Blok 28
Oleh
Natalia Hadinata
(10.2010.129)
C6
onyongnatalia@yahoo.co.id
Pendahuluan
Latar belakang
Bekerja merupakan tuntutan hidup yang harus dijalani oleh setiap orang. Dan dalam
zaman yang serba sibuk ini, tuntutan pekerjaan semakinbanyak. Banyak orang yang bekerja
tanpa mengenal waktu istirahat. Hal ini juga terjadi pada orang-orang yang sering membuat
laporan. Hal ini dapat menyebabkan adanya gangguan penglihatan terutama pada orang-
orang yang pekerjaannya duduk di depan layar komputer.
Tujuan
Kasus 4
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang
kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Pada kedokteran
okupasi perlu ditanyakan apa pekerjaan yang dilakukan oleh pasien dan perlu diselidiki apakan
penyakit yang diderita merupakan penyakit akibat kerja atau bukan.1
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan pada kasus ini, didapatkan informasi berikut.
Identitas: Nn. A umur 28 tahun bertempat tinggal di daerah Pasar rebo dan bekerja di
perusahaan PTP bagian keuangan.
Keluhan utama: Nn A datang dengan keluhan beriair pada kedua matanya sejak 1
minggu yang lalu.
Keluhan tambahan: sakit yang diderita pasien disertai dengan pegal, mata buram,
merah, ada sekret, tidak gatal, dan terasa nyeri.
Riwayat penyakit dahulu: sakit seperti ini pernah dialami oleh pasien. Pasien juga
menggunakan kacamata tetapi tidak rutin kontrol. Pasien sendiri tidak memiliki riwayat
alergi, diabetes melitus, maupun hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat pasien datang pertama kali dengan melihat
keadaan umumnya. Setelah melihat keadaan umum, dapat dilakukan pengukuran tanda-tanda
vital. Setelah pemeriksaan umum selesai dilakukan, dapat dilakukan pemeriksaan fisik
khusus.
Keadaan umum
Nn. A datang dalam keadaan compos mentis dan tidak datang dalam keadaan kesakitan.
Status gizi
Tanda-tanda vital
Suhu: 36,7oC
Uji penglihatan
Uji snellen chart biasanya dilakukan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Biasanya pemeriksan tajam penglihatan
ditentkan dengan melihat kamampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak
baku untuk kartu. Bila penglihatan kurang tajam, dapat dilakukan dengan melihat jumlah jari,
dan bila tajam penglihatan masih kurang, dapat dilakukan dengan proyeksi sinar.2
4
Selain uji snellen chart, dapat juga dilakukan uji persepsi warna. Uji ini dapat
dilakukan dengan meminta pasien untuk mengidentifikasi pola bulatan-bulatan warna pada
plat berwarna. Klien yang tidak dapat membedakan warna tidak akan mendapatkan polanya.2
Uji konfrontasi juga dapat dilakukan untuk memeriksa lapang pandang pasien. Uji ini
dilakukan dengan cara pemeriksa dan pasien duduk berhadapan, lalu mata kanan pasien
dengan mata kiri pemeriksa saling berhadapan. Lalu sebuah benda dari perifer dengan jarak
yang sama digeser perlahan-lahan dari perifer ke lapang pandang tengah. Bila pasien melihat
pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa, berarti lapang ppandang pasien adalah normal.2
Inspeksi mata
Setelah melakukan uji penglihatan, lakukan teknik pengkajian berikut. Inspeksi kelopak
mata, bulu mata, bola mata, dan aparatus lakrimal. Inspeksi juga konjungtiva, sklera, kornea,
ruang anterior, iris, dan pupil. Gunakan oftalmoskop untuk mengkaji humor vitreous dan
retina.2
Bulu mata harus terdistribusi rata di sepanjang kelopak, bola mata harus cerah dan
jernih. Aparatus lakrimal harus tidak mengalami inflamasi, pembengkakan, atau air mata
yang berlebihan, namun jika pasien lansia dapat mengalami penurunan prodiksi air mata.2
Inspeksi konjungtiva biasanya dilakukan jika dicurigai adanya benda asing atau jika
pasien mengeluh nyeri kelopak mata. Sedangkan untuk inspeksi kornea, segmen anterior, iris,
dan pupil dapat di bantu dengan menggunakan slit lamp.2
Palpasi mata
Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan neyri tekan pada kelopak mata.
Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata
di atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus terasa sama keras.2
serta mengukur kadarnya. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat atau ruang kerja sangat
perlu untuk melakukan penilaian dan mengambil kesimpulan, apakah kadar zat sebagai
penyebab penyakit akibat kerja cukup dosisnya atau tidak untuk menyebab sakit. Meliputi
faktor lingkungan kerja yang dapat berpengaruh terhadap sakit penderita (faktor fisis,
kimiawi, biologis, psikososial), faktor cara kerja yang dapat berpengaruh terhadap sakit
penderita (peralatan kerja, proses produksi, ergonomi), waktu paparan nyata (per hari,
perminggu) dan alat pelindung diri.3
Working diagnosis
1. Mata tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang berbeda-beda bagi banyak
orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis mata untuk mata tegang adalah asthenopia, istilah itu sendiri
adalah istilah yang kabur. Kamus ilmiah penglihatan mendefinisikan asthenopia sebagai keluhan
subjektif penglihatan berupa penglihatan yang tidak nyaman, sakit dankepekaannya berlebihan. Kamus
itu menjabarkan 24 tipe asthenopia yang berbeda-beda berdasarkan penyebabnya. Asthenopia dapat
disebabkan oleh masalah seperti otot mata kejang ketika memfokus, ada perbedaan penglihatan di
kedua mata, astigmat, hipermetrop (rabun jauh),
6
miop (rabun dekat), cahaya berlebihan, kesulitan koordinasi mata dan lain-lain. Di dalam
lingkungan pemakaian komputer, mata tegang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
danpenglihatan yang berbeda-beda.4
2. Sakit kepala
Sakit kepala juga merupakan salah satu penyakit yang paling sulit didiagnosis dan diobati secara
efektif. Sakit kepala oleh faktor penglihatan sering muncul di arah kepala bagian frontal. Lebih terasa
pada satu sisi kepala daripada sisi yang lain dan dapatdisertai berbagai gejala yang lebih umum. Para
pengguna komputer lebih besar kemungkinan mengalami sakit kepala jenis otot tegang. Sindrom
tersebut dapat dipicu oleh berbagai bentuk stress, termasuk kecemasan dan depresi, dan dipicu juga
oleh berbagai kondisi mata yang termasuk astigmat dan hipermetrop, juga oleh kondisi tempat kerja
yang tidak layak, termasuk adanya silau, cahaya kurang, dan penyusunan letak komputer yang tidak
layak. Jika semua faktor yang terlihat jelas telah dipertimbangkan, dibutuhkan penanganan kesehatan
yang dimulai dengan melakukan pemeriksaan mata lengkap.4
3. Penglihatan Kabur
Kemampuan mata untuk merubah daya fokusnya disebut akomodasi, yang berubah tergantung
usia. Suatu bayangan yang tidak tepat terfokus di retina akan kelihatan kabur. Keluhan mata kabur
disebabkan adanya kelainan refraksi seperti hipermetrop, miop, dan astigmat. Mata kabur juga dapat
disebabkan oleh kacamata koreksi yang tidak tepat kekuatan dan setelannya. Mata kabur juga terjadi
bila ada kelainan pemfokusan terutama yang terkait dengan usia yang disebut sebagai presbiop. Faktor
lingkungan, mata kaburdapat disebabkan oleh layar monitor yang kotor, sudut penglihatan yang kurang
baik, ada refleksi cahaya yang menyilaukan atau monitor yang dipakai ternyata berkualitas buruk atau
rusak. Semua faktor tersebut harus dipertimbangkan bila keluhan mata kabur terjadi.4
Seorang pengguna komputer harus terus-menerus memfokuskan matanya untuk menjaga agar
gambar tetap tajam. Proses tersebut mengakibatkan timbulnya stress yang berulang-ulangpada otot
mata. apalagi setelah lama menggunakan komputer, frekuensi berkedip berkurang dan mata menjadi
kering dan perih. Akibatnya, adalah kemampuan untuk memfokuskan diri berkurang dan penglihatan
bisa menjadi buram serta timbul sakit kepala karena arah tatapan kearah atas, pengguna komputer
sering terpaksa beristirahat dengan menurunkan kepala merekayang menyebabkan postur tubuh
menjadi buruk dan leher menjadi sakit.4
Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang mengandung kelenjar yang
menghasilkan air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata yang membatasi permukaan
mata dan mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar mata dapat berfungsi dengan normal.
