Anda di halaman 1dari 68

SAMBUTAN

Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap


(KSA) bagi aparatur maupun tenaga industri di sub sektor
pertambangan mineral dan batubara, pemerintah
melaksanakan program pendidikan dan pelatihan (diklat)
untuk semua bidang pekerjaan di sub sektor pertambangan
mineral dan batubara. Pelaksanaan program diklat
tersebut perlu didukung dengan ketersediaan materi ajar
yang berupa modul diklat.

Modul diklat memiliki peranan penting bagi peserta diklat


dalam membantu mengetahui, memahami, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang disampaikan
oleh tenaga pengajar.Karakteristik modul diklat yang khas
menjadikannya berbeda dengan buku-buku teks bagi para
mahasiswa di perguruan tinggi.Sebuah modul harus
mampu berdialog dengan pembacanya, modul diklat yang
ideal juga dapat menggantikan peran fasilitator dalam
menyampaikan substansi materi diklat.

Pentingnya sebuah modul diklat sebagai salah satu alat


bantu dalam proses belajar mengajar disadari sebelumnya
oleh pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan diklat

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan i
ini. Oleh karena itu modul selalu identik dengan setiap
penyelenggaraan program diklat.

Penulisan modul diklat yang tidak standar serta kaidah-


kaidah penulisan yang tidak baik, tidak hanya menyulitkan
peserta diklat dalam memahami dan mengaplikasikan
materi yang disampaikan, tetapi juga menyebabkan tidak
tercapainya tujuan program diklat secara umum.

Bandung, Desember 2013


Kepala Badan Diklat
Energi dan Sumber Daya Mineral

M. Teguh Pamuji, S.H., M.H.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan YME


karena atas berkat dan rahmat-Nya Modul Diklat Kepala
Pengawas Operasional Pertambangan (POP) dapat
terselesaikan.

Seperti kita ketahui bahwa kegiatan pertambangan


merupakan suatu kegiatan yang memiliki karakteristik
khusus, dimana banyak pihak dan kepentingan yang
terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga diperlukan
pengawasan terhadap kegiatannya. Pengawas operasional
memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan manusia,
proses, peralatan dan lingkungan kerja dimana mereka
bekerja, agar dapat menjalankan tanggung jawabnya
dengan baik, pengawas operasional harus memiliki standar
kompetensi. Untuk pemenuhan terhadap kompetensi
tersebut maka dirasakan perlu diberikan pelatihan dan
keterampilan yang sesuai, sehingga membantu peserta
dapat memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi yang


dimiliki oleh aparatur pemerintah tersebut dapat dilakukan
melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat).
Pelaksanaan program diklat tersebut perlu didukung
dengan ketersediaan materi ajar yang berupa modul diklat.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan iii
Modul diklat memiliki peranan penting bagi peserta diklat
dalam membantu mengetahui, memahami, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang disampaikan
oleh tenaga pengajar.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan
untuk perbaikan modul di masa yang akan datang.

Bandung, Desember 2013


Kepala Pusdiklat
Mineral dan Batubara

Ir. Toto Ridwan, M.T.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ............................ vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................... 1
A. Latar Belakang .......................................... 1
B. Deskripsi Materi ...................................... 3
C. Tujuan Instruksional ................................ 4
D. Materi Pokok ............................................ 4
BAB II PERATURAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN ........................................... 5
A. Peraturan Pengelolaan Lingkungan .......... 5
B. Pemahaman Peraturan Lingkungan ....... 8
C. Latihan ..................................................... 10
D. Rangkuman ............................................ 11
E. Evaluasi Kegiatan belajar ........................ 14
BAB III DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN . 15
A. Kegiatan Utama Pertambangan Mineral
dan Batubara ........................................... 15
B. Dampak yang diperkirakan akan muncul 17
C. Latihan ................................................... 19
D. Rangkuman ............................................. 21
E. Evaluasi Kegiatan belajar ........................ 22
BAB IV IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN ...... 23
A. Potensi Dampak Lingkungan .................. 23

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan v
B. Kegiatan Pertambangan yang
Menghasilkan Limbah .......................... 28
C. Jenis Limbah yang Dihasilkan ............... 31
D. Latihan ................................................... 33
E. Rangkuman ............................................ 35
F. Evaluasi Kegiatan belajar ........................ 35
BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN ...................................... 36
A. Pengelolaan Pertambangan .................... 36
B. Pemerintah ........................................... 50
C. Latihan ..................................................... 54
D. Rangkuman ............................................. 56
E. Evaluasi Kegiatan Belajar ....................... 56
BAB VI PENUTUP ...................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 59

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Setiap modul berisikan beberapa pembelajaran sesuai


dengan tuntutan elemen kompetensi dan kriteria unjuk
kerja. Untuk memahami modul secara utuh sudah barang
tentu peserta harus mempelajari setiap tahapan
pembelajaran sampai selesai. Pada akhir setiap
pembelajaran terdapat tugas-tugas dan kunci jawaban
berada pada bagian akhir modul. Agar mendapatkan hasil
belajar maksimal, ikutilah petunjuk penggunaan modul
berikut ini:

1. Pahami tujuan umum yang tercantum pada setiap


modul
2. Yakinkanlah bahwa Anda telah memenuhi prasyarat
yang diminta modul
3. Pahami tujuan khusus yang ada pada setiap
pembelajaran di dalam modul
4. Ikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan pada modul
sampai akhir
Cobalah sendiri mengerjakan soal latihan yang tertera
pada akhir setiap pembelajaran, kemudian nilai sendiri
dengan rumus:

Jumlah jawaban yang betul


Nilai x 100
Jumlah seluruh soal

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan vii
Untuk meningkatkan kedalaman penguasaan Anda
terhadap isi modul, disarankan untuk membaca referensi
yang tertera daftar pustaka.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lindungan lingkungan hidup pertambangan


merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada
kegiatan pertambangan mineral dan batubara. Kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan
untuk menjaga keberlanjutan lingkungan setelah kegiatan
pertambangan dilaksanakan.

Kegiatan pertambangan mineral dan batubara


mempunyai sifat yang sementara karena komoditas yang
diambil tidak dapat diperbaharui (non renewable).
Sehingga pada suatu ketika kegiatan pertambangan
tersebut harus berakhir. Karena kegiatan tersebut harus
berakhir, maka sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan
tentunya harus dibuat perencanaan untuk menghindari
terjadinya ketidakpastian yang mengakibatkan kerusakan
pada lahan bekas tambang.

Kegiatan pertambangan mineral dan batubara


secara umum adalah kegiatan yang memindahkan material
dalam jumlah yang besar dari suatu lokasi ke lokasi lain.
Pada proses pemindahan tersebut akan terjadi perubahan-
perubahan terutama adalah perubahan bentang alam.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 1
Adanya perubahan bentang alam akan memicu terjadinya
perubahan lain sebagai penyeimbang dari perubahan
bentang alam tersebut. Perubahan sebagai penyeimbang
dari perubahan bentang alam meliputi terjadinya erosi dan
sedimentasi, longsor, kekeruhan pada aliran air di
permukaan, banjir, endapan lumpur, berkurangnya
kesuburan tanah dan berubahnya iklim mikro yang
menyebabkan suhu udara lokal meningkat.

Perubahan-perubahan yang terjadi akibat dari


kegiatan pertambangan apabila tidak dikelola dengan
bijaksana dan hati-hati maka akan mengakibatkan
kerusakan lahan. Kerusakan tersebut apabila tidak segera
diperbaiki maka akan mengakibatkan kerusakan permanen
yang pada akhirnya akan membebani lingkungan hidup
secara kumulatif. Kerusakan yang bisa timbul akibat
pengelolaan yang tidak bijaksana antara lain terjadinya
longsor, banjir, aliran lumpur, kekeruhan air sungai
meningkat dan berkurangnya tingkat kesuburan tanah.

Untuk menghindari terjadinya perubahan-


perubahan yang mengarah pada degradasi lahan dan
lingkungan secara tidak terkendali maka dalam
pelaksanaan kegiatan tambang wajib dibuat perencanaan
tambang yang komprehensif sesuai dengan kemajuan
yang akan dicapai. Agar perencanaan yang komprehensif
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 2
tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan bidang
tugasnya. Kompetensi setiap pekerja yang sesuai dengan
bidang tugasnya akan menunjang pelaksanaan kegiatan
tambang yang telah direncanakan. Salah satu kompetensi
bagi personil dalam melakukan operasional kegiatan
tambang adalah Pengawas Operasional. Pengawas
Operasional terdiri dari 3 tingkatan sesuai jenjang jabatan
karyawan di perusahaan.

