Anda di halaman 1dari 37

Referat

BENJOLAN PADA PAYUDARA


Pembimbing :
dr. H. Moch. Subarkah, Sp.B

Oleh;
Alce Everdien, S.Ked
1102006018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


SMF BEDAH
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena Rahmat-Nya


penyusun diberikan jalan dalam menyelesaikan referat ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun ucapkan terima kasih


kepada dr. H.Moch. Subarkah, Sp.B yang telah banyak membantu dalam penyusunan
referat ini sekaligus memberikan saran-saran yang tak ternilai harganya. Tak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan koass bedah khususnya dan rekan-rekan koass
Universitas YARSI yang sedang menjalani kepanitraan di RSUD Serang pada Umumnya.

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepanitraan di SMF


Bedah RSUD Serang, Banten. Penyusun berharap sekali referat ini dapat memberi
masukan khususnya kepada penyusun sendiri dan juga rekan-rekan yang lain.

Adapun pasti tak dapat disangkal bahwa referat ini terdapat kekurangan disana sini
untuk itu penyusun berharap masukan dan kritik-kritik yang membangun guna
kesempurnaan referat ini.

Serang , Januari 2012


Penyusun

Alce Everdien
PAYUDARA

Pendahuluan
payudara merupakan lambang kewanitaanya sehingga pembedahan payudara
menjadi perampasan intisari dan asas kehidupanya yang tidak dapat ditutupi secara
kosmetik saja.

Embriologi
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut gari susu yang
terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal.
Pada manusia, golongan primata gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari
garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi
cikal-bakal payudara.
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut
mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya
asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh
tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon
ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah
yang menimbulkan perubahan pada payudara.

Anatomi
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatanya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar
susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
cooper yang memberi angka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabagn dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa
pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini
sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.
Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.torakodorsalis
yang mengurus m.latissimus dorsi, dan m.torakodorsalis longus yang mengurus
m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi
aksila.
Penyaliran limf dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dai
10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Saluran limf dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris
dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa
supraklavikuler.
Jalur limf lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke
m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatitis ke hati, pleura, dan payudara
kontralateral.

Fisiologis
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbul asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjdai tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu.

Pemeriksaan Fisik
Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan
ginekologi.
Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring, atau
keduaduanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan,
lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik, seprti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Dengan
lengan terangkat lurus ke atas, kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukakn pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di
punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak jari
tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara.
Yang diperlihatkan pada hakikatnya sama dengan penilaian tumor di tempat lain.
Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring kadang
lebih mudah ditemukan. Perabaan aksila pun agaknya lebih mudah pada posisi duduk.
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan,
darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu harua dibandingkan.
Pengeluaran cairan dari puting payudara di luar masa laktasi dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan, seprti karsinoma, papiloma di salah satu duktus, dan kelainan yang
disertai ekstasia duktus.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan
angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita muda,
namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa
melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause)
sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya
selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap
cermin

2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara,
dan puting yang masuk

3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang
untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan
pada kulit payudara

4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya

5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak

6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan


Gambar 1. SADARI

Pemeriksaan Penunjang

Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara
adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah menggunakan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi. Mammografi adalah metode
terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba namun terkadang justru tidak dapat
mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG.
Mammografi digunakan untuk skrining rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk
mendeteksi dini kanker payudara.

KLASIFIKASI

A. Non-Neoplastik :

1) Inflamasi :
a) Mastitis Akut (piogenik)
b) Mastitis sel plasma
c) Nekrosis Lemak
2) Hiperplasia :
a) Hipertrofi
b) Ginekomastia
3) Displasia : mastitis chronic cystica

B. Neoplastik
1) Jinak :

a) Parenkim : adenoma, papiloma


b) Stroma : lipoma, fibroma
c) Campuran : fibroadenoma (FAM), cystosarcoma phylloides

