,3,4,5,6)

11
Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan aktivitas hidup
sehari-hari. Sehingga menanyakan riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
merupakan salah satu hal yang penting dalam menegakkan diagnosis. Selain tennis,
aktivitas lain juga dapat menimbulkan tennis elbow. Aktivitas-aktivitas tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aktivitas yang berhubungan dengan epikondilitis lateral

Kegiatan atau
Gerakkan
Olahraga

Bermusik Bermain biola

Bisnis Mengangkat tas yang berat

Pertukangan Memalu atau memutar sekrup

Perlistrikan Memotong kabel

Mekanik Gerakan repetitif

Bisbol Pitching

Olahraga raket Pukulan backhand

Angkat Berat Mengunci siku ketika dalam posisi


extensi
Berlayar
Mendayung
Politik
Menjabat tangan
Sekretariat
Mengetik

12
PEMERIKSAAN FISIK

INSPEKSI

Pada inspeksi, sulit untuk menegakkan diagnosis tennis elbow karena


biasanya tidak ditemukan adanya hematoma maupun edema pada lateral elbow.
Namun pada pasien tennis elbow yang sudah kronik, dapat ditemukan atrofi otot-otot
extensor. Meskipun tidak mungkin menegakkan diagnosis tennis elbow hanya dengan
inspeksi, kita tidak boleh mengabaikan pemeriksaan ini sebab jika kita menemukan
adanya eritema, pembengkakan atau pun lesi lain pada elbow, maka hal tersebut
justru akan menyingkirkan diagnosis tennis elbow.(3)

PALPASI

Dari palpasi, ada beberapa jenis pemeriksaan provokatif yang dapat dilakukan antara
lain:

1. Penekanan pada lateral elbow

Nyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada daerah sekitar
1-2 cm dari distal origo ECRB di epikondilus lateral. Apabila tanda ini tidak
ditemukan, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis tennis elbow. (3)

13
Gambar 8. Tes penekanan pada lateral elbow untuk mendiagnosis tennis elbow. Nyeri
akan timbul apabila penekanan dilakukan pada daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo
ECRB di epikondilus lateral.

2. Tes Maudsley

Pasien diminta untuk melakukan extensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu
pemeriksa menahan extensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu
akan menimbulkan ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif
terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti
pasien menderita tennis elbow. (1,3)

14
Gambar 9. Tes Maudsley.

3. Tes Mill

Pemeriksa meminta pasien agar memflexikan elbow dan pergelangan tangan, sambil
memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila
pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. (1,3,4)

Gambar 10. Tes Mill.

15
4. Tes Cozen

Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari pada


epikondilus lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil
mempronasikan lengan bawah secara radial lalu pasien mengextensikan pergelangan
tangan sambil melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa
dapat memflexikan dan mengextensikan lengan bawah pasien secara pasif. Semua
tindakan itu akan menimbulkan nyeri apabila pasien menderita tennis elbow. (1,3,4)

Gambar 11. Tes Cozen.

16
5. Tes Mengangkat Kursi (Chair Test)

Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi, kemudian
elbow diextensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan seperti itu akan
mempresipitasi nyeri Jika pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti
chair test positif dan itu salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa pasien
mengalami tennis elbow. (3,4)

Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada
bahu, siku, dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji
krepitus sendi radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis,
atau PIN entrapment. (3,4)

Jika ditemukan penurunan ROM, maka kita dapat mempertimbangkan untuk


melakukan pemeriksaan radiologis untuk mengevaluasi sendi yang bermasalah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologis biasanya dijadikan alat diagnostik cadangan untuk


kasus-kasus yang telah refrakter terhadap terapi non-bedah, untuk mengeksklusi
abnormalitas lain, dan untuk memeriksa luasnya kerusakan tendon. Secara umum,
pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah X-ray, CT-scan, MRI, dan
USG.(1,3,4)

1. X-Ray

Pemeriksaan X-ray biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengeksklusi


abnormalitas lain. Gambaran yang dapat ditemukan dari pemeriksaan X-ray pada
tennis elbow adalah deposisi kalsium (kalsifikasi) pada daerah yang berdekatan
dengan epikondilus lateral.