Pengawas Operasional Pertama merupakan


pengawas yang langsung berhadapan dengan
operator/pelaksana langsung kegiatan tambang. Pengawas
operasional tingkat pertama merupakan personel yang
bertanggungjawab mengawasi pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh operator di lapangan. Sasaran pengawas
operasional tingkat pertama adalah mengawasi agar
pelaksana pekerjaan dapat mengenali potensi bahaya di
sekitar lingkungan kerjanya terutama potensi dari setiap
pekerjaan yang dilakukan oleh operator di tempat kerjanya.
Selain itu juga adanya potensi bahaya terhadap lingkungan
yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan dari sekitar
lingkungan kerjanya.

B. DESKRIPSI MATERI

Materi ini akan membahas mengenai peraturan


perlindungan lingkungan pertambangan, tatacara

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 3
identifikasi potensi dampak lingkungan hidup akibat
kegiatan pertambangan, kegiatan pertambangan yang
akan menghasilkan limbah berikut jenis limbah yang
dihasilkan, pengelolaan limbah pertambangan, dan
pelaksanaan prosedur perlindungan lingkungan di area
kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Hal-hal tersebut
merupakan dasar-dasar yang harus dikuasai oleh seorang
pengawas operasional pertama dalam menjalankan
tugasnya.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, peserta


diharapkan mampu menjelaskan peraturan perlindungan
lingkungan pertambangan di area lingkungan kerjanya,
mengidentifikasi potensi dampak terhadap lingkungan
hidup, melakukan pengelolaan limbah, melakukan
prosedur perlindungan lingkungan di area yang menjadi
tanggung jawabnya.

D. MATERI POKOK
1. Peraturan pengelolaan lingkungan pertambangan
2. Dampak Lingkungan Pertambangan
3. Identifikasi dampak lingkungan akibat kegiatan
pertambangan
4. Pengelolaan lingkungan pertambangan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 4
BAB II
PERATURAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN

Indikator Keberhasilan:
Peserta dapat menjelaskan peraturan pengelolaan
lingkungan pertambangan yang menjadi dasar hukum
dalam melakukan perlidungan dan pengelolaan lingkungan
hidup pada kegiatan pertambangan.

A. Peraturan Pengelolaan Lingkungan

Dasar hukum yang diacu dalam pengelolaan dan


pengusahaan pertambangan mineral dan batubara adalah
Undang-Undang (UU) No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara yang meliputi
ketentuan umum/istilah, usaha pertambangan, izin usaha
pertambangan, persyaratan perizinan usaha
pertambangan, hak dan kewajiban, pembinaan,
pengawasan, dan perlindungan masyarakat, sanksi
admininstratif, ketentuan pidana dan sebagainya.

Secara umum pengaturan pengelolaan lingkungan


pertambangan telah termaktup dalam UU No. 4 Tahun
2009 yang menyebutkan bahwa pemegang IUP dan IUPK
wajib menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik;
mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 5
Indonesia; meningkatkan nilai tambah sumber daya
mineral dan/atau batubara; melaksanakan pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan mematuhi
batas toleransi daya dukung lingkungan.

Lebih lanjut perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup lebih ditekankan dengan diundangkannya
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Isi dari Undang-Undang
tersebut sudah mengatur tentang ketentuan umum, asas
dan tujuan, hak dan kewajiban serta wewenang,
perlindungan lingkungan hidup, kelembagaan, ganti rugi
dan pemulihan serta ketentuan pidana.

Untuk acuan pelaksanaan pengelolaan lingkungan


bagi usaha pertambangan, diterbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan yang mengatur bahwa setiap kegiatan usaha
yang wajib AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan sebelum melakukan kegiatan operasi. Izin
Lingkungan merupakan izin yang menjadi syarat untuk
penerbitan izin operasional kegiatan usaha.

Selanjutnya Menteri Negara Lingkungan Hidup


menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis usaha atau Kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan AMDAL. Di dalam peraturan
menteri tersebut telah diatur mengenai kriteria kegiatan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 6
(pertambangan mineral dan batubara) yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL, sedangkan kegiatan yang tidak
termasuk dalam katagori wajib AMDAL diwajibkan
menyusun UKL dan UPL.

Sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah,


maka pengelolaan kegiatan usaha pertambangan mineral
dan batubara sejak tahap proses pemberian ijin prinsip
sampai kepada pengawasan dilaksanakan oleh pemerintah
provinsi atau kabupaten/kota sesuai kewenangan masing-
masing.

Pengaturan tentang pencegahan dan


penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan
akibat kegiatan pertambangan mineral dan batubara
sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun
2009, telah diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi No. 1211.K/008/MPE/1995 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan
Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Umum, di dalamnya juga mengatur tentang
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Secara lebih
khusus diatur mengenai kewajiban-kewajiban Kepala
Teknik Tambang terkait dengan perlindungan terhadap
lingkungan pada lokasi kegiatan pertambangan.
Kewajiban-kewajiban Kepala Teknik Tambang tersebut

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 7
juga menjadi kewajiban bagi seorang pengawas
operasional.

Pengaturan untuk pengawasan pelaksanaan


pengelolaan lingkungan pertambangan umum didasarkan
atas Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
2555.K/201/MPE/1993 tentang Pelaksana Inspeksi
Tambang (PIT) Bidang Pertambangan Umum dan Kepmen
No. 103.K/008/MPE/1994 tentang Pengawasan atas
Pelaksanaan RKL dan RPL Dalam Bidang Pertambangan
dan Energi.

Di samping ketentuan-ketentuan tersebut di atas,


masih banyak ketentuan dan peraturan perundangan di
bidang lingkungan yang juga harus dilaksanakan, seperti
misalnya : baku mutu lingkungan maupun baku mutu
limbah baik yang ditetapkan secara nasional maupun yang
telah diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat.

B. Pemahaman Peraturan Lingkungan

Peraturan pengelolaan lingkungan tersebut


merupakan acuan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh
setiap kegiatan usaha pertambangan. Oleh sebab itu,
maka para peserta harus memahami dan mengerti maksud
dan tujuan setiap peraturan yang diacu untuk dilaksanakan
di dalam kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 8
Peraturan perundangan lingkungan diterbitkan agar
menjadi dasar dalam setiap pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan. Terlebih dalam aspek lingkungan hidup,
kegiatan usaha pertambangan memiliki potensi merubah
kondisi lingkungan hidup yang apabila tidak dikelola
dengan baik, akan mengakibatkan dampak buruk bagi
lingkungan.

Peraturan pengelolaan lingkungan hidup yang


menjadi acuan dalam pengelolaan lingkungan
pertambangan memiliki hirarki sebagai berikut: yang
tertinggi adalah Pancasila sebagai dasar negara kemudian
UUD 1945, di bawah UUD 1945 dibuatlah Undang-Undang
(UU), di bawah UU diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
sebagai pelaksanaan dari UU, di bawah UU diterbitkan
Peraturan Menteri atau Keputusan Menteri sebagai
peraturan teknis pelaksanaan yang operasional. Untuk di
daerah, di bawah PP diterbitkan Peraturan Daerah (Perda)
baik Provinsi atau Kabupaten/Kota.

Peraturan perundangan yang mengatur tentang


pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk mengatur
semua kegiatan yang ada agar tidak mengganggu atau
menimbulkan kerusakan bagi lingkungan yang berada di
sekitar lokasi kegiatan. Peraturan tersebut juga untuk
mewajibkan setiap kegiatan melakukan kajian dan
penelitian terhadap potensi timbulnya dampak bagi

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 9
lingkungan di sekitarnya. Kajian dan penelitian potensi
dampak ini diinventarisasi untuk menyusun rencana
pengelolaan lingkungan. Peraturan mengenai lingkungan
juga dimaksudkan agar setiap pelaku kegiatan
pertambangan melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dalam rangka mencegah terjadinya
pencemaran atau perusakan lingkungan.