2) Ganas :

a) prognosis baik : Paget Ca, komedo Ca

b) prognosis dubia : schirrous

c) prognosis buruk : mastitis carsinomatosa

1. Kelainan Pertumbuhan
Bila seorang wanita dewasa payudaranya tak berkembang, mungkin penyebabnya
agenesis ovarium atau kelainan hormonal lain, tetapi ada juga yang hanya karena akil
balig yang terlambat. Sebaliknya, akil balig juga mungkin terjad lebih cepat.
Hipertrofi payudara dewasa atau ginekomastia jarang disebabkan oleh kelainan
hormonal, tetapi sering karena obesitas. Payudara terasa berat dengan nyeri yang
menjalar ke bahu, leher, dan punggung, terutama sebelum haid. Puting susu turun karena
kulit, lemak, dan parenkimnya bertambah. Dalam diagnosis makromastia harus
disingkirkan dudlu kemungkinan karsinoma mamma. Terapinya adalah mastoplastik
berupa operasi reduksi mamma.
Ginekomastia
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara lelaki. Hipertrofi ini pada masa remaja
sering ditemukan berupa cakram yang nyeri sebesar du sampai tiga sentimeter, biasanya
bilateral. Dalam waktu satu tahun, kelainan ini akan surut menjadi kembali normal.
Ginekomastia biasanya ditemukan pada pria usia lebih dari 65 tahun, terutama
pada orang gemuk. Penyakit hati, seperti kanker atau sirosis hati, karsinoma testis, tumor
anak ginjal, hipertiroidisme, dan hipogonadisme, mungkin disertai ginekomastia. Banyak
obat dapat menyebabkan ginekomastia, seprti hormon (estrogen, androgen),
antihipertensi, digitalis, simetidin, diazepam, amfetamin, dan kemoteapeutik kanker.
Ginekomastia harus dicari penyebabnya walaupun sekitar 50% diantaranya tidak
dapat ditentukan penyebabnya. Diagnosis dapat dibuat dengan biopsi dan atau
mammografi. Diagnosis banding ginekomastia unilateral iala karsinoma payudara.
Kalau kelainan ini mengganggu, termasuk secara kosmetik, dapat dianjurkan
ablasi subkutan.

2. Infeksi
a. Mastitis peurperalis akut
Pada minggu-minggu pertama laktasi, dapat terjadi infeksi payudara oleh
bakteri stafilokokus atau streptokokus yang masuk melalui puting susu yang luka
berupa fisura atau lewat muara duktus laktiferus. Mastitis peurperalis ini dapat
berkembang menjadi abses yang nyeri ke kelenjar aksila.
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan puting dan jika ada luka,
cepat diobati. Stasis air susu akan membantu timbulnya infeksi maka bila
produksi susu berlebihan, sebaiknya dilakukan pengisapan air susu dengan
penghisapan khusus.
Penyaliran setelah semua abses diinsisi akan menolong sekali.

b. Mastitis tuberkulosa
Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Mungkin dapat timbul abses dingin
yang tidak begitu nyeri. Mastitis tuberkulosa dapat dikacaukan dengan karsinoma
mamma. Dalam hal ini, perlu anamnesis yang teliti dan biopsi di tempat yang
tepat, yaitu pada massa yang tersisa setelah nanah disingkirkan. Kadang mastitis
tuberkulosa membentuk fistel. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan
danpembiakan nanah dan pemeriksaan histologi biopsi. Pengobatan dengan
tuberkulostatik.
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Kadang timbul infeksi di
dalam kista tersebut.
c. Fistel paraareola
Fistel paraareola tidak jarang ditemukan pada pelebaran duktus laktiferus.
Salah sati duktus dapat tersumbat dan melebar karena sekret yang kental sehingga
menyebabkan perangsangan dan radang di sekitar duktus. Tidak jelas apakah
dilatasi lebih dahulu baru terjadi kebocoran atau proses dimulai dengan inflamasi
yang menyebabkan kerusakan elastisitas dinding duktus sehingga terjadi dilatasi.
Proses ini ditandai dengan keluarnya cairan yang hemoragik atau serous dari
puting, atau keluarnya bahan kental seperti mentega dari satu duktus. Sering
tampak retraksi di bawah puting karena proses kronik berupa fibrosis. Mungkin
terbentuk abses yang jika tembus, mengakibatkan fistel, biasanya di pinggir
areola. Kelainan ini sering menjadi kronik dan kambuh karena tidak didiagnosis
dengan tepat. Fistel ini umumnya harus dieksisi. Eksisi yang tidak lengkap akan
menyebabkan kekambuhan.
Diagnosis bending fistel ini adalah karsinoma Paget dan mastitis tuberkulosa.