17
2. USG

Sensitivitas USG untuk mendiagnosis tennis elbow adalah 72-88%,


sedangkan spesifisitasnya adalah 36-62,5%, namun ada juga penelitian yang
melaporkan bahwa spesifisitasnya mencapai 67-100%, terutama untuk pasien-pasien
yang simptomatik. Dari pemeriksaan USG, diagnosis tennis elbow dapat ditegakkan
apabila pada tendon extensor communis ditemukan salah satu gambaran berikut ini:

- Robekan linear intrasubtansi


- Penebalan tendon
- Kalsifikasi intratendinosus
- Iregularitas tulang pada yang berdekatan
- Fokal hipoekoik regional
- Enthesophytes pada insersi tendon
- Cairan peritendinosus

Gambar 12. Foto posisi elbow dan transducer pada evaluasi US.

18
Gambar 13. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda panah menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan
intrasubstansi.

19
Gambar 14. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda panah yang atas menunjukkan tendon yang mengalami kalsifikasi, sedangkan
tanda panah yang bawah menunjukkan iregularitas tulang yang dekat dengan tendon
extensor communis.

Gambar 15. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow,
tanda bintang menunjukkan tendon yang terlepas dari tulang yang disertai dengan
cairan peritendinosus, sedangkan tanda panah menunjukkan enterofit pada tulang.

3. MRI

Posisi pasien dan pemelihan sekuensi yang tepat merupakan hal yang esensial
untuk menegakkan diagnosis tennis elbow dengan menggunakan MRI. Apabila
digunakan dengan tepat, maka MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam
mendiagnosis tennis elbow.

Pasien yang akan menjalani pemeriksaan MRI sebaiknya berbaring dengan


tangan terabduksi, elbow di-extensi, dan pergelangan tangan di-supinasi.
Abnormalitas tendon dan ligamen sebaiknya diperiksa dengan menggunakan densitas
proton weighted dan T2-weighted fast SE image (dengan atau tanpa saturasi lemak).
Dengan pemeriksaan MRI, kita dapat melihat penebalan serta robekan fokal pada
tendon.

20
Gambar 16. MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan robekan full-thickness
dan retraksi ECRB yang disertai dengan edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan
peritendinosus pada origo ECRB.

DIAGNOSIS BANDING

Adapun diagnosis banding tennis elbow adalah: (1,6)

1. Sindrom radial tunnel


Penyakit ini ditandai oleh adanya nyeri dan kelemahan pada sisi lateral siku
setelah pasien melakukan aktivitas berupa extensi siku atau rotasi lengan
bawah secara berlebihan. Gejalanya sangat mirip dengan epikondilitis lateral,
hanya saja area nyeri pada sindrom radial tunnel adalah sekitar empat jari ke
arah distal epikondilus lateral. Untuk benar-benar menyingkirkan diagnosis,
kita dapat melakukan pemeriksaan elektromiografi.

2. Bursitis olekranon
Pada bursitis olekranon, biasanya gejala diawali oleh adanya riwayat trauma,
perdarahan, sepsis atau riwayat rematik. Pada pemeriksaan fisis, kita dapat
menemukan adanya efusi sendi siku dan eritema pada kulit siku, pada
epikondilitis lateral kita tidak akan menemukan adanya tanda-tanda eritema.

21
Pada bursitis olekranon, nyeri dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada
olekranon sedangkan pada epikondilitis lateral, nyeri timbul saat dilakukan
penekanan pada epikondilus lateral.

3. Epikondilitis medial (golfer elbow)


Pasien epikondilitis medial biasanya memiliki riwayat aktivitas sering
melakukan gerakan flexi seperti bermain golf. Nyeri siku yang timbul pada
epikondilitis medial dipresipitasi oleh gerakan flexi dan supinasi, berbeda
dengan tennis elbow yang justru dipicu oleh gerakan extensi dan pronasi.

4. Penyakit-penyakit intra-artikuler seperti artritis, dan osteokondritis dissecan


pada capitelum.
Penyakit-penyakit artikuler biasanya ditandai oleh gejala kontraktur flexi
(pasien sulit melakukan extensi baik secara aktif maupun pasif) dan nyeri
sering kali timbul di akhir gerakan extensi. Berbeda dengan epikondilitis
lateral, di mana tidak ada keterbatasan gerakan flexi.

PENATALAKSANAAN

Terapi Fase Akut

Untuk tennis elbow fase akut, maka kita harus memberlakukan regimen
R.I.C.E seperti halnya cedera jaringan lunak lainnya. (1,3,5,6,7)

Hal tersebut melibatkan prosedur:

- Rest (istirahat)
- Ice (es)
- Compression (kompres)
- Elevation (elevasi)

22
Gambar 17. Prosedur RICE untuk epikondilitis lateral.

Bila terapi tersebut tidak berhasil, maka kita dapat melanjutkannya dengan:

Terapi Konservatif

Terapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien tennis elbow antara lain:

1. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)

NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien tennis elbow. Ada
banyak pilihan NSAID yang dapat digunakan yakni diclofenac, naproxen, ibuprofen,
dan inhibitor siklooksigenase. Obat-obatan tersebut dapat digunakan secara topikal
maupun sistemik. Meskipun memiliki banyak golongan, namun secara umum, profil
khasiat NSAID hampir sama.(5)

NSAID dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat sintesis


prostaglandin. Meskipun tennis elbow bukanlah suatu proses inflamasi, namun
berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan NSAID dapat mengurangi

23
gejala tennis elbow. Namun penggunaan NSAID dalam jangka panjang tidak
dianjurkan karena adanya efek samping pada traktus gastrointestinal dan ginjal.(6)

2. Kortikosteroid

Jenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi tennis elbow sebaiknya yang
memiliki efek anti-inflamasi yang kuat seperti triamcinolone dan betamethasone. Dan
pemberiannya harus dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek
sistemik.(6)

Gambar 18. Injeksi kortikosteroid pada epikondilus lateral.

Triamcinolone dan betametahsone dapat menurunkan inflamasi dengan cara


menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.
Banyak dokter yang lebih suka menggunakan betamethasone karena agen ini tidak
mengalami kristalisasi ketika dicampurkan dengan sediaan anestetik yang bebas
paraben. (6)

24
Terapi ini terkadang juga dikombinasikan dengan anestetik lokal; salah satu
kombinasi yang sering digunakan adalah 0,5 cc Xylocaine 2% dan 0,5 cc
methylprednisolone.

3. Vasodilator

Vasodilator dapat diberikan pada pasien tennis elbow karena agen ini dapat
menstimulasi sintesis kolagen dan membantu proses penyembuhan. Selain itu
vasodilator dapat mengurangi gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah
nitrogliserin transdermal. Obat ini dapat menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah
dengan cara menstimulasi produksi guanosine monofosfat intraseluler. (6,7)

4. Botulinum

Botulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri dengan cara memblokade
pelepasan asetilkolin, sehingga menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf
simpatetik dan perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara hati-
hati karena efek sampingnya dapat menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot
pernapasan. (6)

5. Terapi Fisik

Banyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasien-pasien tennis elbow
dengan cara memberikan stressing pada insersi ECRB melalui latihan gerakan
eksentrik dan konsentrik. Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan
kolagen yang padat pada area insersi ECRB, sehingga rasa nyeri akan tereliminasi. (7)

25
Gambar 19. Latihan flexi elbow 90 (kontraksi konsentrik pada otot-otot extensor
pergelangan tangan).

Gambar 20. Latihan extensi elbow 180 (kontraksi eksentrik pada otot-otot
pergelangan tangan).

Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam mengatasi gejala tennis
elbow. Namun sebelum melakukan gerakan-gerakan seperti itu, kita harus
memberikan memberikan konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi
nyeri ketika sedang melakukan latihan.

26
6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce bracing)

Penggunaan bebat counterforce dilakukan untuk mengurangi gaya tension


(tegangan) pada tendon extensor pergelangan tangan, dan ortotik jenis ini lebih
unggul dalam mengatasi tennis elbow jika dibandingkan dengan bebat biasa. Bebat
ini harus diletakan kira-kira 10 cm di arah distal sendi elbow. Penggunaan bebat
counterforce selama tiga minggu pada epikondilitis lateral, dapat menurunkan nyeri
dan meningkatkan kekuatan genggaman. Namun beberapa ahli menganggap bahwa
terapi ini tidak memberikan manfaat sama sekali dalam mengatasi tennis elbow.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi ini masih kurang superior jika
dibandingkan dengan terapi NSAID topikal dan injeksi kortikosteroid. (6,7)

Gambar 21. Counterforce bracing.

Terapi Pembedahan

Jika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis elbow, maka kita harus
melakukan pemeriksaan radiologis guna menyingkirkan kemungkinan adanya
kelainan lain yang menyertai tennis elbow dan mempertimbangkan terapi
pembedahan.(3)

Ada dua jenis pembedahan untuk mengatasi tennis elbow, yakni operasi terbuka dan
operasi dengan bantuan arthroskopi.

27
Operasi Terbuka

Operasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering digunakan untuk
mengatasi tennis elbow. Ada beberapa teknik operasi terbuka yang dapat dilakukan
untuk mengatasi tennis elbow yakni:

- teknik ablasi origo extensor communis,


- teknik melepaskan aponeurosis extensor dari epikondilus lateral (Hohmann),
- reseksi ligamentum orbikularis (Bosworth),
- denervasi sendi radiohumeral (Kaplan)
- prosedur Nirschl

Prosedur Nirschl

Prosedur Nirschl yang dimodifikasi merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan. Teknik ini memang tidak bisa mengeksplorasi sendi radiohumeral, namun
perdarahan pada teknik ini lebih minimal, prosedurnya lebih singkat, dan biayanya
lebih murah.(3)

28
Gambar 22. Foto intraoperatif prosedur Nirschl. Tanda panah menunjukkan adanya
robekan pada origo ECRB. Diskolorisasi abu-abu keputihan pada tendon
mengindikasikan adanya degenerasi.

Prinsip utama prosedur Nirschl adalah memperpanjang origo muskulofascial


pada pergelangan tangan dan extensor jari tangan. Prosedur ini diawali dengan
memisahkan extensor digitorum brevis dan extensor carpi radialis untuk
memudahkan akses ke ECRB. Bagian ECRB yang mengalami degenerasi dan sisi
extensor digitorum brevis yang ada di dekatnya dieksisi. ECRB yang telah dipotong
tidak perlu disambung kembali karena struktur ini didukung oleh perlekatan fascia
yang ada di dekatnya sehingga bisa mencegah retraksi distal. Lalu kita membuat
lubang di epikondilus, dan semua traksi spur disingkirkan. Kemudian extensor carpi
radialis longus dan extensor digitorum communis diperbaiki, setelah itu luka
ditutup.(3)

Rehabilitasi

Setelah menjalani pembedahan, terutama operasi terbuka, tangan yang


dioperasi harus diimobilisasi dengan menggunakan bebat. Setelah 1 minggu, bebat
dan jahitan dapat dilepaskan.

Jika bebat telah dilepaskan, maka kita harus segera memulai latihan fisik
dengan melakukan gerakan peregangan siku dan mengembalikan flexibilitas siku.
Latihan penguatan siku dapat dimulai dalam 2 bulan setelah pembedahan. Sedangkan
untuk latihan atletik yang jauh lebih berat, biasanya akan dimulai dalam 4 hingga
6,minggu setelah operasi.(8)

29
Alur Penatalaksanaan Tennis Elbow

Gambar 22. Alur penatalaksanaan tennis elbow menurut American Family Physician.

American Family Physician (AFP) merekomendasikan suatu alur


penatalaksanaan untuk mengatasi tennis elbow. Bila anamnesis dan pemeriksaan fisis
sudah konsisten dengan diagnosis epikondilitis lateral, maka pendekatan terapi yang
pertama kali dianjurkan adalah pengendalian inflamasi dengan memberikan NSAID

30
topikal atau oral, modifikasi gaya hidup, koreksi biomekanik dan implementasi
latihan fisik. Untuk melakukan hal tersebut, kita dapat mempertimbangkan
penggunaan bebat counterforce.

Jika gejala tennis elbow tidak mengalami perbaikan, maka kita dapat
melanjutkan terapi fisik yang lebih lanjut dan mempertimbangkan injeksi
kortikosteroid selama latihan fisik berlangsung. Selama latihan fisik ini, kita juga
dapat menggunakan strategi terapi kontemporer berupa penggunaan nitrogliserin
topikal dan akupuntur. Apabila gejala tennis elbow masih tetap bertahan, maka kita
harus segera merujuk pasien ke dokter ahli bedah ortopedi untuk mendapat
penanganan yang lebih lanjut. (6,7)

KOMPLIKASI

Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu terapi
konservatif maupun terapi pembedahan. Penggunaan obat-obatan NSAID dan
kortikosteroid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan hati, ginjal, dan
traktus gastrointestinal. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan
antara lain infeksi, penurunan ROM, serta kekakuan.(1,4)

PROGNOSIS

Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%,
meskipun tanpa terapi pembedahan. Meskipun begitu, epikondilitis lateral memiliki
potensi menjadi masalah kronik terutama jika tidak tertangani dengan baik. Untuk
menurunkan resiko kronik, maka pasien dianjurkan menjalani modifikasi aktivitas
dan koreksi biomekanik. (8,9)

31
BAB IV

KESIMPULAN

Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini
timbul sebagai akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan. Insidensi
tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan
ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis
yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow.
Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya dengan usia rata-
rata penderitanya adalah 42 tahun. Manifestasi klinis nyeri di daerah lateral elbow,
yang menjalar ke regio extensor, timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu
berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan
dominan) tanpa adanya trauma spesifik. Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow
yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien
beristirahat. Pengobatan pada Tennis elbow pada fase akut dapat diterapkan dengan
prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) seperti halnya cedera jaringan lunak
lainnya. Bila tindakan tersebut tidak juga dapat mengurangi gejala, makan dapat
dilakukan terapi konservatif ataupun dapat dilakukan terapi pembedahan bila
diperlukan. Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu
terapi konservatif maupun terapi pembedahan. Angka kesembuhan pasien dari
penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%, meskipun tanpa terapi pembedahan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Walrod BJ. Lateral epicondylitis. Medscape. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/96969-overview. Accesed on 2012
July 29.
2. Snell Richard S., Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
EGC:2010.

3. Surgeons AAOS. Tennis Elbow (Lateral Epicondylitis). OrthoInfo.


Available at: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00068 . Accessed
on 2009 July 31.
4. Tegner WS. Tennis Elbow. London: The London Hospital; 1959.
5. Geoffroy P, Yaffe MJ, Rohan I. Diagnosis and treating lateral epicondylitis.
Canadian Family Physician. 1994 January; 46.
6. Walz DM, Newman JS, Konin GP, Ross G. Epicondylitis: Patho-genesis,
Imaging, and Treatment. RSNA. 2010 February; 30(1): p. 167-184.
7. Suharto. Fisioterapi pada Tennis Elbow tipe II. CDK. 2000; 129.
8. Connell D, Burke F, Coombes P, McNealy S, Freeman D, Pryde D, et al.
Tennis injuries: occurrence, aetiology, and prevention. AJR. 2001
September; 40(5).
9. Pluim BM, Staal JB, Windler GE, Jayanthi N. Tennis injuries: occurrence,
aetiology, and prevention. Brit J Sports Med. 2006 January; 40: p. 415-423.

33

Anda mungkin juga menyukai