C. Latihan
1. Peraturan yang mewajibkan kegiatan pertambangan
untuk mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan adalah:
a. UU No. 6 Tahun 2009
b. UU No. 4 Tahun 2009
c. UU No. 5 Tahun 2009
d. UU No. 9 Tahun 2009
(pilih jawaban yang benar)

2. Peraturan yang mewajibkan setiap kegiatan


pertambangan melakukan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup adalah:
a. PP 23 Tahun 2010
b. PP 20 Tahun 2010
c. PP 18 Tahun 2010
d. PP 27 Tahun 2012
(pilih jawaban yang benar)

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 10
3. Setiap kegiatan yang diwajibkan untuk memiliki AMDAL
atau UKL-UPL, maka sebelum melakukan kegiatan
produksi diwajibkan untuk mendapatkan:
a. Studi Kelayakan
b. Izin Lingkungan
c. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
d. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
(pilih jawaban yang benar)
4. Peraturan yang mengatur tentang baku mutu limbah
cair bagi perusahaan pertambangan adalah:
a. Permen ESDM No. 18 Tahun 2008
b. Permen LH No. 113 Tahun 2008
c. Permen LH No. 113 Tahun 2003
d. Permen LH No. 23 Tahun 2003
5. Urutan peraturan perundangan sesuai hirarki peraturan
adalah:
a. UU, PP, Perda
b. PP, RPP, Perda
c. RPP, PP, Perda
d. RUU, UU, Perda

D. Rangkuman

Peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan


lingkungan merupakan aturan yang harus dipatuhi dan
ditaati oleh setiap pelaku kegiatan usaha pertambangan.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 11
Peraturan pengelolaan lingkungan pertambangan
yang mengatur pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan antara lain:

UU. No. 4 Th. 2009 Tentang Mineral dan Batubara;


UU. No. 32 Th. 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
PP. No. 41 Th. 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara;
PP. No. 18 Th. 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B-
3 jo. PP. No. 85 Th. 1999;
PP. No. 74 Th. 2001 Tentang Bahan Berbahaya dan
Beracun;
PP. No. 82 Th. 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air;
PP. No. 23 Th. 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan jo. PP No. 24 Th. 2012;
PP. No. 78 Th. 2010 Tentang Reklamasi dan
Pascatambang;
Permen LH No. 04 Th. 2012 Tentang Indikator Ramah
Lingkungan Untuk Usaha dan/atau Kegiatan
Penambangan Terbuka Batubara;
PP. No. 27 Th. 2012 Tentang Izin Lingkungan;
Kepmen PE. No. 1211.K/008/M.PE/1995 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 12
Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Umum;
Permen ESDM No.7 Th. 2014 Tentang Pelaksanaan
Reklamasi dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara
Kepmen LH. No. 113 Th. 2003 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Batubara;
Kepmen LH. No. 202 Th. 2004 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Emas dan/atau Tembaga;
Permen LH. No. 04 Th. 2006 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Timah;
Permen LH. No. 9 Th. 2006 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Nikel;
Permen LH. No. 21 Th. 2009 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Besi;
Permen LH. No.34 Th. 2009 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Bauksit;

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 13
E. Evaluasi Kegiatan Belajar

1. Sebutkan peraturan-peraturan tentang lingkungan yang


menjadi acuan dalam pengelolaan lingkungan di
perusahaan tempat Saudara bekerja.
2. Diskusikan dengan 2 peserta lain, bagaimana apabila
kegiatan pertambangan tidak menaati peraturan yang
mengatur tentang lingkungan.
3. Diskusikan dengan 2 peserta lain, apa manfaat dari
AMDAL yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan.
4. Apakah sudah ada peraturan internal yang mengatur
lingkungan dalam pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab saudara ? Bila belum ada buatlah peraturan
internal tersebut dan bila sudah ada tuliskan hal-hal
yang diatur.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 14
BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

Indikator Keberhasilan:
Peserta dapat menjelaskan dampak lingkungan yang
terjadi akibat dilakukannya kegiatan usaha pertambangan
dan secara khusus adalah dampak lingkungan yang dapat
ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan di tempat
kerjanya.

A. Kegiatan Utama Pertambangan Mineral dan Batubara

Kegiatan pertambangan mineral dan batubara


merupakan kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya baik
secara fisik, kimia, biologi maupun sosial-ekonomi-budaya.

Hal ini dimungkinkan karena bila dibandingkan


dengan kegiatan industri yang lain, kegiatan pertambangan
bersifat sangat spesifik, antara lain:
- keberadaan cadangan bahan galin tambang pada
tempat tertentu saja
- umur kegiatan dibatasi oleh jumlah cadangan
ekonomis
- kecenderungan merubah bentang alam/topografi areal
kegiatan
- kecenderungan memerlukan lahan yang relatif luas.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 15
Secara garis besar, kegiatan pertambangan mineral
dan batubara yang merupakan sumber dampak terhadap
lingkungan hidup, adalah:
1. Tahap Persiapan : - pembebasan lahan
- mobilisasi peralatan
- pembangunan jalan tambang
- pembangunan sarana
penunjang
- pembersihan lahan

2. Tahap Operasi : - pengupasan tanah pucuk


- pengupasan dan penimbunan
tanah penutup
- penambangan
- pengangkutan dan
penimbunan
- pengolahan
- reklamasi lahan bekas
tambang
- pengoperasian sarana
penunjang
3. Tahap pasca : - reklamasi dan rehabilitasi
operasi lahan bekas tambang
- pemutusan hubungan kerja

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 16
B. Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul

Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan


terkena dampak akibat kegiatan pertambangan mineral
dan batubara, adalah:
1. Komponen lingkungan fisik
- perubahan bentang alam/topografi
- gangguan terhadap stabilitas lereng maupun
timbunan
- penurunan kualitas udara (debu, gas, getaran dan
kebisingan)
- penurunan kualitas air permukaan dan air tanah
- erosi pada lahan terbuka
- perubahan peruntukan lahan
- perubahan iklim mikro
2. Komponen lingkungan kimia
- perubahan kualitas kimia air, tanah dan udara
3. Komponen lingkungan biologi
- gangguan terhadap habitat biota darat dan
perairan
- penurunan jumlah dan jenis flora dan fauna
4. Komponen lingkungan sosial-ekonomi-budaya
- timbulnya keresahan sosial pada saat
pembebasan lahan
- timbulnya keresahan sosial karena tenaga kerja
lokal tidak tertampung serta PHK pada saat
pascatambang

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 17
- ketergantungan perekonomian setempat terhadap
kegiatan pertambangan.

Komponen fisik merupakan kondisi yang langsung


dapat dilihat dan dirasakan oleh manusia akibat dari
kegiatan pertambangan. Hal yang dapat langsung dilihat
meliputi perubahan bentang alam, terjadinya erosi dan
sedimentasi, terjadinya kekeruhan air permukaan dan
perubahan fungsi lahan akibat penebangan vegetasi,
sedangkan yang langsung dapat dirasakan antara lain
perubahan iklim mikro yaitu panas akibat sinar matahari
langsung menimpa permukaan tanah karena tidak ada
vegetasi yang menghalangi.

Komponen kimia dari lingkungan yang terjadi akibat


kegiatan pertambangan adalah berubahnya kualitas air
permukaan yang semula tidak asam menjadi asam.
Perubahan komposisi kimiawi ini diakibatkan oleh batuan
yang digali dan terkena udara langsung serta terkena air
hujan sehingga terjadi reaksi kimia tertentu yang
mempengaruhi kualitas air

Komponen biologi dari lingkungan adalah adanya


flora dan fauna yang terkena dampak langsung maupun
tidak langsung akibat kegiatan pertambangan. Dampak
langsung yang terjadi adalah adanya vegetasi yang
ditebang untuk lahan tambang dan fasilitas pendukungnya.
Adanya vegetasi yang ditebang, secara langsung akan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 18
mematikan vegetasi tersebut dan kehidupan fauna yang
ada pada vegetasi tersebut (burung, ulat, serangga, lebah
yang bersarang di pohon) akan terganggu. Secara tidak
langsung, hewan pemangsa akan kehilangan mangsa atau
makanan yang biasanya didapat di pohon tersebut.

Komponen sosial, ekonomi dan budaya yang


terkena dampak adalah adanya persepsi masyarakat
terhadap keberadaan tambang. Pada umumnya
masyarakat akan memiliki pengharapan yang tinggi
dengan adanya kegiatan tambang, harapan itu antara lain
lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, perbaikan
kesehatan dan pendidikan. Untuk lapangan kerja tentu saja
mempersyaratkan keahlian dan keterampilan tertentu,
sehingga tidak semua golongan umur angkatan kerja dapat
diterima bekerja di kegiatan pertambangan. Pembangunan
infrastruktur tentu saja ditujukan untuk menunjang kegiatan
pertambangan, sehingga masyarakat yang tidak dapat
mengakses infrastruktur tersebut akan memiliki persepsi
yang negatif terhadap kegiatan tambang.

C. Latihan

1. Kegiatan pertambangan dikatakan merupakan


kegiatan yang spesifik sehingga berbeda dengan
industri lain, kegiatan spesifik dari pertambangan
meliputi:

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 19
a. operasi produksi, feasibility study, transportasi
b. pengolahan, eksplorasi, feasibility study
c. eksplorasi, feasibility study, produksi
d. eksplorasi, operasi produksi, pascatambang

2. Dampak dari kegiatan perbengkelan di dalam kegiatan


pertambangan adalah:
a. oil trap, tangki solar, kolam pengendap
b. ceceran oli, tangki solar, kolam pengendap
c. tumpahan solar, ceceran oli, oli bekas
d. tumpahan solar, ceceran oli, oil trap

3. Dampak dari kegiatan pemindahan tanah penutup/


overburden adalah:
a. perubahan bentang alam, erosi, jalur hauling
b. debu, erosi, longsor, kekeruhan air
c. kualitas udara, kekeruhan air, blasting
d. pengangkutan, penggalian, blasting

4. Kualitas air permukaan yang terkena dampak kegiatan


pertambangan memiliki ciri-ciri:
a. bening, berasa manis, mengalir deras
b. berasa asin, mengalir deras, keruh
c. berasa asam, keruh, berdebu
d. keruh, bersifat asam, terkena ceceran solar

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 20
5. Kegiatan tambang yang mengakibatkan menurunnya
kualitas udara adalah:
a. rekrutmen tenaga kerja, penggalian, penimbunan
b. penggalian, eksplorasi, comdev, sosialisasi
AMDAL
c. eksplorasi, pengangkutan, penggalian,
penimbunan
d. pengangkutan, pengolahan batubara, penggalian
dan penimbunan

D. Rangkuman

Kegiatan pertambangan terdiri dari tiga tahapan


yaitu tahap eksplorasi, tahap operasi produksi dan tahap
pascatambang. Pada masing-masing tahapan kegiatan
pertambangan berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.