3. Tumor Jinak
a. Penyakit Fibrokistik (Fibrokistik Mastopati)

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah


benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan. Panyakit fibrokistik pada umumnya terjadi
pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%)
Tanda dan gejala

Benjolan fibrokistik biasanya multipel (lebih dari 1), keras, serta teraba dan
berfluktuasi sesuai dengan siklus menstruasi. Biasanya payudara teraba lebih
keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala
tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya
menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.

Evaluasi

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan


seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di
bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

b. Fibroadenoma

Fibroadenoma atau sering dikenal dengan Fibroadenoma Mamma (FAM)


merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada payudara wanita. FAM
biasanya terjadi pada wanita muda atau remaja. Sebelum usia 25 tahun, FAM
lebih sering terjadi dibandingkan kista payudara. FAM jarang terjadi setelah masa
menopause, yang berarti bahwa FAM responsif terhadap rangsangan estrogen.

Tanda dan Gejala

FAM dapat multipel. Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan


pada payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan
berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar
(giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus.
Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile
(dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.

Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa


rata dan memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan
histologi komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak
memiliki peningkatan risiko kanker payudara.

Tatalaksana

Pada saat FAM diketahui, diagnosis ini dikonfirmasi dengan biopsi atau
analisis sitologi (sel). Biopsi tersebut dapat mengkonfirmasi adanya sel
keganasan.

c. Tumor Filodes Jinak

Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor


fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat.

Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui bahwa tumor filodes jinak


berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.

Tatalaksana

Tumor yang besar dan ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan
mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari
apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor
filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak
ada sel keganasan yang tersisa.

d. Papiloma Intraduktal

Papiloma intraduktal adalah benjolan jinak yang biasanya soliter (satu) dan
biasanya ditemukan pada kelenjar utama dekat puting pada lokasi subareolar
(sekitar puting). Papiloma intraduktal sering terjadi pada dekade ke-4. Wanita
tersebut dapat mengeluhkan keluarnya cairan berupa darah dari salah satu
payudara tanpa terabanya massa atau benjolan di payudara. Penyebab tersering
hal tersebut adalah papiloma intraduktal. Benjolan yang ada tidak teraba karena
biasanya berukuran < 5 mm. Mammografi sebaiknya dilakukan untuk
menyingkirkan keganasan karena biasanya keganasan memiliki gejala keluarnya
darah dari puting.

Tatalaksana

Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi


utama. Hal ini dapat dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan
menunjukkan hasil atipikal hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker
payudara meningkat dibandingkan dengan hasil penyakit proliferatif dengan
atipia.

e. Adenosis sklerosis
Secara klinis, adenosis sklerosis teraba seperti kelainan fibrokistik, tetapi
secara histopatologik tampak proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering
terkecoh, mengira suatu karsinoma.

f. Mastitis sel plasma


Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan radang
subakut yang didapat pada sistem duktus yang mulai di bawah areola. Gambaran
klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu berkonsensistensi keras, bisa
melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal,
dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila.

g. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang
sering agak nyeri, tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan
batasnya biasanya tidak rata. Secara klinis, kelainan ini sukar dibedakan dengan
karsinoma. Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian jadi fibrosis.

4. Tumor Ganas

Insiden dan epidemiologi

Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah


karsinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat, karsinoma payudara merupakan 28%
kanker pada warna kulit putih, dan 25% pada warna kulit hitam.

Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang
sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada
wanita usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mamma pada lelaki hanya 1% dari kejadian
pada perempuan.