Air mata juga membantu mempertahankan keseimbangan oksigen yang tepatpada struktur mata
bagian depan dan untuk mempertahankan sifat optik sistem penglihatan.Lapisan air mata dalam
keadaan normal dihapus dan disegarkan kembali oleh kelopak matadengan cara berkedip. Refleks
berkedip adalah salah satu refleks yang paling cepat pada tubuh manusia dan sudah ada sejak lahir.
Kecepatan berkedip per menit berbeda-beda pada berbagai aktivitas. Berkedip lebih cepat bila sedang
aktif, dan lebih lambat bila mengantuk atau sedang berkonsentrasi. Penelitian telah menunjukkan
bahwa kecepatan berkedip para pengguna komputer turun secara bermakna pada saat bekerja di depan
komputer dibandingkan dengan sebelum atau sesudah bekerja. Penjelasan mengapa kecepatan
berkedip tersebut berkurang antaralain karena konsentrasi pada tugas atau kisaran gerak mata yang
relatif terbatas. Besarnya bukaan mata terkait dengan arah pandangan. Makin tinggi pandangan
diarahkan, mata akan terbuka lebih lebar. Banyaknya penguapan ada kaitannya dengan besarnya
bukaan mata. Bila memandang monitor yang lebih tinggi, bukaan mata lebih lebar dan penguapan air
mata lebih banyak. Sudut pandangan yang lebih tinggi mungkin pula mengakibatkan banyak kedipan
yang tidak lengkap.4
7. Penglihatan Ganda
Sindrom penglihatan pada pemakaian komputer adalah salah satu efek samping dari pekerjaan
melihat monitor yang lama dan terus menerus tanpa memperhatikan higiene praktis penglihatan.
Seorang pengguna komputer harus terus-menerus memfokuskan matanya untuk menjagaagar gambar
tetap tajam. Proses tersebut mengakibatkan timbulnya stress yang berulang-ulang pada otot mata.
apalagi setelah lama menggunakan komputer, frekuensi berkedip berkurang dan mata menjadi kering
dan perih. Akibatnya, adalah kemampuan untuk memfokuskan diri berkurang dan penglihatan bisa
menjadi buram serta timbul sakit kepala. Karena arah tatapan kearah atas, pengguna komputer sering
terpaksa beristirahat dengan menurunkan kepala merekayang menyebabkan postur tubuh menjadi
buruk dan leher menjadi sakit.4
Differential Diagnosis
miopia
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina. Hal ini disebabkan
pembiasan terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata yang terlalu panjang, miopia aksial.
9
Pasien miopia biasanya akan menyatakan melihat jelas bila dekat. Pasien dengan miopia akan
memberikan keluhan sakit kepala, disertai juling dan celah kelopak mata yang sempit.
Seseorang yang miopia juga mempunyai kebiasaan menyiptikan matanya untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole.2
Derajat miopia dapat ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri), atau berat (lebih dari 10
dioptri). Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapt kelainan pada fundus okuli seperti
degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer, dengan miopik kresen pada papil saraf
optik.2
Pajanan fisik yang dialami adalah radiasi komputer, karena pasien bekerja dengan
terlalu lama menatap monitor komputer. Selain itu, pajanan lain yang di alami juga bisa
berasal dari lingkungan rumah ataupun lingkungan pekerjaan, seperti debu, asap, sinar UV.
Hal ini dapat berdampak terjadinya mata lelah (astenopia)
Selain dari pajanan fisik, pajanan secara biologi juga dapat berperan, seperti infeksi
virus, bakteri, ataupun jamur. Dapat terjadi kemungkinan konjungtivitis.
Posisi saat bekerja dan target yang dicapai juga mempengaruhi keluhan yang ada pada
Nn. A, dan diketahui juga bahwa Nn. A bekerja dengan posisi duduk statis, gerakan repetitif
pada kedua tangan pasien, dan dengan kepala menunduk. Dan diketahui juga bahwa
pekerjaan pasien adalah mengetik laporan keuangan dan bekerja selama 8 jam/hari. Hal ini
berdampak terjadinya kelainan neuromuskulardan dapat menimbulkan carpal tunnel
syndrome.
Pajanan fisik
Layar monitor mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya terpantul, dan kita menatap
layar monitor berjam-jam setiap hari, bahkan tanpa cukup berkedipkebanyakan penelitian
menunjukkan bahwa operator komputer yang terus menerus melihat ke monitor mengalami
10
lebih banyak masalah yang menyangkut mata dibandingkan dengan pekerja kantor yang tidak
menggunakan monitor. Banyak gejala visual sementara yang dialami oleh pengguna
komputer dan akan hilang/ menurun setelah berhenti bekerja. Namun beberapa orang
mungkin akan terus mengalami berkurangnya kemampuan visual, seperti penglihatan kabur
bahkan setelah berhenti bekerja di depan komputer.4,5
Melihat layar komputer sering membuat mata bekerja lebih keras. Melihat ke ara
monitor berbeda seperti saat kita membaca buku. Seringkali huruf pada monitor tidak sesuai
dengan penggunanya, tingkat kekontrasan pada background monitor, dan seringkali juga
silau karena adanya pantulan pada layar yang membuat penggunanya kesulitan untuk
melihat.4,5
Dalam kebanyakan kasus, gejala CVS terjadi karena tuntutan tugas yang memerlukan
kemampuan visual melebihi kemampuan visual dari pengguna komputer. Orang-orang yang
berisiko terkena CVS adalah orang-orang yang menghabiskan dua jam atau lebih di depan
komputer secara terus menerus setiap hari.4,5
Pajanan biologi
Pajanan seperti virus, jamur, dan bakteri dapat menyebabkan konjungtivitis yang
merupakan radang konjungtiva atau selput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan
bola mata.
Kata ergonomic berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos
(peraturan,hokum). Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-
sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara
optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat daripadanya diukur dengan
efisiensi dan kesejahteraan kerja. Suatu lapangan penting dari ergonomic adalah posisi tubuh
(work posture) dan gerakan seluruh anggota badan (body and limb movements), yang
menentukan besarnya pemakaian energy dan aktivitas sensorimotoris. Ilmu yang mempelajari
postur kerja dan gerakan seluruh atau sebagian termasuk anggota badan disebut biomekanik.
Dari sudut pandang ilmu tersebut, seorang tenaga kerja memenuhi persyaratan biomekanis
11
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, susunan dan
penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan
penempatan alat kendali serta alat petunjuk, cara kerja pengoprasian mesin dan
peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan.
b. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peraltan kerja, harus diambil ukuran
terbesar (missal rerata +2 standar deviasi) sebagai dasar serta di atur suatu cara
sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan peralatan kerja dapat dioperasikan oleh
tenaga kerja yang ukuran antropometrinya kurang dari standard.
c. Ukuran antropometri statis terpenting sebagai dasar desain dan pengoprasian mesin
atau peralatan kerja lain:
Berdiri (tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang depa,
panjang lengan). Duduk (tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah
dan tangan, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut-telapak kaki)
d. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan
dari aspek tulang terbaik adalah duduk dengan tegak, agar punggung tidak bungkuk
dan otot perut tidak berada dalam keadaan yang lemas. Sebagai jalan keluar
dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang tegak dan diselingi istirahat dalam
bentuk sedikit membungkuk.
e. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Tinggi dataran tempat duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai
dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
- Tinggi papan sandaran punggung dapat diatur dan menekan dengan baik kepada
punggung.
12
- Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar alas terbesar ukuran antropometris pinggul
misalnya lebih dari 40cm
f. Arah penglihatan pada pekerjaan duduk 32-440 ke bawah.
g. Kemampuan seorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi kualitas
kerja dan keselamatan, kesehatan dan kepuasan kerja akan menurun.
h. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental-psikologis dan social sebaiknya
sedapat mungkin dikurangi.
i. Pemeliharaan indra penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama dengan
pencahayaan dan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan
perusahaan.
j. Beban kerja fisik dinilai antara lain dengan mengukur konsumsi O2, frekuensi nadi,
suhu badan dan lain-lain atau analisis kegiatan dari pekerjaan itu sendiri.
Pada orang-orang yang menggunakan kacamata mungkin merasa tidak cocok untuk
melihat jarak tertentu dari layar komputer mereka, sehingga beberapa orang akan
memiringkan kepalanya untuk mendapatkan sudut yang tepat atau mereka akan
menundukkan kepala mereka agar dapat melihat layar komputer dengan jelas. Karena postur
inilah dapat mengakibatkan kejang otot atau nyeri pada leher, bahu, atau punggung.
Sedangkan pajanan psikososial dapat disebabkan karena stress saat bekerja atau mengejar
target pekerjaan.5
Perempuan pada umumnya mmeiliki sifat teliti dan telaten dalam mengerjakan sesuatu,
terutama pekerja dengan mengggunakan komputer dan meemasukkan data berupa angka-
angka. Hal ini memerlukan ketelitian dan konsentrasi, karena itu, pekerja akan memfokuskan
perhatian secara penuh ke monitor dengan menatap layat monitor secara terus menerus
bahkan bisa sampai berjam-jam tanpa diselingi istirahat sejenak. Pekerjaan dengan komputer
membutuhkan jarak yang cukup dekat sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi lensa.
Karena proses yang berlangsung terus menerus, kemampuan akomodasi dapat menurun dan
dapan menyebabkan kelelahan otot mata. Karena hal inilah timbul rasa lelah pada mata. Dan
diketahui juga bahwa Nn. A menggunakan kacamata sehingga biasanya sulit untuk melihat
tulisan yang ada di monitor. Karena itu biasanaya untuk para pengguna kacamata akan
mengubah posisi kepalanya untuk mendapatkan posisi yang tepat sehingga dapat
menyebabkan kelainan neuromuskular.6
13
Jumlah pajanan
Jumlah pajanan cukup banyak karena Nn. A sudah bekerja selama 5 tahun di
perusahaan PT p dan bekerja selama 8 jam sehari.
Faktor individu
1. Riwayat kesehatan
Apakah pasien ada riwayat atopi/alergi? Apakah adanya riwayat pajanan serupa
sebelumnya sehingga resikonya meningkat? Apakah ada riwayat penyakit dalam
keluarga yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan
yang dialami? Higiene perorangan.
2. Faktor usia
pekerja pengguna komputer yang berusia lebih dari 40 tahun mengeluhkan rasa
ketidaknyamanan menggunakan komputer yang berkaitan dengan kesehatan, dengan
tingkat tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain. Hal tersebut bisa
dijelaskan sebagai suatu akibat proses penuaan yang menimbulkan penurunan fungsi
tubuh.6
3. Jenis kelamin
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kejadian CVS pada perempuan lebih
banyak dai pada laki-laki walaupun tidak berbeda secara bermakna. Ada beberapa
pendapat menyatakan perempuan lebih teliti dan telaten dalam bekerja sehingga
mereka akan benar-benar memusatkan perhatian pada pekerjaan yang dihadapi untuk
14
Faktor lain di luar pekerjaan adalah faktor yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan Nn. A. Seperti hobi Nn. A. Apakah Nn. A memiliki hobi membaca buku, bermain
komputer, dan lain sebagainya yang dapat membuat keadannya semakin memburuk.
15
Diagnosis okupasi
Nn. A menderita Computer Vision Syndrome (CVS). Penyakit yang diderita oleh Nn. A
merupakan penyakit yang diakibatkan karena pekerjaannya
Penatalaksanaan
Medika mentosa
Penggunaan air mata buatan atau larutan pembasah lensa kontak dapat menjaga
kelembaban mata sehingga dapat meredakan gejala.
Non-medika mentosa
Mengistirahatkan mata sejenak setelah bekerja 1-2 jam atau mengikuti aturan 20/20/20.
Atau dapat juga mengompres mata sejenak setelah bekerja.
Pencegahan
3. Huruf atau karakter pada komputer disesuaikan dengan ukuran yang cukup besar.6
4. Pekerja komputer dihimbau untuk lebih sering berkedip.6
5. Istirahat sejenak diperlukan setelah bekerja dengan komputer. Istirahat dapat
dilakukan dengan mengalihkan pandangan dan melihat ke objek lain, berjalan-jalan di
sekitar ruangan, dan berbincang-bincang dengan rekan kerja. Istirahat dapat dilakukan
selama 10-15 menit setelah terus-menerus di depan komputer selama 1-2 jam. Aturan
yag paling banyak digunakan sekarang adalah aturan 20/20/20, yaitu setelah bekerja
selama 20 menit, sebaiknya mengalihkan pandangan dari monitor dengan melihat
obyek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik.6
6. Deteksi dini melalui diagnosis dan penatalaksanaan dapat menurunkan risiko
timbulnya gejala gangguan penglihatan.6
7. Disarankan juga kepada pekerja komputer untuk memeriksakan matanya secara
teratur ketika mulai bekerja dengan kompputer dan secara periodik sebanyak setahun
sekali.6
8. Kacamata khusus untuk menggunakan komputer mungkin diperlukan oleh pekerja
komputer yang berusia lebih dari 40 tahun.6
9. Penggunaan lubrikasi untuk mata kering.6
10. Suhu ruangan sebaiknya diatur sebesar 24-27oC dan kelembaban udara sebaiknya
dipertahankan sebesar 40-70%. Pengaurana ventilasi udara yang baik dan menjaga
kebersihan ruangan. Ruangan kerja sebaiknya dibuat sebagai ruangan bebas rokok.6
Kesimpulan
Nn. A datang dengan keluhan mata berair yang disertai pegal, mata buram, merah,
sekret, dan nyeri menderita computer visin syndrome hal ini diakibatkan karena Nn. A
bekerja terlalu lama di depan komputer sehingga melebihi batas kemampuan visualnya.
Selain itu, posisi yang tidak nyaman pada saat bekerja menyebabkan adanya kelainan
neuromuskular. Untuk meredakan gejala yang ada, Nn. A dapat merelaksasi diri dan
mengistirahatkan mata sejenak setelah bekerja di depan komputer selama 1-2 jam. Pemberian
obat tetes mata juga dapat diberikan untuk menjaga kelembaban bola mata.
17
Daftar Pustaka
1. Bickley S. Lynn. Tinjauan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : EGC. 2009.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakarta: FKUI. 2012
3. Sumamur DR. Higine perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta : CV
Sagung Seto. 2009.
4. Affandi ES. Sindrom penglihatan komputer. Maj kedok indon. Vol 55. No. 3. 2005.
Diunduh dari:
http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=public&key=
MjAtMTE=
5. American Optometric Association. Computer vision syndrome. Diunduh dari:
http://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-vision/protecting-your-
vision/computer-vision-syndrome
6. Azkadina A. Hubungan antara faktor risiko individual dan komputer terhadap
kejadian computer vision syndrome. Semarang: Universitas diponegoro. 2012.
Diunduh dari:
http://eprints.undip.ac.id/37339/1/AMIRA_AZKADINA_G2A008018_LAP_KTI.pdf