Anda di halaman 1dari 49

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal

BARANG/JASA 1
Mulai Berlaku Edisi
III

PEDOMAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGADAAN BARANG DAN JASA

PT. (PERSERO) ASURANSI KREDIT INDONESIA


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 2
Mulai Berlaku Edisi
III

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ......... 3


A. LATAR BELAKANG ........ 3
B. DEFINISI .......... 3
C. TUJUAN ......... 7
D. LANDASAN HUKUM ......... 7

BAB II : KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA .......... 9


A. UMUM .................................................................................... 9
B. TATA NILAI PENGADAAN ...................................... 10
1. Prinsip-Prinsip Pengadaan barang/Jasa .......... 10
2. Etika Pengadaan Barang/Jasa ................................................ 10
3. Norma Pengadaan Barang/Jasa ........................................... 11
4. Penggunaan Produk Dalam Negeri ............................... 11
5. Sumber Dana dan Kewenangan Pengadaan .............. 12

C. TAHAPAN PENGADAAN BARANG/JASA ........................................... 13


1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa ............ 13
2. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa ............................................ 14
3. Proses dan Bentuk Pengadaan .................................................. 14
4. Cara/Metode Pengadaan ........................................................... 15

BAB III : PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA ............................... 22


A. PERSIAPAN PENGADAAN ................................... 22
1. Pembentukan Tim Pengadaan dan Panitia ........ 22
2. Penyusunan Daftar Rekanan Terpilih (DRT) ............ 24
3. Penyusunan Jadwal Rencana Pelaksanaan Pengadaan .......... 24
4. Usulan Pengadaan dari Unit Kerja Pengguna ( User) ................. 24
5. Pengecekan Kelengkapan Usulan ........... 25
B. PROSES PENILAIAN TEKNIS/BEAUTY CONTEST ............ 25

BAB IV : PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA ..................... 27


A. UMUM .......................................................................................... 27
B. TAHAPAN PELAKSANAAN .............................................................. 29
1. Swakelola ............................................................................... 29
2. Pembelian Langsung ................................................................ 29
3. Pemilihan Langsung ................................................................. 30
4. Pelelang ................................................................................. 32
5. Penunjukan Langsung .............................................................. 41
6. Pengadaan Langsung ............................................................... 41
C. HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) ................................................ 41
D. SURAT PERINTAH KERJA (SPK)/PERJANJIAN KERJASAMA SPK) ........ 43
E. EVALUASI KINERJA REKANAN ........................................................ 44
F. REKAPITULASI EVALUASI KINERJA REKANAN ................................. 44
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 3
Mulai Berlaku Edisi
III

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka menciptakan ketertiban, kenyamanan dan keamanan dalam bekerja serta
mengakomodasi perkembangan perusahaan dan perubahan lingkungan perusahaan,
maka perlu penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan
perusahaan.

Penyediaan sarana dan prasana dilakukan melalui proses pengadaan Barang/Jasa


dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparansi, adil dan
wajar serta akuntabel, sesuai Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
No.PER-05/MBU/2008 tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara No. PER-15/MBU/2012 tanggal 25 September 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
05/MBU/2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Badan
Usaha Milik Negara.

Untuk tertib administrasi dan sebagai acuan dalam pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa, maka perlu disusun Pedoman dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
mengenai Pengadaan Barang/Jasa. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dikoordinir
oleh Divisi SDM dan Sekretaris Perusahaan.

B. DEFINISI

NO Nama Istilah Pengertian

1 Perusahaan : PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia


disingkat PT Askrindo (Persero).

2 Pengadaan Barang : Kegiatan pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai


dengan anggaran Perusahaan yang dilakukan
dan Jasa
untuk keperluan operasional Perusahaan, baik
yang dilaksanakan sendiri maupun oleh
penyedia Barang/Jasa (Rekanan).

3 Barang : Bagian dari aktiva/kekayaan Perusahaan, baik


yang berasal dari Pengadaan Barang/Jasa
maupun hibah, yang terdiri dari Barang
inventaris dan Barang habis pakai.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 4
Mulai Berlaku Edisi
III

4 Jasa : Pekerjaan dalam bentuk pelayanan selain


Barang, antara lain konsultan hukum,
pelayanan kesehatan, konsultan manajemen,
pendidikan dan lain-lain.

5 Pemeliharaan : Segala upaya yang bertujuan menjaga


Barang/aktiva tetap perusahaan atau
mengembalikan pada tempat dan kondisinya
agar dapat dipergunakan sesuai fungsinya.

6 Belanja Barang Modal : Pengeluaran untuk menunjang kebutuhan


sarana dan prasarana bagi Perusahaan dan
hasilnya digolongkan sebagai aset tetap, yang
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan.

7 Belanja Non Barang : Pengeluaran untuk menunjang kebutuhan


Modal (Beban Usaha) sarana dan prasarana bagi Perusahaan dan
hasilnya digolongkan sebagai barang inventaris
dan barang habis pakai yang pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan.

8 Rekanan : Badan usaha berbadan hukum atau perorangan


yang menjadi mitra Perusahaan sebagai
penyedia Barang/Jasa.

9 Sanksi : Hukuman berupa denda, pembatalan perjanjian


atau tindakan lain, karena Rekanan tidak
memenuhi persyaratan atau tidak
menyelesaikan kewajibannya.

10 S e w a : Pemindahtanganan penggunaan atas aktiva


tetap/Barang untuk periode tertentu oleh
perusahaan/perorangan dengan menerima
sejumlah harga sewa sebagaimana ditetapkan
dalam perjanjian sewa.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 5
Mulai Berlaku Edisi
III

11 Surat Jaminan : Jaminan tertulis yang dikeluarkan bank umum


(bank garansi) atau perusahaan asuransi
kerugian/umum (surety bond) yang diberikan
oleh penyedia Barang/Jasa (Rekanan) kepada
pengguna Barang/Jasa untuk memenuhi
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

12 Harga Perkiraan : Perkiraan harga Barang/Jasa yang ditetapkan


Sendiri (HPS) / Berdasarkan harga Barang/Jasa yang berlaku di
Owners Estimate pasar sebagai plafond harga dalam pengadaan
(OE) Barang/Jasa.

13 Panitia Lelang : Panitia yang dibentuk dan ditetapkan dengan


Surat Keputusan Direksi yang bertugas
melakukan lelang pengadaan Barang/Jasa.

14 Pakta Integritas : Surat pernyataan yang dibuat dan


ditandatangani oleh setiap Anggota Panitia
Lelang dan Penyedia Barang/Jasa untuk tidak
melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme
(KKN) dalam pelaksanaan pengadaan
Barang/Jasa.

15 Force Majeure : Suatu keadaan yang tidak dapat diperkirakan


dan diluar kemampuan pihak-pihak yang
melakukan perjanjian.

16 Pelelangan : Proses pemilihan penyedia Barang/Jasa


(Rekanan) yang dilakukan secara terbuka.

17 Pelelangan Terbatas : Proses pelelangan Pengadaan Barang/Jasa


yang dilakukan jika penyedia Barang/Jasa
(Rekanan) yang mampu melaksanakan dalam
jumlah terbatas.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 6
Mulai Berlaku Edisi
III

18 Pemilihan Langsung : Proses pengadaan barang/jasa tanpa melalui


lelang, yang dilakukan dengan cara
mengundang sekurang-kurangnya 2 (dua)
penawar yang memenuhi persyaratan
penawaran.

19 Penunjukan Langsung : Proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan


secara langsung dengan menunjuk 1 (satu)
penyedia barang/jasa (rekanan).

20 Pengadaan Langsung : Proses Pengadaan Barang/Jasa yang sifatnya


sangat mendesak/darurat.

21 Pembelian Langsung : Pembelian terhadap barang yang terdapat


dipasar, dengan demikian nilainya berdasarkan
harga pasar.

22 Swakelola : Pelaksanaan pekerjaan yang dikelola


(direncanakan, dikerjakan dan diawasi) sendiri
oleh unit kerja di Kantor Pusat atau Kantor
Cabang dengan menggunakan tenaga sendiri
dan/atau tenaga dari luar.

23 Daftar Rekanan : Daftar Rekanan yang memenuhi persyaratan


Terpilih (DRT) dan dapat mengikuti proses Pengadaan
Barang/Jasa yang dibutuhkan Perusahaan.

24 Kondisi Mendesak/ : Keadaan yang memerlukan penanganan


Darurat segera/tidak dapat ditunda akibat dari
situasi/kondisi yang tidak dapat diduga, seperti
: bencana alam, kerusakan sarana/ prasarana
yang dapat menghentikan kegiatan operasional
kantor.

25 Barang/Jasa yang : Barang/Jasa yang sifatnya khusus/spesifik dan


bersifat hanya dipahami oleh orang-orang dengan
khusus/spesifik kompetensi tertentu.

26 Beauty Contest : Proses penilaian teknis atau analisa spesifikasi


yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja
pengguna/user untuk pemilihan
merek/Barang/penyedia Jasa yang paling
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 7
Mulai Berlaku Edisi
III

sesuai dengan kebutuhan.

27 Black List : Daftar yang memuat identitas Rekanan yang


dikenakan Sanksi berupa larangan ikut serta
dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.

28 Rencana Kerja dan : Hal-hal yang diatur dalam pelaksanaan syarat


Syarat-syarat (RKS) Pengadaan Barang/Jasa berupa persyaratan
umum, administrasi dan persyaratan khusus
mengenai Pengadaan Barang/Jasa.

29 Anwijzing : Suatu pertemuan yang telah dijadwalkan oleh


Panitia Lelang dengan melibatkan calon
penyedia Barang/Jasa (Rekanan) untuk
memberikan penjelasan mengenai hal-hal
dalam RKS dan Term of Reference (TOR).

C. TUJUAN

Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) disusun dengan tujuan :

1. Memberikan kejelasan mengenai tugas, tanggung jawab, hak dan kewenangan dari
para pengguna, pelaksana dan penyedia Barang/Jasa dalam proses pengadaan
Barang/Jasa bagi perusahaan.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang transparan dan
tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku.
3. Menjamin diperolehnya Barang/Jasa yang dibutuhkan perusahaan dengan kualitas
yang baik dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan.

D. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008
tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Badan Usaha Milik Negara dan perubahannya sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012
tanggal 25 September 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negera
Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 Tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Badan Usaha Milik Negara.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 8
Mulai Berlaku Edisi
III

4. Anggaran Dasar PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Nomor 2 Tahun 1971 yang
dimuat dalam Akta Notaris Prabowo Achmad Kadijono SH, yang telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Akta Notaris Hadijah SH. Nomor: 23 tanggal 16
Januari 2013 dan telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, sesuai Surat Nomor: AHU-AH.01.10-03240
tanggal 5 Februari 2013.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 9
Mulai Berlaku Edisi
III

BAB II
KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

A. UMUM

Kebijakan Umum dalam melakukan pengadaan Barang/Jasa adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.