Etiologi dan faktor resiko

Secara pasti belum diketahui, hanya bisa ditandai pada wanita yang mempunyai
factor resiko dibawah ini :

Umur diatas 30 tahun ( sekarang, dibawah 20 tahun juga sudah ditemukan kanker
payudara )
Riwayat dalam keluarga ada yang menderita kanker payudara ( sekarang ini juga
tidak mutlak karena tanpa ada riwayat keluarga juga bisa terkena )
Punya riwayat tumor
Haid terlalu muda atau menopause diatas umur 50 tahun
Tidak menikah / tidak menyusui
Melahirkan anak petama diatas usia 35 tahun
Sering terkena radiasi ( Bisa dari sering melakukan pemeriksaan kesehatan
dengan menggunakan alat X-ray )
Pola makan dengan konsumsi lemak berlebihan
Kegemukan
Konsumsi alcohol berlebihan
Mendapatkan terapi hormonal dalam jangka panjang
Stress
Faktor genetic ( BRCA1/BRCA2 )

Tingkat penyebaran

Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru
menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara
bersifat multisentris.

Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis.

Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan
ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat
penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histologik, dan uji reseptor strogen yang bila
positif lebih baik.

Presentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang diobati
lengkap. Pada tingkat I ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan TNM dilakukan
secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro tidak dapat ditemukan.
Pada 85% orang yang hidup setelah lima tahun, tentu termasuk penderita yang tidak
sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit atau karena metastasis.
Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-IV.
Gambaran klinis dan diagnosis

Tanda dan gejala. Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita ke dokter.


Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang
dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah
besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran
cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intaduktal, sedangkan
nyeri lebih mengarah ke kelainan fibrokostik.

Staging

Salah satu cara yang dokter gunakan untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah
system TNM. System ini menggunakan tiga criteria untuk menentukan stadium kanker.
Yaitu :

1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T,
Tumor )
2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar
getah bening disekitarnya? ( N, Node )
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )

STADIUM 0 : Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules)
susu pada payudara.
STADIUM I

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah
bening

STADIUM IIa :

Pasien pada kondisi ini :

Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada
titik-titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar
ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ).
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak.
STADIUM IIB :

Pasien pada kondisi ini :

1. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.


2. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
3. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

STADIUM III A :

Pasien pada kondisi ini :

Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.
Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.

STADIUM III B :

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah
atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

STADIUM IIIC :

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah
bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah
bening dibawah tulang selangka ).
STADIUM IV :

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :
Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.
GRADE

Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsy dipelajari dibawah


microscope. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk
sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini akan memberi
petunjuk pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu berkembang.
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara :

GRADE 1 : Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang,
biasanya tidak menyebar.

GRADE 2 : Ini adalah grade tingkat sedang

GRADE 3 : Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

T (Tumor size), ukuran tumor :

T 0 : tidak ditemukan tumor primer

T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada
atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan
atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :

N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla


N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum

M (Metastasis) , penyebaran jauh :

M x : metastasis jauh belum dapat dinilai

M 0 : tidak terdapat metastasis jauh

M 1 : terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktot T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian


digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

Stadium 0 : T0 N0 M0

Stadium 1 : T1 N0 M0

Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0

Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

Stadium III C : Tiap T N3 M0

Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1


Pemeriksaan Penunjang

IMAGING TEST :

Diagnostic mammography.

Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar yang
bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda, diantaranya putting
mengeluarkan cairan atau ada benjolan baru. Diagnostic mammography bisa juga
digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan pada saat screening
mammogram.

Ultrasound ( USG )

Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi


tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi yang
tinggi ini bisa membedakan suatu massa yang solid, yang kemungkinan kanker, dan kista
yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.