Dampak lingkungan yang dapat timbul akibat


kegiatan pertambangan dapat dibedakan menjadi dampak
lingkungan secara fisik, dampak secara kimia, dampak
biologi dan dampak sosial ekonomi.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 21
E. Evaluasi Kegiatan Belajar

1. Jelaskan dengan singkat kegiatan eksplorasi yang


menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan
jelaskan dampak yang terjadi.
2. Diskusikan dengan sesama peserta lain (2 orang), apa
saja dampak lingkungan yang terjadi dari kegiatan yang
menjadi tanggung jawab Saudara dan bagaimana
mengatasinya.
3. Diskusikan dengan sesama peserta lain (3 orang)
bagaimana strategi dalam mengatasi dampak
lingkungan yang terjadi akibat kegiatan penggalian dan
penimbunan batuan penutup.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 22
BAB IV
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN

Indikator Keberhasilan:
Peserta dapat memahami potensi dampak lingkungan
akibat kegiatan pertambangan mineral dan batubara
serta komponen lingkungan yang terkena dampak.
Peserta dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
pertambangan yang dapat menghasilkan limbah,
khususnya di area kerja yang mejadi tanggung
jawabnya.

A. Potensi Dampak Lingkungan

Kegiatan usaha pertambangan yang meliputi


penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan sekitar apabila tidak dilakukan pengelolaan
yang baik.

Dalam rangka terciptanya pembangunan


berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan
hidup, transparansi, dan partisipasi masyarakat. Kegiatan
pertambangan jika tidak dilaksanakan secara tepat dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 23
terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang
cukup besar. Dampak lingkungan akibat kegiatan
pertambangan antara lain: penurunan produktivitas lahan,
penurunan kualitas tanah, terjadinya erosi dan
sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau longsoran,
terganggunya flora dan fauna, terganggunya kesehatan
masyarakat, serta perubahan iklim mikro. Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan pada setiap tahap kegiatan pertambangan.
Reklamasi dan kegiatan pascatambang merupakan salah
satu upaya dalam melindungi lingkungan akibat kegiatan
pertambangan. Reklamasi dan pascatambang harus
dilakukan dengan tepat serta terintegrasi dengan kegiatan
pertambangan. Kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini
mungkin dan tidak harus menunggu proses pertambangan
secara keseluruhan selesai dilakukan.

Praktik terbaik pengelolaan lingkungan di


pertambangan menuntut proses yang terus-menerus dan
terpadu pada seluruh tahapan kegiatan pertambangan
yang meliputi sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 24
Perencanaan dan pelaksanaan yang tepat
merupakan rangkaian pengelolaan pertambangan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sehingga akan
mengurangi dampak negatif akibat kegiatan usaha
pertambangan.

Pada setiap tahapan kegiatan pertambangan akan


berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Pada tahap kegiatan penyelidikan, dampak lingkungan
yang terjadi tidak signifikan karena tidak ada kegiatan
pembukaan lahan. Dampak dari kegiatan penyelidikan,
yang mungkin akan terjadi meliputi dampak sosial yaitu
timbulnya harapan dan persepsi masyarakat.

Kegiatan eksplorasi yang dilakukan dalam rangkaian


kegiatan pertambangan akan menimbulkan dampak
lingkungan yang lebih besar dari pada kegiatan
penyelidikan. Pada tahap ini sudah ada kegiatan
pembukaan lahan sehingga ada dampak terhadap
lingkungan. Namun belum ada pemindahan material dalam
jumlah yang besar. Dampak lingkungan yang akan timbul
akibat dari kegiatan eksplorasi ini meliputi dampak
terhadap air permukaan, lahan sekitar kegiatan, timbulnya
kebisingan dan emisi udara dari penggunaan peralatan
eksplorasi yaitu mesin bor, mesin pompa, alat angkut untuk
mobilisasi dan lain-lain.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 25
Kegiatan studi kelayakan yang dilakukan untuk
menentukan tahap selanjutnya ke tahapan operasi
produksi juga akan menimbulkan dampak lingkungan yang
lebih besar dari kegiatan eksplorasi. Pada tahap studi
kelayakan, maka upaya untuk mendapatkan data semakin
intensif dan makin rapat jarak antar informasi untuk
mengakuratkan data. Pada tahap kegiatan ini dampak
lingkungan yang timbul selain adanya dampak sosial pada
masyarakat juga timbulnya dampak terhadap komponen
fisik lingkungan yaitu terhadap air permukaan akibat
adanya pemboran, adanya penebasan vegetasi untuk
kegiatan pemboran, pemetaan, uji sumur dan parit uji serta
dampak emisi udara dari pengoperasian peralatan mesin
yang digunakan.

Pada tahap konstruksi, akan ada lebih banyak


kegiatan yang dilakukan dibanding dengan kegiatan yang
sebelumnya yaitu studi kelayakan. Pada kegiatan
konstruksi sudah dilakukan pembukaan lahan,
pembangunan fasilitas penunjang pertambangan,
persiapan kegiatan penambangan, dan pembangunan
fasilitas pengolahan dan pemurnian. Akibat pembangunan
inilah timbul dampak lingkungan yang lebih besar dari
kegiatan sebelumnya yang meliputi: adanya perubahan
bentang alam, pembukaan lahan, dampak terhadap air
permukaan, dampak terhadap flora dan fauna, timbulnya
debu, serta dampak sosial dan ekonomi dari adanya

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 26
mobilisasi tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar dari
kegiatan yang sebelumnya.

Tahap penambangan merupakan puncak dari


rangkaian kegiatan pertambangan yang secara kuantitas
pekerjaan, jumlahnya dan waktunya paling panjang bila
dibanding dengan tahapan yang lain. Pada tahap
penambangan telah terjadi pemindahan material dalam
jumlah yang sangat besar sehingga menimbulkan dampak
yang signifikan terhadap lingkungan. Selain pemindahan
material yang sangat besar, terjadi juga operasi yang dapat
dilakukan secara terus menerus, yaitu kegiatan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan serta
penjualan. Pada tahap operasi produksi inilah akan timbul
dampak yang paling besar terhadap lingkungan. Dari
setiap kegiatan yang dilakukan akan berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hal ini sangat
berbeda dengan tahapan kegiatan yang sebelumnya.

Pada akhir rangkaian kegiatan pertambangan,


dilakukan pascatambang yang merupakan kegiatan untuk
memulihkan fungsi lingkungan dan kondisi sekitar setelah
akhir kegiatan pertambangan. Pada tahap pascatambang,
dampak lingkungan yang terjadi sudah menurun dan
mengarah pada arah perbaikan menuju kestabilan
lingkungan yang baru. Hal ini pada akhirnya akan
menjadikan lingkungan sekitar tambang menjadi lebih baik

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 27
dan stabil dibanding dengan ketika tambang sedang
dioperasikan.

B. Kegiatan Pertambangan Yang Menghasilkan Limbah

Komponen kegiatan pertambangan yang berdampak


terhadap lingkungan meliputi:
- pembukaan lahan;
- penggalian dan penimbunan;
- pengolahan dan pemurnian; dan
- pengangkutan

Pada kegiatan eksplorasi yang dilakukan akan


menimbulkan dampak lingkungan yang lebih besar dari
pada kegiatan penyelidikan. Pada tahap kegiatan
eksplorasi sudah ada kegiatan pembukaan lahan sehingga
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Limbah yang ditiimbulkan dari kegiatan eksplorasi ini
meliputi limbah yang dihasilkan dari penggunaan peralatan
eksplorasi yaitu mesin bor, mesin pompa, alat angkut untuk
mobilisasi dan lain-lain. Limbah dari peralatan eksplorasi
yang dihasilkan antara oli bekas, gemuk bekas, suku
cadang bekas, dan sisa bahan kimia yang digunakan untuk
perawatan peralatan tersebut serta sisa bahan kimia yang
digunakan di dalam kegiatan eksplorasi contohnya lumpur
yang digunakan dalam kegiatan pemboran.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 28
Kegiatan studi kelayakan juga akan menghasilkan
limbah yang lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan
eksplorasi. Sebab pada tahap studi kelayakan, kegiatan
yang dilakukan dan peralatan mesin yang dipergunakan
lebih banyak daripada kegiatan dan peralatan pada tahap
sebelumnya. Kegiatan pemboran, adanya penebasan
vegetasi untuk kegiatan pemboran, pemetaan, uji sumur
dan parit uji makin banyak dilakukan untuk meningkatkan
keakuratan informasi. Limbah yang dihasilkan relatif sama
dalam hal jenis, namun dalam jumlah yang lebih banyak
dibanding kegiatan pada tahap sebelumnya.

Pada tahap konstruksi, kegiatan yang dilakukan


sudah sangat banyak dan melibatkan peralatan-peralatan
besar. Selain peralatan, tenaga kerja manusia yang
bekerja juga dalam jumlah yang sangat besar. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pembukaan lahan, pembangunan
fasilitas penunjang pertambangan, persiapan kegiatan
penambangan, dan pembangunan fasilitas pengolahan dan
pemurnian. Akibat pembukaan lahan, pembangunan
fasilitas penunjang pertambangan, persiapan kegiatan
penambangan dan penggunaan peralatan berat inilah
timbul limbah yang sudah sangat bervariasi jenis dan
dalam jumlah yang besar. Limbah yang dihasilkan tidak
hanya dari peralatan yang digunakan, tetapi juga limbah
domestik dari tenaga kerja yang bekerja serta penggunaan
material logistik (makanan, minuman, peralatan kantor,

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 29
limbah rumah tangga dan lain-lain) dalam jumlah yang
relatif sangat besar. Dalam tahap kegiatan ini sudah ada
bermacam-macam limbah yang dihasilkan dan sangat
mungkin dihasilkan juga limbah yang termasuk dalam jenis
limbah yang berbahaya dan ada juga limbah yang bersifat
racun.

Tahap kegiatan penambangan, dimana telah


dilakukan pemindahan material dalam jumlah yang sangat
besar maka limbah yang dihasilkan pada tahap kegiatan ini
sangat signifikan. Selain pemindahan material yang sangat
besar, lamanya waktu kegiatan yang dilakukan relatif
panjang dan cenderung terus menerus. Limbah yang
dihasilkan pada tahap kegiatan penambangan, akan
sangat tergantung dari target produksi yang akan dicapai.
Umumnya pada tahap ini secara jenis dan jumlah limbah
relatif sama dengan pada tahap kegiatan konstruksi.

Pada akhir rangkaian kegiatan pertambangan,


dilakukan pascatambang yang merupakan kegiatan untuk
memulihkan fungsi lingkungan dan kondisi sekitar setelah
akhir kegiatan pertambangan. Tahap pascatambang,
limbah yang dihasilkan sudah menurun secara jumlah dan
jenisnya karena kegiatan yang dilakukan jauh lebih sedikit
bila dibanding dengan kegiatan penambangan dan
mengarah pada arah perbaikan menuju kestabilan
lingkungan yang baru. Hal ini pada akhirnya akan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 30
menjadikan lingkungan sekitar tambang menjadi lebih baik
dan stabil dibanding dengan ketika tambang sedang
dioperasikan.

C. Jenis Limbah Yang Dihasilkan

Dari semua kegiatan pertambangan yang dilakukan


dari mulai tahap eksplorasi hingga pascatambang,
berpotensi menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan
dari kegiatan pertambangan dapat dipisahkan menjadi
beberapa jenis yaitu: air limbah tambang yang umumnya
berupa air asam tambang, limbah domestik, limbah non B3
dan limbah B3.

Air limbah tambang berasal dari air larian permukaan


yang kontak langsung dengan kegiatan tambang. Air larian
permukaan yang kontak langsung dengan kegiatan
tambang akan berkurang kualitasnya antara lain air
menjadi keruh dan berlumpur akibat erosi. Selain itu
apabila ada material pembangkit asam, maka air tersebut
akan bersifat asam. Air tambang yang bersifat asam dan
keruh akan menjadi sumber pencemar apabila bercampur
dengan perairan umum.

Limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan


pertambangan antara lain berasal dari kegiatan
perkantoran, perumahan atau mess karyawan, dan
kegiatan lainnya. Limbah domestik ini dapat dibedakan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 31
antara limbah organik dan anorganik. Limbah organik
merupakan limbah yang berasal dari sisa makanan dan
bahan organik lain seperti kertas, sisa makanan, dan
sampah dari sisa tumbuhan. Sedangkan limbah anorganik
umumnya berasal dari bekas kemasan makanan maupun
bekas kemasan peralatan yang terbuat dari plastik maupun
logam.

Limbah non bahan berbahaya dan beracun atau non


B3 merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan di
beberapa tempat antara lain; perkantoran, perumahan, dan
fasilitas penunjang tambang. Limbah non B3 ini sebagian
besar berupa bekas kemasan yang terbuat dari plastik atau
logam yang tidak termasuk dalam limbah B3. Limbah non
B3 ini dikelola dengan tidak dicampur dengan limbah B3.

Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung


bahan berbahaya dan beracun. Sifat berbahaya dan
beracun tesebut meliputi: mudah meledak, mudah
terbakar, korosif, dan bersifat racun atau berbahaya bagi
kehidupan dan kesehatan makhluk hidup. Limbah B3
sebagian besar dihasilkan dari kegiatan di perbengkelan
maupun pada proses pengolahan komoditas tambang.
Limbah B3 ini meliputi oli bekas, semua material yang
terkontaminasi minyak (bensin, solar, minyak tanah),
gemuk bekas, bekas suku cadang kendaraan atau mesin

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 32
yang mengandung hidrokarbon, sisa-sisa bahan kimia
maupun bahan kimia kadaluarsa serta bahan lainnya.

D. Latihan
1. Apa saja tahapan kegiatan pertambangan yang
menghasilkan limbah ?
a. eksplorasi, pengangkutan, rekrutmen tenaga kerja
b. eksplorasi, pengolahan, penjualan, AMDAL
c. eksplorasi, pengolahan, pemurnian, izin lingkungan
d. ekapsplorasi, operasi produksi, pascatambang

2. Sebutkan kegiatan apa saja pada tahap konstruksi yang


menghasilkan limbah:
a. pembangunan jalan, pembangunan bengkel,
pembangunan pabrik, rekrutmen tenaga kerja
b. pembangunan jalan, pembangunan bengkel,
pembangunan pabrik, laporan studi kelayakan
c. pembangunan jalan, pembangunan bengkel,
pembangunan mess, pembangunan pelabuhan
d. pembangunan jalan, pembangunan bengkel,
pembanguann mess, laporan AMDAL

3. Yang termasuk limbah domestik adalah


a. limbah perkantoran, limbah perumahan, limbah
dapur umum

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 33
b. limbah perkantoran, limbah bengkel, limbah dapur
umum
c. limbah perkantoran, limbah pabrik pengolahan,
limbah dapur umum
d. limbah perkantoran, limbah perumahan, limbah
tambang

4. Yang termasuk jenis limbah non B3 adalah


a. kertas bekas, sisa makanan, limbah klinik, potongan
kayu
b. karton suku cadang, sisa makanan, kertas filter,
potongan kayu
c. karton suku cadang, sisa makanan, air limbah
perumahan, potongan kayu
d. kertas bekas, sisa makanan, kertas filter, potongan
rumput

5. Yang termasuk jenis limbah B3 adalah


a. oli bekas, suku cadang bekas, minyak goreng bekas,
makanan busuk
b. solar bekas, suku cadang bekas, minyak goreng
bekas, makanan busuk
c. kain majun, suku cadang bekas, bensin bekas, filter
solar bekas
d. kain majun bekas, suku cadang bekas, filter solar
bekas

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 34
E. Rangkuman
Potensi dampak lingkungan akibat kegiatan
pertambangan berasal dari kegiatan pertambangan yang
bersinggungan langsung dengan lingkungan tempat
kegiatan itu dilaksanakan.
Kegiatan pertambangan yang menghasilkan limbah
meliputi:
pembukaan lahan;
penggalian dan penimbunan;
pengolahan dan pemurnian; dan
pengangkutan.

Jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan


pertambangan meliputi air asam tambang, limbah
domestik, limbah non B3 dan limbah B3.

F. Evaluasi Kegiatan Belajar


1. Buatlah daftar limbah dan dari kegiatan apa yang
dihasilkan dari kegiatan pertambangan di perusahaan
tempat Saudara bekerja.
2. Uraikan dampak yang terjadi terhadap lingkungan
apabila oli bekas yang dihasilkan tidak dikelola dengan
baik.
3. Uraikan potensi yang mengancam lingkungan apabila
dalam kegiatan pertambangan tidak disediakan tempat
sampah yang memadai.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 35
BAB V
PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

Indikator Keberhasilan:
Peserta dapat memahami dan menjelaskan pengelolaan
limbah yang dihasilkan dari setiap tahapan kegiatan
pertambangan yang berada di lingkungan kerjanya.

