Evaluasi Jalan Beton Perkerasan Kaku DR Harmein PDF
Evaluasi Jalan Beton Perkerasan Kaku DR Harmein PDF
RIGIDPAVEMENTJALAN
KABUPATEN DEMAKDAN
INDRAMAYU
OUTLINE
PENDAHULUAN
TINJAUAN KONSEPTUAL
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menyusun rekomendasi
METODOLOGI
Pengumpulan Data
DataPrimer Datasekunder
DraftHasilEvaluasiImplementasiRigid
PavementdiKabupatenDemakdanIndramayu
Diskusipanel
Bersamanarasumberdanparapakar
Rekomendasi
TatalaksanaImplementasiRigidPavementpada
jalankabupaten
EVALUASIIMPLEMENTASI RIGIDPAVEMENT
JALANKABUPATEN DEMAKDANINDRAMAYU
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN
KABUPATEN DEMAK (1)
TINJAUAN
KONSEPTUAL
TINJAUANKONSEPTUAL
PERENCANAAN PENULANGAN
Konsep
Penyesuaian Operasi
Pengembangan Jalan
Jalan (Lebar Jalan)
dengan Fungsi (Hirarki) Jalan
PENINGKATAN
Po
BATAS
KONTRUKSI
JALAN
Pt
LINTASAN
IDEAL
BATAS
Indikator:
IRI dan SDI
KRITIS
Iri < 4,5 Iri < 4,5 Iri < 4,5 JIKA TANPA PROGRAM
Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin PENINGKATAN JALAN
Keterangan:
BATAS MASA PELAYANAN TIDAK MAMPU LAGI MELAYANI
LOS YANG ADA Fungsional
Po : Service Ability Indeks Awal (PHO)
Pt : Service Ability Indeks Akhir (Batas Umur
Pelayanan)
Nilai Po dan Pt tergantung pada klasifikasi Jalan (N, P, K) dan LHR
Indikator:
Kecepatan
PENGEMBANGAN KONSEP
PENGELOLAAN JALAN (6)
Persyaratan Jalan
Menurut : PP No. 34 Tahun 2006
SISJAR JLN
PRIMER SEKUNDER
URAIAN
ARTERI KOLEKTOR LOKAL LINGK ARTERI KOLEKTOR LOKAL LINGK
KECEPATAN RENCANA (km/jam)
60 40 20 15 30 20 10 10
LEBAR BADAN JLN (M)
11 9 7.5 6.5 11 9 6.5/3.5 6.5/3.5
TINGGI RUANG BEBAS (M)
5 5 5 - 5 5 - -
KEDALAMAN RUANG BEBAS (M)
1.5 1.5 - - 1.5 1.5 - -
BATAS LUAR RUAS JA DIHITUNG
DARI TEPI BADAN JALAN (M) 15 10 7 5 15 5 3 2
Jenis prasarana jln Bebas hambatan Jalan raya Jalan sedang Jalan kecil (street)
(free way) (high way) (road)
1. Pengendalian Penuh Dibatasi Tak dibatasi Tak ada
jalan masuk
8 Perawatan Memerlukan perawatan rutin tetapi relatif lebih Tidak perlu perawatan rutin, tetapi perbaikan
mudah kerusakan relatif lebih sulit
9 Biaya konstruksi dan perawatan Dikaitkan dengan proses konstruksi maka biaya awal Biaya awal relatif lebih mahal tetapi relatif tidak
perkerasan lentur lebih murah tetapi perlu ada memerlukan perawatan rutin, untuk masa umur
perawatan rutin tahunan atau lima tahunan yang sama
10 Karakteristik pembebanan Beban didistribusikan secara berjenjang dan Dengan nilai kekakuan yang tinggi, maka seluruh
bertahap sampai tanah dasar. beban diterima oleh struktur
11 Karaktersitik material Material utama adalah agregat, aspal dan filler (jika Material utama adalah agregat, semen dan filler
diperlukan). Sangat sensitif terhadap air. (jika diperlukan). Air dapat membantu proses
pematangan beton
KRITERIA PEMILIHAN JENIS
PERKERASAN
Kriteria Pemilihan Jenis Perkerasan (1)
Faktor Utama :
- Lalu lintas
- Karakteristik tanah
- Cuaca
- Pertimbangan konstruksi
- Daur ulang
- Perbandingan biaya
Kriteria Pemilihan Jenis Perkerasan (3)
Faktor Sekunder :
Untuk menentukan nilai modulus reaksi tanah dasar efektif tergantung dari kondisi struktur
perkerasan, yakni penggunaan lapisan pondasi bawah (subbase) dan kondisi kedalaman
pondasi kaku.
AASHTO 1993 Guide for Design of
Pavement Structures (7)
dimana:
Ec = Modulus elastisitas beton (psi).
fc = Kuat tekan beton (psi).
Kuat tekan beton fc ditetapkan sesuai pada
spesifikasi pekerjaan. Jika data kekuatan tekan
beton tidak ada (atau tidak dapat
diasumsikan), maka asumsikan Ec = 27.500 MPa
yang kuat tekannya 31,5 MPa.
AASHTO 1993 Guide for Design of
Pavement Structures (8)
dengan:
Pheff = Persen hari efektif hujan dalam setahun yang akan berpengaruh
terkenanya perkerasan (%).
Tjam = Rata-rata hujan per hari (jam).
Thari = Rata-rata jumlah hari hujan per tahun (hari).
WL = Faktor air hujan yang akan masuk ke pondasi jalan (%).
AASHTO 1993 Guide for Design of
Pavement Structures (11)
Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model kerusakan yaitu:
Retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat.
Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang
pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan.
Data lalu-lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta jumlah repetisi
masing-masing jenis sumbu/kombinasi beban yang diperkirakan selama umur rencana.
Tebal pelat taksiran dipilih dan total fatik serta kerusakan erosi dihitung berdasarkan
komposisi lalu-lintas selama umur rencana. Jika kerusakan fatik atau erosi lebih dari
100%, tebal taksiran dinaikan dan proses perencanaan diulangi.
Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total fatik dan atau
total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%.
Prosedur ini mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton.
Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai perkerasan
bersambung yang dipasang ruji.
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (3)
Umur Rencana
Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR)
20 tahun sampai 40 tahun.
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (5)
dengan:
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana .
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka.
R : Faktor pertumbuhan kumulatif yang besarnya tergantung dari pertumbuhan
lalu lintas tahunan dan umur rencana.
C : Koefisien distribusi kendaraaN
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (6)
Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi
bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap
mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (8)
Bahan pengikat.
Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu dari di bawah ini:
Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai dengan hasil perencanaan, untuk
menjamin kekuatan campuran dan ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi
semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan.
Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt).
Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari
minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2).
Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan
penutup beraspal atau lapisan beton semen.
Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu-lintas akan memberikan
pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton
semen, sehingga akan meningkatkan kinerja perkerasan dan mengurangi tebal
pelat.
Yang dimaksud dengan bahu beton semen dalam pedoman ini adalah bahu yang
dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu-lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau
bahu yang menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat
mencakup saluran dan kereb.
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (10)
Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk :
Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh
penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
Memudahkan pelaksanaan.
Mengakomodasi gerakan pelat.
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
Sambungan memanjang
Sambungan melintang
Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada
sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (11)
Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya
retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan
memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU- 24 dan
berdiameter 16 mm. Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
At = 204 x b x h dan
l = (38,3 x ) + 75
Dimana :
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2).
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi
perkerasan (m).
h = Tebal pelat (m).
l = Panjang batang pengikat (mm).
= Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).
Sambungan isolasi
Sambungan isolasi memisahkan perkerasan dengan bangunan yang
lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan dan
lain sebagainya.
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (14)
Sambungan isolasi
Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer)
setebal 5 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filler)
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (15)
Sambungan isolasi
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (16)
Pola sambungan
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (17)
Penutup sambungan
Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau benda lain
ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain yang masuk ke dalam sambungan
dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan atau pelat beton yang saling
menekan ke atas (blow up).
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang
didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya
secara tipikal sekitar 35 MPa (30-50 kg/cm2).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau
serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 55,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus
dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2)
terdekat.
Berdasarkan Tegangan Ekuvalen dan Faktor Erosi untuk perkerasan kaku dengan dan tanpa
bahu, tebal minimum slab beton 150 mm.
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Beton Semen (19)
Kekuatan Beton
Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati
dengan rumus berikut :
fcf = K (fc)0,50 dalam MPa atau fcf = 3,13 K (fc)0,50 dalam kg/cm2
dengan:
fc : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah.
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang dilakukan
menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :
fcf = 1,37.fcs, dalam MPa atau fcf = 13,44.fcs, dalam kg/cm2
dengan:
fcs : kuat tarik belah beton 28 hari
METODE ROAD NOTE 29
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (1)
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (2)
Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan
kaku, antara lain:
Umur Rencana
Penentuan umur rencana dapat ditentukan berdasarkan beberapa hal, yaitu:
Tipe jalan.
Kemungkinan jalan akan masih digunakan setelah akhir umur rencana.
Jenis perkerasan yang digunakan.
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (3)
Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal
perkerasan kaku, antara lain:
Lalu Lintas
Lalu lintas yang mejadi dasar perencanaan dalam metode ini adalah kendaraan
komersial dengan berat lebih dari 1500 kg yakni kendaraan pengangkut barang.
Beban dari kendaraan pribadi dianggap tidak berkontribusi besar terhadap
kerusakan struktural perkerasan yang timbul dari lalu lintas yang lewat.
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (4)
Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal
perkerasan kaku, antara lain:
Lalu Lintas
Dengan menggunakan data jumlah kumulatif kendaraan komersial yang diestimasi
akan menggunakan jalan rencana selama masa layannya maka kemudian agar dapat
dianalisis besaran ini perlu dikoneversi menjadi jumlah kumulatif beban sumbu
standard selama umur rencana.
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (5)
Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal
perkerasan kaku, antara lain:
Drainase
Perlu dicegah agar tinggi muka air tanah tidak naik sampai kedalaman 600 mm dari
konstruksi, hal ini dapat diatasi dengan saluran drainase di bawah permukaan atau
dengan meninggikan konstruksi menggunakan tanggul. Sangat penting menetukan
drainase yang efisien untuk mengalirkan air dari tanah dasar dan lapis pondasi bawah
sehingga menentukan umur daripada konstruksi dan pelayanan jalan tersebut.
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (6)
Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan
kaku, antara lain:
Tanah Dasar dan Lapis Pondasi Bawah
Road Note 29 A Guide to the Structural
Design of Pavements for New Roads (7)
Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan
kaku, antara lain:
Tebal Slab Beton
PERENCANAAN PENULANGAN
Perencanaan Tulangan Perkerasan
Jalan Beton Semen (1)
Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak sambungan susut, sedangkan
dalam hal beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup untuk
Dengan pengertian:
As : luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat)
fs : kuat-tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh. g :
gravitasi (m/detik2).
h : tebal pelat beton (m)
L : jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m) M
: berat per satuan volume pelat (kg/m3)
: koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah
Perencanaan Tulangan Perkerasan
Jalan Beton Semen (4)
Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton semen bertulang menerus dengan
tulangan dihitung dari persamaan berikut :
Dimana:
Ps : persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas penampang
beton (%)
fct : kuat tarik langsung beton = (0,4 0,5 fcf) (kg/cm2)
fy : tegangan leleh rencana baja (kg/cm2)
n : angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec), dapat dilihat pada Tabel 11 atau
dihitung dengan rumus
: koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya
Es : modulus elastisitas baja = 2,1 x 106 (kg/cm2)
Ec : modulus elastisitas beton = 1485 fc (kg/cm2)
Perencanaan Tulangan Perkerasan
Jalan Beton Semen (6)
Persentase minimum dari tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah
0,6% luas penampang beton. Jumlah optimum tulangan memanjang, perlu dipasang agar
jarak dan lebar retakan dapat dikendalikan.
Perencanaan Tulangan Perkerasan
Jalan Beton Semen (7)
Dimana:
Lcr : jarak teoritis antara retakan (cm).
p : perbandingan luas tulangan memanjang dengan luas penampang beton.
u : perbandingan keliling terhadap luas tulangan = 4/d.
fb : tegangan lekat antara tulangan dengan beton = (1,97fc)/d. (kg/cm2)
s : koefisien susut beton = (400.10-6).
fct : kuat tarik langsung beton = (0,4 0,5 fcf) (kg/cm2)
n : angka ekivalensi antara baja dan beton = (Es/Ec). Ec : modulus Elastisitas beton
=14850 fc (kg/cm2)
Es : modulus Elastisitas baja = 2,1x106 (kg/cm2)
Perencanaan Tulangan Perkerasan
Jalan Beton Semen (8)
Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan yang halus dan jarak antara retakan
yang optimum, maka :
- Persentase tulangan dan perbandingan antara keliling dan luas tulangan harus
besar
- Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bars) untuk memperoleh tegangan lekat
yang lebih tinggi.
Jarak retakan teoritis yang dihitung dengan persamaan di atas harus memberikan hasil
antara 150 dan 250 cm. Jarak antar tulangan 100 mm - 225 mm. Diameter batang
tulangan memanjang berkisar antara 12 mm dan 20 mm.
Perencanaan Tulangan Perkerasan
Jalan Beton Semen (9)
Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus dengan
tulangan dihitung menggunakan persamaan (8).
Tulangan melintang direkomendasikan sebagai berikut:
a. Diameter batang ulir tidak lebih kecil dari 12 mm.
b. Jarak maksimum tulangan dari sumbu-ke-sumbu 75 cm.
Penempatan tulangan
Umur sisa atau remaining life (RL), dipengaruhi oleh beban lalu lintas terhadap
pertambahan waktu, dihitung dengan persamaan :
Untuk jalan tol nilai N1,5 digunakan N2,5 dimana P2 = 2,5 adalah perkerasan
pada kondisi kritis.
Perencanaan Lapis Tambah Perkerasan
Beton Semen
Dengan pengertian :
Tr : tebal lapis tambahan
T : tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan lapis pondasi bawah dari
jalan lama sesuai dengan cara yang telah diuraikan.
T0 : tebal pelat lama (yang ada)
Cs : koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama yang nilainya sebagai berikut:
Cs = 1, kondisi struktur perkerasan lama masih baik
Cs = 0,75, kondisi perkerasan lama, baru mengalami retak awal pada sudut-sudut sambungan
Cs = 0,35, kondisi perkerasan lama secara struktur telah rusak
Tebal minimum lapis tambahan dengan lapis pemisah sebesar 150 mm. Lapis pemisah dimaksudkan untuk
mencegah refleksi penyebaran retak perkerasan lama ke lapis tambahan, yang biasanya terbuat dari beton
aspal dengan ketebalan minimum 3 cm.
Perencanaan Lapis Tambah Perkerasan
Beton Semen
Dimana :
Tr : tebal lapis tambahan
T : tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan atau lapis
pondasi bawah dari jalan lama sesuai prosedur yang telah diuraikan
T0 : tebal pelat lama (yang ada)
Cs : faktor yang menyatakan keadaan struktural perkerasan lama, yang besarnya antara
0,75 -1.
Tebal minimum lapis tambahan ini sebesar 130 mm. Letak sambungan pada lapis tambahan
harus sama dengan letak sambungan pada perkerasan lama.
Perencanaan Lapis Tambah Perkerasan
Beton Semen
Tr = T Te
Dengan pengertian :
Tr = tebal lapis tambahan
T = tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan atau lapis
pondasi bawah dari jalan lama sesuai prosedur yang telah diuraikan
Te = tebal efektif perkerasan lama
Tebal lapis tambahan perkerasan lentur yang diletakkan langsung di atas perkerasan beton
semen dianjurkan minimum 100 mm.
Kriteria Suatu Perkerasan Jalan untuk di
Lapis Tambah (overlay) (1)
Faktor penyebab kerusakan pada Flexible Pavement dan Rigid Pavement dapat
dibedakan menjadi:
Kerusakan Struktural
Kerusakan Struktural
Kerusakan Pada Perkerasan Kaku
(Rigid Pavement) (4)
Kerusakan Fungsional
KONSEP PEMELIHARAAN
PERKERASAN KAKU
Konsep Pemeliharaan Perkerasan Kaku
(1)
Menurut AASHTO 1993, kandidat metode perbaikan yang mungkin serta metoda
preventive yang dapat dilakukan untuk tipe kerusakan
Konsep Pemeliharaan Perkerasan Kaku
(3)
Selain itu jika dilihat lebih lanjut sistem pemeliharaan jalan yang ada saat ini juga sering didasarkan
atas nilai IRI yang merupakan indikator untuk tingkat kekasaran jalan.
Pemeliharan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan setiap tahun dan mencakup pekerjaan:
- Penambalan lubang (Patching), dengan terlebih dahulu melakukan pekerjaan persiapan yang
meliputi, pembersihan dan pemotongan lubang
- Pembersihan drainase
Pemeliharaan berkala, yang biasanya dilakukan setiap lima tahun dan mencakup pekerjaan:
- Pelapisan Ulang (Overlay)
- Pemarkaan (Marking)
- Perbaikan dan pembangunan fasilitas drainase
Konsep Pemeliharaan Perkerasan Kaku
(5)
PENYELIDIKAN EVALUASI LAPANGAN
Penyelidikan Lapangan (1)
Survei Kondisi Visual adalah survey yang dilakukan secara pengamatan langsung di
lapangan, kerusakan apa saja yang tampak secara visual pada flexible/rigid
pavement.
Beberapa informasi minimum yang diperlukan dalam survey ini antara lain :
- Distress Type, adalah mengidentifikasi jenis kerusakan fisik yang ada pada
perkerasan. Jenis kerusakan ini harus diklasifikasikan berdasarkan kategori standar
yang ada.
- Distress Severity, adalah kondisi tingkat keparahan dari kerusakan yang terjadi agar
dapat diketahui sejauh mana tingkat kerusakan
- Distress Amount, adalah menyatakan jumlah kerusakan yang terjadi sesuai kombinasi
dari dua informasi diatas, jenis dan tingkat keparahannya.
Untuk pendekatan pemeriksaan secara visual pada perkerasan kaku dilakukan dengan
pengamatan pada tiap slab untuk setiap 200 m menggunakan form survei berdasarkan
jenis dan kategori kerusakan.
Penyelidikan Lapangan (3)
Adapun untuk jenis kerusakan pada perkerasan kaku dikategorikan dengan kriteria
sebagai berikut :
- Kategori 1 : Kerusakan dengan pola keretakan menyebar dan bervariasi dengan
tingkat keparahan yang tinggi
- Kategori 2 : Kerusakan dengan pola keretakan setempat dengan tingkat keparahan
yang tinggi
- Kategori 3 : Kerusakan dengan pola keretakan dengan satu jenis keretakan
bertingkat keparahan parah & menengah (lebar crack > 10 mm)
- Kategori 4 : Kerusakan dengan pola keretakan memanjang dengan tingkat
keparahan sedang (dengan lebar crack antara 5 mm s/d 10 mm)
- Kategori 5 : Kerusakan pada joint slab memanjang dengan tingkat keparahan
sedang (dengan lebar crack antara 5 mm s/d 10 mm)
- Kategori 6 : Kerusakan dengan pola tanpa keretakan dengan tingkat keparahan
rendah (dengan lebar crack < 5 mm).
- Kategori 7 : Kerusakan dengan pola tanpa keretakan pada permukaan overlay
dengan tingkat keparahan rendah (dengan lebar crack < 5 mm) akibat transfer
beban
Penyelidikan Lapangan (4)
Survei WIM ini berupa survei proses perhitungan berat kotor (gross weight)
kendaraan yang bergerak dan proporsi pembagian berat kendaraan terhadap
roda dan sumbu kendaraan tersebut dengan cara mengukur dan menganalisa
hasil tekanan dinamis roda kendaraan yang tercatat.
Penyelidikan Lapangan (7)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas daya dukung dari subgrade.
Pengujian DCP dilakukan pada titik dimana pengujian core drill dilakukan.
Penyelidikan Lapangan (8)
IMPLEMENTASI RIGID
PAVEMENT DI
KABUPATEN DEMAK
DAN INDRAMAYU
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Demak (1)
Pada proses penentuan kebijakan di Kabupaten Demak ada hal yang juga
telah dilakukan yaitu pembatasan beban kendaraan dengan penerapan
portal.
Penarikan kebijakan awal telah dilakukan secara baik, karena secara tidak
langsung memperhatikan aspek life cycle cost dengan diperhitungkannya
pengeluaran hingga tahap pemeliharaan. Namun demikian masih terdapat
ruang penyempurnaan dalam tahap penarikan kebijakan, a.l. dengan
memperhatikan hirarki-fungsi jaringan jalan serta volume lalu lintas dalam
penentuan prioritas implementasi rigid pavement.
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Demak (3)
2. Perencanaan (planning)
Dokumen perencanaan dalam bentuk Studi Kelayakan dan AMDAL tidak diperoleh
sehingga menurunkan skema implementasi yang tidak berpola.
PEMDA menyusun RPJP dan RPJM dengan mengutamakan pembangunan jalan di pusat
pusat produksi serta jalan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah
pemasaran. (PP No. 34/2006)
Untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas jalan kabupaten
ditetapkan sebagai jalan kelas III C dengan MST 8 ton, dan lebar jalan minimum 5m
tidak terpenuhi karena sebagian besar hanya 4m
Karena pertimbangan yang telah dilakukan pada tahap penarikan kebijakan maka
prioritas implementasi RP adalah sesuai dengan kebutuhan.
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Demak (4)
3. Perancangan (Design)
Dari sisi pelaksanaan evaluasi yang dapat disampaikan untuk konstruksi rigid
pavement di Kabupaten Demak adalah:
a. Secara umum pelaksanaan konstruksi adalah telah sesuai dengan
dokumen rancangan, namun demikian ditemukan beberapa kasus
ketidak-sesuaian, antara lain :
Karakteristik mutu beton yang di anjurkan adalah K-350 bukan K-300.
Nilai Slump untuk perkerasan jalan maksimum 5cm bukan 10 cm
b. Hasil kerja tidak menggambarkan kualifikasi pelaksana (kontraktor)
karena rancangan bersifat tipikal, sehingga keberhasilan atau kegagalan
konstruksi tidak langsung berhubungan dengan kinerja pelaksana.
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Demak (9)
4. Pelaksanaan (Lanjutan)
Slab beton bersambung dg tulangan, mutu K-300 tebal 20cm ukuran per petak 2 x 5 m
diameter tulangan 12mm jarak 50 cm dipasang diatas LC mutu K-125 tebal 5cm
Terletak diatas perkerasan lama
Kondisi tanah dasar (endapan aluvial) tidak diketahui daya dukungnya
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Demak (10)
5. Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan tidak dialokasikan pada ruas jalan yang di beton kondisi
ini akan berakibat buruk paling tidak dalam jangka menengah (5 tahunan)
pada hal seharusnya diperlukan alokasi dana pemeliharaan
rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan maupun rekonstruksi
Harga satuan pekerjaan beton K-350 = Rp. 2,177 2,514 Milliar/km lebar 4m
Harga satuan pekerjaan hotmix = Rp. 1,097 1,360 Milliar/km
Tahun 2012 Jalan beton = 17,425km = Rp. 29,590 Milliar
Biaya pemeliharaan tidak dialokasikan
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Indramayu (2)
2. Perencanaan (Planning)
3. Perancangan (Design)
4. Pelaksanaan
4. Pelaksanaan (Lanjutan)
Dari sisi pelaksanaan evaluasi yang dapat disampaikan untuk konstruksi rigid
pavement di Kabupaten Indramayu adalah:
a. Secara umum pelaksanaan konstruksi adalah telah sesuai dengan
dokumen rancangan, namun demikian ditemukan beberapa kasus
ruas wanasari-tugu (no.52)
ketidak-sesuaian, antara lain :
Nilai Slump untuk perkerasan jalan tidak ada data
b. Hasil kerja tidak menggambarkan kualifikasi pelaksana (kontraktor)
karena rancangan bersifat tipikal, sehingga keberhasilan atau kegagalan
konstruksi tidak langsung berhubungan dengan kinerja pelaksana.
4. Pelaksanaan (Lanjutan)
Slab beton bersambung dgn tulangan atau tanpa tulangan, mutu K-350, tebal 20cm, ukuran per
petak 4 x 5 m, diameter tulangan 12mm jarak 50 cm dipasang diatas LC mutu K-175 tebal 7-10cm
Terletak diatas perkerasan lama atau perkerasan baru
Kondisi tanah dasar (endapan aluvial) yang CBR nya rendah (hasil Tespit) diperbaiki dengan
pemasangan cerucuk dengan jarak 50 cm dan atasnya diberi material subbase tebal 20cm padat
Implementasi Rigid Pavement di
Kabupaten Indramayu (10)
5. Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan tidak dialokasikan pada ruas jalan yang di beton kondisi
ini akan berakibat buruk paling tidak dalam jangka menengah (5 tahunan)
pada hal seharusnya diperlukan alokasi dana pemeliharaan
rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan maupun rekonstruksi.
ruas wanasari-tugu (no.52)
ANALISIS
IMPLEMENTASI RIGID
PAVEMENT
ANALISIS PERBANDINGAN
PERKERASAN KAKU DAN LENTUR
Permasalahan antara Perkerasan
Kaku dan Lentur (1)
1 Perencanaan Pada perencanaan sambungan dan Pada bagian KAO harus lebih teliti.
tulangan perlu pertimbangan lebih teliti. Bermanfaat terhadap jalan-jalan
Bermanfaat hanya pada jalan-jalan untuk semua tingkat jumlah trafiic
yang tingkat ketajaman traffic yang
tinggi
Design Job Mix lebih mudah untuk Quality control untuk Job Mix
diteliti. Formula agak rumit karena harus
diteliti di laboratorium dan hasil Mix
Hamparan
Umur rencana dapat mencapai 15-40 Umur rencana relatif 5-10 tahun.
tahun. Jika terjadi kerusakan maka Kerusakan tidak bersifat merambat
kerusakan tersebut cepat dalam waktu
singkat
Pelaksanaan relative sederhana kecuali Pelaksanaan cukup rumit disebabkan
sambungan-sambungan Quality Control banyak terhadap
sejumlah varian termasuk control
temperatur
Permasalahan antara Perkerasan
Kaku dan Lentur (3)
11.00
10.00
9.00
8.00
Biaya (RP, Miliyar)
7.00
AC = 5 cm
6.00
Base = 9 cm Flexible
5.00 Slab Beton = 20 cm
Rigid
Subbase = 19 cm
4.00
Lean Concrete = 7 cm
1.00
-
- 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000
ESAL
68.000
Analisis Perbedaan Biaya (5)
11.00
10.00
9.00
8.00
Biaya (RP, Miliyar)
7.00
6.00
Flexible
5.00 AC = 5 cm
Rigid
Base = 9 cm
4.00
Slab Beton = 20 cm
3.00 Subbase = 19 cm
Lean Concrete = 7 cm
2.00
Subgrade CBR = 10% Subgrade CBR = 10%
1.00
Rigid Pavement Flexible Pavement
-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tahun
11,5
ANALISIS IMPLEMENTASI
RIGID PAVEMENT
PENENTUAN/PENARIKAN
KEBIJAKAN AWAL
4 Hirarki Fungsi Jalan Tidak diperhatikan/kurang jelas Tidak diperhatikan/kuramg jelas PM PU No 14/PRT/M/2010
(Lebar Jalan 4 m, saharusnya minimal 5,5 m (Sebaigan Lebar Jalan 4 m, saharusnya - Untuk Hirarki Fungsi Jalan
(Lokal Sekunder)) minimal 5,5 m (Lokal Sekunder))
5 Volume Lalu Lintas Tidak diperhatikan/kurang jelas Tidak diperhatikan/kurang jelas MKJI 1997
(LHR seharusnya 1500-2250 smp/hari (lokal (LHR seharusnya 1500-2250 smp/hari - Untuk volume lalu lintas
Ruas Dampyang-Gantar (no.10)
sekunder)) (lokal sekunder)) jalan kabupaten
PERENCANAAN (PLANNING)
2 Pencapaian Kierja Belum Tercapai Telah Tercapai - Seluruh PKL di Kabubaten dapat
Pelayanan Jalan - Diutamakan pembangunan di - Penyusunanan rencana umum jaringan saling terhubung
Kabupaten pusat produksi dengan daerah jalan kabupaten berdasarkan RPJMD - Pencapaian umur rencana jalan
ruas wanasari-tugu (no.52)
pemasaran
- Tidak terpenuhinya pangaturan
- Peningkatan pelayanan dasar dan
pembangunan perdesaan.
- Terpenuhinya persyaratan minimum
jalan.
penggunaan jalan (lebar - Berbasis penataan ruang di daerah - Terjaganya nilai Indeks Permukaan
minimum 6,5 m, tetapi sebagian terisolir dan rawan bencana serta dengan pemeliharaan.
besar 4 m) mendukung pusat produksi dan
pertahanan pangan
3 Prioritas Ruas Belum Tercapai Telah Tercapai - Merehabilitiasi jalan yang mengalami
Jalan Berdasarkan - Prioritas implementasi Rigid - Prioritas untuk merehabilitasi jalan rusak berat
Kriteria yang Pavement hanya sesuai dengan yang sudah mengalami rusak berat - Prioritas berdasarkan konsep dasar
ditetapkan kebutuhan dengan menerapkan konstruksi Rigid pembangunan Rigid Pavement.
Pavement.
2 Penentuan Tebal Tidak Ditemukan/Tidak ada Tidak Ditemukan/Tidak ada - Pemilihan Metode yang digunakan.
Perkerasan Kaku - Tidak ada Back up perhitungan - Tidak ada Back up perhitungan - Adanya perhitungan perancangan tebal
(calculation sheet) (calculation sheet) perkerasan berdasarkan metode yang
- Tidak ada Metode perhitungan - Tidak ada Metode perhitungan digunakan.
ruas wanasari-tugu (no.52)
yang diadopsi yang diadopsi - Tersedianya kebutuhan data-data yang
- Tidak memperhatikan jenis Tanah - Tidak memperhatikan jenis Tanah akan digunakan dalam perhitungan.
Dasar Dasar
- Tidak mempertimbangkan - Tidak mempertimbangkan
ketersediaan drainase ketersediaan drainase
1 Parameter Diketahui/Cukup Jelas Diketahui/Cukup Jelas - Sumber dan mutu bahan, seperti
- Sumber bahan dari pasok Ready mix - Sumber bahan dari pasok Ready mix agregat, semen, baja tulangan,
(tingkat mutu beton terjamin) (tingkat mutu beton terjamin) air, bahan adiktif, pengisi dan
- Untuk daerah yang sulit terjangkau - Untuk daerah yang sulit terjangkau penutup sambungan, serta
menggunakan concrete mixture kecil menggunakan concrete mixture kecil perlengkapan lainnya harus jelas
(tingkat mutu beton kurang terjamin) (tingkat mutu beton kurang terjamin) (memenuhi spesifikasi) dan
terdokumen.
2 Penyiapan Kurang Jelas Cukup Jelas - Persyaratan dan pemerikasaan
Tanah dasar - Terletak diatas perkerasan lama - Terletak diatas perkerasan lama/baru tanah dasar dan lapisa pondasi
ruas wanasari-tugu (no.52)
atau lapis
pondasi
- Kondisi tanah dasar (endapan aluvial)
tidak diketahui daya dukungnya.
- Kondisi tanah dasar (endapan aluvial)
yang CBRnya rendah diperbaiki dengan
- Stabilisasi tanah dasar apabila
persyaratan kurang dari minimum.
pemasangan cerucup jarak 50 cm - Pemasangan lembar kedap air
- Terdapat material subbase tebal 20 cm diatas lapis pondasi (minimum 10
padat cm arah lebar dan 30 cm arah
pamnjang)
3 Acuan Cukup Jelas Cukup Jelas - Bahan dan ukuran, pemasangan,
Perkerasan - Sesuai dengan dokumen perancangan - Sesuai dengan dokumen perancangan dan pembongkaran harus sesuai
dan panduan gambar rancangan (shop dan panduan gambar rancangan (shop dengan persyaratan
drawing) drawing) - Pembongkaran acuan dilakukan 8
jam setelah penghamparan beton.
4 Pengendalian Kurang Sesuai Cukup Sesuai - Pengambilan contoh bahan,
Mutu - Mutu beton K-300, seharunya K-350 - Mutu beton K-350 metode pengujian, seperti
- Nilai Slum 10 cm, seharusnya 5 cm - Nilai Slum tidak diketahui pengujian kuat lentur dan kuat
- Tebal slab beton 20 cm (2x5 m) - Tebal slab beton 20 cm (2x5 m) tekan beton, berat jeis dan
Ruas Dampyang-Gantar (no.10)
- Tebal LC mutu K-125 setebal 5 cm, - Tebal LC mutu K-175 setebal 7-10 cm, peresapan agregat, slump,
sharusnya 10 cm sharusnya 10 cm kandungan udara, penulangan
- Tulangan D12-500 - Tulangan D12-500 harus sesuai dengan
spesifikasi/standar
PELAKSANAAN (2)
4 Sambungan Kurang Jelas Kurang Jelas - Sambungan memanjang dan melintang, seperti
dan tulangan - Hanya sesuai dengan - Hanya sesuai dengan panduan sambungan pelaksanaan, muai, dan susut serta
panduan gambar rancangan gambar rancangan (shop sistem penyebaran Beban, seperti ruji (dowel), dan
(shop drawing) drawing) pelapis ruji (dowel coating) harus sesuai spesifikasi
dan dipasang sesuai dengan metode pelaksanaan.
- Pemasangan perlengkapan ruji, penutup
sambungan, tulangan, penggergajian, sekat
pemisah tipis juga harus dipasang sesuai dengan
metode pelaksanaan.
5
ruas wanasari-tugu
Pengadukan
beton
(no.52)
Diketahui/Cukup Jelas
- Sumber bahan dari pasok
Diketahui/Cukup Jelas
- Sumber bahan dari pasok
- Tersedianya alat ppenakaran, seperti bak
penimbang, timbangan, dan pengontrol tarakan.
Ready mix (tingkat mutu Ready mix (tingkat mutu beton - Terkontrolnya pengukuran, pengadukan, dan
beton terjamin) terjamin) penanganan beton, termasuk beton siap
- Untuk daerah yang sulit - Untuk daerah yang sulit hampar/ready mix (sesuai dengan spesifikasi).
terjangkau menggunakan terjangkau menggunakan
concrete mixture kecil (tingkat concrete mixture kecil (tingkat
mutu beton kurang terjamin) mutu beton kurang terjamin)
4 Metode dan cara- Belum diketahui Belum diketahui - Klasifikasi jenis kerusakan dan
cara pemeliharaan - Tidak ada data - Tidak ada data perbaikan.
- Pemilihan metode/cara pemeliharaan,
seperti injektion material penutup,
penambalan, perbaikan lapis atas,
penggantian, rekonstruksi.
- Ketersediaan dana
5 Sistem manajemen Kurang Jelas Kurang Jelas - Kebutuhan data-data (karakteristik
Pemeliharaan - Biaya pemeliharaan tidak - Biaya pemeliharaan tidak perkerasan, administrasi jalan,
dialokasikan pada ruas jalan dialokasikan pada ruas jalan yang konstruksi perkerasn, dan sejarah
ruas wanasari-tugu (no.52)
yang dibeton. dibeton. perbaikan).
- Penyelidikan, evaluasi, Proyeksi
tingkat pelayanan, Perkiraan
keperluan peneliharaan, Keputusan
Prioritas, Pemilihan Metode (Biaya
total), dan design pelaksanaan.
- Ketersediaan dana
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
KESIMPULAN
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH