Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Sulap Dunia

Bukti-bukti dokumen tertua yang memberi kesan suatu pertunjukan sulap ditemukan pada
lembaran papyrus, ditulis pada sekitar 1700 tahun sebelum Masehi, yang menceritakan suatu
kisah yang terjadi pada sekitar 2600 tahun sebelum Masehi. Dedi, seorang pesulap Mesir di
panggil untuk menghibur Raja Cheops. Salah satu dari trick yang ditunjukannya adalah
memotong kepala seekor hewan dan mengembalikannya dalam keadaan hidup tanpa terluka
sama sekali. Oleh Sang Raja, Dedi diminta untuk mengulang tricknya dengan menggunakan
narapidana atau tahanan. Dedi menolaknya dan membuat Raja kecewa, namun dia mengulang
kembali trick tersebut dengan menggunakan seekor sapi jantan sebagai gantinya.

Cups and Balls


Cups and balls atau cangkir dan bola juga sering dianggap sebagai salah satu trick sulap yang
tertua. Egyptologistsatau antropologis tentang Mesir telah mencatat lukisan di sebuah dinding
kuburan Mesir tua di Beni Hasan yang berumur antara 2500 ? 2200 tahun sebelum Masehi.
Lukisan tersebut menggambarkan dua orang yang sedang bermain dengan empat buah cangkir.
Walaupun gambaran tersebut tidak dapat dipastikan sebagai suatu permainan sulap, namun cups
and balls merupakan trick yang sangat tua dan masih popular hingga saat ini. Banyak variasi
dari trick tersebut, Tetapi efek dasarnya adalah bola dapat berpindah secara ajaib dari satu
cangkir ke cangkir lainnya, muncul dan lenyap sesuai keinginan si pesulap. Trick tersebut sering
diakhiri secara mengejutkan dengan keluarnya benda2 yang besar dari bawah cangkir tersebut,
kadang- kadang berupa anak ayam atau seekor tikus. Pangeran Charles menjadi anggota dari
suatu perkumpulan magicians yang bernama Magic Circle di London pada tahun 1975 setelah
mengunjungi perkumpulan itu dan dipertunjukan trick klasik tersebut.

Isaac Fawkes
Sejak abad ke delapan belas sulap menjadi suatu bentuk pertunjukan yang sangat popular. Isaac
Fawkes (1675-1731) merupakan seorang yang berjasa dalam membangkitkan minat dan
mempopulerkan sulap di Inggris. Dia bermain pada suatu Pekan raya yang besar dan menarik
kumpulan banyak orang untuk melihat trick -tricknya yang menakjubkan, banyak yang
percaya bahwa prinsip dari alat-alatnya yang spektakuler tersebut telah melampaui jamannya
pada saat itu. Salah satu dari alatnya yang ajaib adalah sebuah pohon apel yang tumbuh dan
mekar bahkan menghasilkan buah dalam waktu hanya kurang dari satu menit. Dia menjadi
sangat terkenal dan menjadi kaya raya hingga kematiannya.

Giuseppe Pinetti (1750 -1800), lahir di Italy, merupakan sosok lain yang sangat penting dalam
sejarah sulap. Diinspirasikan oleh kesuksesan Isaac Fawkes, dia juga mempertunjukan alat alat
yang ajaib dan menakjubkan. Dimanapun ia tampil selalu memperoleh kesuksesan yang luar
biasa. Bahkan karena ketenarannya ia sering diminta tampil untuk keluarga kerajaan. Pada tahun
1783, selagi ia megadakan pertunjukan di Paris, Henri Decremps, seorang ahli hukum di Paris
yang juga seorang pesulap amatir, membongkar metode sulap Pinetti dalam sebuah buku.
Ironisnya hal tersebut justru menjadikan ketenaran Pinetti menyebar dan bahkan lebih popular
dari sebelumnya. Pada tahun 1784 dia mengadakan pertunjukan di Haymarket Theatre London,
suatu event yang sangat penting karena merupakan awal perpindahan seni sulap dari jalanan dan
Pekan raya kedalam theatre. Menjadikan inspirasi bagi semua pesulap generasi berikutnya
John Henry Anderson (1814 -1874) adalah pesulap dari Skotlandia, sering disebut sebagai ?The
Wizard of the North?. Dia sangat sukses menembus seluruh Eropa, Amerika dan Australia.
Bahkan lebih dahulu dari Harry Houdini, pesulap yang paling terkenal dalam
publikasi. Anderson dikenal dengan alat-alatnya yang sangat besar, yang banyak terbuat dari
perak solid. Dia sempat menjadi kaya yang pada akhirnya kehilangan kekayaannya setelah
beberapa theatre tempat ia melakukan pertunjukan habis terbakar dan menjadikan dia bangkrut.

John Henry Anderson


Sejak saat itu masyarakat telah mengenal sulap sebagai suatu bentuk seni pertunjukan.
Kepopuleran dunia sulap berlanjut hingga keabad berikutnya bahkan banyak bermunculan
pesulap - pesulap hebat yang mempertunjukan keahliannya di hadapan penonton yang yang
lebih banyak jumlahnya. Pada masa tersebut sebelum adanya pertunjukan filem dan televisi,
sulap merupakan salah satu bentuk pertunjukan hidup yang sangat popular dan membangkitkan
antusias masyarakat dimanapun mereka mengadakan pertunjukan.

Riwayat Singkat Senior Sulap Indonesia

Marijoen VM

LAHIR : KUTOARJO - 1916


Dilahirkan pada tahun 1916 di Jawa Tengah tepatnya di satu desa daerah Kutoarjo. Pada
usia 14 tahun, sebagai murid sekolah Belanda di Kebumen, suatu malam melihat pertunjukan
sirkus Harmston yang datang di kotatersebut.Ia sangat tertarik melihat bagian pertunjukan sulap.
la benar-benar terpikat pada sulap yang disaksikan.
Malam berikutnya ia berhasil masuk tenda, sekalipun tanpa memiliki tanda masuk. Ia berusaha
masuk tenda semata-mata hanya ingin menyaksikan lagi permainan sulap. Entah berapa kali ia
menyaksikan sulap pada waktu itu.
Kemudian meneruskan pelajarannya di Sekolah Menengah Belanda di Jawa Barat. Suatu malam
ia menonton gambar hidup tentang berbicara perut, pada waktu itu masih dikatakan
"buikspreken". Peran utamanya Edgar Bergen dengan parner bonekanya yang dapat berbicara
dengan nama Charley Mac Charty.
Lagi-lagi ia tertarik pada pertunjukan ventriloquism. Hari bahagia datang baginya, yakni saat ia
mendapat kesempatan mempertunjukan beberapa triks sederhana yang pernah dipelajarinya.
Saat tersebut adalah ketika sekolahnya mengadakan pesta perpisahan pada salah satu gedung
pertunjukan Soceteit Galunggung Tasikmalaya.
Guru yang memimpin acara pertunjukan adalah berkebangsaan Belanda, memberikanpetunjuk
tentang sulap. Kepadanya bahkan dipinjami alat sulap berupa passe-passe botle dan beberapa
lain nya terbuat dari foam rubber.
Pertunjukan pada malam itu boleh dikatakan baik dan yang penting baginya adalah kepercayaan
diri serta pengalaman singkat pada malam perpisahan itu.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, ia menjadi kyosi dan penerjemah pada Latihan Pegawai
Negeri di Jakarta. Satu rombongan akrobat dan sulap yang didatangkan oleh Nippon Sendenbu,
memberi kesempatan kepadanya untuk menyaksikan sulap dari rombongan Maru-Ichi yang
membuka tendanya. di lapangan Gambir Timur.
Pada tahun 1951, untuk kedua kalinya ia tinggal dan bekerja di Jakarta. Ia ternyata masih saja
berminat pada .hobinya dan selalu mencari kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam
bi dang sulap dan ventriloquism.
la sempat berkenalan dengan Om Dick (Dick-Trouvaat), seorang penyulap ternama kebangsaan
Indo Belanda kelahiran Sumatra Barat yang pada waktu itu beralamat di jI.Surabaya Jakarta.
Dari Om Dick ia memperoleh banyak pengetahuan tentang sulap. Dari Om Dick ia mendapat
alamat untuk berlangganan majalah sulap, seperti "TRICK" dan"DE MAGIER" dari negeri
Belanda.
Dari sebuah toko penjual buku lama di Medan Senen, berhasil dibeli beberapa buku sulap dan
satu buku tentang "buikspreken" keluaran Uitgever H. Boiwning, Jogjakartadoeloe.
Korespondensi dengan Maher Course of Ventriloquism Detroit, Michigan, menambah banyak
pengetahuannya tentang berbicara perut.
Ketika sebuah rombongan akrobat membuka tenda pertunjukan di Yogayakarta, pada lapangan
sebelah selatan tembok benteng Vredenburg, ia menyaksikan akrobat dan sulap. la
berkesempatan berbincang-bincang dengan seorang seihu (guru) berasal dari Tiongkok yang
bertempat tinggal di Semarang. Perhatiannya lain lagi, yaitu tentang ketrampilan keseimbangan
(balancing act)
Saat baik dialami lagi, yaitu ia berjumpa dengan keluarga akrobat wanita Wong Giok Hwa di
Jakarta. Dari keluarga ini, ia memperoleh contoh peralatan untuk membuat sendiri alat balancing
act. Keluarga akrobat tersebut, kemudian membawanya ikut memberi pertunjukan hampir
seluruh kota di Indonesia.
Berkat latihan yang sangat tekun dengan mempergunakan alat standar, ia menjadi
seorang Indonesia yang menguasai balancing act ala Tiongkok.
Marijoen, Ventriloquist Magician dan Balancing act Performer adalah benar-benar seorang self
mademan dan akhirnya menjadi oneman-show yang terkenal sejak usia mudanya Kebumen.
Walau kini beliau telah tiada, kiranya semangat tidak pernah berhenti belajar beliau bisa
menginspirasi kita.
NOTE: Partner beliau dalam foto diatas bernama KOKO (COCO), dan telah menemani beliau
selama perjalanan karirnya bertahun tahun sebagai Artis Ventriloque, dan hingga kini KOKO
masih tersimpan rapi dan terawat sebagai bukti pernah ada seorang artis besar dalam dunia
ventriloque INDONESIA

ALEX H SINYAL (Bram)


LAHIR : Candi, SEMARANG - 1948 ; Wafat 5 Febuari 2012
"Apa itu sulap?" inilah pertanyaan yang selalu dilontarkannya kepada setiap orang yang
mengaku pesulap atau yang ingin mulai belajar sulap.
Sepertinya tidak ada pesulap Pro di Indonesia ini yang tidak mengenal pria satu ini. Orang yang
terkenal galak bila melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip sulap. Kecintaannya pada
dunia sulap tidak perlu diragukan lagi.
Pertemuannya dengan Van Diense berkebangsaan Belanda pada tahun 1956 ternyata telah
mengubah jalan hidup seorang Alex H Sinyal, yang kini akrab dipanggil dengan nama Om Bram
atau Om Alex.
Van Diense adalah seorang pastor yang menggunakan sulap sebagai salah satu sarana untuk
penyebaran agama atau yang dikenal dengan sulap gospel. Pastor inilah yang telah membuka
jalan bagi Alex masuk lebih dalam kedalam dunia sulap. Pada tahun 1958 Van Diense
membawa Alex berangkat ke negeri Belanda untuk disekolahkan di sebuah sekolah sulap di
negeri tersebut.
Setelah lebih kurang tiga tahun menimba ilmu seni sulap dan menamatkan sekolah sulap di
negara kincir angin tersebut, akhirnya Alex berhak menyandang sebutan Amateur Magician dan
kembali ke Indonesia.
Sekembalinya ke Indonesia, Alex mulai mempertunjukkan ilmu yang didapatkannya tesebut
dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain. Hingga akhirnya pada tahun 1965, Alex
telah memilih sulap sebagai profesi utamanya.
Berkelana dari satu night clubs ke night clubs, dari satu restoran ke restoran lain, telah
menggemblengnya dan semakin yakin bahwa sulap adalah jalan hidupnya, dan memutuskan
akan mengabdikan hidupnya pada seni sulap.
Pada tahun 1970, Alex telah terdaftar sebagai anggota International Brotherhood of Magician
(IBM) dan Linkin Ring.
Tur sulap keliling Jawa Tengah pernah dilakoninya dan mendapat penghargaan dari Pangdam
Diponogoro waktu itu, dan Penghargaan dari PMI setelah dia merampungkan tur sulap keliling
Jawa Barat, dan menurutnya sulap telah membawanya hampir ke seluruh bagian wilayah
Indonesia.
Pada tahun 1975, Alex membuka sebuah toko sulap di jakarta dan mendapat pengakuan dari
dunia sulap internasional sebagai dealer resmi alat dan perlengkapan sulap di Indonesia. Pada
masa itu adalah masa keemasan bagi dunia sulap Indonesia, dan akhirnya Alex mendirikan
pabrik alat sulap, dan menjadi manufakturer sulap pertama di Indonesia. Standing Voodoo Doll
versi jerami adalah salah satu kreasi beliau yang masih populer hingga sekarang. Alex juga
mendirikan sekolah Sulap diJakarta yang telah banyak melahirkan pesulap pesulap
berbakat Indonesia.
Dan hingga kini Alex masih aktif mengajar disekolah sulapnya, dan menjadi konsultan pesulap
pesulap muda.

BING RAHARDJA (Bing)


LAHIR : REMBANG - 1960
Apa yang diucapkan Basoeki Gandarahardja mengutip peribahasa Cina, benar adanya.
Perjalanan ribuan mil berawal dari satu langkah, kata pesulap yang beken dengan nama Bing
Rahardja,
Bagi Bing, satu langkah itu dimulai pada suatu hari ketika di sekolahnya diadakan pertunjukan
sulap yang dimainkan oleh seorang pesulap bisu. Hanya berbekal bahasa isyarat dan gerak
tubuh, namun sang pesulap mampu memikat perhatian seluruh hadirin, baik para guru apalagi
anak-anak didik. Dia mampu membuat kami duduk terpaku karena terpesona oleh sulapnya
yang ajaib, katanya. Bing melihat, kepercayaan diri pesulap bisu itu sangat besar. Dia memiliki
sesuatu yang khusus, yang professional: sulap!
Sejak itu, Bing bertekad mampu memainkan sulap. Sayang, ia tak seperti si bisu. Ia memiliki
kendala ini: pemalu dan kurang percaya diri. Mungkin karena ia anak bungsu dan satu-satunya
anak laki-laki dalam keluarganya, Bing selalu dilindungi oleh kedua kakaknya. Saya pemalu
dan kurang percaya diri. Teman saya sedikit dan saya tidak pernah berani berbicara di depan
orang banyak, tutur Bing mengingat masa kecilnya.
Pengalaman menyaksikan keberanian dan kemahiran pesulap bisu ternyata bagaikan hantaman
di kepalanya. Ini membuatnya tersadar: Tuhan memberi bakat-bakat khusus terhadap setiap
manusia. Ia harus mengembangkan bakat yang tentu dimilikinya.
Ketika tekadnya membulat, datang pula kendala lain. Rembang, tempat Bing lahir,
bukan kota besar. Sumber informasi berupa buku-buku dan peralatan sulap terbilang minim.
Sebenarnya ada seorang Pak Tua, tetangganya, yang boleh disebut pesulap amatir. Sayang setiap
Bing kecil minta diajari bersulap, ia selalu ditampik. Kamu masih kecil, nanti saja kalau sudah
besar, kata orangtua itu. Si kakek tampaknya khawatir kalau ilmu sulap nantinya
disalahgunakan buat macam-macam.
Pada suatu Kamis menjelang senja, Bing kecil bersepeda ke pasar. Pada hari pasar itu, di
keramaian pedagang ia menemukan sesuatu: tukang sulap!
Yang membuatnya girang, pesulap itu tak hanya unjuk kebolehan, tapi juga menjual buku
bermain sulapnya. Tanpa menunggu lebih lama, ia membeli buku rahasia sulap-nya yang
pertama. Gembira sekali rasanya, serasa pintu dunia sulap mulai terkuak, ucapnya.
Permainan tali adalah yang pertama ia kuasai; sayang, ia belum mampu mempertontonkannya.
Ia masih Bing yang pemalu. Tetapi beberapa temannya yang mengetahui kemampuan barunya
itu. Lalu, dengan setengah dipaksa, ia menunjukkan kebolehannya ber-simsalabim dan
berhasil mengelabui para teman dan kerabat. Hidup saya pun berubah. Dari bocah pemalu,
saya menjadi seorang yang ceria penuh tawa. Rasa percaya diri saya pun tumbuh, kenangnya.
Sebenarnya, cita-cita asal Bing adalah menjadi pelukis, yang kemudian pupus dan tergantikan
oleh minat pada sulap. Dan orangtuanya pun tidak keberatan. Apalagi sejak kecil kegemarannya
bermain sulap tak mengganggu sekolahnya; nilai rata-rata rapornya tujuh.
Selepas SMA ia merantau ke Jakarta, dan melanjutkan kuliahnya di Yayasan Administrasi
Indoneisa (YAI). Sembari kuliah ia juga bekerja. Di sela-sela rutinitas itu ia masih belajar sulap.
Suatu ketika, nasib mempertemukannya dengan Sanjaya dan Rudolf Morate, di daerah Glodok,
pusat kegiatan usaha di Jakarta Barat. Kedua kenalan barunya itu pesulap professional. Mereka
juga suka bermain di Glodok. Setiap ada show saya tonton. Sampai lima kali pertunjukan
dalam sehari semua saya saksikan, aku Bing.
Rudolf tahu, ia mempunyai seorang penonton setia, Bing Rahardja. Dalam satu kesempatan,
pesulap ini menyatakan kesediaannya mengajari ilmu bersulap pada Bing. Ia guru sulap
pertama saya, kata Bing, yang lalu menerima pelajaran bersulap lima kali dalam seminggu.
Sebagai pesulap, ia pertama dibayar pada akhir 1980-an. Itu lantaran pemilik paviliun yang
menjadi tempat ia berkantor mengetahui kemahirannya bermain sulap. Nah, saat pemilik
paviliun tadi berpesta ulang tahun, Bing pun ditanggap bermain, dan dibayar sebesar Rp 25 ribu
dan inilah honornya yang pertama. Ia bukan saja girang mendapat uang, tetapi juga terdorong
menjadikan sulap sebagai profesinya. Padahal waktu itu presentasi saya masih kurang bagus,
kata Bing.
Tapi Bing sempat ragu melihat nasib pesulap yang selalu dianggap pelengkap penderita oleh
pengundang. Kalah pamor dengan badut. Ini juga saya alami ketika mulai banyak dapat show.
Terutama soal tempat, mereka seolah tak mau tahu sulap butuh persiapan sebelum turun
bermain, keluhanya. Pengalaman berbeda ia terima dari pengundang ekspatriat. Mereka
misalnya tidak menyajikan makanan pada anak-anak saat pertunjukan berlangsung, sehingga
konsentrasi mereka hanya tertuju kepada pemainan.
Sesekali, Bing mengalami kegagalan ketika tengah ber- bim salabim. Tapi ia menyadari, ini
bagian dari risiko profesi yang tak terhindari sama sekali.
Sulap bagi Bing bukan sekadar melenyapkan benda dari penglihatan penonton, tapi seni
untuk menghibur. Kita sebagai pesulap sebenarnya aktor yang bermain, dan membuat penonton
terpaku, jelasnya. Nah untuk urusan ini, Endang Winarti turut andil. Istrinya ini lulusan
fakultas sastra Inggris, yang mengajarinya bertutur secara terstruktur. Atau mengoreksi tiap
penampilannya. Dukungan keluarga memang sangat berarti bagi saya, ujar ayah dari
Berwidetye Paramita, Joseph Christian, dan Johannes Mario itu.
Sekali tampil, Bing biasanya menerima honornya di atas Rp 1,5 juta, dengan rata-rata 100 kali
pertunjukan tiap tahun. Penghasilan lain didapatnya dari mengajar sulap sebagai mata pelajaran
tambahan di Jakarta International School. Ada pengalaman menarik saat mengajar di
JIS. Ada seorang anak didiknya yang gagap. Si anak ia ajari main sulap sembari memberi
presentasi. Hasilnya luar biasa! Si anak bukan saja dapat bermain sulap, tetapi juga menjadi
lancar berbicara. Orang tua si anak berterima kasih kepadanya. Dan saya senang saja karena
secara tidak langsung bisa membantu orang lain, ujarnya.

Robbin Massari (Mr Robin)


13 Februari 1953 -16 September 2009
Nama Mr Robin tentu tidak asing lagi, pesulap senior yang selalu berpenampilan bak
tentara Rusia dengan topi bulu. Bersama sang istri yang menjadi asistennya, pertunjukkan sulap
Mr Robin termasuk yang paling ditunggu oleh penonton TVRI, terutama anak-anak.
Bernama asli Robbin Massari, pria yang lahir 55 tahun yang silam ini rasanya patut di acungi
jempol karena hanya menggeluti profesi menjadi pesulap sepanjang hidupnya atau kurang lebih
selama setengah abad.
Ayahnya adalah seorang pesulap, dan hitung punya hitung, sepanjang karirnya 52 negara sudah
di kunjunginya termasuk Afrika. Bagi anda yang pernah menikmati siaran TVRI tahun 80-an,
pasti sudah tidak asing lagi dengan penampilannya membawakan acara sulap untuk anak-anak.
Salah satu wujud kecintaannya pada sulap adalah dengan mendirikan Sekolah sulap yang
bernama Magic Art Studio (MAS). Sekolah sulap ini telah berdiri cukup lama, yakni pada 1973
di Jln. Diponegoro Bandung.

Ketika itu, Mr. Robbin yang pamornya tengah melejit kedatangan sejumlah orang dari berbagai
kelompok usia yang ingin belajar sulap. Robbin yang dikenal pemurah itu dengan senang hati
mengajarkan trik-trik sulapnya tanpa dipungut biaya. Bagi pria bernama lengkap Robbin
Massari itu, berbagi ilmu sama dengan ibadah.

Maka tak heran, seiring perjalanan waktu, sekolah sulap MAS banyak dikunjungi orang. MAS
sempat berpindah lokasi ke Padasuka. Selama lebih 24 tahun, Robbin membina anak didiknya di
tempat itu.

Selanjutnya pada tahun 1997, Robbin memboyong keluarganya pindah rumah ke Jln. Gatot
Subroto Cimahi. Di sana ia tetap mengembangkan kariernya sebagai pesulap di samping
membina generasi penerusnya.

Di area tersebut, MAS yang kini dikelola istri Robbin, Nining Kardini beserta tiga anaknya,
Simli Kardin, Melina Herriani, dan Chinny Emmaleea menempati sebuah gedung berkuran
sekitar 8 x 12 meter dengan atap asbes mirip sebuah GOR bulu tangkis. Di dalamnya, terdapat
ribuan alat sulap yang dimiliki Robbin sejak masih aktif.

MAS telah mampu melahirkan pesulap-pesulap muda yang kini tengah ngetop. Sebut saja
Rizuki, Joe Shandy hingga duo waria asal Cimahi Adis dan Velis yang kerap menuai simpati di
panggung hiburan.

@Tutup usia pada tanggal 16 September 2009, sekitar pukul 20.00. di kediamannya di Jalan
Gatot Subroto, Cimahi, karena serangan jantung.
Komunikasi Non Verbal Dalam Sulap

Sulap merupakan seni menipu atau the art of deception. Sering kali orang merasa kesal setelah
melihat suatu pertunjukan sulap, mereka merasa ditipu. Tapi bukankah disitu letak
menyenangkannya sebuah permainan sulap ? Seorang ilusionis Indonesia, Demian Aditya,
mengatakan magic is the art of not knowing, sulap merupakan seni dari tidak mengetahui.
Sulap terasa lebih menyenangkan justru ketika kita tidak mengetahui apa yang terjadi dibalik
setiap sulap yang kita lihat. Hasil akhir yang mengejutkan dan tidak terduga tentunya bisa
menimbulkan perasaan heran yang menyenangkan apabila tidak dirusak oleh rasa penasaran
yang berlanjut dengan pembongkaran keajaiban permainan sulap itu.

Menurut penelitian, orang mempercayai pesan verbal sebesar 22%, sedangkan nonverbal
dipercayai sebesar 78%. Disadari atau tidak, sulap sarat akan pesan-pesan nonverbal. Hal ini
yang menjadi kekuatan sulap sehingga seorang pesulap dapat menyampaikan pesannya kepada
orang-orang yang menonton pertunjukan sulapnya tanpa banyak menggunakan pesan verbal.

Pesan nonverbal terdiri dari beberapa komponen. Komponen pertama adalah pesan kinesik.
Pesan kinesik ini berhubungan dengan gerak tubuh, raut wajah, dan postur tubuh. Setiap gerakan
tubuh dalam sulap memiliki arti. Karena itu, script atau naskah sangat penting dalam suatu
pertunjukan sulap. Gerakan-gerakan yang ada sudah direncanakan sebelumnya dan dilatih secara
berulang-ulang. Gerakan tubuh yang tidak direncanakan dan tidak dilatih dengan baik dapat
mengakibatkan munculnya gerak tubuh yang membuat suatu trick terbongkar, munculnya
gerakan-gerakan yang menggangu penonton, atau bahkan malah mencederakan pesulap itu
sendiri.

Raut wajah seorang pesulap juga harus dikontrol dengan baik. Raut wajah yang terkontrol dapat
menutupi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi saat pertunjukan berlangsung sekaligus
mampu meyakinkan penonton terhadap apa yg dirasakan pesulap, seperti terlihat sangat
kesakitan atau justru tidak merasa sakit sama sekali. Seorang pesulap juga harus menjaga postur
tubuhnya. Hal ini berkaitan dengan karakter panggung pesulap tersebut. Contohnya seperti
Deddy Corbuzier yang harus menjaga postur tubuhnya tetap tegap dan tidak terbungkuk agar ia
tetap terlihat berwibawa. Tidak lucu apabila kita melihatnya berdiri dengan bertumpu pada satu
kakinya saja seperti anak kecil yang kecapaian.

Pesan kedua adalah pesan proksemik atau jarak. Kesan tidak akrab, dingin, dan kaku dapat
muncul apabila kita melihat seseorang berbicara dengan menjaga jarak terhadap orang yang
lainnya. Dalam suatu pertunjukan sulap, pesulap sering mengundang seorang atau beberapa
penonton untuk naik ke atas panggung. Terkadang juga pesulap tiba-tiba menghilang lalu
muncul di tengah-tengah penonton. Hal ini dilakukan supaya hubungan antara pesulap dan
penonton tidak kaku serta terkesan lebih akrab dan membaur.

Pesan artifaktual merupakan pesan nonverbal yang ketiga. Pesan artifaktual berkaitan dengan
atribut yang digunakan oleh seseorang, seperti pakaian, aksesoris, atau kendaraan. Seorang
pesulap memiliki kostum yang dikenakan untuk pertunjukannya. Dalam hal ini kostum tidak
hanya diartikan dalam bentuk pakaian tematik. Pesulap menggunakan kostum sesuai dengan
karakter panggungnya. Contohnya seperti Deddy Corbuzier yang berpakaian seperti dracula,
Faro yang biasa kita lihat menggunakan pakaian serba putih, atau Chriss Angel dengan gaya
rockstar. Selain itu peralatan-peralatan yang akan digunakan juga sudah direncanakan dengan
baik agar berkesinambungan dengan permainan dan tidak merusak karakter diri yang
sebelumnya sudah terbentuk. Bisa kita lihat contohnya pada Russel Miracle yang selalu
menggunakan peralatan yang berwarna ungu, mulai dari pakaian yang dikenakan, peralatan
sulap seperti kantung atau kartu, hingga motor yang dikendarainya.

Pesan paralingustik menjadi komponen keempat dalam pesan nonverbal. Pesan ini berkaitan
dengan cara pengucapan komunikasi verbal, berupa penekanan nada, kualitas suara, volume dan
ritme. Terkadang pesulap menyampaikan pesannya secara verbal, seperti menceritakan suatu
kisah. Dalam hal ini paralinguistik diperlukan agar cerita yang dibawakan oleh pesulap tepat
sasaran, pesulap dan penonton memiliki persepsi yang sama terhadap arti dari permainan sulap
yang sudah dipertunjukkan.

Melalui sulap, orang bisa merubah pandangannya terhadap suatu hal, sehingga sikap dan
perilakunya pun ikut berubah. Setiap gerakan, pengaturan jarak, pakaian, dan cara berbicara
dalam suatu pertunjukan sulap dipersiapkan dan dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu agar
penonton percaya bahwa apa yang mereka saksikan merupakan suatu hal yang nyata. Dalam
bahasa inggris, sulap disebut magic, yang juga berarti ajaib. Pesulap yang baik tentunya harus
dapat meyakinkan dan membuat kita percaya bahwa keajaiban itu memang ada melalui setiap
permainannya. Kepercayaan terhadap keajaiban itu bisa diwujudkan melalui perangkaian pesan-
pesan nonverbal secara baik. Semua yang dilakukan oleh pesulap memiliki makna dan dilakukan
bukan tanpa perhitungan. Disitulah kekuatan sulap terletak, yakni penyampaian makna tanpa
banyak kata.

Anda mungkin juga menyukai