MRI

MRI menggunakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi images


( gambaran ) detail dari tubuh. MRI bisa digunakan, apabila sekali seorang wanita, telah
didiagnose mempunyai kanker, maka untuk mencheck payudara lainnya bisa digunakan
MRI. Tapi ini tidak mutlak. Bisa juga untuk screening saja.Menurut American Cancer
Society ( ACS ), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti
contohnya pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya yang
terkena kanker payudara, sebaiknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan
mammography. MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan massa yang
kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat USG atau mammogram.
Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat. Kelemahan
MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau
bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast
cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy.
TEST DENGAN BEDAH

Biopsi

Suatu test bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker, tapi hanya biopsy
yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sample yang diambil dari biopsy, danalisa
oleh ahli patologi ( dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan test-test
laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, organ untuk menentukan penyakit )

Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan tidak
teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy ( FNAB,
menggunakan jarum kecil untuk untuk mengambil sample jaringan ). Stereotactic
Core Biopsy ( menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil
) atau Vacuum-Assisted Biopsy ( menggunakan jarum yang tebal untuk
mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas ). Dalam melakukan prosedur
ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammography,
USG atau MRI. Metal clip kecil bisa diletakkan pada bagian dari payudara yang
akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu membuktikan adanya
kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah
bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menetukan pengobatan dan
menetukan stadium.

Core Biopsy dapat menetukan jaringan. FNAB dapat menetukan sel dari suatu
massa yang teraba, dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk menentukan
adanya sel kanker.

Fine needle biopsy Sentinel node biopsy


Surgical Biopsy ( biopsy dengan cara operasi ) mengambil sejumlah besar
jaringan.Biopsy ini bisa incisional ( mengambil sebagian dari benjolan ) atau
excisional ( mengambil seluruh benjolan ).

lumpectomy biopsy

Apabila didiagnose kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan


clear margin area ( area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih dari sel
kanker ) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening.

Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan di ditest oleh dokter untuk menentukan
pengobatan.Test itu untuk melihat:

Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu Invasive ( biasanya menyebar ) atau In situ
( biasanya tidak menyebar ). Ductal ( dalam saluran susu ) atau lobular ( dalam
kelenjar susu ). Grade ( seberapa besar perbedaan sel kanker itu dari sel sehat )
dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembuluh getah
bening. Margin dari tumor juga di amati.

Receptor Estrogen ( ER ) dan Receptor Progesteron ( PR ) test. Sel kanker


payudara apabila diketahui positif mengandung receptor ini ER (+) dan PR (+)
berarti sel kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya
diadakan terapy hormone ( akan dibahas tersendiri ).

Test HER2 neu.( C-erb2 ). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata 25%
penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 ( positive atau negative )
maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan obat
yang disebut trastuzumab ( HERCEPTIN ) atau tidak. ( mengenai HERCEPTIN
akan dibahas tersendiri )
Genetic Description of the Tumor.Test dengan melihat unsur biology dari tumor,
untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah
test untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.

TEST DARAH

Test darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Test-test itu antara
lain :

Level Hemoglobin ( HB ) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di dalam


sel darah merah
Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah didalam
seluruh badan
Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi
Jumlah trombosit ( untuk membantu pembekuan darah )
Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih )

JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE

Jumlah enzyme yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke liver,


hati dan saluran empedu dan tulang.

SGOT & SGPT

Test ini untuk mengevaluasi fungsi lever. Angka yang tinggi dari salah satu test
ini mengindikasikan adanya kerusakan pada liver, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke liver

TUMOR MARKER TEST

Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah,
kencing atau jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses tidak
normal dalam tubuh. Bisa disebabkan karena kanker , bisa juga bukan. Pada kanker
payudara tumor marker yang biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil
sample darah. Pada standard PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30

TEST-TEST LAIN

Test test lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :

Photo Thorax Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-paru

Bonescan Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pada


bonescan, pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh vena. Yang
natinya akan berkumpul pada tulang yang menunjukkan kelainan karena kanker.
Jarak antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu
pasien dianjurkan minum sebanyak-banyaknya. Hasil yang terlihat adalah gambar
penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan
kelainan akan terlihat warnanya lebih gelap dari tulang normal.

Computed Tomography ( CT atau CAT ) Scan.Untuk melihat secara detail


letak tumor. Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena,
tapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama dengan infuse. Setelah
disuntik CT-scan bisa segera dilakukan. CT-scan akan membuat gambar tiga
dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan
terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang discan 3 dimensi.

Positron Emission Tomography ( PET ) scan.Untuk melihat apakah kanker


sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang mengandung radioaktif
disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa
tersebut, dibanding sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET
scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan,
MRI dan pemeriksaan secara fisik

Terapi

Dalam banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk menentukan rencana
pengobatan, meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter. Tapi berikut
adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam pengobatan kanker payudara :

Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan
membersihkan jaringan disekitar tumor. Jadi dokter akan merekomendasikan
operasi untuk mengangkat tumor. Umumnya kemudian akan dilakukan terapi
radiasi pada jaringan payudara yang masih ada. Untuk keadaan tertentu
( misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi bisa jadi ditunda.
Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi
resiko kanker akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada. Bila
tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening telah terserang kanker juga,
dokter akan merekomendasikan terapi tambahan, antara lain : Terapi Radiasi,
Chemotherapy, dan / atau hormone terapi. Sedang untuk kanker yang kambuh
lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara. Ketika merencanakan
pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa factor :

Stadium dan grade kanker


Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
Umur pasien dan kesehatannya secara umum
Pasien sudah menopause atau belum
Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara
memberi efek pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa tumor
ukurannya kecil tapi tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi tumbuhnya
lambat.
OPERASI
Secara umum, semakin kecil tumor, dianjurkan untuk operasi. Berikut adalah type-type
operasi :

Lumpectomy ( Partial mastectomy / Segmental mastectomy ), mengangkat


tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Untuk DCIS dan Kanker yang
invasive, biasanya terapi radiasi pada area yang terkena tumor diberikan.

A.Dark pink indicates tumor

B.Light pink highlited area indicates tissue ( jaringan ) removed at lumpectomy

Total mastectomy, mengangkat seluruh payudara, tetapi tidak termasuk kelenjar


getah bening dibawah ketiak

A. Pink highlighted area indicates tissue removed at mastectomy

B. Axillary limph nodes : level I

C. Axillary limph nodes : level II

D. Axillary limph nodes : level III


E. Supraclavicular lymp nodes

F. Internal mammary lymp nodes Total ( simple )

Gambar untuk tindakan Simple mastectomy :

A. Pink highlighted area indicates tissue removed at mastectomy

B. Axillary limph nodes : level I

C. Axillary limph nodes : level II

D. Axillary limph nodes : level III

Modified radical mastectomy, mengangkat payudara dan kelenjar getah bening


dibawah ketiak.
Axillary limph node, mengangkat titik-titik kelenjar getah bening ketiak,
kemudian sel kankernya diteliti oleh ahli patology.
Sentinel lymp node biopsy, prosedur dimana ahli bedah akan mencari dan
kemudian mengangkat kelenjar getah bening utama pad ketiak ( sentinel lymph
node ) yang langsung berhubungan dengan payudara. Ahli patology kemudian
akan meneliti sel-sel kankernya. Untuk mengidentifikasi sentinel lymp node ahli
bedah akan menyuntikkan suatu cairan dan / atau radioactive tracer kedalam area
sekitar puting payudara. Cairan atau tracer tadi akan mengalir ketitik-titik kelenjar
getah bening, yang pertama akan sampai ke sentinel lymp node. Ahli bedah akan
menemukan titik-titik pada KGB ( kelenjar Getah Bening ) yang warnanya
berbeda ( apabila digunakan cairan ) atau pancaran radiasi ( bila menggunakan
tracer ). Cara ini biasanya mempunyai resiko rendah akan terjadinya lymphedema
( pembengkakan pada lengan ) daripada axillary lymp node dissection. Bila
ternyata hasilnya sentinel node bebas dari penyebaran kanker, maka tidak ada
operasi lanjutan untuk KGB. Apabila sebaliknya, maka dilanjutkan operasi
pengangkatan KGB.

Wanita yang sudah dilakukan mastectomy kemudian bisa mempertimbangkan untuk


melakukan breast reconstruction yaitu ahli bedah akan membuatkan payudara baru.
Rekonstruksi bisa dilakukan dengan mengambil jaringan dari bagian tubuh lain. Atau
dengan implant sintetis. Hal ini bisa dilakukan langsung pada saat mastectomy bisa juga
sesudahnya.

ADJUVANT THERAPY.

Adalah pengobatan yang diberikan sebagai tambahan pengobatan setelah operasi.


Tujuannya untuk mengurangi resiko kanker untuk kambuh. Tapi setiap pengobatan
kanker tidak ada yang pasti akan melenyapkan kanker ( hanya Tuhan yang tahu, manusia
berikhtiar saja ). Adjuvant theraphy antara lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, Hormon
terapi dan Targeted Therapy. Dibawah ini adalah garis besar adjuvant therapy :

1. TERAPI RADIASI.

Terapi ini menggunakan X-ray berenergy tinggi atau partikel lain untuk
membunuh sel kanker. Terapi ini diberikan secara regular perminggu. Biasanya 5
hari selama seminggu. ( Senin Jumat ) selama 6-7 minggu. Tujuannya adalah :
mematikan sel kanker yang mungkin masih ada / teetinggal disekitar area tumor
yang sudah dioperasi, mengecilkan ukuran tumor sebelum kemudian dioperasi, agar
memudahkan pada saat pengangkatan. Pengalaman saya, ketika metastasis kanker
ketulang belakang, di radiasi sebanyak 10x untuk menghilangkan rasa sakit.
Danuntuk mengecilkan tumor sebelum operasi di radiasi lagi sebanyak 38 kali.
Proses radiasi tidak menyakitkan untuk prosesnya tidak lama. Tidak sampai 4
menit, tidak ada efek apapun. Hanya area yang di radiasi tidak boleh terkena air
karena bisa melepuh. Ketika saya radiasi di ketiak, memang agak lecet. Karena
biasanya ketiak berkeringat. Bisa diobati dengan perban luka, setelah agak kering
lukanya bisa diolesi krem / salep untuk lecet karena radiasi.

2. CHEMOTHERAPY.

Chemotherapy adalah menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah untuk


membunuh sel kanker. Systemic chemotherapy, obat chemo tersebut dialirkan lewat
pembuluh darah, targetnya adalah seluruh sel kanker yang ada di tubuh. Efek
samping obat chemotherapy sangat individual, tergantung dari masing-masing
pasien juga dosisi yang diberikan biasanya dokter akan menghitung luas tubuh
melalui berat badan pasien. Pada saat saya melakukan chemotherapy tahun lalu dan
sekarang efek samping bisa dikatakan tidak ada / bisa diabaikan. Yang saya rasakan
adalah rambut rontok, kalau leukosit mulai turun merasa sangat lelah. Lainnya tidak
ada. ( untuk meminimalkan efek samping akan dibahas tersendiri ). Efek samping
yang umumnya dirasakan pasien adalah :

1. Rambut rontok
2. Kemungkinan resiko infeksi ( basanya sariawan pada mulut, tenggorokan susah
menelan karena infeksi jamur )
3. Kuku dan kulit menghitam, kadang kulit kering
4. Mual & muntah
5. Ngilu tulang-tulang
6. Hilang nafsu makan
7. Diare atau malahan susah buang air besar
8. Asam lambung naik

Gejala-gejala itu biasanya akan menghilang ketika pengobatan selesai.


Chemotherapy bisa diberikan secara oral (diminum) dan intravenous (diinfuskan).
Diberikan secara beseri (untuk oral biasanya diminum selama 2 minggu, istirahat 1
minggu. Kalau diinfuskan 6 kali chemo, jaraknya 3 minggu untuk yang full dose).
Biasanya tidak perlu menginap di Rumah Sakit, apabila satu jam setelah chemo
tidak mengalami efek apapun. Kalau agak mual-mual sedikit tidak apa-apa sampai
dirumah biasanya akan hilang asal langsung istirahat / tidur.

Chemotherapy, bisa diberikan sebagai neoadjuvant therapy (diberikan sebelum


diadakan operasi, tujuannya adalah untuk mengecilkan tumor yang besar,
mengeringkan luka kanker akibat kanker yang sudah pecah), atau adjuvant therapy
(diberikan setelah operasi, untuk mengurangi kekambuhan).

Dalam hal mana apabila kanker kambuh lagi (cancer reccurence). Pasien
biasanya ditawari untuk menggunakan obat baru atau kombinasi dari obat yang
sudah ada. Obat yang berbeda, berguna untuk kanker yang berbeda pula. Dan
penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dari obat-obat tertentu akan lebih efektif
daripada obat individual. Obat obat chemotherapy yang biasanya digunakan untuk
kanker payudara adalah :

Cyclophosphamide ( cytoxan, Neosar )


Methotrexate ( banyak merk )
Fluorouracil ( 5-Fu, Adrucil )
Doxorubicin ( Adriamycin, Rubex )
Paclitaxel ( Taxol )
Docetaxel ( Taxotere )
Vinorelbine ( Navelbine )
Capecitabine ( Xeloda )
Protein bound paclitaxel ( Abraxane )
Gemcitabine ( Gemzar )
Ada juga obat yang baru di buat oleh Brysto Myers and Squib yaitu Ixempra ( tapi
belum beredar di Indonesia, karena masih sangat baru )
Dll

Contoh kombinasi obat :


CMF ( cyclophosphamide, methotrexate, dan 5-FU )
FAC ( 5-Fu, Doxorubicin, cyclophosmide )
TAC ( docetaxel, doxorubicin, dan cyclophosphamide )
GT ( gemcitabine dan paclitaxel )
Dll

Beberapa obat ini bisa juga dikombinasikan dengan trastuzumab ( Herceptine ), suatu
obat yang tergolong dalam targeted therapy. Dalam pengobatan kanker akan selalu
dievaluasi oleh team dokter juga lebih baik apabila pasien aktif terlibat.

3. HORMON THERAPY.

Terapi hormone berguna bagi pasien yang hasil biopsynya menunjukkan hasil
positive untuk Estrogen receptor ( ER + ) dan Progesterone receptors ( PR + ) tipe kanker
ini berarti pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormone-hormon tersebut sehingga
diperlukan obat untuk memblock hormone untuk membatasi / mengerem pertumbuhan
tumor. Pemakaiannya bisa sendiri atau bersamaan dengan obat chemotherapy. Contoh
terapi hormone sebagai adjuvant therapy adalah tamoxifen, anastrozole ( arimidex ),
letrozole ( femara ), dan exemestane ( aromasin ).

A. Estrogen receptor

B. Estrogen

C. Estrogen helper protein

D. Cell nucleus
E. DNA ( genetic material ) inside the cell nucleus

Cell with estrogen receptors blocked by tamoxifen and helper protein :

A. Estrogen receptor

B. tamoxifen

C. Estrogen helper protein

D. Tamoxifen helper protein

E. Cell nucleus

F. DNA ( genetic material ) inside the cell nucleus

4. TARGETED THERAPY.

Adalah termasuk obat baru yang bekerja untuk mengerem / menghentikan aksi
dari protein abnormal ( HER2/neu ) yang menyebabkan sel kanker tumbuh dan
membelah tak terkontrol.Monoclonal antibodies targete protein yang biasanya ada dalam
jumlah yang besar didalam sel kanker.

Trastuzumab ( Herceptin ) dipakai sebagai obat untuk kanker payudara yang


mengandung terlalu banyak protein HER2/neu.
Bevacizumab ( Avastin ) adalah antiangiogenic. ( masih dalam percobaan klinis ).
Antiagiogenesis agent ini memblock angiogenesis ( formasi dari pembuluh darah
baru ) yang dibutuhkan tumor untuk berkembang dan metastasis.

Pencegahan

1. Pola hidup sehat dan SADARI

2. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.

Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai


usia 50 tahun.

3. Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara

Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita

Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai