Anda di halaman 1dari 30

BAHAN AJAR KIMIA DASAR

(Hanya Dipergunakan Di Lingkungan Unhalu )

DISUSUN OLEH:

TIM DOSEN KIMIA DASAR

DIVISI KIMIA DASAR


UNIT MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HALUOLEO
K E N D A R I, 2010
KATA PENGANTAR

Kimia Dasar merupakan Mata Kuliah yang menjadi bagian dari kurikulum
program studi eksakta di lingkungan Universitas Haluoleo. Bahan ajar untuk Mata
Kuliah ini masih terbatas, terutama bahan ajar yang berbahasa Indonesia. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka bahan ajar Kimia Dasar ini disusun. Bahan ajar ini
hanya digunakan di lingkungan Universitas Haluoleo.
Materi dalam buku ajar Kimia Dasar ini meliputi Soikiometri, Struktur Atom
dan Sistem Periodik Unsur, Ikatan Kimia dan Struktur Molekul, Term dan
Konsentrasi Larutan, Kesetimbangan Kimia, Konsep Asam-Basa, Larutan
Penyangga, Hidrolisis, Hasil Kali dan Tetapan Kelarutan. Materinya disusun
sedemikian rupa agar mudah dicerna dan dipahami. Bahan ajar ini merupakan bahan
pelengkap buku-buku teks Kimia Dasar baik yang berbahasa Inggris maupun yang
berbahasa Indonesia.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan sehingga buku ajar ini dapat diselesaikan. Untuk perbaikan dan
penyempurnaan bahan ajar ini di masa mendatang, penyusun mengundang kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Kendari, Juli 2010

Penyusun

i
KATA SAMBUTAN

Salah satu hal yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran adalah


tersedianya bahan ajar yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Adanya buku ajar akan sangat berarti guna mengatasi minimnya buku-buku teks di
perpustakaan. Kami senantiasa memberikan dorongan dan dukungan kepada setiap
tenaga pengajar di Universitas Haluoleo untuk menyusun bahan ajar mata kuliah yang
diampuhnya. Dengan demikian kelangkaan bahan ajar akan teratasi.

Kami menyambut gembira atas tersusunnya bahan ajar Kimia Dasar oleh Tim
Dosen Mata Kuliah Kimia Dasar. Kami berharap bahan ajar ini dapat digunakan
seoptimal mungkin dan terus ditingkatkan kualitasnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada penyusun bahan ajar ini yang telah meluangkan segalanya untuk
peningkatan kualitas proses belajar-mengajar di Universitas Haluoleo yang kita cintai
ini.

Kendari, Juli 2010

Rektor Unhalu,

Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.Si.


NIP. 19620204 198703 1 004

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

KATA SAMBUTAN.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

TINJAUAN MATA KULIAH...........................................................................................v

I. STOIKIOMETRI:.......................................................................................................1

A. Persamaan Reaksi.......................................................................................................2

B. Bentuk-Bentuk Reaksi Kimia.....................................................................................3

C. Berat Atom dan Berat Molekul...................................................................................4

D. Mol.............................................................................................................................6

E. Rumus Empiris...........................................................................................................8

F. Pereaksi Pembatas.........................................................................................................10

II. STRUKTUR ATOM DAN.......................................................................................14

A. Struktur Atom...........................................................................................................14

B.Sistem Periodik Unsur...................................................................................................22

III. IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL..................................................28

A. Ikatan Kimia.............................................................................................................28

B. Bentuk Molekul........................................................................................................32

IV. LARUTAN I.............................................................................................................40

A. Terminologi yang Digunakan Untuk Larutan...........................................................40

B. Cara Menyatakan Konsentrasi Larutan.....................................................................41

V. KESETIMBANGAN KIMIA...................................................................................48

A. Hukum dan Tetapan Kesetimbangan Kimia..............................................................49

B. Perubahan Tetapan Kesetimbangan dari Bentuk Persamaan Reaksinya...................52

C. Merubah Keadaan Kesetimbangan : Prinsip Le Chatelier.........................................55

D. Perhitungan Kesetimbangan Kimia Beberapa Contoh Ilustrasi.............................57

iii
VI. LARUTAN II............................................................................................................62

A. Teori Asam dan Basa................................................................................................63

B. Kesetimbangan Ionisasi Air......................................................................................65

C. Derajat Keasaman (pH)............................................................................................65

D. Asam Kuat dan Basa Kuat........................................................................................66

E. Asam Lemah dan Basa Lemah.................................................................................67

F. Larutan Buffer..........................................................................................................68

G. Hidrolisis..................................................................................................................68

H. Hasil Kali Kelarutan.................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................76

iv
TINJAUAN MATA KULIAH

Nama Mata Kuliah : Kimia Dasar II


Kode Mata Kuliah :
Bobot : 3(1) SKS

Deskripsi Singkat

Mata kuliah ini membahas tentang Stoikiometri, Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur, Ikatan Kimia dan Struktur Molekul, Term dan Konsentrasi Larutan,
Kesetimbangan Kimia, Konsep Asam-Basa, Larutan Penyangga, Hidrolisis, Hasil Kali
dan Tetapan Kelarutan.

Kegunaan Mata Kuliah

Mata kuliah ini berguna untuk membantu mahasiswa memahami konsep-konsep dasar
ilmu kimia sehingga dapat mengenal dan mempelajari fakta tentang sistem kimia serta
mencari/menyusun teori yang dapat menjelaskan fakta-fakta tersebut.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa
eksakta semester I.

Tujuan Kurikuler Mata Kuliah

1. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menghitung jumlah
mol pada suatu sistem kimia.
2. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan
elektron dalam hubungannya dengan struktur atom dan sistem periodik serta dengan
pembentukan molekul.
3. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menghitung
konsentrasi, pH, dan tetapan kesetimbangan suatu larutan.

v
Urutan Penyajian
Pertemuan Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
1, 2, 3 I. Stoikiometri A. Persamaan Rekasi
B. Bentuk-Bentuk Reaksi Kimia
C. Berat Atom dan Berat
Molekul
D. Mol
E. Rumus Empiris
F. Pereaksi Pembatas

4, 5 II. Struktur Atom dan Sistem A. Struktur Atom


Periodik Unsur B. Sistem Periodik Unsur

6, 7 III. Ikatan Kimia dan Struktur A. Ikatan Kimia


Molekul B. Bentuk Molekul
8 Ujian Tengah Semester (UTS)
9, 10 IV. Larutan I A. Terminologi yang Digunakan
Untuk Larutan
B. Cara Menyatakan Konsentrasi
Larutan

11, 12 V. Kesetimbangan Kimia A. Hukum dan Tetapan


Kesetimbangan Kimia
B. Perubahan Tetapan
Kesetimbangan dari Bentuk
Persamaan Reaksinya
C. Merubah Keadaan
Kesetimbangan : Prinsip Le
Chatelier
D. Perhitungan Kesetimbangan
Kimia Beberapa Contoh
Ilustrasi

13, 14, 15 VI. Larutan II A. Teori Asam dan Basa


B. Kesetimbangan Ionisasi Air
C. Derajat Keasaman (pH)
D. Asam Kuat dan Basa Kuat
E. Asam Lemah dan Basa
Lemah
F. Larutan Buffer
G. Hidrolisis
H. Hasilkali Kelarutan
16 Ujian Akhir Semester (UAS)

vi
Petunjuk Mempelajari Bahan Ajar
Mahasiswa diharapkan mempelajari rangkaian bahan ajar secara runtun dan
berkesinambungan. Mahasiswa diharapkan pula melatih diri mengerjakan soal soal
yang ada pada bagian akhir setiap bab pokok bahasan serta wajib mengerjakan dan
mengumpulkan tugas kumulatif I dan II.

vii
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

I. IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis
ikatan kimia dan bentul molekul.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat:
a. menjelaskan peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia.
b. menjelaskan pembentukan ikatan ion
c. menjelaskan pembentukan ikatan kovalen
d. menjelaskan pembentukan ikatan hidrogen
e. menjelaskan terjadinya resonansi
f. menjelaskan pengecualian kaidah oktet
g. menghitung muatan formal
h. menjelaskan teori Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi (TPEK)
i. menggambarkan bentuk molekul
j. meramalkan geometri molekul
k. menggambarkan bentuk molekul.

A. Ikatan Kimia
1. Pendahuluan
Dua atom atau lebih dapat berinteraksi membentuk molekul atau senyawa dan ion.
Antaraksi ini selalu disertai dengan pengeluaran energi. Gaya-gaya yang menahan
dalam bentuk molekul atau ion disebut ikatan kimia. Disebut ikatan kimia jika antaraksi
tadi dapat mengeluarkan energi lebih dari 42 kJ. Jenis ikatan dalam molekul juga
menentukan gaya antarmolekul. Wujud bahan; padat cair atau gas juga bergantung pada
gaya-gaya ikatan. Ikatan bahkan dapat menentukan bentuk fisis molekul, maksudnya;
apakah molekul itu bulat, datar, kaku, atau lentur.

8
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

2. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia


Pada tahun 1916, gagasan tentang pembentukan ikatan kimia telah dikemukakan
oleh dua kimiawan Amerika yaitu Lewis dan Langmuir serta seorang kimiawan Jerman
Kossel. Menurut mereka; jika gas mulia tidak bersenyawa dengan atom lain, tentu ada
keunikan dalam konfigurasi elektronnya yang mencegah persenyawaan tersebut. Oleh
karena itu diduga bahwa dalam pembentukan senyawa atom-atom mungkin mengalami
perubahan dalam konfigurasi elektronnya yang mengakibatkan atom-atom itu lebih
menyerupai gas mulia. Teori inilah yang disebut dengan teori Lewis. Menurut Lewis:
1. Elektron valensi memainkan peranan penting dalam pembentukan ikatan kimia.
2. Dalam beberapa kasus, pembentukan ikatan kimia terjadi karena adanya
perpindahan satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom lain. Hal ini mendorong
terjadinya pembentukan ion positif dan ion negatif dan terbentuknya satu jenis
ikatan di antara kedua ion tersebut yang disebut ikatan ion.
3. Dalam kasus yang lain, pembentukan ikatan kimia terjadi karena pemakaian
bersama (patungan) elektron di antara atom-atom. Ikatan ini disebut ikatan
kovalen.
4. Perpindahan atau patungan elektron berlangsung sedemikian rupa sehingga setiap
atom yang terlibat mendapatkan konfigurasi elektron yang mantap. Konfigurasi
yang tercapai umumnya merupakan konfigurasi dengan 8 elektron pada kulit
terluarnya yang disebut teori oktet.

Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA

Lambang Lewis Li Be B C N O F Ne
3. Ikatan Ion
Suatu senyawa ion adalah stabil, karena dibebaskan energi kisi yang besar, jika ion-
ion membentuk padatan ionik. Senyawa ion mudah terbentuk jika logam dengan energi
ionisasi dan afinitas elektron rendah bereaksi dengan non logam dengan energi ionisasi
dan afinitas elektron tinggi.
Ciri-ciri ikatan ion adalah adanya perpindahan elektron dari atom logam ke atom
nonlogam atau perbedaan keelektronegatifan antara atom yang membentuk ikatan besar
(misalnya ikatan antara atom Na sebagai logam dengan atom Cl sebagai nonlogam
menghasilkan senyawa ion NaCl). Sifat-sifat senyawa ion adalah:
1. Padatan senyawa ion tidak menghantarkan listrik, sedangkan leburan maupun
larutannya dapat menghantarkan listrik
2. Titik leleh dan titik didihnya tinggi

9
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

3. Umumnya senyawa ion bersifat keras, permukaannya tidak mudah digores tetapi
distorsi menyebabkan tolak menolak antara ion yang sama sehingga getas (rapuh)
4. Umumnya senyawa ion melarut dalam pelarut polar dan tidak melarut dalam pelarut
nonpolar.

4. Ikatan Kovalen
Senyawa-senyawa seperti H2, O2, HCl dan sebagainya, tidak terjadi perpindahan
elektron tetapi pemakaian secara bersama elektron. Ciri ikatan kovalen adalah adanya
pemakaian bersama elektron antara atom nonlogam dengan atom non logam pula. Jika
elektron tertarik lebih kuat ke salah satu atom (yang memiliki keelektronegatifan yang
lebih besar) maka disebut ikatan kovalen polar (misalnya HCl). Jika tertarik sama kuat
atau keelektronegatifannya sama, maka terbentuklah senyawa kovalen nonpolar
(misalnya H2, O2). Ikatan kovalen yang lain adalah ikatan kovalen koordinat. Ikatan
kovalen ini mirip dengan ikatan kovalen tetapi hanya satu atom yang menyediakan dua
elektron (sepasang elektron) untuk dipakai bersama misalnya NH4+, NH3BCl3.

5. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antar-molekul yang disebabkan gaya tarik
menarik oleh atom yang sangat elektronegatif (F, O, atau N) terhadap atom hidrogen
dalam molekul lain.

Contoh : Molekul H2O.

H H

O ikatan hidrogen

O
H H

Karena atom O sangat elektronegatif, elektron-elektron yang dipakai bersama sangat


tertarik ke arah atom O, sehingga terjadi dua kutub : oksigen menarik muatan negatif ke
arahnya, dan hidrogen menjadi positif.maka antara hidrogen dan oksigen yang berlainan
molekul terjadilah semacam jembatan yang disebut ikatan hidrogen.
Senyawa-senyawa yang mengandung ikatan hidrogen dalam molekul-molekulnya
mempunyai titik didih yang tinggi, sebab untuk memutuskan ikatan hidrogen itu
diperlukan tambahan energi. Itulah sebabnya air, NH3, HF, alkohol dan sebagainya

10
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

memiliki titik didih yang tinggi. Urutan titik didih makin besar untuk asam halogen
adalah HCl, HBr, HI, dan HF.

6. Resonansi
Resonansi adalah keadaan jika lebih dari satu struktur yang masuk akal dapat ditulis
untuk satu spesies dan struktur yang benar tidak dapat ditulis secara keseluruhan. Atau
suatu molekul tidak dapat digambarkan dengan satu rumus Lewis saja tetapi dua atau
lebih rumus Lewis. Contoh untuk molekul SO2
Mana yang benar kedua struktur di atas, sebenarnya tidak satupun. Kedua struktur
menunjukkan
O S Obahwaatau
satu ikatan
O belerang-oksigen
S O O merupakan
S O ikatan tunggal
O Ssedangkan
O
yang lainnya
(a) (b) dua. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa sifat
adalah ikatan rangkap
kedua ikatan tersebut adalah sama. Rumus Lewis yang ekivalen inilah yang disebut
dengan bentuk resonansi atau hibrida resonansi.

7. Pengecualian Kaidah Oktet


a. Spesi elektron ganjil
Jika jumlah elektron valensi ganjil akan terdapat elektron yang tidak berpasangan
dan sekurang-kurangnya terdapat satu atom dengan oktet yang tidak lengkap. Misalnya
NO2.

O N O
b. Oktet yang tidak sempurna O N O
Tetapi adakalanya dijumpai struktur yang konfigurasi oktetnya tidak lengkap dan
dapat dibenarkan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh molekul BeCl2 atau BCl3.

Cl
x
Cl x Be x Cl Cl x B
x
Cl
c. Oktet yang diperluas
Pada pengisian elektron, subkulit d adakalanya tersedia sehingga oktet yang
diperluas dimungkinkan terbentuk, misalnya pada PCl5 dikelilingi oleh 10 elektron dan
SF6 dikelilingi oleh 12 elektron.

F
Cl Cl F F
P S
Cl Cl F F
Cl F

11
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

8. Muatan Formal
Dalam menuliskan struktur Lewis, kadang-kadang diperoleh beberapa susunan
atom, ikatan atau pasangan mandiri, dan semuanya memenuhi kaidah oktet, maka untuk
menentukan struktur yang masuk akal digunakan konsep muatan formal.

Muatnforml jumlahektron
jumlahpsnga 1jumlahpsnga
atomdl valensid m
elktronmadir 2elktronia
struk Lewis atombeas
Contoh untuk molekul NH4+ : muatan formal atom H dalam NH4+ = 1 0 2/2 =
0 (atom H memiliki satu elektron valensi, tidak ada pasangan elektron bebas, dan setiap
atom hidrogen memakai bersama dua elektron). Atom nitrogen memiliki lima elektron
valensi, dan nitrogen memakai bersama delapan elektron. Muatan formal N pada NH 4+
= 5 0 8/2 = +1. Jadi rumus molekul NH4+ dapat ditulis:

H H
H N
+ H
H N H
H H
12
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

B. Bentuk Molekul
Bentuk molekul dapat diramalkan dengan dua cara yang berbeda: (a) pengaruh
tolak menolak antara pasangan elektron dalam kulit valensi atom pusat, (b) distribusi
orbital atom pusat (cara ini dikenal dengan konsep hibridisasi). Teori tolakan pasangan
elektron kulit valensi (TPEK) atau VSEPR (Valence shell elektron pair reppulsion).
Prinsip teori ini adalah pasangan elektron dalam kulit valensi suatu atom cenderung
saling menjauhi agar tolak menolak antara pasangan-pasangan elektron seminimal
mungkin. Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan dalam menentukan bentuk
molekul:
1. Hitung jumlah elektron valensi (elektron pada kulit terluar) dari atom pusat.
2. Tambahkan dengan besarnya muatan untuk spesi yang bermuatan negatif atau
kurangi untuk spesi positif.
3. Tambahkan dengan jumlah atom yang terikat.
4. Bagi dengan dua; untuk menghasilkan jumlah pasangan elektron.
5. Tempatkan pasangan elektron sehingga mengelilingi atom pusat.
6. Jumlah pasangan elektron (d) dikurangi jumlah atom yang terikat adalah sama
dengan pasangan elektron bebas.
Bentuk pasangan-pasangan:
1. Dua pasang elektron. Atom pusat membentuk sudut 1800
2. Tiga pasang elektron. Susunannya berbentuk segitiga planar dengan sudut 1200
antara pasangan elektron.
3. Empat pasangan elektron. Ada dua macam susunan:
a. Segi empat datar dengan pasangan elektron terdapat pada pojok dengan sudut
antara pasangan e = 900.
b. Tetrahedral dengan pasangan elektron terdapat di pojok tetrahedral dengan
sudut 109,50 (sudut tetrahedral)
4. Lima pasangan elektron. Meskipun simetris yang terbaik adalah pentagon planar
(sudut 720) tetapi susunan tiga dimensi yang paling tepat adalah trigonal
bipiramida (sudut antara pasangan equatorial 1200 dan sudut antara pasangan axial
900).
5. Enam pasangan elektron. Susunannya berbentuk oktahedral dengan sudut antara
pasangan elektron yang ber-dekatan 900.
6. Tujuh pasangan atau lebih elektron. Hanya sedikit senyawa yang lebih dari enam
pasangan elektron mengelilingi atom pusat dan strukturnya ditentukan secara
khusus.

13
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

Contoh Soal 3.1


Ramalkan geometri BF3 dan NH4+.
Jawab:
(a). Untuk molekul BF3. (1) Elektron valensi B = 3; (2) BF 3 adalah molekul netral,
maka = 0; (3) Elektron dari 3 F untuk berikatan = 3; (4) jumlah elektron yang
terlibat dalam ikatan = 3 + 0 + 3 = 6; (5) jumlah pasangan elektron = 6/2 = 3; (6)
Susunan elektron yang mungkin adalah segitiga planar.
(b). Untuk molekul NH4+. (1) elektron valensi N = 5; (2) NH 4+ adalah ion dengan
muatan +1, maka = 1; (3) elektron dari 4 atom H untuk berikatan = 4; (4) jumlah
elektron yang terlibat dalam ikatan = 5 + ( 1) + 4 = 8; (5) jumlah pasangan
elektron = 8/2 = 4; (6) susunan elektron yang mungkin adalah tetrahedral.

14
Ikatan Kimia dan Struktur Molekul

Soal-soal Latihan
1. Jelaskan perbedaan utama antara senyawa ion dan senyawa kovalen
2. Uraikan dengan singkat dan sifat-sifat suatu senyawa kovalen disertai dengan
contoh senyawanya.
3. Uraikan dengan singkat dan jelas bagaimana terbentuknya suatu senyawa kovalen
koordinasi ?.
4. Jelaskan perbedaan antara ikatan kovalen koordinat dengan ikatan kovalen disertai
dengan contoh.
5. Tuliskan lambang Lewis untuk unsur Se, Br, Al, K, Ba, Ge dan P.
Jawab :
.. . .
.. Br . .. . .
.. Se . . . Al . K. . Ba . . Ge . P.
.. .
6. Tuliskan rumus Lewis untuk molekul Cl2, SO2, C2H4.
7. Gunakan lambang Lewis untuk membuat bagan pembentukan ikatan kovalen dalam
NH3, H2O dan HF.
Jawab:
.. ..
. N . + 3Hx . ..... .. ..
. H x xN. x H H N H
H H
.. . . .. . . ..
.O . + 2 Hx H x .O. x H
.. H .O. H

... ...
.. . . . + H x .F. ..
.F. Hx H .F. .

8. Gunakan rumus Lewis untuk menunjukkan pembentukan ikatan kovalen koordinat


dalam reaksi:
AlCl3 + Cl AlCl4
9. Jelaskan kegunaan dari lambang Lewis.
Jawab:
Kegunaan dari lambang Lewis adalah untuk menggambarkan elektron terluar yang
berperan dalam pembentukan ikatan kimia.
10. Gambarkan struktur Lewis untuk ion berikut ini:
a. CH3 b. NH4 c. ClO3 d. I3
11. Tunjukkan kepolaran dari ikatan dalam molekul-molekul HF; HOH dan
O=C=O. Yang manakan bersifat polar, jelaskan !
Jawab:

15
Larutan II

II. LARUTAN II

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat menghitung pH berbagai
larutan dan menghitung kelarutan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat:
a. menjelaskan teori asam basa menurut Arrhenius
b. menjelaskan teori asam basa menurut Bronsted Lowry
c. menentukan pasangan asam basa konjugasi
d. menjelaskan teori asam basa menurut Lewis
e. menjelaskan kesetimbangan ionisasi air
f. menjelaskan kekuatan asam dan basa
g. menjelaskan definisi asam kuat dan basa kuat
h. menentukan pH asam kuat
i. menentukan pH basa kuat
j. menjelaskan definisi asam lemah dan basa lemah
k. menentukan pH asam lemah
l. menentukan pH basa lemah
m. menjelaskan definisi larutan buffer
n. menghitung pH larutan buffer
o. menjelaskan larutan garam apa saja yang mengalami hidrolisis
p. menghitung pH larutan garam dari asam kuat dan basa kuat
q. menghitung pH larutan garam dari asam kuat dan basa lemah
r. menghitung pH larutan garam dari asam lemah dan basa kuat
s. menghitung pH larutan garam dari asam lemah dan basa lemah
t. menjelaskan definisi kelarutan
u. menjelaskan definisi hasil kali kelarutan, Ksp
v. menghitung tetapan hasil kali kelarutan dari persamaan reaksi
w. menentukan kriteria pengendapan
x. menjelaskan larutan belum jenuh, jenuh, dan larutan lewat jenuh
y. menjelaskan pengaruh ion senama terhadap kelarutan

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


62
Larutan II

z. menghitung kelarutan suatu senyawa dalam larutan.

A. Teori Asam dan Basa


Asam dan basa adalah senyawa elektrolit yang banyak berperan dalam reaksi
kimia. Asam bersifat korosif dan basa bersifat kaustik. Korosif artinya dapat merusak
logam dan marmer (meskipun ada logam yang tidak bereaksi dengan asam seperti
tembaga dan perak). Kaustik artinya dapat merusak kulit.
Penggolongan zat ke dalam asam dan basa pada awalnya didasarkan pada sifat-
sifat karakteristik yang dimiliki zat tersebut. Asam didefinisikan sebagai zat yang
memiliki rasa masam, memerahkan kertas lakmus biru dan bereaksi dengan logam
memghasilkan gas H2. Basa adalah zat yang memiliki rasa pahit dan membirukan kertas
lakmus merah. Reaksi asam dan basa menghasilkan garam.
Penggolongan asam dan basa berdasarkan sifat-sifat fisik di atas dirasakan tidak
tepat lagi karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap logam (misalnya Cu) dapat
bereaksi dengan asam dan tidak setiap basa rasanya pahit. Berdasarkan kenyataan
tersebut, muncul beberapa macam teori yang dikemukakan beberapa ahli kimia
mengenai definisi asam dan basa.

1. Teori Arrhenius
Menurut Svante August Arrhenius (1884), asam adalah zat yang jika dilarutkan
dalam pelarut air menghasilkan ion hidrogen (H+), contoh HCl dan H2SO4
HCl(aq) H+(aq) + Cl (aq)
H2SO4 (aq) 2H+ (aq) + SO42 (aq)
Sedangkan basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam pelarut air menghasilkan ion
hidroksida (OH) seperti NaOH dan Ca(OH)2
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH (aq)
Ca(OH)2 (aq) Ca2+ (aq) + 2OH (aq)

2. Teori Bronsted-Lowry
Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Bronsted (1879 1947) dari Denmark dan
Thomas Martin Lowry (1874 1936) dari Inggris, mendefinisikan asam dan basa
berdasarkan serah-terima proton dari asam ke basa. Menurut teori ini, asam adalah zat
yang dapat melepaskan proton (donor proton) dan basa adalah zat yang dapat menerima
proton (akseptor proton).

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


63
Larutan II

Contoh :
(1) H2O + NH3 NH4+ + OH
asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
(2) CH3COOH + H2O H3O + + CH3COO
asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
Pada reaksi (1), H2O memberikan H+ pada NH3 menjadi OH, sehingga H2O bertindak
sebagai asam dan NH3 sebagai basa, sedangkan pada reaksi (2) H2O menerima H+ dari
CH3COOH memjadi H3O+, sehingga H2O bertindak sebagai basa dan CH3COOH
sebagai asam. Zat seperti H2O yang dalam suatu reaksi bertindak asam dan dalam reaksi
lainnya bertindak sebagai basa dikenal dengan istilah amfoter (bersifat amfiprotik).
Pada reaksi (1), NH3 menerima H+ dari H2O menjadi NH4+, sehingga NH3 bertindak
sebagai basa dan NH4+ memberikan H+ pada OH menjadi NH3 sehingga NH4+ sebagai
asam dan OH yang menerima H+ bertindak sebagai basa, sedangkan pada reaksi (2)
H3O+ memberikan H+ pada CH3COO menjadi H2O , sehingga H3O +bertindak sebagai
asam dan CH3COO sebagai basa.
Pasangan asam-basa yang terjadi sebagai akibat pelepasan atau pengambilan proton
disebut sebagai pasangan asam-basa konjugasi . Asam NH 4+ merupakan asam konjugat
dari basa NH3 dan sebaliknya NH3 merupakan basa konjugat dari NH4+.

3. Teori Lewis
G.N. Lewis mendefinisikan asam dan basa pada tahun 1923, tetapi baru
disempurnakan pada tahun 1938. Menurut Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima
(akseptor) pasangan elektron dan basa adalah zat yang dapat melepaskan (donor)
pasangan elektron.
Contoh : :NH3 + BF3 H3N:BF3
basa asam
Atom pusat N pada molekul NH3 memiliki 1 pasang elektron bebas sedangkan atom
pusat B pada molekul BF3 tidak memiliki pasangan elektron bebas. Pada reaksi tersebut,
NH3 bertindak sebagai donor pasangan elektron dan BF 3 sebagai akseptor pasangan
elektron, sehingga NH3 bersifat basa dan BF3 sebagai asam.

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


64
Larutan II

B. Kesetimbangan Ionisasi Air


Meskipun sangat sedikit, air murni dapat mengalami ionisasi membentuk ion
hidronium dan ion hidroksida melalui reaksi autoprotolisis :

H2O + H2O H3O + + OH

Yang penulisannya disederhanakan menjadi :

H2O H+ + OH

Pada suhu 250C, tetapan kesetimbangan untuk reaksi tersebut adalah 1,8 x 1016,

sehingga : K = = 1,8 x 1016

Konsentrasi air dalam air murrni dan larutan encer dianggap tetap sebesar

= 55,5 mol/liter, sehingga diperoleh :

[H+][OH] = K.[H2O] = (1,8 x 1016)(55,5) = 1 x 1014 = Kw (tetapan air)

C. Derajat Keasaman (pH)


1. Pengertian pH
Menurut Arrhenius, senyawa asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam
air menghasilkan ion H+, sedangkan senyawa basa adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air menghasilkan ion OH. Semakin banyak ion H+ semakin kuat keasamannya
dan semakin banyak ion OH semakin kuat kebasaannya.

Kekuatan asam dapat juga dinyatakan dengan pH, yang menurut Sorensen
dirumuskan sebagai :

pH = log [H+]

Nilai pH berkisar dari 0 sampai dengan 14.

Sedangkan kekuatan basa dapat dirumuskan sebagai :

pOH = log [OH]


Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011
65
Larutan II

Catatan : rumusan pH dan pOH ini hanya berlaku untuk larutan encer dengan koefisien
aktivitas = 1.

2. Hubungan pH dan pOH


Semakin kuat suatu asam, konsentrasi ion H+ makin besar, berarti pH makin
kecil. Sebaliknya, basa makin kuat, konsentrasi ion OH makin besar, pOH makin
kecil , sehingga pH makin besar. Hubungan antara pH dan pOH adalah :

[H+][OH] = Kw

pH + pOH = pKw = 14

3. Batasan pH
Suatu larutan dikatakan asam, bila memiliki pH kurang dari 7 dan lebih besar
atau sama dengan 0, sebaliknya suatu larutan bersifat basa, bila memiliki pH lebih besar
dari 7 dan lebih kecil atau sama dengan 14. Sedangkan larutan yang memiliki pH sama
dengan 7 bersifat netral.

Nilai pH Sifat Larutan

0 pH <7 asam

pH = 7 netral

7 < pH 14 basa

D. Asam Kuat dan Basa Kuat


1. Asam Kuat
Asam kuat adalah asam yang dalam pelarut air terionisasi sempurna (derajat
ionisasi = = 1) membentuk ion H + dan ion sisa asam, sehingga mol asam yang
terionisasi sama dengan mol asam mula-mula :
HA(aq) H+ (aq) + A (aq)
H2B(aq) 2H+ (aq) + B2 (aq)
Harga pH ditentukan berdasarkan konsentrasi H+ dalam larutan :
pH = - log[H+] = - log [HA] = -log{2x[H2B]}

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


66
Larutan II

2. Basa Kuat
Basa kuat adalah basa yang dalam pelarut air terionisasi sempurna membentuk
ion OH dan ion sisa basa, sehingga mol basa yang terionisasi sama dengan mol basa
mula-mula
BOH(aq) B+ (aq) + OH (aq)
X(OH)2(aq) X2+ (aq) + 2 OH (aq)
Harga pOH ditentukan berdasarkan konsentrasi OH dalam larutan :
pOH = - log[OH] = - log [BOH] = -log{2[X(OH)2]}

E. Asam Lemah dan Basa Lemah


1. Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang dalam pelarut air hanya terionisasi sebagian
(derajat ionisasi : 0 < < 1) membentuk ion H+ dan ion sisa asam :
HA(aq) H+ (aq) + A (aq)
H2B(aq) 2H+ (aq) + B (aq)
Pada saat setimbang, [HA] = (1- ).[HA]0 dan [H+ ] = [A] = [HA]0, sehingga :

Ka = = , karena <<<1, maka 1- 1, sehingga persamaan di atas

menjadi :Ka = = 2[HA]0

Dengan demikian, maka pH dan untuk asam lemah dapat dirumuskan sebagai berikut :

[H+] = dan =

Tugas : bagaimana rumusan pH untuk asam lemah H2B?

2. Basa Lemah
Basa lemah adalah basa yang dalam air hanya terionisasi sebagian membentuk
ion OH dan ion sisa basa, maka
BOH(aq) B+ (aq) + OH (aq)
Dengan cara yang mirip seperti pada perhitungan asam lemah, maka diperoleh ;

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


67
Larutan II

[OH] = dan =

Tugas : bagaimana rumusan pOH untuk basa lemah Y(OH)2?

F. Larutan Buffer
Larutan buffer (penahan atau penyangga atau dapar) adalah larutan yang dibuat
dari asam lemah dan basa konjugasinya (garamnya) atau dari basa lemah dan asam
konjugasinya (garamnya). Sifat larutan buffer adalah mempertahankan harga pH, tidak
terpengaruh oleh pengenceran maupun penambahan sedikit asam atau basa. Keasaman
larutan tersebut dapat ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Campuran asam lemah dan basa konjugasinya (misalnya campuran CH 3COOH
dengan CH3COONa)
Dalam larutan, kedua zat tersebut terurai menurut reaksi :

CH3COOH H+ + CH3COO
CH3COONa Na+ + CH3COO

Adanya ion sejenis A menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kiri (derajat


ionisasi mengecil), sehingga [CH3COOH] = [CH3COOH]0 dan [CH3COO] =
[CH3COONa]

Jadi [H+] = =

pH = pKa + log

2. Campuran basa lemah dan asam konjugasinya (garamnya), misalnya campuran


larutan NH3 dan NH4Cl.
Dengan cara yang mirip seperti pada campuran asam lemah dan basa
konjugasinya, maka diperoleh

Jadi [OH] =

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


68
Larutan II

pOH = pKb + log

pH = pKw pKb + log

G. Hidrolisis
Hidrolisis adalah penguraian garam oleh air. Garam yang mengalami hidrolisis
adalah garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah
serta asam lemah dan basa lemah. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat
tidak mengalami hidrolisis.
1. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah (misalnya NH4Cl)
Jika asam kuat dan basa lemah dicampurkan kemudian tepat bereaksi, maka akan
terbentuk garam yang mengalami hidrolosis sebagian (kation NH4+ mengalami
hidrolisis). Garam tersebut dalam larutannya akan bersifat asam dan derajat
keasamannya ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
NH4Cl NH4+ + Cl
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Untuk hidrolisis kation yang berasal dari basa lemah, secara umum dapat ditulis :
M+ + H2O MOH + H+

K[H2O] =

Dalam larutan encer, [H2O] dianggap tetap serta [MOH] = [H+] dan [M+] = [M+]0,

sehingga K[H2O] = = Kh (tetapan hidrolisis) = K[H2O] =

Dengan mengalikan faktor , maka diperoleh :

Kh = = = [H+] = =

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


69
Larutan II

pH = {pKw pKb log[garam]}


2. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat (misalnya CH3COONa)
Jika asam lemah dan basa kuat dicampurkan kemudian tepat bereaksi, maka akan
terbentuk garam yang mengalami hidrolisis sebagian (anion CH 3COO mengalami
hidrolisis). Garam tersebut dalam larutannya akan bersifat basa dan derajat
kebasaannya ditentukan mirip dengan hidrolisis kation :

[OH] = =

pOH = {pKw pKa log[garam]}


pH = {pKw + pKa + log[garam]}
3. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah (misalnya CH3COONH4)
Jika asam lemah dan basa lemah dicampurkan kemudian tepat bereaksi, maka akan
terbentuk garam yang mengalami hidrolosis total (baik kation NH 4+ maupun anion
CH3COO mengalami hidrolisis) dan keasamannya tergantung pada perbandingan
antara Ka dan Kb nya.

[H+] = dan pH = {pKw + pKa pKb)

Jika : Ka < Kb , maka larutan bersifat basa (14 > pH > 7)


Ka > Kb , maka larutan bersifat asam (0 < pH< 7)
Ka = Kb , maka larutan bersifat netral (pH = 7)

H. Hasil Kali Kelarutan


Garam elektrolit yang sukar larut, membentuk sistem kesetimbangan
AxBy (s) xA+y (aq) + yBx (aq)

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi tersebut adalah : K =

K[AxBy] = [A+y]x[Bx]y
K[AXBY] adalah suatu tetapan (konsentrasi AXBY dianggap tetap) yang disebut Ksp (hasil
kali kelarutan). Dengan perkataan lain, Ksp didefinisikan sebagai hasil kali konsentrasi
ion-ion (berpangkat koefisiennya) suatu zat elektrolit saat tepat jenuh.
Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011
70
Larutan II

Jadi senyawa elektrolit AxBy memiliki harga Ksp = [A+y]x[Bx]y


Catatan : selain garam yang sukar larut, beberapa basa lemah juga memiliki harga Ksp.
Pertanyaan Tugas:
(1) apa syaratnya suatu basa lemah memiliki harga K sp? dan bilamana suatu basa lemah
memiliki harga Ksp dan bilamana memiliki harga Kb
(2) mengapa larutan asam lemah tidak memiliki harga Ksp.

1. Kriteria Pengendapan
Dalam proses pengendapan garam yang sukar larut (misalnya garam A xBy),
berlaku ketentuan-ketentuan berikut :
1. Jika [A+y]x[Bx]y > Ksp, maka terbentuk larutan yang lewat jenuh (terjadi endapan)
2. Jika [A+y]x[Bx]y < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
3. Jika [A+y]x[Bx]y = Ksp, maka terbentuk larutan belum jenuh
Catatan : [A+y] dan [Bx] adalah konsentrasi ion A+y dan ion Bx dalam campuran bukan
konsentrasi mula-mula.

2. Pengaruh Ion Senama


Pada kesetimbangan zat elektrolit yang sukar larut, jika ditambahkan asam, basa
atau garam yang mengandung ion senama pada zat elektrolit tersebut, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukan (memperkecil kelarutan).
Contoh Soal 6.1
Hitung pH dari larutan :
a. 100 mL larutan H2SO4 0,005 M
b. 100 mL larutan NH4OH 0,5 M (Kb = 1,8 x 105)
c. 50 mL larutan HCl 0,10 M + 50 mL larutan NH4OH 0,15 M
d. 100 mL larutan CH3COONa 0,1 M (Ka CH3COOH = 1 x 105)
Jawab:
a. Asam sulfat adalah asam kuat : H2SO4 2H+ + SO42
[H+] = 2 x [H2SO4] = 2 x 0,005 M = 0,01 M pH = 2
b. Ammonium hidroksida adalah basa lemah :

[OH] = = = 3 x 103 M

pOH = 3 log 3 pH = 11 + log 3


c. HCl + NH4OH NH4Cl + H2O

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


71
Larutan II

awal : 5 mmol 7,5 mmol 0


reaksi : 5 mmol 5 mmol 0
akhir : 0 2,5 mmol 5 mmol

[OH] = = = 9 x 106 M

pOH = 6 log 9 pH = 8 + log 9


d. Garam CH3COONa adalah garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat
(hidrolisis sebagian), sehingga larutan bersifat basa :

[OH] = = = 105 M pOH = 5 pH = 9

Contoh Soal 6.2


Larutan jenuh M(OH)2 memiliki harga Ksp = 4 x 1012, tentukan :
a. Kelarutan M(OH)2 dalam air murni b. pH larutan jenuh M(OH)2
Jawab:
a. M(OH)2 M2+ (aq) + 2OH (aq)
s 2s
Ksp M(OH)2 = [M2+][ OH]2 = (s)(2s)2 = 4s3

4 x 1012 = 4s3 s3 = 1012 s = ) = 104 M

Jadi kelarutan jenuh M(OH)2 dalam air murni adalah 104 M


b. [OH] = 2s = 2 x 104 M pOH = 4 log 2 pH = 10 + log 2
Jadi pH larutan jenuh M(OH)2 dalam air adalah 10 + log 2
Contoh Soal 6.3
Kelarutan jenuh AgCl dalam air murni pada suhu 25 0C adalah 1x 105 M, tentukan
kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,01 M
Jawab:
Dalam pelarut air, AgCl terionisasi menurut reaksi kesetimbangan :
AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl (aq)
1x 105 M 1x 105 M
Sehingga Ksp AgCl = [Ag+][ Cl] = (1x 105 M)( 1x 105 M) = 1x 1010 M2
Dalam larutan NaCl 0,01 M, terjadi reaksi :

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


72
Larutan II

AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl (aq) dan NaCl (s) Na+ (aq) + Cl (aq)
1x 105 M 1x 105 M 0,01 M 0,01 M
Adanya ion Cl dalam larutan NaCl menyebabkan reaksi kesetimbangan
bergeser ke arah AgCl dan konsentrasi ion Cl dalam larutan menjadi (0,01 M +
1x 105 M) 0,01 M, sehingga kelarutan AgCl dalam larutan NaCl menjadi :
Ksp AgCl = [Ag+][ Cl]
1x 1010 M2 = (s).(0,01M)
s = [Ag+] = 1x 108 M
Jadi kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,01 M adalah 1x 10 8 M (lebih kecil
dibandingkan kelarutan AgCl dalam air murni sebesar 1x 105 M).

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


73
Soal-soal Latihan
Teori Asam-Basa
1. Jelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis!
2. Apakah asam konjugasi dari :
a. NH3 b. HSO3 c. HPO42
3. Manakah di antara spesi berikut yang bersifat amfiprotik menurut teori Bronsted-
Lowry : a. H2PO4 b. NH4+ c. H2O
Apakah syarat yang harus dipenuhi oleh molekul/ion agar memiliki sifat
amfiprotik?
LarutanAsam dan Basa
1. Hitung pH dari larutan berikut : (Ka CH3COOH = 1x 105)
a. 100 ml larutan Ca(OH)2 0,01 M b. 100 ml larutan CH3COOH 0,036 M
2. Hitung pH campuran dari :
a. 50 mL larutan HCl 0,10 M + 50 mL larutan NaOH 0,15 M
b. 50 mL larutan H2SO4 0,10 M + 50 mL larutan NaOH 0,10 M
3. Berapa pH dari larutan H2SO4 10 M?
4. Berapakah volume H2SO4 40 % (massa jenis 1,47 g/mL) yang diperlukan untuk
membuat 6 liter larutan H2SO4 dengan pH = 2?
5. Setiap gram buah belimbing mengandung 1,8 mg asam oksalat, H 2C2O4(Ka = 0,05).
Jika 100 gram buah belimbing dengan air hingga volume 1 liter dan semua asam
oksalat larut, berapa pH larutan?
6. Larutan asam lemah 0,01 M memiliki pH = 3,5. Berapa harga Ka dan derajat ionisasi
asam lemah tersebut?
Hasil Kali Kelarutan
1. Berapa pH larutan jenuh Mg(OH)2, jika Ksp Mg(OH)2 = 4 x 105
2. Larutan jenuh L(OH)3 mempunyai pH = 9, berapa hasil kali kelarutan L(OH)3
3. Kelarutan CaF2 dalam air murni adalah 4,64 x 104, tentukan kelarutan CaF2 dalam
CaCl2 0,01M!
4. Berapa gram natrium formiat harus ditambahkan ke dalam 1 liter larutan yang
mengandung 18,4 gram asam formiat agar pH larutan = 3? (K a asam formiat = 1,7 x
104)
6. Berapa gram Ca(OH)2 dapat larut dalam 100 mL larutan NaOH 0,1 M?

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


74
(Ar Ca = 40, Ksp Ca(OH)2 = 5,5 x 106)

DAFTAR PUSTAKA

1. Keenan, 1986, Kimia Untuk Universitas, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

2. Petrucci, R.H., 1990, Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 1 dan 2, Erlangga,
Jakarta

Kimia Dasar Unit MKU 2010/2011


75

Anda mungkin juga menyukai