A. Pengelolaan Pertambangan

Dengan keadaan yang nyata bahwa kegiatan


pertambangan mineral dan batubara berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, maka
perlu ditetapkan suatu cara atau sarana untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan dampak sebagai acuan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan baik bagi pihak
perusahaan/ pemrakarsa maupun instansi pemerintah.

1. AMDAL (Andal, RKL dan RPL) atau UKL-UPL

AMDAL merupakan kajian terhadap dampak besar dan


penting dari suatu kegiatan usaha yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian AMDAL
merupakan suatu perangkat yang digunakan dalam
rangka melindungi dan mengelola lingkungan dari
akibat kegiatan pertambangan. Selain itu membantu

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 36
mencegah atau mengurangi dampak lingkungan yang
akan terjadi pada saat kegiatan dilaksanakan.

UKL-UPL merupakan pengelolaan dan pemantauan


terhadap kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
pengambilan keputusan terhadap penyelenggaraan
kegiatan tersebut. UKL-UPL diperuntukkan bagi
kegiatan yang memiliki skala lebih kecil dibanding
dengan kegiatan yang wajib memiliki AMDAL. UKL-
UPL juga merupakan suatu perangkat yang digunakan
dalam rangka melindungi dan mengelola lingkungan
dari akibat kegiatan pertambangan.

Perbedaan antara AMDAL dan UKL-UPL adalah pada


besaran kegiatan. AMDAL diperuntukkan bagi kegiatan
dengan skala besar sedangkan UKL-UPL
diperuntukkan bagi kegiatan dengan skala yang lebih
kecil. Untuk kegiatan pertambangan yang memiliki
karakteristik merubah bentang alam maka wajib
memiliki AMDAL.

Salah satu bagian yang penting dari AMDAL adalah


rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL). RKL merupakan
perangkat yang berisi rincian kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan perkiraan dampak yang
akan muncul saat kegiatan dilaksanakan. Rincian

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 37
kegiatan ini wajib dilaksanakan sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya dampak terhadap lingkungan.

RPL merupakan perangkat yang berisi rincian kegiatan


pemantauan lingkungan hidup berdasarkan perkiraan
dampak yang akan muncul saat kegiatan dilaksanakan.
Rincian kegiatan ini wajib dilaksanakan sebagai upaya
untuk mengidentifikasi secara dini dampak terhadap
lingkungan dalam rangka mencegah terjadinya
perusakan atau pencemaran lingkungan.

2. Rencana Kegiatan
Sebelum kegiatan pertambangan dimulai terlebih
dahulu harus dibuat suatu rencana kerja dengan
berdasarkan pada data-data hasil eksplorasi detil yang
digunakan pada saat evaluasi atau penyusunan studi
kelayakan. Rencana kerja ini dimaksudkan agar
kegiatan pertambangan dapat dilakukan secara
sistimatis dan efektif, demikian pula pada saat
pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang serta
pengelolaan lingkungan.
Rencana kerja tersebut juga untuk memperhitungkan
potensi terjadinya dampak terhadap lingkungan dari
setiap pekerjaan yang dilakukan. Selain itu juga untuk
memperhitungkan jenis dan jumlah limbah yang
dihasilkan dari setiap kegiatan yang dilakukan. Dengan
demikian dapat juga direncanakan upaya pengelolaan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 38
terhadap dampak yang terjadi dan limbah yang
dihasilkan.

3. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan dalam rangka mencegah
dan/atau mengendalikan dampak lingkungan dilakukan
dari sejak awal kegiatan pertambangan sampai
pascatambang. Pengelolaan lingkungan tersebut
termasuk penanganan terhadap limbah yang
dihasilkan dari kegiatan pertambangan. Pengelolaan
lingkungan pada kegiatan pertambangan berpedoman
pada rencana pengelolaan yang telah dirinci dalam
dokumen RKL atau UKL.
a. Pembukaan Lahan

Setelah lahan dibebaskan, pembukaan lahan


dilakukan dengan membersihkan vegetasi pada
lahan yang akan ditambang. Untuk mengurangi
dampak yang timbul, maka pembukaan lahan
diakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan (kemajuan penambangan). Dalam
melakukan pembukaan lahan maka terlebih dahulu
dilakukan identifikasi terhadap keanekaragaman
flora dan fauna pada lokasi yang akan dibuka. Hal
ini dimaksudkan agar pada saat setelah tambang
selesai maka reklamasi yang dilakukan dapat tetap
mempertahankan keanekaragaman yang ada.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 39
b. Pengelolaan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup

Terdapatnya bahan galian di alam biasanya


ditutupi dengan batuan penutup/batuan samping,
sehingga untuk mengambil bahan galian
diperlukan pengupasan terhadap batuan/tanah
penutup yang berada di atasnya.

Pada bagian paling atas/luar dari tanah penutup


biasanya terdapat tanah pucuk yang mengandung
unsur hara yang berguna bagi tanaman. Pada saat
pengupasan tanah penutup tersebut, tanah pucuk
harus dipisahkan dari lapisan tanah di bawahnya
dan segera dimanfaatkan untuk keperluan
reklamasi. Apabila belum segera dimanfaatkan,
maka tanah pucuk harus diamankan dari erosi.
Sedangkan tanah penutup hasil pengupasan harus
ditimbun dengan cara yang benar pada tempat
yang aman.

c. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Erosi dan sedimentasi adalah dampak dari


kegiatan pembersihan lahan, pengupasan dan
penimbunan tanah penutup serta penimbunan
komoditas tambang. Pengendalian erosi pada
kegiatan pertambangan dilakukan seiring dengan
perencanaan kegiatan pertambangan. Semenjak
dilakukan pembukaan lahan maka sarana kendali

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 40
erosi harus disiapkan untuk meminimalkan
terjadinya erosi. Demikian juga pada saat
dilakukan penimbunan tanah/batuan penutup maka
wajib disiapkan sarana kendali erosi untuk
meminimalkan erosi. Sarana kendali erosi yang
wajib disiapkan pada kegiatan pembukaan lahan
dan penimbunan tanah/batuan penutup antara lain
saluran drainase, kolam pengendap sedimen, dan
penghalang erosi pada bidang miring.
Pengendalian erosi juga dilakukan dengan
penanaman tanaman penutup tanah (cover crops)
dan tanaman berkayu pada lahan reklamasi, dan
mempertahankan tumbuhan alami sebagai
penghalang erosi pada lahan kegiatan
pertambangan.

Sarana-sarana pengendali erosi yang telah


disiapkan tersebut harus berfungsi dengan baik.
Untuk memastikan hal tersebut maka harus
dilakukan pemantauan secara rutin.

d. Pengendalian Air Asam Tambang

Air asam tambang adalah air yang bersifat asam


yang terjadi akibat kegiatan pertambangan. Sifat
asam ini terbentuk oleh adanya reaksi kimia tiga
senyawa pembentuk asam yaitu belerang atau
sulfur (S), air (H2O), dan Oksigen (O2). Ketiga

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 41
senyawa pembentuk asam apabila mengalami
kontak dalam waktu yang cukup akan membentuk
asam sulfat (H2SO4).

Untuk mencegah terbentuknya air asam tambang


maka sebelum dilakukan kegiatan penambangan,
perlu dilakukan identifikasi terhadap batuan yang
berpotensi sebagai pembentuk air asam tambang.
Identifikasi ini dilakukan seiring dengan kegiatan
eksplorasi. Dari hasil identifikasi ini dibuat
klasifikasi terhadap jenis batuan yang bersifat
sebagai pembentuk asam dan batuan yang bersifat
menetralkan asam.

Dari hasil identifikasi tersebut juga perlu dipetakan


penyebaran batuan yang bersifat sebagai
pembentuk asam dan batuan yang bersifat
menetralkan asam. Selain itu perlu dihitung
kuantitas terhadap jenis batuan tersebut. Dengan
mengetahui penyebaran dan kuantitas dari jenis
batuan maka harus direncanakan penggalian dan
penimbunan yang proporsional sehingga tidak
terbentuk air asam tambang pada lokasi
penimbunan tanah/batuan penutup.

Namun demikian terbentuknya air asam tambang


seringkali tidak dapat dihindari. Dalam hal ini wajib
dilakukan pengendalian dengan melakukan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 42
pengelolaan terhadap air tambang dengan
pembuatan kolam-kolam pengendap. Seluruh air
tambang wajib dialirkan menuju kolam-kolam
pengendap dan dilakukan penetralan sifat asam
dengan menggunakan kapur. Penetralan sifat air
asam tambang dapat juga dilakukan dengan
pembuatan lahan basah (wet land).

e. Pengelolaan Limbah Penambangan dan


Pengolahan

Kegiatan penambangan yang dilakukan di daerah


yang memiliki curah hujan yang relatif tinggi maka
akan menghasilkan air tambang dalam jumlah
yang besar. Air tambang dipompakan keluar dan
dikelola terlebih dahulu sebelum dilepas ke
perairan umum. Pengelolaan dilakukan dengan
melewatkan air tersebut pada kolam pengendap
(sediment pond). Untuk membantu proses
pengendapan terkadang perlu ditambahkan
flokulan, dan untuk meningkatkan pH air diperlukan
penambahan kapur.

Air limbah dari proses pengolahan dikelola dengan


mengumpulkan limbah tersebut pada kolam
pengendap (sediment pond). Penambahan flokulan
terkadang diperlukan untuk mempercepat proses
pengendapan, demikian juga penambahan kapur

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 43
untuk meningkatkan pH, sehingga air yang dilepas
ke perairan umum telah memenuhi baku mutu
lingkungan. Pada penambangan dengan cara
semprot, air limbah ini dipergunakan kembali
sebagai air kerja (sirkulasi tertutup). Sedangkan
pada penambangan bijih mineral tertentu (misalnya
emas), terhadap air limbah pengolahan dilakukan
detoksifikasi untuk menurunkan kandungan logam-
logam terlarut dan kadar bahan kimia terlarut.

f. Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan


sepanjang tahapan kegiatan pertambangan untuk
menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi
kembali sesuai peruntukkannya. Reklamasi wajib
dilakukan pada lahan bekas tambang yang tidak
digunakan lagi. Lahan bekas tambang tersebut
meliputi lahan bekas penggalian, bekas
penimbunan, bekas jalan tambang, bekas kolam,
maupun bekas fasilitas penunjang di lokasi
tambang yang telah tidak digunakan lagi.

Kegiatan ini meliputi antara lain penimbunan


kembali lahan bekas tambang (back filling),
penataan lahan dan revegetasi. Tujuan kegiatan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 44
reklamasi seiring dengan rencana tata ruang
wilayah pemerintah daerah setempat.

Rencana kegiatan reklamasi wajib dibuat


bersamaan dan sesuai dengan perencanaan
penambangan. Sehingga hal ini harus
didokumentasikan dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari perencanaan tambang.

g. Pengelolaan Limbah Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang kegiatan pertambangan antara


lain bengkel, power plant, laboratorium,
perkantoran, perumahan, pelabuhan, dan rumah
sakit juga menghasilkan limbah baik limbah padat,
cair maupun gas. Limbah-limbah tersebut harus
dikelola sesuai dengan karakteristiknya masing-
masing. Pengelolaan ini meliputi penyediaan
sarana maupun tata cara pengelolaannya.

Pengelolaan limbah pada kegiatan perbengkelan


antara lain penyediaan tempat sampah, lokasi
penyimpanan suku cadang bekas maupun logam-
logam bekas, pembuatan oil trap, penyediaan
tempat penyimpanan sementara limbah B3
maupun penyediaan wadah-wadah penampung
limbah cair (oli bekas). Pengelolaan limbah pada
kegiatan power plant antara lain penyediaan
tempat sampah, lokasi penyimpanan suku cadang

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 45
dan logam bekas, penempatan sisa-sisa bahan
kimia dan lain-lain.

h. Pengelolaan Debu dan Kebisingan

Kegiatan antara lain:

pengangkutan komoditas tambang dari lokasi


tambang ke tempat penimbunan sementara;
pengangkutan tanah penutup dari tambang ke
waste dump melalui jalan tambang;
pengangkutan komoditas tambang dari tempat
penimbunan sementara ke pelabuhan melalui
jalan transportasi;
kegiatan pengolahan

menimbulkan dampak yang berupa debu dan


kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan.

Pengelolaan dampak debu dilakukan antara lain


dengan penyiraman pada jalan tambang dan jalan
angkut, penyiraman (water spraying) pada
kegiatan crushing di pabrik pengolahan dan
pembuatan jalur hijau pada kiri kanan jalur
transportasi. Sedangkan untuk mengurangi
dampak kebisingan terhadap permukiman
dilakukan dengan membuat penghalang di sekitar
sumber dampak, yaitu dengan penanaman pada
jalur transportasi di sekitar permukiman.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 46
i. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3)

Di dalam proses pengolahan dan pemurnian, untuk


dapat mengambil logam berharga dari bijih atau
campurannya mungkin diperlukan bahan-bahan
kimia tertentu, dan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, bahan-bahan kimia
yang dipergunakan tersebut mungkin dikatagorikan
sebagai B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Pengelolaan harus dilakukan baik pada saat
mengangkut, menyimpan, menggunakan maupun
membuang.

4. Pemantauan Lingkungan

Untuk mengetahui hasil kinerja pengelolaan lingkungan


yang telah dilakukan, maka harus dilakukan
pemantauan terhadap parameter-parameter
lingkungan yang kemungkinan terkena dampak
kegiatan. Pemantauan dilakukan secara periodik
sesuai dengan yang tercantum di dalam dokumen
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau sesuai
upaya pemantauan lingkungan (UPL).

5. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan usaha pertambangan secara rutin harus


dilaporkan setiap triwulan dan tahunan kepada instansi

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 47
yang berwenang (pemerintah), agar dapat terus diikuti
perkembangannya. Di samping itu bila terdapat
kendala serta hal-hal yang janggal atau melampaui
ketentuan yang berlaku (misalnya baku mutu), maka
instansi yang berwenang dapat melakukan kajian
lapangan atau uji petik untuk melakukan klarifikasi.

Agar semua informasi yang diperlukan dapat


terangkum dalam laporan tersebut, pelaku kegiatan
pertambangan wajib menetapkan bentuk/format
laporan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku dan sesuai dengan dokumen lingkungan hidup
yang telah disetujui, misalnya komponen kegiatan apa
saja yang harus dilaporkan, tabel, diagram, hasil
analisis laboratorium, foto-foto, disain/sketsa teknis
maupun peta-peta yang harus dilampirkan.

6. Upaya Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran


Lingkungan
Menteri Pertambangan dan Energi telah menetapkan
keputusan No. 1211.K/008/MPE/1995 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan
Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan
Pertambangan Umum, untuk ditaati oleh pemrakarsa
dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
perusakan dan pencemaran lingkungan.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 48
Kegiatan tersebut meliputi upaya terpadu dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
sehingga tercapai tujuan pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan
dan pengembangan lingkungan. Apabila terjadi
gangguan dan pencemaran lingkungan akibat kinerja
dari pemrakarsa maupun akibat kejadian alam,
pemrakarsa harus segera melaporkan dalam waktu 1 x
24 jam kepada Kepala Inspektur Tambang yang berisi
uraian singkat tentang kejadian gangguan lingkungan
tersebut serta upaya penanggulangan yang telah
dilakukan oleh pemrakarsa. Kemudian instansi yang
berwenang akan segera melakukan peninjauan
lapangan bersama dengan instansi terkait untuk
melakukan investigasi berikut koreksi yang harus
dilakukan oleh pemrakarsa agar kejadian tidak terulang
kembali.
Agar upaya pengelolaan lingkungan maupun
penanggulangan terhadap terjadinya gangguan dapat
dilakukan secara efektif maka pemrakarsa harus
mengalokasikan dana dan fasilitas yang diperlukan
termasuk penyediaan tenaga kerja yang kompeten
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 49
B. Pemerintah
1. Penetapan Peraturan

Pemerintah dalam mengelola kegiatan


pertambangan mineral dan batubara membuat regulasi
yang harus ditaati oleh pelaku usaha pertambangan
dalam rangka menciptakan kegiatan pertambangan
yang berwawasan lingkungan. Regulasi tersebut
berupa peraturan-peraturan yang mengatur tentang
proses perijinan pertambangan sampai dengan
penetapan baku mutu lingkungan atau baku mutu
limbah dan disusun dengan mengacu pada peraturan
yang lebih tinggi.

2. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Aparat

Untuk menjembatani komunikasi antara


pemerintah dengan pelaku usaha pertambangan,
diperlukan aparat (petugas) yang kompeten dan
berkualitas di bidangnya untuk melakukan tugas
tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui perekrutan
baru sesuai pendidikan, diklat, kursus, magang dan
lain-lain.

3. Penyuluhan dan Pembinaan

Pemerintah sebagai pembina penyelenggaran


kegiatan usaha pertambangan wajib terus melakukan
upaya sosialisasi semua program yang direncanakan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 50
melalui pembinaan dan penyuluhan. Dengan demikian
program-program pemerintah di bidang pertambangan
yang berwawasan lingkungan dapat segera terwujud.

4. Pengawasan

Dalam rangka pengawasan terhadap penaatan


peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup
serta mewujudkan kegiatan pertambangan yang
berwawasan lingkungan, maka perlu dilakukan
pengawasan secara terus menerus oleh aparat
pengawas yang kompeten.

Pengawasan dilakukan terhadap semua aspek


kegiatan baik administratif maupun operasional. Agar
program pengawasan tersebut dapat mencapai tujuan,
maka diperlukan pejabat pengawas dan Inspektur
Tambang yang mempunyai kualifikasi memadai.

a. Pengawasan Secara Administratif


1) Mengevaluasi RKL/UKL dan RPL/UPL
2) Mengevaluasi Rencana Kerja Tahunan Teknik
dan Lingkungan (RKTTL) sebagai penjabaran
dari dokumen Lingkungan Hidup
3) Mengevaluasi laporan pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan
4) Mengevaluasi laporan hasil analisis kualitas
air, tanah, udara

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 51
5) Mengevaluasi rencana dan pelaksanaan
reklamasi
6) Mengevaluasi informasi laporan kerusakan dan
atau pencemaran lingkungan
7) Mengevaluasi pemakaian bahan kimia untuk
penanggulangan pencemaran dan bahan kimia
lainnya
8) Mengevaluasi laporan studi teknis konstruksi
dan peralatannya yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan

b. Pengawasan Secara Teknis Operasional


1). Melaksanakan inspeksi secara berkala
2). Melakukan inspeksi khusus apabila diduga
atau terjadi kerusakan dan pencemaran
lingkungan
3). Melakukan inspeksi teknis peralatan pengolah
limbah, penanggulangan dan pencegahan
pencemaran untuk yang akan dipergunakan
4). Penilaian lapangan untuk kesiapan eksploitasi
5). Pemeriksaan lapangan sebagai tindak lanjut
inspeksi
6). Evaluasi pelaksanaan reklamasi
7). Evaluasi pelaksanaan pascatambang
Pengawasan secara administratif dilakukan
dengan mengevaluasi rencana kegiatan tahunan

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 52
maupun laporan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan baik laporan triwulan
maupun tahunan serta evaluasi terhadap informasi
laporan kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan yang berasal dari masyarakat, media
massa dan instansi pemerintah.

Pengawasan secara teknis operasional dilakukan


dengan cara inspeksi di lapangan secara berkala
untuk memastikan dilaksanakannya RKTTL, RKL
dan RPL. Sedangkan inspeksi khusus dilakukan
apabila diduga atau telah terjadi kerusakan dan
pencemaran lingkungan serta inspeksi teknis
instalasi/peralatan teknis yang akan digunakan
dalam pengelolaan lingkungan.

Temuan-temuan hasil inspeksi selalu didiskusikan


pada akhir pelaksanaan inspeksi (post inspection
meeting) untuk memperoleh penjelasan dari
Kepala Teknik Tambang (KTT) dan pihak
manajemen. Hal-hal yang menjadi temuan yang
penting dan prinsip dituliskan/didaftarkan dalam
Buku Tambang sebagai perintah resmi Inspektur
Tambang kepada KTT untuk ditindaklanjuti.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 53
C. Latihan
1. Bagian dari AMDAL yang berisi mengenai tata cara
pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan dari suatu
kegiatan, yaitu:
a. RPL
b. UPL
c. UKL
d. RKL

2. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang


tahapan kegiatan pertambangan untuk:
a. Memperbaiki lahan bekas tambang sesuai dengan
peruntukkannya
b. Mengembalikan lahan bekas tambang sesuai
dengan bentuk semula
c. Memperbaiki lahan bekas tambang sesuai bentuk
semula
d. Memperbaiki kualitas lingkungan sesuai
peruntukkannya

3. Fungsi dari oil trap adalah:


a. Menyaring oli
b. Menyaring kotoran dalam oli
c. Memisahkan oli dari air
d. Mengendapkan sedimen

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 54
4. Kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
erosi adalah:
a. Membuat kolam sedimen
b. Membuat oil trap
c. Membuat instalasi pengolah air limbah
d. Membuat terasering

5. Kegiatan pengelolaan limbah B3 meliputi:


a. Membuat oil trap, kolam sedimen, ruang kedap
udara
b. Membuat oil trap, menyediakan wadah limbah,
kolam sedimen
c. Menyediakan TPS limbah B3, menyediakan wadah
limbah, water sprayer
d. Membuat oil trap, menyediakan tempat sampah
sesuai jenis sampah

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 55
D. Rangkuman

Pengelolaan lingkungan pertambangan meliputi dua aspek


penting, yaitu pengelolaan pertambangan dan
pemerintahan. Ada beberapa cara atau sarana untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan dampak
sebagai acuan pelaksanaan pengelolaan lingkungan baik
bagi pihak perusahaan/ pemrakarsa maupun instansi
pemerintah antara lain AMDAL (Andal, RKL dan RPL) atau
UKL-UPL, Rencana Kegiatan, Pengelolaan Lingkungan,
Pemantauan Lingkungan, Pelaporan Pelaksanaan
Kegiatan, Upaya Penanggulangan Perusakan dan
Pencemaran Lingkungan.

E. Evaluasi Kegiatan Belajar


1. Jelaskan macam-macam limbah yang dihasilkan dari
kegiatan di tempat kerja masing-masing dan
bagaimana cara pengelolaannya.
2. Jelaskan bagaimana terbentuknya air asam tambang
dan bagaimana tata cara pengelolaannya.
3. Jelaskan tata cara melakukan reklamasi pada lahan
bekas tambang.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 56
BAB VI
PENUTUP

Kegiatan pertambangan telah memberikan


sumbangan yang sangat penting dalam pembangunan
nasional, baik dalam penyediaan bahan baku industri
dalam negeri, sumber devisa maupun dalam penyediaan
lapangan kerja. Kegiatan usaha ini juga telah berkembang
sangat pesat, akan tetapi harus diakui bahwa kegiatan
usaha pertambangan juga telah memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan khususnya berupa gangguan
terhadap permukaan lahan.
Dalam upaya meminimalkan dampak negatif
tersebut, maka pengelolaan dan pemantauan lingkungan
menjadi hal yang penting sejalan dengan kegiatan
pertambangan dewasa ini.
Pengawasan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang telah dilakukan dan mengacu kepada
dokumen yang dituangkan dalam RKL dan RPL serta UKL
dan UPL menjadi hal yang sangat penting dilakukan secara
terus menerus dan konsisten. Dengan dilakukannya
pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan diharapkan kegiatan pertambangan umum
dapat diperoleh manfaat :
1. Kesan bahwa kegiatan pertambangan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan dapat diimbangi

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 57
dengan kesan terhadap dampak positif, sehingga
keberatan masyarakat terhadap industri pertambangan
dapat dikurangi dengan demikian kelangsungan industri
pertambangan dapat dipertahankan dan atau
ditingkatkan.
2. Adanya dokumen Lingkungan Hidup dapat mendorong
perusahaan pertambangan untuk menyusun rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan baik
dan benar, serta melaksanakan rencana tersebut
secara konsisten.
3. Dilakukannya pengawasan atas usaha kegiatan
pertambangan umum secara terus menerus dan
konsisten diharapkan akan tercipta kegiatan
pertambangan umum yang berwawasan lingkungan.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 58
DAFTAR PUSTAKA

Soerjani, M. 1986. Ekologi. Kursus dasar-dasar Analisis


Dampak Lingkungan UI XVII, 4-20 Desember
1986, PPSML-UI, Jakarta.

Chiras, D.D. 1985. Environmental Science. Aframework for


Decision Making. The Benyamin/Cumming Pub.,
Co., Inc., Menlo Park.

Soeriaatmadja, R.E.S. 1981. Ilmu Lingkungan. Penerbit


ITB, Bandung.

Wright, Peter A., Extractive Metallurgy of Tin 2nd


Completely Revised Edition, Elsevier Scientific
Publishing Company, 1982.

Upaya Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran


Lingkungan

Arsyad, S. 1990. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan


Kedua. Institut Pertanian Bogor Press, Darnaga,
Bogor.

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit


IPB/IPB Pros. Cetakan ke tiga. Darmaga, Bogor.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran


Sungai. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University
Press, Bulaksumur, Yogyakarta.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 59
Balai Penelitian agroklimat dan Hidrologi, 2003. Laporan
Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap
Aliran Permukaan, Sedimen dan Produksi air Daerah
Aliran Sungai. Balai Penelitian Tanah dan
Agroklimat-Perum PJT II.

Smith, Richard., An Analysis of The Processes for


Smelting Tin, The Buletin of The Peak District Mines
Historical Society Volume 13, No.2, 1996.

Sofra, Joe, Meeting The Technical, Cost and


Environmental Challenges in Tin Smelting in The 21st
Century, 7th International Tin Conference, Kunming,
China, 2002.

Dasar-Dasar Lindungan Lingkungan Hidup


Pertambangan 60

Anda mungkin juga menyukai