Kimia Anorganik II

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA ANORGANIK II

Golongan III B

Oleh
Kelompok : 1(Satu)

Anggota : Arindita Audi Maretta (06101381520050)


Mimi Amelia (06101381520038)
Sairah (06101381520047)

Dosen Pembimbing :Prof . Dr. Fakhili Gulo, M.Si.

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA 2015


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr.
Fakhili Gulo, M.Si dan teman-teman yang tiada henti memberikan dukungan dan
motivasinya, serta pihak lain yang terkait demi terselesaikanya makalah ini.
Layaknya kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. Demikian jugalah
ungkapan yang tepat untuk makalah ini. Apabila dalam makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam bentuk penulisanya maupun ejaan dan bahasanya, maka
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan tentu saja kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat kami harapkan. Semoga saja
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya.
Demikianlah sepatah kata yang penulis sampaikan. Atas perhatian
pembaca sekalian, penulis mengucapkan terima kasih.

Palembang, 4 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1


1.2 Tujuan ..........................................................................................................1
1.3 Manfaat ........................................................................................................1
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
3.1 Skandium (Sc) ................................................................................................ 5
3.2 Yttrium (Itrium) ............................................................................................... 8
3.3 Lantanium (La) ............................................................................................. 14
3.4 Aktinium (Ac) ............................................................................................... 17
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22


3.2 Saran ............................................................................................................ 22
Daftar Pustaka .....................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sangat banyak unsur-unsur yang dapat ditemui di alam ini. Sampai saat
ini saja sudah 112 unsur telah ditemukan oleh para ahli. Unsur-unsur tersebut
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda yang menyebabkan sulit
untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
mempelajari unsur-unsur tersebut, para ahli telah berupaya untuk
mengelompokkan unsur-unsur tersebut berdasarkan kemiripan sifat dan
karakteristik unsure-unsur tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas maka
penulis tertarik untuk membuat sebuah makalah yang berjudul Unsur
Golongan IIIB. Dalam makalah ini terdapat materi mengenai sejarah unsur
golongan IIIB dan reaksi mengenai unsur golongan IIIB.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Perkembangan dari unsur golongan III B?
2. Bagaimana Proses Pembuatan dari unsur golongan III B?
3. Bagaimana Sifat-sifat dari unsur golongan III B?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Kimia Anorganik II tantang unsure
golongan III B.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu
makalah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skandium (Sc)


A. Penemuan
1. Sejarah
(Latin: scandia, Scandinavia). Mendeleev telah memprediksi
keberadaan unsur ekaboron berdasarkan prinsip sistim periodik yang
ditemukannya. Unsur ini diperkirakan memiliki berat atom antara 40
(kalsium) dan 48 (titanium). Elemen skandium ditemukan oleh Nilson
pada tahun 1878 di dalam mineral-mineral euxenite dan gadolinite,
yang belum pernah ditemukan dimanapun kecuali di Skandinavia.
Dengan memproses 10 kg euxenite dan hasil sampingan mineral-
mineral langka lainnya, Nilson berhasil memproduksi 2 gram
skandium oksida murni. Ilmuwan-ilmuwan berikutnya kemudian
menunjukkan bahwa skandium yang ditemukan Nilson sama dengan
ekaboronnya Mendeleev.

2. Penemuan
Skandium adalah unsur golongan IIIB yang berada pada periode
4. Skandium merupakan bagian dari unsur transisi. Skandium
ditemukan oleh Lars Nilson pada tahun 1879 di Swedia. Skandium
ditemukan dalam mineral euxenite, thortveitile, thortvetile dan
gadoline di Skandinavia dan Madagaskar. Lars Fredik Nilson dan
timnya tidak sadar tentang prediksinya pada sumber pada tahun 1879,
yang menyelidiki logam yang terdapat sedikit di bumi. Dengan
analisis spektra mereka menemukan unsur baru dalam mineral bumi.
Mereka menamakan scandium dari bahasa Latin Scandia yang berarti
Scandinavia dan dalam proses isolasi, mereka memproses 10 kg
euxenite, menghasilkan sekitar 2 g scandium oksida murni (Sc2O3).
Elemen ini diberi nama Skandium karena untuk menghormati Negara
Skandinavia tempat ditemukannya unsure ini. Dmitri Mendeleev
menggunakan periodik unsur tahun 1869 untuk memprediksikan
keadaan dan sifat dari tiga unsur yang disebut ekaboron.Fischer,
Brunger, dan Grinelaus mengolah scandium untuk pertama kalinya
pada tahun 1937, dengan elektrolisis potassium, litium, dan scandium
klorida pada suhu 700-800C.

B. Sifat-sifat Kimia dan Fisika


1. Sifat Kimia
Ketika dipanaskan maka Skandium akan larut dalam air
membentuk larutan yang terdiri dari ion Sc (III) dan gas hidrogen.
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat maka
akan membentuk scandium (III)oksida.
Skandium sangat reaktif ketika bereaksi dengan semua unsur
halogen membentuk trihalida.
Skandium mudah larut dalam asam klrida untuk membentuk
larutan yang mengandung ion Sc (III) dan gas hidrogen.

2. Sifat Fisika
Densitas : 3 g/cm3
Titik leleh : 1812,2 K
Titik didih : 3021 K
Bentuk (25C) : padat
Warna : putih perak

C. Reaksi Kimia dan Persenyawaan


1. Reaksi Kimia
Reaksi dengan air
Ketika dipanaskan maka Skandium akan larut dalam air
membentuk larutan yang terdiri dari ion Sc (III) dan gas hidrogen.
2Sc(s) + 6H2O(aq) ---> 2Sc3+(aq) + 6OH-(aq) + 3H2(g)
Reaksi dengan oksigen
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat
maka akan membentuk scandium (III) oksida.
4Sc(s) + 3O2(g) ---> 2Sc2O3(s)

Reaksi dengan halogen


Skandium sangat reaktif ketika bereaksi dengan semua
unsur halogen membentuk trihalida.
2Sc(s) + 3F2(g) --->2ScF3(s)
2Sc(s) + 3Cl2(g) ---> 2ScCl3(s)
2Sc(s) + 3Br2(l) ---> 2ScBr3(s)
2Sc(s) + 3I2(s) ---> 2ScI3(s)

Reaksi dengan asam


Skandium mudah larut dalam asam klrida untuk
membentuk larutan yang mengandung ion Sc (III) dan gas
hidrogen.
Sc(s) + 6HCl(aq) ---> 2Sc3+(aq) + 6Cl-(aq) + 3H2(g)

2. Senyawa Scanadium
Salah satu bentuk senyawa yang ditemukan dalam unsure
Skandium adalah Skandium Clorida (ScCl3). Logam juga dapat
diperoleh melalui proses elektrolisis dengan reaksi sebagai berikut :
2Sc(s) + 3Cl3(g) 2ScCl3(s)
elektrolisa ini berasal dari leburan dari potassium, lithium,
scandium klorida pada suhu 700-800 0C. Penelitian ini dilakukan oleh
Fischer, Brunger, Grieneisen.

D. Kegunaan dan Dampak


1.1 Kegunaan
Skandium Clorida (ScCl3), dimana senyawa ini dapat ditemukan
dalam lampu halide, serat optic, keramik elektrolit dan laser.
Aplikasi utama dari unsure scandium dalah sebagai alloy
alumunium- skandium yang dimanfaatkan dalam industri
aerospace dan untuk perlengkapan olahraga ( sepeda, baseball
bats) yang mempunyai kualitas yang tinggi.
Aplikasi yang lain adalah pengunaan scandium iodida untuk
lampu yang memberikan intensitas yang tinggi. Sc2O3 digunakan
sebagai katalis dalam pembuatan aseton.

E. Dampak Bagi Kesehatan dan Lingkungan


Skandium tidak beracun, namun perlu berhati-hati karena
beberapa senyawa scandium mungkin bersifat karsinogenik pada
manusia selain itu dapat menyebabkan kerusakan pada liver jika
terakumulasi dalam tubuh. Bersama dengan hewan air, Sc dapat
menyebabkan kerusakan pada membran sel, sehingga memberikan
pengaruh negatif pada reproduksi dan sistem syaraf.
Sc dapat mencemari lingkungan, terutama dari industri petroleum
dan dari pembuangan perabot rumah tangga. Sc secara terus-menerus
terakumulasi di dalam tanah, hal ini akan memicu terkonsentrasinya di
dalam tubuh manusia dan hewan.

2.2 Yittrium (Itrium)


A. Penemuan
1. Sejarah
Saat ini yttrium (nama dari sebuah desa Swedia, Ytterby) banyak
dikenal dalam penggunaan nya sebagai superkonduktor oksida
(bersama dengan barium dan tembaga). Ini adalah bahan
superkonduktor pertama yang berfungsi pada suhu nitrogen cair.
Unsur ini ditemukan pada 1789 oleh Gadolin terisolasi dan akhirnya
pada tahun 1828 oleh Whler. Lebih dari 15 ton oksida sekarang
diproduksi setiap tahun. Selain penggunaannya dalam penelitian
superkonduktivitas, juga digunakan dalam fosfor (merah) untuk
tabung televisi berwarna.
Itrium merupakan logam berwarna keperakan. Kebanyakan
yttrium komersial dihasilkan dari pasir monasit yang juga merupakan
sumber bagi sebagian besar unsur-unsur tanah.
Itrium memiliki kilau metalik-keperakan. Itrium menyala di
udara. Itrium banyak ditemukan dalam mineral bumi. Batuan Bulan
mengandung yttrium dan itrium digunakan sebagai fosfor untuk
menghasilkan warna merah di layar televisi.

2. Penemuan
Yttrium merupakan unsur golongan IIIB yang berada pada
periode 5. Yttrium termasuk dalam logam transisi. Yttrium ditemukan
oleh peneliti dari Finlandia bernama Johan Gadolin tahun 1794 dan
diisolasi oleh Friedrich Wohler tahun 1828 berupa ekstrak tidak murni
yttria dari reduksi yttrium klorida anhidrat (YCl3) dengan potassium.
Johan Gadolin Friedrich Wohler
Yttria (YCl3) adalah oksida dari yttrium dan ditemukan oleh
Johan Gadolin tahun 1794 dalam mineral gadolinite dari Yttreby,
Swedia. Tahun 1843 seorang ahli kimia Swedia Carl Mosander dapat
menunjukkan bahwa yttria dapat terbagi menjadi oksida-oksida dalam
tiga unsur yang berbeda disebut Yttria. Penambangan yang terletak di
dekat desa Ytterby yang menghasilkan beberapa mineral antara lain
erbium, terbium, ytterbium, dan yttrium memiliki nama yang sama
dengan desa tersebut.
Carl Mosander
Senyawa ini diberi nama Yttrium karena untuk menghormati
kota Ytterby di Swedia. Senyawa ini ditemukan pada barang tambang
yang jarang ditemukan di bumi (termasuk monazite, xenotime, Yttria).
Senyawa ini tidak ditemukan dalam keadaan bebas di bumi.

B. Sifat-sifat Kimia dan Fisika


1. Sifat Kimia
Ketika dipanaskan maka logam Yttrium akan larut dalam air
membentuk larutan yang terdiri dari ion Y (III) dan gas hidrogen.
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat maka
akan membentuk Yttrium (III) oksida.
Itrium sangat reaktif ketika bereaksi dengan semua unsur halogen
membentuk trihalida.
Yttrium mudah larut dalam asam klrida untuk membentuk larutan
yang mengandung ion Y (III) dan gas hidrogen.

2. Sifat Fisika
Nomor atom : 39
Nomor massa : 88,91
Konfigurasi elektron : [Kr] 4d1 5s2
Volume atom : 19,8 cm3/mol
Afinitas elektron : 29,6 kJ/mol
Keelektronegatifitasan (Elektronegativitas)
C. Reaksi Kimia dan Persenyawaan
1. Reaksi Kimia
Reaksi dengan air
Ketika dipanaskan maka logam Yttrium akan larut dalam
air membentuk larutan yang terdiri dari ion Y (III) dan gas
hidrogen.
2Y(s) + 6H2O(aq) 2Y3+(aq) + 6OH-(aq) + 3H2(g)

Reaksi dengan oksigen


Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat
maka akan membentuk Yttrium (III) oksida.
4Y(s) + 3O2(g) 2Y2O3(s)

Reaksi dengan halogen


Itrium sangat reaktif ketika bereaksi dengan semua unsur
halogen membentuk trihalida.
2Y(s) + 3F2(g) 2YF3(s)
2Y(s) + 3Cl2(g) 2YCl3(s)
2Y(s) + 3Br2(g) 2YBr3(s)
2Y(s) + 3I2(g) 2YI3(s)

Reaksi dengan asam


Yttrium mudah larut dalam asam klrida untuk membentuk
larutan yang mengandung ion Y (III) dan gas hidrogen.
2Y(s) + 6HCl(aq) 2Y3+(aq) + 6Cl-(aq) + 3H2(g)

2. Persenyawaan
Logam itrium tersedia secara komersial sehingga tidak perlu
untuk membuatnya di laboratorium. Itrium ditemukan dalam mineral
lathanoid dan ekstraksi itrium dan logam lanthanoid dari bijih sangat
kompleks. Logam ini merupakan garam ekstrak dari bijih oleh
ekstraksi dengan asam sulfat (H 2 SO 4), asam klorida (HCl), dan
sodium hidroksida (NaOH). Teknik modern untuk pemurnian
campuran garam lanthanoid tersebut melibatkan teknik kompleksasi
selektif, ekstraksi pelarut, dan kromatografi pertukaran ion.
Itrium Murni tersedia melalui reduksi YF 3 dengan logam
kalsium.
2YF3 + 3Ca 2Y + 3CaF2 + 2YF3 + 2y + 3Ca 3CaF2
Yttria (oksida itrium, Y2 O3), ditemukan oleh Johann Gadolin
pada 1794 dalam sebuah mineral disebut gadolinite dari Ytterby.
Ytterby adalah situs dari sebuah tambang di Swedia yang berisi
banyak mineral yang tidak biasa mengandung erbium, Terbium, dan
Iterbium serta yttrium. Friedrich Wohler menyebutkan elemen murni
yang diperoleh pada tahun 1828 oleh reduksi klorida anhidrat (YCl3)
dengan kalium.
Senyawa Yttrium biasanya ditemukan dalam bentuk senyawa
Yttrium Allumunium garnet Y3All5O12
Yttrium(III)Oksida Y2O3
Bagian ini berisi daftar beberapa senyawa biner dengan halogen
(dikenal sebagai halida), oksigen (dikenal sebagai oksida), hidrogen
(dikenal sebagai hidrida), dan beberapa senyawa lainnya yttrium.
Untuk setiap senyawa, sebuah bilangan oksidasi formal untuk yttrium
diberikan, tetapi kegunaan nomor ini terbatas untuk-blok elemen p
pada khususnya. Berdasarkan bilangan oksidasi, suatu konfigurasi
elektron juga diberikan tetapi dicatat bahwa untuk komponen lain, ini
dilihat sebagai pedoman saja. Istilah hidrida digunakan dalam
pengertian generik untuk menunjukkan jenis senyawa M x H y dan
tidak dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa setiap senyawa kimia
yang tercantum berperilaku sebagai hidrida. Dalam senyawa dari
itrium, biasanya bilangan oksidasi sebagian besar yttrium adalah: 3.
Hidrida
Istilah hidrida digunakan dalam pengertian generik untuk
menunjukkan jenis senyawa M x H y dan tidak dibutuhkan untuk
menunjukkan bahwa setiap senyawa kimia yang tercantum
berperilaku sebagai hidrida.
1. Itrium dihidrida : YH 2

2. Itrium trihydride : YH 3

Fluorida , Klorida , Bromida, Iodida


Itrium sangat reaktif terhadap halogen ; fluorin, F2; klorin,
Cl2; bromin, Br2; dan yodium, I2 untuk membentuk yttrium
trihalides (III) fluoride, YF3; yttrium (III) klorida, YCl3; yttrium
(III) bromida, YBr3; dan yttrium (III) iodida, YI3.
2Y(s) + 3F2(g) 2YF3(s)
2Y(s) + 3Cl2(g) 2YCl3(s)
2Y(s) + 3Br2(g) 2YBr3(s)
2Y(s) + 3I2(g) 2YI3(s)
Itrium triflourida: YF3, Itrium triklorida: YCl3, Itrium
tribromide: YBr3, Itrium triiodide: YI3.

Oksida
Logam Itrium perlahan-lahan bereaksi di udara dan reaksi
nya dengan oksigen membentuk yttrium (III) oksida, Y2 O3. Atau
Diyttrium trioksida : Y2 O3
4Y + 3O2 2Y2 O3

Sulfida
Diyttrium trisulphide : Y2 S3

Kompleks
Diyttrium trisulphate octahydrate: Y2 (SO4 3 . 4/5 H2O
Itrium trinitrate hexahydrate: Y(NO3)3 . 3/5 H2O

D. Kegunaan dan Dampak


1. Kegunaan
Yttrium Allumunium garnet Y3All5O12 senyawa ini digunakan
sebagai laser selain itu untuk perhiasan yaitu stimulan pada
berlian.
Yttrium (III) Oksida Y2O3 senyawa ini digunakan untuk membuat
YVO4 ( Eu + Y2O3) dimana phosphor Eu memberikan warna
merah pada tube TV berwarna. Yttrium oksida juga digunakan
untuk membuat Yttrium-Iron-garnet yang dimanfaatkan pada
microwave supaya efektif.
Selain itu Yttrium juga digunakan untuk meningkatkan kekuatan
pada logam alumunium dan alloy magnesium. Penambahan
Yttrium pada besi membuat nya mempunyai efektifitas dalam
bekerja.

2. Dampak Bagi Kesehatan dan Lingkungan


Bahaya Yttrium jika bereaksi dengan udara adalah jika terhirup
oleh manusia dapat menyebabkan kanker dan jika terakumulasi dalam
jumlah berlebih dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada liver. Pada
binatang air terpaan Yttrium menyebabkan kerusakan pada membrane
sel, yang berdampak pada system reproduksi dan fungsi pada system
saraf. Yttrium tidak beracun tetapi beberapa dari senyawa scandium
bersifat karsinogenik pada manusia selain itu dapat menyebabkan
kerusakan pada liver jika terakumulasi dalam tubuh.
Yttrium dapat mencemari lingkungan, terutama dari industri
petroleum dan dari pembuangan perabot rumah tangga. Yttrium secara
terus-menerus terakumulasi di dalam tanah, hal ini akan memicu
terkonsentrasinya di dalam tubuh manusia dan hewan.

2.3 Lanthanum (La)


A. Penemuan
1. Sejarah dan Penemuan
Seorang ilmuwan kimia dari Swedia, Carl Gustav Mosander yang
merupakan kimiawan hebat dengan julukan father moses pada tahun
1893 telah menemukan unsur baru dalam bentuk sampel impuritif
cerium nitrat. Lanthanum ditemukan oleh ahli kimia dari Swedia ini
ketika dia mengubah komposisi sampel cerium nitrat dengan
memanaskan dan mereaksikan garamnya dengan mencairkan asam
nitrat. Dari hasil reaksi tersebut lalu mengisolasinya yang disebut
lantana. Lanthanum diisolasi dalam bentuk murni tahun 1923.
Kemudian dia memberi nama dengan Lanthana yang berarti
tersembunyi. mineral tersebut sekarang dikenal dengan sebagai
Lanthanum oksida, La2O3 . logam murninya tidak/belum dapat
diisolasi hingga mencapai tahun 1923.
Lanthanum adalah unsur pertama dalam satu seri unsur-unsur yang
disebut dengan Lanthanida.yang sering disebut dengan gol rare
earth atau mineral langka. Y dan La hampir selalu tergabung dengan
golongan Lanthanida. La berwarna putih silver, lunak, dan cukup
mudah diiris dengan pisau biasa. Seluruh logam dalam golongan IIIB
mudah timbul bercak noda jika dalam udara, dan mudah terbakar
seperti La2O3.

B. Sifat-sifat Kimia dan Fisika


1. Sifat Kimia
Lanthanum cukup elektropositif dan bereaksi secara lambat
dengan air dingin tapi cukup cepat jika bereaksi dengan air panas
membentuk lanthana hidroksida dan gas hidrogen.
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat maka
akan membentuk Lanthana (III) oksida.
Logam lanthanum bereaksi dengan semua unsur halogen
membentuk lanthana ( III) halida.

2. Sifat Fisika
Lantanium merupakan logam putih keperak-perakan, mudah
dibentuk, kuat tetapi cukup lunak untuk dipotong dengan pisau. Ia
merupakan salah satu logam yang sangat reaktif. Ia mengoksida
dengan cepat jika diekspos ke udara. Lanthanum mempunyai densitas
sebesar 6,17 g/cm3. , mempunyai titik leleh sebesar 1193,2 K serta
titik didih sebesar 3693 K.

C. Reaksi Kimia dan Persenyawaan


1. Reaksi Kimia
Lanthanum mudah terbakar pada 150 C untuk membentuk
lanthanum (III) oksida.
4La + 3 O2 2La2O3 + 4La + 3O2 2LaO2
Namun, saat terkena udara lembab pada suhu kamar, oksida
lanthanum membentuk oksida terhidrasi dengan meningkatkan
volume besar.
Lanthanum cukup elektropositif dan bereaksi lambat dengan air
dingin dan cukup cepat dengan air panas untuk membentuk
hidroksida lanthanum:
2La(s) + 6H2O(l) 2La(OH)3(aq) + 3H2(g) + 2La(s) + 6H2O(l)
2La(OH)3(aq) + 3H2(g)
Lanthanum mudah larut dalam cairan asam sulfat untuk
membentuk solusi yang berisi La (III) ion, yang ada sebagai [La
(OH2)9] 3 + kompleks
2La(s) + 3H2SO4(aq) 2La3+ (aq) + 3SO4 2-
(aq) + 3H2(g) + 2La(s) +
3H 2SO 4(aq) 2La 3 +(aq) + 3SO4 2-(aq) + 3H2(g)
D. Kegunaan
Jarang sekali logam La murni atau senyawa oksidanya mempunyai
kegunaan yang spesifik. Karena unsur-unsur kimia mempunyai kesamaan
maka mereka sangat sulit untuk dipisahkan. Campuran tersebut akan
lebih termaanfaatkan dari pada bentuk murninya. sebagai contoh : misch
metal adalah campuran dari beberapa rare earth dan biasa digunakan
untuk lighter flints dan bentuk oksidasinya juga digunakan dalam
phosphor layar televisi (LaMgAl11O19 ) dan beberapa peralatan flouresen
serupa.
La2O2 digunakan untuk membuat kaca optic khusus (kaca adsorbsi
infra merah, kamera dan lensa teleskop). Jika La ditambahkan di
dalam baja maka akan meningkatkan kelunakan dan ketahanan baja
tersebut. La digunakan sebagai material utama dalam elektroda
karbon (carbon arc electrodes). Garam-garam La yang terdapat dalam
katalis zeolit digunakan dalam proses pengkilangan minyak bumi.
Salah satu kegunaan senyawa-senyawa gol Lanthanida adalah pada
industri perfilman untuk penerangan dalam studio dan proyeksi.
Lanthanum dapat mengadsorbsi gas H2 sehingga logam ini
disebut dengan hydrogen sponge atau sepon hydrogen. Gas H2
tersebut terdisosiasi menjadi atom H, yang mana akan mengisi
sebagian ruangan (interstice) dalam atom-atom La. Ketika atom H
kembali lepas ke udara maka mereka kembali bergabung membentuk
ikatan H-H.

2.4 Aktinium (Ac)


A. Penemuan
1. Sejarah dan Penemuan
Aktinium ditemukan pada tahun 1899 oleh Andre-Louis
Debierne seorang ahli kimia Prancis yang memisahkan aktinium dari
campurannya. Aktinium dipisahkan dari bijih-bijih uranium, pada
tahun 1899 dijelaskan bahwa aktinium mirip dengan titanium dan
pada tahun 1900 dijelaskan bahwa aktinium mirip dengan torium.
Kemudian Friedrich Oskar Giesel menemukan aktinium secara bebas
tahun 1902 sebagai substansi yang mirip dengan lantanum dan
menyebutnya "emanium" pada tahun 1904. Setelah perbandingan zat
pada tahun 1904, nama Debierne dipertahankan karena itu senioritas.
Sifat kimia actinium mirip dengan lanthanum. Kata actinium berasal
dari Yunani, akti, aktinos, yang berarti sinar. Karena Ac adalah unsur
radioaktif yang dapat bercahaya dalam ruangan gelap, yang
disebabkan oleh intensitas keradioaktifannya yang berwarna biru.
Aktinium ditemukan dalam jumlah sedukit dalam bijih uranium tetapi
lebih banyak dibuat dalam satuan mg dengan cara penyinaran neutron
terhadap 226 Ra dalam reactor nuklir. Logam actinium dibuat dengan
cara reduksi actinium florida dengan uap lithium pada suhu 1100-
1300C.

B. Sifat-sifat Kimia dan Fisika


1. Sifat Kimia
Aktinium menunjukkan sifat kimia yang mirip dengan lantanum.
Karena kesamaan ini pemisahan aktinium dari lantanum dan unsur
tanah jarang lainnya, yang juga ada dalam bijih uranium menjadi sulit.
Ekstraksi pelarut dan pertukaran ion kromatografi digunakan untuk
pemisahan. Hanya sejumlah senyawa aktinium dikenal, misalnya ACF
3, AcCl 3, AcBr 3, AcOF, AcOCl, AcOBr, Ac 2 S 3, Ac2O, dan AcPO3.
Semua senyawa yang disebutkan adalah serupa dengan senyawa
lantanum dan menunjukkan bahwa senyawa aktinium umumnya
memiliki bilangan oksidasi +3.

2. Sifat Fisika
Densitas : 10 g / cm 3
Titik leleh : 1323,2 K
Titik didih : 2743 K
Bentuk (25C) : padat
Warna : putih perak
Kalor lebur : 14 kJ mol -1
Panas penguapan : 400 kJ mol -1
Kapasitas bahan : (25 C) 27,2 J mol -1 K -1

C. Reaksi Kimia dan Persenyawaan


1. Reaksi Kimia
Reaksi dengan oksigen
Aktinium mudah terbakar membentuk aktinium (III) oksida
4Ac(s) + 3O2(g) 2Ac2O3(s)

2. Persenyawaan
Misalnya ACF3, AcCl3, AcBr3, AcOF, AcOCl, AcOBr, Ac2 S3, Ac2O,
dan AcPO3.

D. Kegunaan dan Dampak


1. Kegunaan
Sifat keradioaktifan dari aktinium 150 kali lebih besar dari
radium, sehingga memungkinkan untuk menggunakan Ac sebagai
sumber neutron. Sebaliknya, aktinium jarang digunakan dalam bidang
Industri. Ac-225 digunakan dalam pengobatan, yaitu digunakan dalam
suatu generator untuk memproduksi Bi-213. Ac-225 juga dapat
digunakan sebagai agen untuk penyembuhan secara radio-
immunoterapi.
2. Dampak Bagi Kesehatan dan Lingkungan
Aktinium-227 bersifat sangat radioaktif dan berpengaruh buruk
pada kesehatan. Bahaya dari aktinium sama dengan bahaya dari
plutonium. Bahaya terbesar dari raioaktif unuk kehidupan
sebagaimana kita ketahui adalah bahaya bagi sistem reproduksi dan
penurunan sifat. Bahkan dengan dosis rendah bersifat karsinogenik
yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Pertumbuhan
teknologi nuklir telah membawa sejumlah besar pengeluaran zat
radioaktif ke atmosfir, tanah, dan lautan. Radiasi membahayakan dan
terkonsentrasi dalam rantai makanan, sehingga membahayakan bagi
manusia dan hewan.
BAB III
PENUTUp

3.1 Kesimpulan
Sifat Unsur-Unsur Golongan IIIB :
1. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah jari-jari semakin bertambah
besar. Sedangkan dalam satu periode, dari kiri ke kanan jari-jari semakin
pendek.
2. Dalam satu golongan dari atas ke bawah densitas semakin besar.
3. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah nilai energi ionisasi unsur
golongan IIIB semakin menurun.
4. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah elektronegatifitas semakin kecil.
5. Unsur golongan IIIB terdiri dari : Skandium (Sc), yitrium (Itrium),
lanthanum, dan Aktinium.

3.2 Saran
Dari pembuatan makalah kimia anorganik ini tentang unsure golongan
IIIB, maka untuk pembuatan makalah selanjutnya diharapkan penulis dapat
menyajikan penjabaran materi yang lebih banyak lagi.
Daftar Pustaka

Achmad, H. 2001. Struktur Atom, Struktur Molekul, Dan Sistem Periodik.


Bandung: PT CINTRA ADITYA BAKTI.
Anonim. 2009. Golongan IIIB. (Online).
(http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/golongan-iii-b.html. (Diakses
tanggal 4 September 2017).
Cotton dan wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI press.
Effendi. 2008 . IkatanIionik. Malang: UM press.
Ichanurfa. 2010. Golongan IIIB. (Online).
http://ichanurfa.irvanriswanto.com/2010/12/15/golongan-iii-b/#more-12.
(Diakses pada tanggal 4 September 2017).

Anda mungkin juga menyukai