2. Menciptakan iklim persaingan yang sehat, tertib, adil dan terkendali dengan cara
meningkatkan transparansi.
3. Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses
pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa.
4. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggung-jawab para perencana,
pelaksana, dan pengawas pengadaan barang/jasa.
5. Pengguna barang/jasa mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri,
rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi
usaha kecil dan koperasi sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, pengguna
barang/jasa dapat memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri
dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Pengguna barang/jasa mengutamakan sinergi antar BUMN dan/atau Anak
Perusahaan sepanjang barang/jasa tersebut merupakan hasil produksi BUMN dan/
atau anak perusahaan yang bersangkutan, dan sepanjang kualitas, harga dan
tujuannya dapat dipertanggungjawabkan.
8. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada Usaha Kecil atau Koperasi untuk
berpartisipasi dalam pengadaan barang/jasa.
9. Melaksanakan pengadaan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
10. Dilarang memecah nilai pengadaan barang/jasa dengan maksud untuk
menghindari batas kewenangan (Paket Pekerjaan dipecah menjadi beberapa Paket
Pengadaan).
11. Dilarang menentukan kriteria atau persyaratan atau prosedur yang diskriminatif
dan pertimbangan yang tidak obyektif.
12. Dilarang mengadakan barang/jasa apabila belum atau tidak ada anggarannya
kecuali jika ada ijin dari Direksi
13. Divisi SDM/Sekretaris Perusahaan/Kantor Cabang membuat daftar dan rekam jejak
(track record) penyedia barang/jasa atau rekanan melalui kuesioner kepuasan dan
evaluasi kinerja rekanan setelah proses pengadaan barang/jasa selesai.
14. Pengadaan tanah dan bangunan diatur tersendiri dalam SOP Pengadaan Tanah &
Bangunan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 10
Mulai Berlaku Edisi
III

B. TATA NILAI PENGADAAN

Pengadaan Barang/Jasa pada hakikatnya merupakan upaya perusahaan untuk


mendapatkan Barang/Jasa yang diperlukan, dengan menggunakan metode dan proses
tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu dan kesepakatan lainnya. Agar esensi
pengadaan Barang/Jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka perusahaan
dan penyedia haruslah berpatokan pada filosofi pengadaan barang/jasa, yaitu upaya
untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan dengan mengikuti prinsip-prinsip,
metode/cara dan proses pengadaan barang/jasa yang baku, yaitu :

1. Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa

a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk


mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat
dengan menggunakan dana dan kemampuan seminimal mungkin
secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah.
b. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
c. Kompetitif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus terbuka bagi
Penyedia Barang/Jasa (Rekanan) yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan melalui seleksi dan persaingan yang sehat diantara para
penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan
transparan.
d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
Pengadaan Barang/Jasa, baik teknis maupun administratif termasuk
tata cara evaluasi, hasil evaluasi dan penetapan penyedia
Barang/Jasa (Rekanan) bersifat terbuka bagi penyedia Barang/Jasa
(Rekanan) yang berminat.
e. Adil dan Wajar, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.
f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggung
jawabkan sehingga menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan
penyimpangan.

2. Etika Pengadaan Barang/Jasa

Penanggung jawab atau personil yang ditugaskan untuk melakukan pengadaan


dan peserta pengadaan dalam pelaksanaan pengadaan harus memiliki etika atau
asas-asas akhlak/moral. Etika dalam pengadaan Barang/Jasa adalah perilaku yang
baik dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses pengadaan, yaitu perilaku
untuk saling menghormati terhadap tugas dan fungsi masing-masing pihak,
bertindak secara profesional, dan tidak saling mempengaruhi untuk maksud tercela
atau untuk kepentingan/keuntungan pribadi dan/atau kelompok dengan merugikan
Pihak lain/Perusahaan. Etika dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas secara tertib dan bertanggung jawab untuk mencapai


sasaran atau tujuan pengadaan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 11
Mulai Berlaku Edisi
III

b. Bekerja secara profesional, menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan


menjaga informasi yang bersifat rahasia.
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan persaingan tidak sehat di dalam proses pengadaan.
d. Menerima dan bertanggung-jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kewenangan yang ada.
e. Menghindari dan mencegah pertentangan kepentingan (conflict of interest)
dari pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
pengadaan.
f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan
perusahaan dalam pengadaan barang/jasa.
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan atau melakukan
kegiatan bersama dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain yang merugikan perusahaan.
h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak memberi janji akan memberi
hadiah, imbalan, atau berupa apapun kepada siapapun yang diketahui atau
patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan.
i. Kehati-hatian, dengan senantiasa memperhatikan atau patut menduga
terhadap informasi atau tindakan atau bentuk apapun sebagai langkah
antisipasi untuk menghindari kerugian material dan immaterial terhadap
perusahaan selama proses pengadaan, proses pelaksanaan/pekerjaan, dan
paska pelaksanaan pekerjaan.

3. Norma Pengadaan Barang/Jasa

Sistem pengadaan Barang/Jasa yang baik adalah sistem pengadaan barang/jasa


yang mampu menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Para Pihak akan memiliki norma-norma yang menyimpang
apabila secara terus menerus tidak mampu menerapkan prinsip-prinsip good
corporate governance yang disebabkan oleh sistem pengadaan yang tidak
mendukung penerapan dan pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu
agar tujuan pengadaan Barang/Jasa dapat tercapai dengan baik, semua Pihak
dalam proses pengadaan harus mengikuti norma yang berlaku, yaitu :

a. Norma tertulis atau norma pengadaan yang bersifat operasional yang pada
umumnya telah dirumuskan dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan yaitu berupa undang-undang, peraturan, pedoman atau petunjuk
pengadaan barang/jasa.
b. Norma tidak tertulis pada umumnya bersifat ideal, norma ideal pengadaan
tersirat dalam pengertian tentang hakikat, filosofis, etika dan profesionalisme
dalam pengadaan Barang/Jasa.

4. Penggunaan Produk Dalam Negeri

Dalam setiap pelaksanaan pengadaan barang/jasa, diharapkan:

a. Memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri,


termasuk rancang-bangun dan perekayasaan nasional dalam pengadaan
barang/jasa.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 12
Mulai Berlaku Edisi
III

b. Mengikutsertakan konsultan dan penyedia barang/jasa nasional.


c. Pada saat melakukan persiapan pengadaan barang/jasa, yang dimulai dari
tahap studi, tahap rancang-bangun, penyusunan dokumen pengadaan, dan
perjanjian atau Perjanjian Kerjasama, Surat Perintah Kerja dan Surat Pesanan
pengadaan barang/jasa, diharapkan sudah mencantumkan persyaratan :
1) Penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang
berlaku atau Standar Internasional atau setara yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang.
2) Penggunaan produksi dalam negeri sesuai kemampuan industri
nasional.
3) Penggunaan tenaga ahli dan atau Penyedia barang/jasa dalam negeri.
d. Pengadaan barang/jasa impor, dapat dilakukan apabila:
1) Barang/jasa tersebut belum diproduksi atau dihasilkan di dalam negeri,
dan atau
2) Spesifikasi teknis barang/jasa yang diproduksi atau dihasilkan di
dalamnegeri tidak memenuhi persyaratan atau waktu penyerahannya
tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan, dan atau
3) Harga penawaran barang produksi dalam negeri lebih tinggi dari
penawaran barang/jasa impor, meskipun telah diperhitungkan
tambahan preferensi harga.
e. Untuk melaksanakan ketentuan di atas (pengadaan barang/jasa impor),
Penyedia barang/jasa yang bersangkutan semaksimal mungkin menggunakan
jasa-jasa pelayanan dari dalam negeri, antara lain : jasa asuransi, angkutan,
ekspedisi, dan perbankan.
f. Penyedia barang/jasa asing wajib bekerjasama dengan penyedia barang/jasa
nasional dalam bentuk kemitraan, sub Perjanjian Kerjasama, Surat Perintah
Kerja dan Surat Pesanan, atau bentuk kerjasama lainnya.

5. Sumber Dana dan Kewenangan Pengadaan


a. Sumber dana yang digunakan untuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa
digolongkan atau dibagi menjadi 2 (dua) sumber, yaitu :
1) Anggaran Belanja Modal
Penggunaan sumber dana pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui
anggaran belanja modal.
2) Anggaran Beban Usaha
Penggunaan sumber dana pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui
anggaran belanja dan/atau beban rutin.
b. Kewenangan untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa diatur sebagai
berikut :
1) Pengadaan barang/jasa yang bersumber dari anggaran belanja modal
hanya dapat dilaksanakan oleh Direksi, Direktur Umum, Division Head
SDM/Deputy Division Head Pengadaan Barang & Jasa/Area Managing
Director sesuai dengan batas kewenangan.
2) Pengadaan barang/jasa yang bersumber dari anggaran belanja
dan/atau beban rutin dapat dilaksanakan oleh Direksi, Direktur, Division
Head SDM/Sekretaris Perusahaan/ Deputy Division Head Pengadaan
Barang & Jasa/Deputy Division Head Pemeliharaan & Rumah
Tangga/Area Managing Director sesuai dengan batas kewenangan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 13
Mulai Berlaku Edisi
III

C. TAHAPAN PENGADAAN BARANG/JASA

1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa

a. Usulan Anggaran

1) Setiap unit kerja mengajukan usulan kebutuhan terhadap Barang/Jasa


untuk mendukung dan sebagai bagian dari rencana kerja tahunan.
2) Usulan kebutuhan Barang/Jasa terdiri dari :
a) Belanja Barang Modal (Belanja Modal).
Pengadaan Barang dengan batasan harga perolehan minimal
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per unit.
b) Belanja Non Barang Modal (Beban Usaha
Pengadaan Barang/Jasa dengan batasan harga perolehan kurang
dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per unit.
3) Pengajuan usulan kebutuhan Barang/Jasa Belanja Modal
memperhatikan hal berikut:
a) Standar sarana Perusahaan yang ditetapkan oleh Direksi (untuk
Pengadaan Barang).
b) Jumlah dan kondisi barang yang ada.
c) Perkiraan harga dan pembebanan anggaran
d) Golongan, Jenis, Jumlah dan Spesifikasi Barang.
e) Prioritas Usulan.
f) Usulan renovasi gedung/pembangunan gedung Kantor Cabang
hanya diperbolehkan pada/diatas tanah milik PT Askrindo (Persero)
yang sudah bersertifikat
g) Keterangan tentang pertimbangan usulan :
(1) Untuk memenuhi standar
(2) Standar sudah terpenuhi tetapi kondisi barang yang sudah
ada rusak
4) Usulan Perangkat TI (Software dan Hardware Komputer) melalui Divisi
Teknologi Informasi.
5) Usulan rencana penyusunan RKAP kebutuhan Barang/Jasa dari Unit-Unit
Kerja disampaikan kepada Divisi Keuangan dan Akuntansi dengan
tembusan kepada Divisi SDM, Sekretaris Perusahaan dan Divisi
Manajemen Bisnis untuk dikaji bersama. Selanjutnya rekomendasi
disampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebagai bahan
penyusunan RKAP.
6) Pengadaan Barang/Jasa yang tidak dianggarkan dalam RKAP tahun
berjalan namun apabila direalisasi tidak akan mengubah total jumlah
anggaran Belanja Modal hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari
Direksi dan Dewan Komisaris.
7) Pengadaan Barang/Jasa yang tidak dianggarkan di RKAP tahun berjalan
namun apabila direalisasi akan melebihi total jumlah anggaran Belanja
Modal hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari Direksi, Dewan
Komisaris dan Pemegang Saham.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 14
Mulai Berlaku Edisi
III

b. Proses Penetapan Anggaran


Proses Penetapan Anggaran Pengadaan Barang/Jasa dilakukan sebagai
berikut :

1) Seluruh Unit Kerja Kantor Pusat dan Kantor Cabang menyampaikan


Daftar Rencana Kebutuhan Barang/Jasa untuk 1 (satu) tahun kepada
Divisi SDM dengan tembusan kepada Divisi Keuangan dan Akuntansi,
Sekretaris Perusahaan dan Divisi Manajemen Bisnis.
2) Daftar Rencana Kebutuhan Barang/Jasa dari Kantor Pusat dan Kantor
Cabang dikompilasi oleh Divisi SDM.
3) Divisi SDM, Divisi Keuangan & Akuntansi, Sekretaris Perusahaan dan
Divisi Manajemen Bisnis melakukan pembahasan bersama terhadap
usulan rencana anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang disampaikan
masing-masing Unit Kerja Kantor Pusat dan Kantor Cabang.
Selanjutnya hasil pembahasan (rekomendasi) disampaikan kepada
Direksi untuk mendapat persetujuan sebagai bahan penyusunan RKAP.
4) Divisi SDM dan Kantor Cabang sesuai kewenangan berdasarkan RKAP
dan RTL merencanakan jadual Pengadaan Barang/Jasa dengan
memperhatikan kebutuhan masing-masing Unit Kerja dan berkoordinasi
dengan Divisi Keuangan & Akuntansi / DAMD Keuangan Kantor Cabang
untuk rencana penyiapan dananya.

2. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa

a. Persiapan pengadaan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan


sebelum/proses pengadaan dilaksanakan.
b. Tahapan persiapan pengadaan adalah penyusunan Daftar Rekanan Terpilih
(DRT) /Pemilihan Rekanan, usulan pengadaan dari unit teknis, pengecekan
anggaran yang tersedia, kelengkapan spesifikasi usulan dan persetujuan
pengadaan.

3. Proses dan Bentuk Pengadaan

a. Proses pengadaan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah mendapat


persetujuan pengadaan dari pejabat yang berwenang.
b. Bentuk Pengadaan
1) Beli
2) Sewa
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 15
Mulai Berlaku Edisi
III

4. Cara/Metode Pengadaan
a. Swakelola
Kegiatan yang sifat pekerjaannya merupakan pemeliharaan/perbaikan yang
pekerjaan tersebut tidak memerlukan perhitungan dan keahlian khusus.
1) Pelaksana dan Kegiatan Pengadaan dengan cara Swakelola
a) Kantor Pusat
(1) Deputy Division Head (DDH) Pemeliharaan & Rumah Tangga
untuk kegiatan pemeliharaan gedung kantor/rumah
dinas/kendaraan dinas, pemeliharaan perabot kantor,
pemeliharaan mesin kantor dan sebagainya.
(2) DDH Sekretariat untuk kegiatan pemeliharaan arsip.
b) Kantor Cabang adalah Area Managing Director (AMD) dengan
kegiatan sebagaimana butir (1) dan (2) diatas sesuai dengan
batasan nilai kewenangan.

2) Batasan Nilai
Batasan Nilai untuk pengadaan Barang/Jasa secara Swakelola diatur
sebagai berikut :
a) Kantor Pusat : s.d Rp. 40.000.000,-
b) Kantor Cabang Kelas I : s.d Rp. 35.000.000,-
c) Kantor Cabang Kelas II : s.d Rp. 30.000.000,-
d) Kantor Cabang Kelas III : s.d Rp. 20.000.000,-
e) Kantor Cabang Kelas IV : s.d Rp. 10.000.000,-
3) Kewenangan Persetujuan
Pejabat yang mempunyai wewenang memberikan persetujuan diatur
sebagai berikut :
a) Kantor Pusat : Deputy Division Head (DDH) Pemeliharaan & Rumah
Tangga/DDH Sekretariat sesuai kegiatan.
b) Kantor Cabang :
- Area Managing Director (AMD) untuk Kantor Cabang tidak
merangkap Korwil
- Vice AMD untuk Kantor Cabang yang merangkap Korwil.

b. Pembelian Langsung

Pembelian Langsung dilaksanakan untuk pengadaan barang dengan nilai


pengadaan sampai dengan Rp. 100.000.000,-
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 16
Mulai Berlaku Edisi
III

1) Pelaksana dan Kegiatan Pengadaan dengan cara Pembelian


Langsung

a) Kantor Pusat
(1) Division Head (DH) SDM/DDH Pengadaan Barang & Jasa/DDH
Pemeliharaan & Rumah Tangga yaitu untuk kegiatan
pengadaan barang/jasa yang nilainya berdasarkan harga
pasar, seperti antara lain : Alat Tulis Kantor (ATK), bahan
bakar minyak (BBM), service dan penggantian suku cadang
kendaraan dinas, peralatan/utilitas kantor, komputer dan
perlengkapannya, premi asuransi umum.

(2) Sekretaris Perusahaan/DDH Sekretariat yaitu untuk kegiatan


pengadaan sebagai berikut : pengadaan souvenir, pembuatan
company profile, pembuatan kalender, agenda, annual report.

b) Kantor Cabang adalah Area Managing Director (AMD) dengan


kegiatan sebagaimana butir (1) dan (2) diatas sesuai dengan
batasan nilai kewenangan.

2) Batasan Nilai

Batasan Nilai untuk pengadaan Barang/Jasa secara Pembelian Langsung


diatur sebagai berikut :
a) Kantor Pusat : s.d Rp. 100.000.000,-
b) Kantor Cabang Kelas I : s.d Rp. 75.000.000,-
c) Kantor Cabang Kelas II : s.d Rp. 50.000.000,-
d) Kantor Cabang Kelas III : s.d Rp. 30.000.000,-
e) Kantor Cabang Kelas IV : s.d Rp. 20.000.000,-

3) Kewenangan Persetujuan

Pejabat yang mempunyai wewenang memberikan persetujuan diatur


sebagai berikut :
a) Kantor Pusat :
(1) DDH Pengadaan Barang & Jasa/DDH Pemeliharaan & Rumah
Tangga /DDH Sekretariat untuk nilai s.d Rp. 50.000.000,-
(2) DH SDM, Sekretaris Perusahaan untuk nilai diatas
Rp. 50.000.000,- s.d Rp. 100.000.000,-
b) Kantor Cabang adalah AMD dengan kewenangan sesuai dengan
batasan nilai dari masing-masing Kelas Kantor Cabang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 17
Mulai Berlaku Edisi
III

4) Pengecualian
Untuk pengadaan barang/jasa yang sifat pembayarannya berlangganan
atau yang mempunyai tarif standar/pasti, yang ditetapkan
Pemerintah/Badan lainnya serta dilakukan tanpa Surat Perjanjian Kerja,
maka proses pengadaan dan pembayarannya mengabaikan ketentuan
batasan nilai Pembelian Langsung sebagaimana diatur dalam ketentuan
butir 1) s/d 3) diatas, yaitu listrik, PAM, telepon, pajak/retribusi.

c. Pemilihan Langsung

Pemilihan Langsung dilaksanakan untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai


pengadaan diatas Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 5.000.000.000,-

1) Pelaksana dan Kegiatan Pengadaan dengan cara Pemilihan


Langsung
a) Kantor Pusat
(1) DH SDM/Sekretaris Perusahaan/DDH Pengadaan Barang &
Jasa/DDH Sekretariat untuk kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
dengan cara Pemilihan Langsung termasuk untuk sewa
gedung kantor/rumah dinas/kendaraan dinas dengan batasan
nilai diatas Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 1.000.000.000,-
(2) Tim Pengadaan Pemilihan Langsung untuk Pengadaan
Barang/Jasa dengan batasan nilai diatas Rp. 1.000.000.000,-
s/d Rp. 5.000.000.000,-

b) Kantor Cabang adalah AMD dengan kewenangan sesuai dengan


batasan nilai dari masing-masing Kelas Kantor Cabang.

Khusus untuk Pengadaan Jasa Konsultan, Notaris dan Jasa


Penyelenggara Kegiatan (Event Organizer/EO) dilakukan dengan cara
Pemilihan Langsung dengan batasan nilai sampai dengan
Rp. 1.000.000.000,- dan pengadaan barang cetakan mengabaikan
ketentuan minimal batasan nilai Pemilihan Langsung.

2) Batasan Nilai
Batasan Nilai untuk Pengadaan Barang/Jasa secara Pemilihan Langsung
diatur sebagai berikut :
a) Kantor Pusat : diatas Rp. 100 juta s.d Rp. 5 milyar
b) Kantor Cabang Kelas I : diatas Rp. 75 juta s.d Rp. 500 juta
c) Kantor Cabang Kelas II : diatas Rp. 50 juta s.d Rp. 400 juta
d) Kantor Cabang Kelas III : diatas Rp. 30 juta s.d Rp. 300 juta
e) Kantor Cabang Kelas IV : diatas Rp. 20 juta s.d Rp. 200 juta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 18
Mulai Berlaku Edisi
III

3) Kewenangan Persetujuan
Pejabat yang mempunyai kewenangan memberikan persetujuan diatur
sebagai berikut :
a) Kantor Pusat :
(1) DDH Pengadaan Barang & Jasa/DDH Sekretariat untuk nilai
diatas Rp. 100.000.000,- s.d Rp. 400.000.000,-
(2) DH SDM/Sekretaris Perusahaan untuk nilai diatas
Rp 400.000.000,- s.d Rp 700.000.000,-
(3) Direktur Umum untuk nilai diatas Rp 700.000.000,-
s.d Rp 1.000.000.000,-
(4) Direktur Utama (melalui Direktur Umum) untuk nilai diatas
Rp 1.000.000.000,- s.d Rp 2.000.000.000,-
(5) Direksi untuk nilai diatas Rp. 2.000.000.000,-
s.d Rp. 5.000.000.000,-
b) Kantor Cabang adalah AMD dengan kewenangan sesuai dengan
batasan nilai dari masing-masing Kelas Kantor Cabang.

d. Pelelangan

Lelang dilaksanakan untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai pengadaan


diatas Rp. 5.000.000.000,-

1) Pelaksana dan Kegiatan Pengadaan dengan cara Lelang


Pelaksanaan Lelang dilakukan oleh Panitia Lelang PT Askrindo Kantor
Pusat.

Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa yang sifatnya khusus/spesifik yang


hanya dapat dilaksanakan oleh beberapa Rekanan tertentu saja atau
terhadap Barang yang telah ditentukan mereknya, dilakukan secara
Lelang Terbatas.

2) Batasan Nilai
Batasan Nilai Pengadaan Barang/Jasa secara Lelang adalah untuk
pengadaan Barang/Jasa dengan nilai diatas Rp. 5.000.000.000,-

3) Kewenangan Persetujuan
Pejabat yang berwenang menyetujui dilakukan Pengadaan secara
Lelang adalah Direksi melalui Direktur Umum.

e. Penunjukan Langsung

1) Pelaksana dan Kegiatan Pengadaan dengan cara Penunjukan


Langsung
Dilaksanakan oleh DH SDM/Sekretaris Perusahaan untuk Kantor Pusat
dan AMD untuk Kantor Cabang.
Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan secara penunjukan langsung
adalah Pengadaan Barang/Jasa yang sifatnya khusus/spesifik, antara
lain :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 19
Mulai Berlaku Edisi
III

a) Untuk pekerjaan lanjutan dari bangunan yang telah ada harga


standar, dengan menggunakan satuan harga menurut harga yang
berlaku pada tahun anggaran bersangkutan dan secara teknis
merupakan satu kesatuan konstruksi yang tidak dapat dipecah-
pecah dari pekerjaan sebelumnya dan berdasarkan pendapat dari
instansi yang kompeten secara tertulis.
b) Untuk pekerjaan lanjutan dari pekerjaan yang tidak ada harga
standarnya, tetapi saling berkaitan dan perlu dijaga kontinuitas
pelaksanaannya sesuai dengan pendapat instansi yang kompeten
secara tertulis.
c) Pekerjaan tambahan untuk penyelesaian pekerjaan semula
(yang telah dilakukan) yang tercantum dalam Perjanjian Kerjasama/
Kontrak.
d) Barang/Jasa yang sangat dibutuhkan bagi Perusahaan dan tidak
dapat ditunda keberadaannya (business critical asset).
e) Barang/Jasa yang penggunaan dan pemeliharaannya memerlukan
keahlian khusus dari Penyedia Barang/Jasa.
f) Penyedia Barang/Jasa adalah BUMN atau Anak Perusahaan,
sepanjang Barang/Jasa yang dibutuhkan merupakan produk atau
layanan dari BUMN atau Anak Perusahaan yang memproduksi atau
pemberi pelayanan satu-satunya. Apabila terdapat lebih dari satu
BUMN atau Anak Perusahaan yang produk atau layanannya sama,
maka harus dilakukan Pemilihan Langsung terhadap BUMN atau
Anak Perusahaan tersebut.
g) Apabila sifat kebutuhannya hanya dapat dipenuhi oleh satu
Rekanan, yang menjual Barang spesifik atau yang dapat
melaksanakan pekerjaan spesifik (agen tunggal).
h) Untuk penunjukan produk/merek atau Rekanan tertentu
dilaksanakan dengan Beauty Contest atau Pengujian Teknis
(dengan produk/Rekanan pembanding), dengan syarat dan
ketentuan sebagaimana diatur dalam ketentuan tersendiri.
i) Apabila setelah diadakan satu kali lelang ulang masih mengalami
kegagalan, maka Penunjukan Langsung dilakukan terhadap
Perusahaan yang memenuhi persyaratan teknis.
j) Pelaksanaan pekerjaan yang mendesak untuk menghindarkan
kerugian perusahaan lebih besar, yang ditetapkan melalui
Keputusan Direksi.
k) Dalam pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang bersifat
khusus/spesifik serta dalam situasi/kondisi tertentu (force majeure),
keamanan dan keselamatan masyarakat dan asset strategis
perusahaan, Direktur Utama dapat menunjuk langsung Rekanan
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Penunjukan langsung
dilaksanakan melalui instruksi atau surat penugasan, yang
dilanjutkan dengan Surat Penunjukan Pemborong dan Perjanjian
Kerjasama/Kontrak.
l) Pemasangan Listrik oleh Perusahaan Listrik Negara, pemasangan
Gas oleh Perusahaan Gas Negara, pemasangan air minum oleh
PDAM, pemasangan jaringan telepon fixed line oleh Telkom.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 20
Mulai Berlaku Edisi
III

m) Barang/Jasa yang merupakan pembelian/pengadaan berulang


(repeat order), sepanjang yang ditawarkan menguntungkan
Perusahaan dengan tidak mengorbankan kualitas Barang/Jasa.
Penunjukan tersebut dapat dilaksanakan dalam periode 1 (satu)
tahun anggaran. Barang/Jasa dimaksud adalah untuk spesifikasi
yang sama.
n) Perpanjangan Pemeliharaan Perangkat IT/Pemeliharaan Peralatan
Gedung (Contract Service).
o) Perpanjangan sewa gedung kantor/rumah dinas/kendaraan dinas,
dalam hal kenaikan harga sewa diatas 10% maksimal 50%.
p) Sewa untuk penginapan/hotel/ruang rapat/kendaraan untuk
keperluan dinas yang tarifnya terbuka dan dapat diakses oleh
masyarakat.

2) Batasan Nilai
Nilai pengadaan Barang/Jasa secara Penunjukan Langsung tidak
dibatasi.

3) Kewenangan Persetujuan
Pejabat yang mempunyai kewenangan memberikan persetujuan
Penunjukan Langsung diatur sebagai berikut :

a) Kantor Pusat :
(1) Direktur Utama melalui Direktur Umum untuk Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana angka 1) huruf a) sampai
dengan k)
(2) DH SDM untuk Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana angka
1) huruf l) sampai dengan o)
(3) Sekretaris Perusahaan untuk Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana angka 1) huruf p)

b) Kantor Cabang :
(1) AMD untuk perpanjangan sewa gedung kantor/rumah
dinas/kendaraan dinas dengan kenaikan harga sampai dengan
10% dari harga sebelumnya.
(2) Dalam hal perpanjangan sewa gedung kantor/rumah
dinas/kendaraan dinas dengan kenaikan harga diatas 10% sd
50%, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DH
SDM Kantor Pusat.
(3) Kenaikan harga diatas 50% harus mendapat persetujuan dari
Direktur Umum
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 21
Mulai Berlaku Edisi
III

f. Pengadaan Langsung

1) Pelaksana dan Kegiatan Pengadaan dengan cara Pengadaan


Langsung
Dilaksanakan oleh DH SDM/AMD untuk kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa yang sifatnya sangat mendesak/darurat.
2) Batasan Nilai
Nilai pengadaan Barang/Jasa secara Pengadaan Langsung tidak
dibatasi.
3) Kewenangan Persetujuan
Pejabat yang mempunyai kewenangan memberikan persetujuan
Pengadaan Langsung adalah Direktur Utama melalui Direktur Umum.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 22
Mulai Berlaku Edisi
III

BAB III
PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA

A. PERSIAPAN PENGADAAN

1. Pembentukan Tim Pengadaan dan Panitia


Salah satu persiapan pengadaan adalah pembentukan tim pengadaan dan panitia
pada saat akan dilakukan pelaksanan pengadaan Barang/Jasa

a. Pembentukan Tim Pengadaan Pemilihan Langsung dibentuk untuk Pengadaan


Barang/Jasa dengan cara Pemilihan Langsung dengan nilai pengadaan diatas
Rp. 1.000.000.0000,- s/d Rp. 5.000.000.000,-
1) Tujuan pembentukan adalah agar melaksanakan proses pengadaan
dengan cara Pemilihan Langsung secara efisien, efektif, kompetitif,
transparan, adil, wajar dan akuntabel.
2) Penetapan Keputusan dan susunan keanggotaan :
a) Ditetapkan dengan Keputusan Direksi
b) Keanggotaan ganjil sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dengan
susunan sebagai berikut :
(1) Ketua merangkap anggota adalah DH SDM
(2) Wakil Ketua merangkap anggota adalah DH HuPA atau AMD
(3) Sekretaris merangkap anggota adalah DDH Pengadaan
Barang & Jasa
(4) Anggota terdiri dari:
- Fungsi Pengadaan
- Fungsi Hukum
- Fungsi Perencanaan Korporasi
- Fungsi Manajemen Resiko & Kepatuhan
- Fungsi Anggaran, Keuangan dan Akuntansi
Untuk pengadaan barang & jasa yang bersifat teknis, dapat
diikutsertakan unit kerja terkait dan/atau pejabat dari instansi
teknis yang berwenang.
Dalam hal pengadaan barang/jasa untuk keperluan Kantor
Cabang maka AMD dan DAMD Keuangan & Umum menjadi
Tim Pengadaan.
(5) Observer untuk pengawasan pelaksanaan Pemilihan Langsung
adalah Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan 1 (satu)
orang DDH SPI.
3) Tim Pengadaan Pemilihan Langsung melaksanakan tugas setelah
mendapat tugas dari Direksi.
4) Tugas Tim Pemilihan Langsung adalah :
a) Mempelajari/meneliti spesifikasi teknis, plafon biaya dan perkiraan
harga serta meneliti Calon Rekanan pada Daftar Rekanan Terpilih
(DRT) yang sesuai bidang/golongan Barang/Jasa yang diadakan.
b) Menerbitkan Surat Permintaan Penawaran Harga (SPPH).
c) Melaksanakan pembukaan dokumen surat penawaran harga dan
mengadakan penilaian administrasi, teknis, dan harga serta
membuat Berita Acara Penilaian dan mengusulkan calon pemenang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 23
Mulai Berlaku Edisi
III

d) Melakukan negosiasi teknis dan harga pada rekanan calon


pemenang dan membuat Berita Acara Negosiasi Teknis dan Harga.
e) Menyampaikan laporan dan usulan calon pemenang kepada Pejabat
yang berwenang.
b. Pembentukan Panitia Lelang dibentuk untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan
cara lelang dengan nilai pengadaan diatas Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)
1) Tujuan pembentukan Panitia Lelang adalah agar proses pelaksanaan
pengadaan dengan cara lelang secara efesien, efektif, kompetitif,
transparan, adil, wajar serta akuntable.
2) Penetapan Keputusan dan susunan keanggotaan :
a) Ditetapkan dengan keputusan Direksi
b) Keanggotaan ganjil sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dengan
susunan sebagai berikut :
(1) Ketua merangkap anggota adalah DH SDM
(2) Wakil Ketua merangkap anggota adalah DH HuPA
(3) Sekretaris merangkap anggota adalah DDH Pengadaan
Barang & Jasa
(4) Anggota terdiri dari unsur :
- Divisi SDM
- Divisi Hukum dan Pemulihan Aset
- Divisi Manajemen Bisnis
- Divisi Manajemen Risiko
- Divisi Keuangan dan Akuntansi
Untuk pengadaan barang & jasa yang bersifat teknis, dapat
diikutsertakan unit kerja terkait dan/atau pejabat dari instansi
teknis yang berwenang.
(5) Observer untuk pengawasan pelaksanaan Pemilihan Langsung
adalah Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan 1 (satu)
orang Deputy Division Head SPI
3) Panitia Lelang melaksanakan tugas setelah mendapat tugas dari Direksi.
4) Tugas Panitia Lelang :
a) Menyusun, menetapkan rencana kerja dan syarat-syarat, tata cara
penilaian pelelangan, syarat peserta pelelangan dan perkiraan
harga yang dikalkulasikan secara keahlian/profesional yang
disahkan oleh Direksi.
b) Mengadakan pengumuman mengenai pelelangan yang akan
dilaksanakan melalui media massa/media cetak/website Askrindo.
c) Memberikan penjelasan mengenai dokumen lelang termasuk RKS
dan membuat berita acara penjelasan.
d) Mengadakan pembukaan dokumen penawaran dan membuat Berita
Acara dokumen penawaran.
e) Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta
membuat Berita Acara Hasil Pelelangan.
f) Mengadakan peninjauan lapangan kepada calon pemenang dan
membuat Berita Acara Hasil Peninjauan Lapangan.
g) Menyampaikan Laporan dan Usulan Calon Pemenang kepada
Direksi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 24
Mulai Berlaku Edisi
III

2. Penyusunan Daftar Rekanan Terpilih (DRT)


Penyusunan DRT dilakukan oleh Divisi SDM, dan diperbarui setiap awal tahun.

Proses penyusunan DRT dilakukan oleh Divisi SDM dengan melakukan langkah
berikut :

a. Membuat pengumuman pendaftaran calon rekanan.


b. Menerima dan mendaftar perkenalan perusahaan penyedia barang/jasa
dengan persyaratan minimal sebagai berikut :
1) Surat Permohonan Pendaftaran
2) Akta Pendirian Perusahaan dan Akta Perubahan terakhir (bila ada)
3) Surat Ijin Usaha sesuai bidangnya
4) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
5) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
6) Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
7) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
8) Company Profile (sebagai syarat tambahan/tidak menggugurkan)
c. Jenis Usaha (disesuaikan dengan klasifikasi usaha dalam DRT PT Askrindo)
d. Melakukan seleksi calon rekanan dan evaluasi kinerja rekanan
e. Melakukan peninjauan lapangan terhadap calon rekanan yang lulus seleksi
administrasi (bila perlu)
f. Menyampaikan DRT pada tahun berjalan kepada Direktur Umum.

3. Penyusunan Jadwal Rencana Pelaksanaan Pengadaan


a. Rencana pelaksanaan pengadaan dijadwalkan oleh Kantor Pusat dan Kantor
Cabang, yang selanjutnya dicatat dalam Rencana Tindak Lanjut RKAP tahun
berjalan.
b. Waktu dimulainya proses pengadaan barang/jasa ditetapkan dengan
memperhatikan waktu dibutuhkannya barang/jasa oleh unit teknis/pengguna
dan lamanya proses pengadaan.

4. Usulan Pengadaan dari Unit Kerja Pengguna (User )


a. Syarat-syarat usulan pengadaan dari Unit Kerja Pengguna (User)
Unit Kerja Pengguna (User) yang membutuhkan barang/jasa mengajukan
usulan pengadaan kepada Divisi SDM. Usulan yang disampaikan dilengkapi
dengan pertimbangan-pertimbangan/analisa dan estimasi biaya serta
spesifikasi teknis barang/jasa yang dibutuhkan. Penyampaian usulan kepada
Divisi SDM harus mempertimbangkan lamanya proses pelaksanaan
pengadaan.
Spesifikasi teknis, antara lain meliputi :
1) Nama barang/jasa yang akan diadakan
2) Jumlah barang
3) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan/jasa
4) Ukuran/type/kekuatan
5) Dan lain-lain
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 25
Mulai Berlaku Edisi
III

b. Penetapan merek
Apabila usulan pengadaan sudah menunjuk suatu merek/produk atau rekanan
tertentu, maka usulan harus dilengkapi dengan analisa dan spesifikasi teknis
lengkap (hasil beauty contest), yang merupakan dukungan terhadap alasan
penunjukan merek tersebut.
Analisa dan spesifikasi teknis dibuat oleh unit kerja pengguna (user) dengan
persetujuan Direktur Bidang Terkait dan apabila dibutuhkan dapat
menggunakan konsultan eksternal.

5. Pengecekan Kelengkapan Usulan


a. Divisi SDM melakukan pengecekan atas kelengkapan dokumen pendukung
usulan pengadaan barang/jasa.
b. Pengecekan mencakup antara lain:
1) Spesifikasi teknis
2) Ketersediaan dan pembebanan mata anggaran
3) Perkiraan nilai pengadaan
c. Apabila dokumen surat usulan pengadaan tidak lengkap, maka Divisi SDM
akan meminta kepada Unit Kerja yang mengajukan usulan untuk melengkapi
dokumen usulan pengadaan.

B. PROSES PENILAIAN TEKNIS/BEAUTY CONTEST

Pelaksanaan penilaian teknis atau analisa spesifikasi (Beauty Contest) dilakukan oleh
masing-masing unit kerja pengguna/user apabila pengadaan barang/jasa yang akan
diadakan menunjuk pada rekanan atau merek atau produk tertentu.
1. Wewenang Persetujuan
a. DH SDM/Sekretaris Perusahaan sampai dengan Rp.500.000.000,-
b. Direktur Umum di atas Rp 500.000.000,- s.d Rp 1.500.000.000,-
c. Direktur Utama melalui Direktur Umum di atas Rp 1.500.000.000,- s.d
Rp. 3.000.000.000,-
d. Direksi diatas Rp. 3.000.000.000,-
2. Penetapan Merek atau Produk Tertentu
a. Untuk Penetapan Merek atau Produk Tertentu, dilaksanakan oleh seluruh Unit
Kerja kecuali Satuan Pengawasan Intern (SPI), Divisi SDM dan Divisi
Keuangan & Akuntansi. SPI, Divisi SDM dan Divisi Keuangan & Akuntansi
dapat melaksanakan penetapan merek atau produk tertentu apabila
merupakan unit kerja yang membutuhkan/user.
Jika diperlukan, maka dapat melibatkan Konsultan Eksternal.
b. Proses Pelaksanaan :
1) Penentuan pihak Principal wakil dari masing-masing merek/produk
2) Undangan dan Permintaan Proposal Teknis
3) Penerimaan dokumen Proposal Teknis
4) Penilaian teknis atau analisa spesifikasi atau pengujian teknis (dengan
merek/produk lain) :
a) Faktor penilaian, antara lain : spesifikasi teknis, kewajaran harga,
cost and benefit analysis, ketersediaan barang, garansi/service,
after sales services, referensi, pengalaman (bila diperlukan), dan
lain-lain
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 26
Mulai Berlaku Edisi
III

b) Evaluasi proposal teknis


c) Presentasi proposal teknis.
5) Hasil pelaksanaan kegiatan penilaian dan rekomendasi merek atau
produk tertentu dilaporkan kepada Direktur Umum/Direktur
Bidang/Direktur Utama/Direksi untuk mendapat persetujuan.
6) Surat Usulan Pengadaan, yang terdiri dari Penetapan Merek, spesifikasi
teknis, perkiraan biaya, ketersediaan anggaran dan keterangan lain
pejabat yang berwenangSurat Keputusan tentang yang dibutuhkan
disampaikan kepada Divisi SDM.
7) Cara/metode pengadaan dilaksanakan sesuai dengan batasan nilai
pengadaan.

3. Penetapan Rekanan Tertentu


a. Dilakukan untuk pengadaan penyedia jasa di bidang Bantuan Hukum dan
Pengelolaan Dana Pensiun.
b. Kewenangan Persetujuan
Kewenangan memberikan persetujuan adalah Direksi.
c. Pelaksanaan Pengadaan untuk penyedia jasa tersebut di atas dengan cara
Penunjukan Langsung.
d. Pelaksana Penetapan Rekanan Tertentu maka akan ditetapkan nama-nama
Pejabat/Pegawai yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Direksi tersendiri.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 27
Mulai Berlaku Edisi
III

BAB IV

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

A. UMUM

1. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip efisiensi,


efektif, kompetitif, transparan, adil, wajar dan akuntabel.

2. Setelah diperoleh persetujuan pengadaan dari Pejabat yang berwenang, maka


mulai dilakukan tahapan proses pelaksanaan pengadaan, dengan cara:

a. Swakelola
b. Pembelian Langsung
c. Pemilihan Langsung
d. Pelelangan
e. Penunjukan Langsung
f. Pengadaan Langsung

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan proses pengadaan


barang/jasa dengan cara Pemilihan Langsung, Penunjukan Langsung, Pengadaan
Langsung dan Pelelangan, antara lain :
a. Syarat administrasi, sekurang-kurangnya meliputi :
1) Akta Pendirian Perusahaan
2) Surat Ijin Usaha sesuai dengan bidangnya
3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
4) Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) atau surat
pernyataan bermaterai Rp 6.000 sebagai Pengusaha Tidak Kena Pajak
untuk Bukan Perusahaan Kena Pajak.
5) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
6) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
b. Penetapan kriteria atau persyaratan pengadaan secara rinci dan jelas serta
diberitahukan kepada peserta/rekanan.
c. Dokumen pengadaan dibuat secara lengkap, jelas dan tegas, sehingga dapat
diikuti dan dimengerti oleh para peserta/ rekanan.
d. Tata cara evaluasi penawaran rekanan peserta disampaikan kepada peserta.
e. Kualitas pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan dijamin dapat dipenuhi
oleh rekanan yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan kontrak.
f. Ketentuan mengenai waktu dan tempat penyelenggaraan pengadaan yang
jelas.
g. Rekanan yang diundang mempunyai kompetensi di bidangnya.
h. Harga yang menguntungkan perusahaan dan dapat dipertanggungjawabkan,
dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan cara pembayarannya.
i. Penerapan pajak sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia.
j. Rekanan wajib menyerahkan jaminan (surety bond/garansi bank) yang
dikeluarkan oleh perusahaan asuransi atau bank milik BUMN/BUMD atau anak
perusahaan BUMN/BUMD, untuk pengadaan dengan nilai di atas
Rp. 500.000.000,- dengan uraian sebagai berikut:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 28
Mulai Berlaku Edisi
III

1) Jaminan Penawaran sebesar 3% dari nilai penawaran.


2) Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai pekerjaan, yang diproses
oleh rekanan sejak terbitnya Surat Penunjukan Pemborong atau SK
Penunjukan Pemenang, selambat-lambatnya pada saat ditanda-
tanganinya Surat Perjanjian. Jangka waktu Jaminan Pelaksanaan adalah
sejak terbitnya Jaminan Pelaksanaan sampai dengan 1 (satu) bulan
setelah berakhirnya jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
3) Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang, apabila rekanan
memerlukan uang muka. Jangka waktu Jaminan Uang Muka adalah
sejak terbitnya Jaminan Uang Muka sampai dengan berakhirnya jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan.
4) Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% dari nilai pekerjaan (sebagai
pengganti Jaminan Pelaksanaan). Jangka waktu Jaminan Pemeliharaan
adalah mulai dari tanggal Berita Acara selesai pekerjaan sampai dengan
berakhirnya masa pemeliharaan.
k. Keseluruhan dokumen pengadaan yang bersangkutan harus disusun sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan tertib administrasi.
4. Khusus untuk Pengadaan Barang/Jasa di bawah ini, harus memperhatikan
beberapa ketentuan tambahan yaitu:
a. Pembangunan/renovasi gedung kantor, gudang, dan lain-lain dilaksanakan
dengan mengikuti pedoman teknis yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang. Pekerjaan perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, dan pengawasan
harus dilakukan oleh rekanan yang kompeten, rekanan pelaksana pekerjaan
dilarang merangkap sebagai pengawas terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
diborongnya. Untuk pengadaan jasa konstruksi dengan nilai di atas
Rp 1.000.000.000,- menggunakan jasa konsultan perencana dan konsultan
pengawas.
b. Kontrak/sewa gedung kantor atau rumah dinas dibuat melalui perjanjian
kontrak/sewa langsung dengan Penyewa atau Akta Notaris, dengan
memperhatikan Surat Keputusan Direksi tentang Fasilitas Penunjang Kerja
bagi Pegawai Kantor Pusat dan Kantor Cabang serta Pendelegasian
Wewenang untuk Menilai & Memutus Sewa Gedung/Ruang Kantor, Sewa
Rumah Dinas, Serta Menandatangani Perjanjian/Kontrak Sewa bagi AMD.
Dalam pemilihan gedung kantor atau rumah dinas yang akan disewa juga
harus memperhatikan:
1) Status kepemilikan.
2) Ketersediaan fasilitas pendukung, seperti : listrik, air, telepon, dan lain-lain.
3) Lingkungan sekitar yang mendukung.
4) Ketentuan perpajakan yang berlaku.
5. Pengadaan barang untuk keperluan operasional rutin, seperti ATK dan Barang
Cetakan dilaksanakan secara periodik 3 (tiga) bulan sekali, dengan memperhatikan
stock yang ada.
6. Pengadaan barang/jasa dimungkinkan menggunakan mata uang asing, dengan
ketentuan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah sesuai kesepakatan dan
mengacu pada kebijakan Akuntansi yang berlaku.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 29
Mulai Berlaku Edisi
III

B. TAHAPAN PELAKSANAAN

1. Swakelola
a. Pooling Staf Bagian Pemeliharaan & Rumah Tangga/Pooling Staf Bagian
Sekretariat di Kantor Pusat/Deputy AMD di Kantor Cabang mengajukan usulan
kegiatan dan biaya kepada DDH Pengadaan Barang & Jasa/DDH Bagian
Pemeliharaan & Rumah Tangga/DDH Bagian Sekretariat / AMD.
b. Persetujuan Pejabat sesuai butir a.
c. Pooling Staf Bagian Pemeliharaan & Rumah Tangga/Pooling Staf Bagian
Sekretariat di Kantor Pusat/Deputy AMD di Kantor Cabang melakukan proses
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang tercantum didalam
persetujuan/lembar disposisi.
d. Pertanggungjawaban berupa bukti pembelian bahan material, tanda terima
honor/upah kerja di atas kuitansi bermaterai cukup dan atau tanda terima
uang makan dan uang transport.

2. Pembelian Langsung
a. Pengadaan Barang/Jasa sampai dengan Rp. 50.000.000,-.
1) Pooling Staf Bagian Pengadaan Barang & Jasa/Pooling Staf Bagian
Sekretariat di Kantor Pusat/Deputy AMD di Kantor Cabang mengajukan
usulan kegiatan dan biaya dari Unit-Unit Kerja kepada DDH Pengadaan
Barang & Jasa/DDH Bagian Sekretariat/AMD.
2) Persetujuan Pejabat sesuai angka 1) diatas.
3) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang tercantum didalam
persetujuan/lembar disposisi.
4) Pertanggungjawaban yang harus disampaikan berupa kuitansi atau
bukti pembayaran lainnya bermaterai cukup dan tanda terima pekerjaan
dan/atau tanda terima penyerahan ke Unit Kerja pengguna (user).
Pembayaran diusahakan melalui transfer.
b. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai diatas Rp. 50.000.000,- s/d
Rp. 100.000.000,-
1) DDH Bagian Pengadaan Barang & Jasa/DDH Bagian Sekretariat di
Kantor Pusat/Deputy AMD di Kantor Cabang mengajukan usulan
kegiatan dan biaya dari Unit-Unit Kerja kepada DH SDM/Sekretaris
Perusahan/AMD.
2) Persetujuan Pejabat sesuai angka 1) diatas.
3) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang tercantum didalam
persetujuan/lembar disposisi.
4) Pertanggungjawaban yang harus disampaikan berupa kuitansi atau
bukti pembayaran lainnya bermaterai cukup dan tanda terima pekerjaan
dan/atau tanda terima penyerahan ke Unit Kerja pengguna (user).
Pembayaran diusahakan melalui transfer.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 30
Mulai Berlaku Edisi
III

c. Pengadaan yang sifatnya langganan atau yang mempunyai tarif standar/pasti,


yang ditetapkan Pemerintah/Badan lain (seperti: listrik, PAM, telepon,
pemadam kebakaran, pajak/retribusi dan premi asuransi). Nilai
pembayarannya mengabaikan ketentuan batasan nilai untuk cara Pembelian
Langsung. Pertanggungjawaban disertai slip tagihan setiap bulan dan tanda
terima pembayaran dari rekanan untuk Kantor Pusat dilaksanakan oleh DDH
Pemeliharaan & Rumah Tangga dan Kantor Cabang oleh AMD.

3. Pemilihan Langsung
a. Pengecekan spesifikasi teknis, plafon biaya dan perkiraan harga serta calon
rekanan pada Daftar Rekanan Terpilih (DRT).
b. Penerbitan Surat Permintaan Penawaran Harga (SPPH) kepada minimal 2
(dua) Rekanan dan meminta pada Rekanan untuk mengajukan penawaran
harga atas Barang/Jasa yang diperlukan.
SPPH harus mencantumkan ketentuan mengenai persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis:
1) Persyaratan administrasi, terdiri dari:
a) Surat Penawaran Harga (SPH) yg memuat:
(1) Nomor dan tanggal SPPH sebagai dasar pengajuan
penawaran harus bertanggal dan ditandatangani oleh
pimpinan perusahaan Rekanan atau kuasanya.
(2) Harga satuan dan harga keseluruhan termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
(3) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

b) Persyaratan administrasi lain yang harus dilampirkan dalam Surat


Penawaran Harga (SPH) berupa fotocopy dokumen berikut:
(1) Akta Pendirian Perusahaan dan Akta perubahan terakhir (jika
ada) bagi perusahaan yang belum masuk dalam DRT
(2) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
(3) Surat Ijin Usaha sesuai bidangnya
(4) Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
(5) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(6) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
(7) Dan lain-lain yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan
administrasi

2) Persyaratan teknis, terdiri dari :


a) Jenis dan uraian pekerjaan yang akan dilakukan
b) Jenis dan mutu bahan
c) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
d) dan lain-lain yang berkaitan dengan Barang/Jasa yang diperlukan,
sesuai spesifikasi Barang/Jasa.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 31
Mulai Berlaku Edisi
III

c. Penerimaan Surat Penawaran Harga (SPH) dari rekanan.

d. Pembukaan Surat Penawaran Harga (SPH), termasuk melakukan penilaian


terhadap pemenuhan persyaratan administrasi, teknis dan harga.
Penilaian/evaluasi dapat dilaksanakan terhadap minimal satu penawaran
apabila memang hanya satu rekanan yang memasukkan SPH.

e. Menyampaikan hasil Pemilihan Langsung dan Usulan Calon Pemenang kepada


Pejabat yang berwenang.

f. Pelaksanaan negosiasi teknis dan harga


1) Negosiasi teknis dan harga kepada rekanan calon Pemenang Pertama
mengacu pada Harga Perkiraan Sendiri (HPS)/Owner's Estimate (OE),
sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Apabila negosiasi dengan calon Pemenang Pertama tidak mencapai
kesepakatan, maka dilakukan negosiasi kepada Calon Pemenang Kedua,
dan seterusnya secara berturut-turut.
3) Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi Teknis
dan Harga.

g. Menyampaikan hasil Negosiasi Teknis dan Harga kepada Pejabat yang


berwenang.

h. Pembuatan Surat Penunjukan Pemenang Pekerjaan oleh Pejabat yang


berwenang berisi :
1) Nama dan alamat pemborong/pelaksana pengadaan
2) Nomor Pokok Wajib Pajak
3) Nama Pekerjaan
4) Nilai borongan/pengadaan
5) Ketentuan bahwa syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan, yaitu : spesifikasi
teknis, jumlah, jangka waktu pelaksanaan dan syarat-syarat pembayaran
dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama (PKS).

i. Pembuatan Perjanjian Kerjasama (PKS)/Kontrak. Sementara menunggu


penyelesaian penyusunan PKS/Kontrak, dibuatkan Surat Perintah Kerja
(SPK)/Surat Pemesanan Barang (Purchase Order/PO).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 32
Mulai Berlaku Edisi
III

4. Pelelangan

a. Penyusunan Jadual
Jumlah waktu kegiatan dalam Pelelangan adalah :
No. KEGIATAN Jangka Waktu

1 Antara terima berkas dari Unit Kerja 5 hari kerja


Pengguna/User kepada Panitia Lelang sampai
selesainya penyusunan RKS maksimal

2 Antara selesainya penyusunan RKS sampai 2 hari kerja


diumumkan di media cetak/radio/televisi maupun
di website perusahaan maksimal

3 Lamanya pengumuman yang terpasang di 4 hari kerja


website PT Askrindo (Persero) sekurang-
kurangnya 3 hari kerja, maksimal 4 (empat) hari
kerja. Sedangkan untuk pengumuman di media
cetak/radio/televisi dilaksanakan 1 kali, di awal
masa pengumuman

4 Pendaftaran calon peserta lelang, dimulai sejak 3 hari kerja


tanggal pengumuman sampai dengan maksimal 3
(tiga) hari kerja setelah berakhirnya
pengumuman di website

5 Antara hari pendaftaran terakhir dengan hari 4 hari kerja


pengambilan dokumen lelang (RKS) serta
keterangan lainnya, maksimal

6 Antara hari pengambilan dokumen lelang (RKS) 4 hari kerja


serta keterangan lainnya dengan hari pemberian
penjelasan pekerjaan (Aanwijzing)

7 Dari hari pemberian penjelasan (Aanwijzing) 5 hari kerja


dengan hari pemasukan dan pembukaan
dokumen penawaran sekurang-kurangnya

8 Antara pemasukan dan pembukaan penawaran 7 hari kerja


dengan penetapan pemenang oleh yang
berwenang maksimal

9 Antara penetapan pemenang oleh yang 2 hari kerja


berwenang dengan pengumuman pemenang
melalui surat maksimal

10 Antara hari pengumuman Pemenang dengan 2 hari kerja


masa sanggah
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 33
Mulai Berlaku Edisi
III

11 Jawaban sanggahan diberikan maksimal 4 hari kerja


Bila dalam kurun waktu sanggah tidak diterima
sanggahan, maka proses jawaban sanggahan
dapat dihilangkan diganti dengan kegiatan
selanjutnya

12 Antara hari pengumuman Pemenang dengan 9 hari kerja


Keputusan Penunjukkan Pemenang maksimal

13 Antara Keputusan Penunjukkan Pemenang 4 hari kerja


dengan tanggal Kontrak maksimal

Total 55 hari kerja

Terhadap proyek yang lingkup pekerjaannya tidak sederhana, maka


ketentuan jadual waktu proses Lelang ditetapkan oleh Panitia Lelang dan
tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.

b. Penyusunan RKS dan penetapan Syarat-Syarat Peserta Lelang


1) Syarat Umum :
a) Keterangan mengenai pemberi tugas
b) Keterangan mengenai peserta lelang
c) Syarat peserta lelang
d) Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya
2) Syarat Administratif :
a) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
b) Tanggal penyerahan pekerjaan/Barang
c) Syarat pembayaran
d) Denda atas keterlambatan
e) Besarnya jaminan penawaran
f) Besarnya jaminan pelaksanaan
g) Besarnya jaminan uang muka (bila perlu)
h) Besarnya jaminan pemeliharaan (bila perlu)
3) Syarat-syarat Teknis :
a) Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilakukan
b) Jenis dan mutu bahan atau tahapan pekerjaan
c) Rencana kerja dan spesifikasi pekerjaan
4) Alamat tujuan pengiriman dokumen-dokumen penawaran
5) Syarat-syarat dokumen lelang yang harus dimasukkan oleh peserta :
a) Dokumen Harga
(1) Surat Penawaran Harga
(2) Rekapitulasi Penawaran Harga
(3) Rincian Penawaran Harga (jika diperlukan)
(4) Jaminan penawaran sebesar 3% dari harga penawaran.
Jaminan Penawaran Bank Garansi yang diterbitkan oleh Bank
atau Lembaga Keuangan Non Perbankan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 34
Mulai Berlaku Edisi
III

b) Dokumen Teknis
Kelengkapan dokumen teknis menyesuaikan dengan persyaratan
yang telah ditentukan oleh User atau Panitia sesuai kebutuhan.
6) Pihak yang dilarang ikut sebagai Peserta/Penjamin dalam penawaran
antara lain:
a) Pegawai Negeri, Pegawai BUMN/BUMD dan Pegawai Bank Milik
Pemerintah/Daerah.
b) Perusahaan yang dinyatakan pailit
c) Perusahaan yang pengikutsertaannya akan bertentangan dengan
tugasnya (conflict of interest)
d) Perusahaan yang di Black List oleh PT Askrindo.
7) Tata cara penawaran yang dipakai adalah sistem 1(satu) sampul :

a) Sampul Penutup diberi judul Penawaran Pengadaan Barang


atau Jasa dimaksud.
b) Sampul penutup berisi Sampul dengan judul Dokumen Penawaran
Harga, yang memuat rincian data perhitungan harga penawaran.
c) Apabila terdapat Dokumen Teknis, maka Sampul Penutup berisi :
d) Sampul A dengan judul Dokumen Penawaran Harga
e) Sampul B dengan judul Dokumen Teknis.
8) Pelaksanaan evaluasi dokumen teknis dapat dilakukan sebelum atau
sesudah evaluasi dokumen harga, sesuai kesepakatan antara Panitia
dengan User.
9) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat menggugurkan
peserta pelelangan, maka syarat administrasi lainnya yang diperlukan
agar dilakukan pengecekan ulang dibandingkan dengan check list
dokumen administrasi.
10) Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Pengadaan Barang/Jasa, syarat peserta
dan tata cara penilaian pelelangan ditandatangani oleh Ketua Panitia
Lelang dan disetujui oleh Direktur Umum.

c. Pengumuman Lelang

1) Pengumuman Lelang dilaksanakan secara luas dan terbuka melalui


media cetak dan/atau media elektronik.
2) Pengumuman Lelang antara lain memuat :
a) Nama instansi yang mengadakan lelang
b) Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau
Barang yang akan dibeli
c) Tempat, hari dan waktu pendaftaran sebagai calon peserta lelang
d) Syarat-syarat calon peserta Lelang :
(1) Surat Pengantar Pendaftaran sebagai Peserta Lelang
(2) Pakta Integritas yang ditandatangani calon rekanan
(3) Akta pendirian Perusahaan beserta perubahan terakhir
(4) Susunan Pengurus Perusahaan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 35
Mulai Berlaku Edisi
III

(5) Neraca Perusahaan dan laporan Laba Rugi tahun terakhir,


untuk pengadaan diatas Rp 1.000.000.000,- dilengkapi
dengan opini tidak disclaimer, yang dikeluarkan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) atau Badan Lain yang berwenang.
(6) Surat Ijin Usaha sesuai bidangnya
(7) Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
(8) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(9) Fotocopy bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak
Tahunan (SPT) PPh Pasal 25.
(10) Pengalaman dalam usahanya 2 (dua) tahun terakhir sesuai
dengan bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan.
(11) Surat Dukungan dari PerbankanNasional
(12) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
(13) Surat Pernyataan bermaterai Rp 6.000,- bahwa dokumen
yang disampaikan adalah benar.

Dokumen tersebut dijilid dan disampaikan dalam 2 (dua) rangkap


(Asli dan foto copy). Pemeriksaan dokumen asli dilakukan pada saat
Pembukaan Penawaran.

d. Penerimaan dan Pendaftaran Calon Peserta Lelang


Perusahaan yang berminat mengikuti lelang di PT Askrindo dapat
mendaftarkan perusahaannya sesuai persyaratan dalam Pengumuman Lelang
dengan memasukkan Dokumen/Data Biodata Calon Peserta Lelang.

e. Pelaksanaan Evaluasi Biodata Calon Peserta Lelang

1) Evaluasi Biodata Calon Peserta Lelang dilakukan untuk menilai


kesesuaian dengan persyaratan dalam Pengumuman Lelang, hasilnya
dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi Biodata.
2) Calon Peserta Lelang dinyatakan gugur apabila :
a) Tidak memenuhi syarat administrasi sesuai ketentuan dalam
Pengumuman Lelang
b) Tidak menyampaikan dokumen pendaftaran sesuai dengan
Pengumuman Lelang
3) Lelang dinyatakan gagal apabila Calon Peserta yang memenuhi
persyaratan administrasi kurang dari 3 perusahaan.
4) Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Biodata Calon Peserta tersebut,
Panitia selanjutnya memproses :
a) Pengesahan Daftar Rekanan Terundang (DRTU) Lelang, apabila
hasil evaluasi biodata memenuhi persyaratan; atau
b) Laporan Lelang gagal dan Persetujuan Lelang Ulang kepada
Direktur SDM & Umum, apabila hasil evaluasi biodata tidak
memenuhi persyaratan. Selanjutnya pelaksanaan lelang ulang
mengikuti tata cara pelaksanaan lelang
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 36
Mulai Berlaku Edisi
III

f. Undangan Aanw ijzing


Penerbitan Undangan Aanwijzing, Pemasukan dan Pembukaan Penawaran
untuk Daftar Rekanan Terundang (DRTU) Lelang.
Undangan diterbitkan berdasarkan Pengumuman DRTU Lelang, yang
memuat:

1) Tempat, hari dan waktu untuk memperoleh dokumen lelang dan


keterangan-keterangan lainnya
2) Tempat, hari dan waktu Aanwijzing/Pemberian Penjelasan Pekerjaan
dilaksanakan
3) Tempat, hari dan waktu Pemasukan dan pembukaan Penawaran
4) Biaya untuk penyelenggaraan lelang dan pembukaan dokumen lelang
dipungut dari Peserta Lelang yang lulus evaluasi biodata. Biaya untuk
penyelenggaraan lelang dan pembuatan dokumen lelang dipungut pada
waktu Peserta Lelang mengambil dokumen lelang. Hasil pungutan
tersebut merupakan penerimaan Perusahaan dan wajib disetorkan ke
Kas perusahaan.
Adapun besaran biaya lelang adalah sebagai berikut :
a) Untuk nilai pengadaan diatas Rp 3.000.000.000,- s/d
Rp 4.000.000.000,- dengan biaya sebesar Rp 400.000,-
b) Untuk nilai pengadaan diatas Rp 4.000.000.000,- s/d
Rp 5.000.000.000,- dengan biaya sebesar Rp 500.000,-
c) Untuk nilai pengadaan diatas Rp 5.000.000.000,- dengan biaya
sebesar Rp 600.000,-
5) Apabila terdapat perusahaan yang telah diundang, tetapi tidak
mengambil dokumen lelang selambat-lambatnya sebelum pelaksanaan
pemasukan penawaran, maka dianggap mengundurkan diri dan tidak
dapat mengikuti proses selanjutnya.

g. Penjelasan Spesifikasi Teknis Pekerjaan/Aanw ijzing

1) Aanwijzing dilakukan kepada para Peserta lelang yang diundang dan


dihadiri juga oleh Panitia, Peserta dan unit kerja pengguna/user.
2) Penjelasan RKS meliputi:
a) Dasar pelaksanaan pekerjaan
b) Spesifikasi teknis pekerjaan oleh User
c) Dokumen administrasi, Harga dan Teknis dalam lelang
d) Tata cara pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran
e) Keterangan lainnya yang dibutuhkan
3) Aanwijzing mengenai dokumen lelang dan keterangan lainnya, termasuk
perubahannya, dituangkan dalam Berita Acara Aanwijzing, yang
ditandatangani oleh Panitia, User dan minimal 2 (dua) Perwakilan
Peserta Lelang.
4) Dengan telah dilaksanakannya Aanwijzing (penjelasan pekerjaan) harus
dihindarkan adanya tambahan ketentuan yang timbul kemudian. Jika
diperlukan penjelasan tambahan, maka penjelasan tersebut harus
disampaikan kepada semua peserta secara tertulis.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 37
Mulai Berlaku Edisi
III

5) Apabila terdapat Peserta yang telah mengambil dokumen lelang, tetapi


tidak menghadiri Aanwijzing, maka dapat tetap ikut serta dalam proses
lelang, dengan catatan Peserta tersebut dianggap telah memahami dan
menyetujui isi RKS dan Berita Acara Aanwijzing. Pernyataan keberatan
Peserta tersebut pada saat Pembukaan Penawaran, dengan alasan tidak
memahami RKS dan Berita Acara Aanwijzing tidak dapat diterima oleh
Panitia.

h. Pemasukan Dokumen Penawaran


Dokumen penawaran yang disampaikan adalah sesuai dengan persyaratan
dalam RKS dan Berita Acara Aanwijzing, meliputi:
1) Dokumen Penawaran Harga
2) Dokumen Teknis (jika diperlukan).

i. Pembukaan Dokumen Penawaran

1) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembukaan dokumen


penawaran :
a) Pada waktu yang telah ditentukan, Panitia menyatakan dihadapan
para Peserta lelang bahwa saat penyampaian dokumen penawaran
telah ditutup.
b) Setelah saat penyampaian dokumen penawaran ditutup, tidak dapat
lagi diterima koreksi kekurangan syarat-syarat dokumen
penawaran, surat keterangan dan sebagainya dari para Peserta.
c) Peserta Lelang dinyatakan gagal apabila:
(1) Peserta terlambat menyampaikan dokumen penawaran sesuai
ketentuan dalam RKS dan Berita Acara Aanwijzing
(2) Peserta tidak hadir pada saat Pembukaan Penawaran.
2) Pemeriksaan Keaslian Dokumen Administrasi yang telah disampaikan
pada saat pendaftaran. Peserta dinyatakan gugur apabila:
a) Tidak membawa asli dokumen administrasi yang telah disampaikan
dalam tahap evaluasi biodata
b) Dokumen asli tidak sesuai dengan foto copy
3) Pemeriksaan dan evaluasi dokumen penawaran harga atau teknis untuk
Peserta Lelang yang lulus pemeriksaan keaslian dokumen administrasi.
Pembukaan dokumen penawaran dilakukan sebagai berikut :
a) Dokumen Harga
(1) Untuk dokumen 1 (satu) Peserta yang sedang dievaluasi oleh
Panitia, disaksikan oleh minimal 2 (dua) Saksi dari Peserta
lainnya. Dokumen Penawaran dibuka dan dibaca dengan
jelas, sehingga terdengar oleh semua Peserta.
(2) Panitia memeriksa, menunjukkan dan membacakan
dihadapan para Peserta lelang mengenai kelengkapan
Dokumen Penawaran Harga, yang meliputi: Surat Penawaran
Harga dan Jaminan Penawaran Asli, terhadap Peserta yang
lulus evaluasi administrasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 38
Mulai Berlaku Edisi
III

(3) Apabila dalam harga penawaran tidak melebihi 10% di atas


HPS atau 10% di bawah HPS, maka Panitia Lelang
menetapkan 3 (tiga) Peserta yang telah memasukkan
penawaran yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
(4) Penawaran dinyatakan gugur apabila:
(a) Surat Penawaran Harga tidak ditandatangani oleh
Pimpinan Perusahaan, tidak diberi tanggal, dan tidak
distempel
(b) Surat Penawaran Harga tidak mencantumkan masa
berlakunya penawaran, atau mencantumkan kurun waktu
kurang dari yang diminta dalam dokumen lelang
(c) Jaminan Penawaran :
- Besaran jaminan kurang dari nilai nominal yang
dipersyaratkan dalam dokumen lelang
- Masa berlakunya tidak sesuai dengan yang
disyaratkan dalam dokumen lelang
(d) Harga penawaran tidak melebihi 10% di atas HPS atau
10% di bawah HPS
(e) Rincian harga penawaran tidak sama dengan Total Harga
Penawaran
(f) Tidak terdapat daftar jumlah dan harga (khusus untuk
kontrak harga satuan)
(5) Hasil pembukaan penawaran (Dokumen Administrasi dan
harga) dituangkan dalam Berita Acara Pembukaan
Penawaran, yang ditandatangani oleh Panitia dan minimal 2
(dua) wakil Peserta lelang.
b) Dokumen Teknis (jika ada)
(1) Apabila terdapat dokumen teknis, maka pemeriksaan dan
evaluasi dokumen teknis dilakukan terhadap Peserta Lelang
yang luluspemeriksaan dokumen administrasidan evaluasi
dokumen penawaran harga.
(2) Dokumen teknis disimpan oleh Panitia dan dibuka pada awal
pelaksanaan penilaian teknis yang dilaksanakan oleh User/Tim
Teknis, sesuai koordinasi Panitia Lelang secara administratif.
(3) Penilaian teknis dilakukan terhadap urutan I, II dan III
berdasarkan hasil evaluasi keaslian dokumen administrasi dan
evaluasi harga.
(4) Penilaian teknis tersebut dilakukan oleh User/Tim Teknis,
yang selanjutnya dilaporkan kepada Panitia Lelang.
4) Lelang dinyatakan gagal apabila:
a) Peserta yang memenuhi syarat evaluasi keaslian dokumen
administrasi kurang dari 3 (tiga) peserta.
b) Tidak ada peserta yang memenuhi syarat saat evaluasi harga
dan/atau evaluasi teknis.
c) Sanggahan dari rekanan ternyata benar
d) Pelaksanaan lelang tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 39
Mulai Berlaku Edisi
III

j. Peninjauan Lapangan
1) Peninjauan perusahaan dilakukan terhadap Calon Pemenang I, untuk
mengetahui kondisi kantor, tenaga administrasi, peralatan dan
keterangan lain yang disampaikan dalam dokumen penawaran.
2) Peninjauan perusahaan dilakukan terhadap Calon Pemenang II dan III
secara berturut-turut, apabila Calon Pemenang I tidak memenuhi syarat.
3) Hasil peninjauan perusahaan dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan
Perusahaan yang ditandatangani oleh Panitia.
k. Penetapan dan Usulan Calon Pemenang
1) Keputusan Calon Pemenang Lelang ditetapkan oleh Panitia Lelang
berdasarkan Berita Acara Pembukaan Penawaran, Penilaian Teknis dan
Berita Acara Peninjauan Perusahaan, yang dituangkan dalam Berita
Acara Penetapan Pemenang.
2) Dalam hal 2 (dua) peserta atau lebih mengajukan harga yang sama
atau memperoleh penilaian teknis dan harga dengan bobot yang sama,
maka Panitia dalam putusannya mempertimbangkan mengenai
kecakapan dan kemampuan dari peserta untuk menyelesaikan
pekerjaannya, yang dicatat dalam Berita Acara.
3) Calon pemenang lelang harus sudah ditetapkan oleh Panitia Lelang
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah pembukaan
dokumen penawaran atau penyampaian hasil penilaian teknis (jika ada).
4) Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Lelang, selanjutnya
Panitia Lelang melaporkan dan menyampaikan usulan Calon Pemenang
Lelang kepada Direksi melalui Direktur Umum.
l. Penetapan Pemenang dan Pengumuman Pemenang Lelang
1) Berdasarkan usulan Calon Pemenang Lelang dari Panitia Lelang, maka
Direksi menetapkan Pemenang Lelang.
2) Keputusan Direksi tentang penetapan pemenang lelang diumumkan
oleh Panitia kepada para peserta selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
setelah diterimanya keputusan tersebut.

m. Masa Sanggah
1) Terhadap peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang lelang
diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis
kepada Pejabat yang berwenang selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
setelah hari pengumuman.
2) Sanggahan hanya dapat diajukan terhadap pelaksanaan prosedur
lelang. Sanggahan diproses dengan syarat :
a) Penyanggah menyerahkan jaminan sanggah banding sebesar 3%
dari Nilai Penawaran Pemenang I Lelang, yang diterbitkan oleh
Bank Pemerintah atau Bank Pembangunan Daerah (BPD).
b) Sanggahan disertai bukti terhadap materi sanggahan.
c) Jaminan sanggah banding dikembalikan kepada Penyanggah jika
sanggahannya terbukti benar secara hukum dan menjadi hak
PT Askrindo jika sanggahannya terbukti tidak benar secara hukum.
d) Jawaban terhadap sanggahan diberikan secara tertulis selambat-
lambatnya dalam waktu 4 (empat) hari kerja setelah diterimanya
sanggahan tersebut.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 40
Mulai Berlaku Edisi
III

n. Penunjukan Pemenang
1) Penunjukan Pemenang hanya dapat dilakukan setelah tidak ada
sanggahan atau penolakan atau masa sanggah sudah berakhir.
2) Peserta yang dinyatakan menang wajib menerima penunjukan tugas
dan jika mengundurkan diri, maka jaminan penawaran peserta yang
bersangkutan menjadi milik PT Askrindo untuk dicairkan dan peserta
tersebut masuk Daftar Black List.
3) Dalam hal Pemenang Pertama Lelang mengundurkan diri, maka
Pemenang urutan selanjutnya secara berturut-turut dapat ditunjuk
untuk melaksanakan pengadaan Barang/Jasa dan terhadap
penawarannya dilakukan Negosiasi Teknis dan Harga, dengan maksimal
harga adalah penawaran Pemenang Pertama.
4) Jika Pemenang Ketiga tidak bersedia ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan, maka dilakukan Lelang Ulang.
5) Keputusan penunjukkan Pemenang harus dibuat selambat-lambatnya 9
(sembilan) hari kerja setelah masa sanggah berakhir.
6) Seluruh dokumen dalam proses lelang merupakan dasar dan bagian tak
terpisahkan dari Perjanjian/Kontrak.
7) Apabila Rekanan Pemenang dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
tidak melaksanakan pekerjaan/penyerahan Barang atau mengundurkan
diri setelah menandatangani perjanjian/kontrak, maka Jaminan
Pelaksanaan menjadi milik PT Askrindo.
8) Penunjukan Rekanan selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan.
o. Pembuatan Surat Perintah Kerja (SPK)/Perjanjian Kerjasama
(PKS)/Kontrak

p. Lelang Ulang
Dalam hal pelaksanaan lelang karena alasan tertentu dinyatakan gagal, maka
Panitia Lelang atas persetujuan Pejabat yang berwenang mengadakan lelang
ulang.

q. Lelang Terbatas

1) Lelang Terbatas dilaksanakan terhadap Barang-Barang yang sifatnya


khusus/spesifik, yang hanya dapat dilaksanakan oleh beberapa rekanan
tertentu saja atau terhadap Barang yang telah ditentukan mereknya.

2) Prosedur Lelang Terbatas sama dengan Prosedur Lelang Umum, kecuali :


a) Sebelum Pengumuman, Panitia meminta rekomendasi Distributor atau
Agen dari Principal minimal 3 (tiga) Distributor atau Agen.
b) Pada saat pengumuman lelang di media cetak dan/atau media
elektronik sudah mencantumkan judul Lelang Terbatas.
c) Perusahaan yang berminat dapat mengajukan pendaftaran sebagai
Calon Peserta Lelang dengan melampirkan surat rekomendasi
penunjukan sebagai Distributor atau Agen dari Principal (Pemegang
Merek).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 41
Mulai Berlaku Edisi
III

5. Penunjukan Langsung

Prosedur Penunjukan Langsung adalah sebagai berikut :


1) Menerima surat permintaan pengadaan dari unit kerja pengguna/user, yang
memuat :
a) Spesifikasi teknis
b) Perkiraan biaya
c) Analisa unit kerja pengguna/user terhadap jenis Barang/Jasa yang diminta
dan disetujui oleh Direksi.
2) Pembuatan Surat Permintaan Persetujuan Pengadaan kepada Direksi melalui
Direktur Umum.
3) Membuat Surat Persetujuan Penunjukan Langsung Rekanan dari Direktur
Utama.
4) Pembuatan SPPH pada rekanan yang ditunjuk, dengan syarat administrasi:
a) Akta Pendirian Perusahaan beserta perubahan terakhir
b) Pakta Integritas yang ditandatangani calon rekanan
c) Surat Ijin Usaha sesuai bidangnya
d) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
e) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
f) Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
g) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
h) Surat Pernyataan bermaterai Rp 6.000,- bahwa dokumen yang disampaikan
adalah benar.
5) Penerimaan SPH, yang harus dilampirkan syarat administrasi sesuai dengan
permintaan dokumen dalam SPPH. SPH yang diterima dievaluasi dan diperiksa
kelengkapannya. Hasil evaluasi dan pemeriksaan dituangkan dalam bentuk cek
list kelengkapan yang ditandatangani oleh Kepala Divisi SDM dan disetujui oleh
Direktur Utama melalui Direktur Bidang.
6) Negosiasi Teknis dan Harga dengan mengacu pada Harga Perkiraan Sendiri
(HPS/OE), hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi Harga.
7) Surat Penunjukan Pemborong.

6. Pengadaan Langsung

Pengadaan Langsung dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang


sifatnya sangat mendesak, darurat dan tidak direncanakan dalam RKAP. Prosedur
pengadaan oleh DH SDM/AMD dengan mengacu pada proses Penunjukan
Langsung. Dilaksanakan oleh DH SDM/AMD, wewenang persetujuan adalah Direksi
melalui Direktur Umum.

C. HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

1. Dalam pengadaan barang/jasa, perusahaan wajib menetapkan Harga Perkiraan


Sendiri (HPS) sebagai alat kendali dalam melakukan proses negosiasi atas
penawaran.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 42
Mulai Berlaku Edisi
III

2. Untuk HPS yang dapat ditetapkan berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh DH
SDM/Sekretaris Perusahaan/DDH Pengadaan Barang & Jasa/DDH Sekretariat (untuk
pengadaan Kantor Pusat), AMD (untuk pengadaan di Kantor Cabang), disusun usulan
HPS oleh pejabat satu level dibawah pejabat tersebut.
3. Batas kewenangan menentukan HPS untuk masing-masing pejabat sebagaimana
pada butir 1 tersebut diatas adalah sesuai dengan ketentuan pada Bab II huruf C
angka 3.
4. HPS ditetapkan dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan:
(1) Pengadaaan jasa konstruksi
a. Analisis harga satuan pekerjaan yang bersangkutan.
b. Perhitungan biaya oleh Konsultan untuk pengadaan dengan nilai diatas
Rp. 1.000.000.000,-.
c. Harga Kontrak/Perjanjian Kerjasama (PKS) untuk Barang/pekerjaan sejenis
setempat yang pernah dilaksanakan.
d. Harga/tarif Barang/Jasa dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal atau
lembaga independen.
e. Daftar harga standard/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.

(2) Pengadaan barang


a. Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS.
b. Perhitungan HPS dengan cara menghitung harga rata-rata dari hasil
survey minimal terhadap 3 (tiga) responden.
c. Harga Kontrak/Perjanjian Kerjasama (PKS) untuk Barang/pekerjaan
sejenis setempat yang pernah dilaksanakan.
d. Harga/tarif Barang/Jasa dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal atau
lembaga independen.
e. Daftar harga standard/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
f. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Untuk pengadaan jasa konsultan, HPS diperkirakan dengan mempertimbangkan


Daftar referensi harga standard/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.

5. HPS telah memperhitungkan:


a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Keuntungan yang wajar bagi penyedia Barang/Jasa.
6. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan Pajak
Penghasilan (PPh) penyedia Barang/Jasa.
7. Nilai HPS maksimal sebesar anggaran.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 43
Mulai Berlaku Edisi
III

D. SURAT PERINTAH KERJA (SPK)/PERJANJIAN KERJASAMA (PKS)

Hal-hal yang patut mendapat perhatian dalam SPK/PKS adalah :


1. Unsur-unsur dalam SPK/PKS :
a. Adanya para pihak, yaitu pihak pengguna dan pihak penyedia Barang/Jasa
b. Kewenangan para pihak yang menandatangani SPK/PKS
c. Kesepakatan para pihak
d. Obyek atau ruang lingkup perjanjian

2. SPK memuat:
a. Pokok pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Persyaratan dan spesifikasi teknis
c. Harga yang tetap dan pasti.
d. Tata cara dan syarat-syarat pembayaran.
e. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan/penyerahan Barang.
f. Sanksi dalam hal rekanan tidak memenuhi perjanjian.
g. Jaminan Pelaksanaan dan Jaminan Uang Muka (bila ada), Jaminan Pemeliharaan
(bila perlu).

3. PKS memuat :
a. Pokok pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Persyaratan dan spesifikasi teknis.
c. Harga yang tetap dan pasti.
d. Tata cara dan syarat-syarat pembayaran.
e. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan/penyerahan Barang.
f. Sanksi dalam hal rekanan tidak memenuhi perjanjian.
g. Jaminan Pelaksanaan dan Jaminan Uang Muka (bila ada), Jaminan Pemeliharaan
(bila perlu).
h. Ketentuan tentang pemotongan Pajak.
i. Penyelesaian Perselisihan.
j. Status Hukum.

4. Pembuatan SPK/PKS, dengan ketentuan sebagai berikut :


a. Pembuatan SPK untuk nilai pengadaan s.d Rp. 500.000.000,-.
b. Pembutan PKS untuk nilai pengadaan diatas Rp. 500.000.000,- dengan terlebih
dahulu dibuat SPK.

5. Kewenangan menandatangani SPK/PKS


a. Kantor Pusat :
1) Nilai pengadaan s.d Rp. 500.000.000,- oleh DDH Pengadaan Barang & Jasa
dan DDH Sekretariat
2) Nilai pengadaan antara Rp 500.000.000,- s.d Rp 1.500.000.000,- oleh
DH SDM/Sekretaris Perusahaan
3) Nilai pengadaan diatas Rp 1.500.000.000,- s.d Rp. 3.000.000.000,- oleh
Direktur Umum.
4) Nilai pengadaan diatas Rp. 3.000.000.000,- oleh Direktur Utama.

b. Kantor Cabang : sesuai dengan batasan kewenangan AMD.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Kegiatan Hal
BARANG/JASA 44
Mulai Berlaku Edisi
III

E. EVALUASI KINERJA REKANAN

1. Evaluasi Kinerja Rekanan dilaksanakan untuk mendapatkan rekanan yang baik dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
PT Askrindo (Persero) dan digunakan sebagai bahan pertimbangan penyusunan
Daftar Rekanan Terpilih (DRT).
2. DH SDM di Kantor Pusat dan AMD di Kantor Cabang melakukan evaluasi terhadap
kinerja rekanan setiap tahun.
3. Apabila kinerja Rekanan dinilai kurang baik dalam satu tahun, maka Rekanan yang
bersangkutan tidak dapat menjadi rekanan PT (Persero) Askrindo dan masuk dalam
black list rekanan.
4. Batas waktu untuk melakukan review ulang terhadap Hasil Evaluasi Kinerja Rekanan
yang mendapat nilai kurang dan masuk dalam black list adalah 2 (dua) tahun dan
dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam DRT perusahaan.

F. REKAPITULASI EVALUASI KINERJA REKANAN

1. Penyusunan Rekapitulasi Evaluasi Kinerja Rekanan dilakukan oleh DDH Pengadaan


Barang & Jasa.
2. Rekapitulasi evaluasi kinerja Rekanan tersebut dilaporkan kepada DH SDM dan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka penyusunan DRT tahun yang
akan datang.

Anda mungkin juga menyukai