PPK Obsgyn Madiun
PPK Obsgyn Madiun
OBSTETRI GINEKOLOGI
RSI SITI AISYAH MADIUN
6. Diagnosis banding -
7. Pemeriksaan 1. DL
2. Faal hemostasis
penunjang
3. Fungsi ginjal
4. Fungsi hati
12. Tingkat
rekomendasi
13. Penelaah kritis
BEKAS SC ATERM
1. Pengertian Hamil 37 minggu dengan riwayat bekas SC pada persalinan
sebelumnya.
2. Anamnesis 1. Riwayat persalinan lalu dengan SC
2. Saat ini umur kehamilan 37 minggu
3. Pemeriksaan fisik 1. Abdomen : scar operasi
2. Pemeriksaan obstetri : sesuai dengan kehamilan usia 37
minggu (inspeksi, palpasi, auskultasi)
4. Kriteria diagnosis Hamil usia 37 minggu dengan riwayat persalinan sebelumnya
sectio sesarea
5. Diagnosis Bekas SC aterm
6. Diagnosis banding -
7. Pemeriksaan 1. DL
2. Faal Hemostasis
penunjang
3. Pemeriksaan USG
4. NST
8. Terapi SC dilakukan bila didapatkan satu atau lebih dibwah ini :
a. Bekas SC <2 tahun
b. Bekas SC >2 kali
c. Bekas SC corporal
d. Bekas SC dengan indikasi menetap (panggul sempit,
degenerasi perifer retina)
e. Kelainan letak
f. Makrosomia
g. Gemeli
h. Plasenta previa
i. Luka SC sebelumnya penyembuhan buruk
j. Didapatkan perut uterus lain : bekas rupture uterus,
miomektomi
k. Gawat janin
l. Maternal distress
9. Edukasi 1. Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin
2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan
yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi
kepada ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang
dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
11. Tingkat evidens
12. Tingkat
rekomendasi
13. Penelaah kritis
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL.
Williams Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill. New York.
2010.
2. Lindheimer MD, Robets JM, Cuningham FG. Chesleys
Hypertensive Disorders in Pregnancy 3rd ed. Elsevier. New
York. 2009.
3. Cohen WR, Cherry and Merkatzs Complication of
Pregnancy 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia. 2004.
4. Creasy RK, Resnik R., Maternal Fetal Medicine Principles
and Practice 5th ed. Saunders. Philadelphia. 2004.
Madiun, 18 Desember 2015
PREEKLAMSIA BERAT
1. Pengertian Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi >160/110 mmHg disertai protein urine dan atau
edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2. Anamnesis 1. Menentukan usia kehamilan
2. Riwayat hipertensi
3. Faktor resiko
4. Pemeriksaan antenatal sebelumnya
3. Pemeriksaan fisik 1. Tekanan darah sistolik lebih/sama dengan 160 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih/sama dengan 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
di rawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan
kualitatif.
3. Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 500cc/24 jam yang
disertai kenaikan kadar kreatinin plasma.
4. Gangguan visual dan serebral.
5. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen.
6. Edema paru dan sianosis.
7. Pertumbuhan janin intrauterine yang terlambat.
4. Kriteria diagnosis 1. Kehamilan >20 minggu.
2. Didapatkan satu atau lebih gejala klinis preeklamsia berat.
5. Diagnosis Preeklamsia Berat
6. Diagnosis banding 1. Hipertensi kronis
2. Transient hypertension
3. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap
2. Konsultasi dengan kardiolog, optamolog
penunjang
8. Terapi 1. AKTIF
Indikasi satu/lebih keadaan dibawah ini :
1. Ibu : kehamilan >37 minggu, adanya tanda-tanda/gejala-
gejala impending eklamsia, kegagalan tindakan/terapi
konservatif : setelah 6 jam pengobatan medikomentosa
terjadi kenaikan tekanan darah. Ssetelah 24 jam terapi
medikomentosa keadaan status Quo (tidak ada
perbaikan).
2. Janin : adanya tanda-tanda fetal distress, adanya tanda-
tanda IUGR.
3. Laboratorik : HELLP syndrome
Pengobatan Medikomentosa
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring
3. Infus Dekstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan
larutan ringer lactate 500 cc (60-125cc/jam)
4. Antasida
5. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam
6. Pemberian obat antikejang : MgSO4
Cara pemberian :
- Dosis awal : 4 g 20% IV pelan-pelan selama 3-4
menit. Disusul 8 g 40% IM terbagi pada bokong
kanan dan kiri
- Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 4 g 40% IM
sampai dengan 6 jam pasca persalinan
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
1. Harus tersedia antidontum MgSO4 yaitu Kalsium
glukonas 10% (1 g dalam 10cc) diberikan IV 3
menit.
2. Refleks patella + kuat
3. Frekuensi pernapasan >16 kali per menit
4. Produksi urine >100cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5cc/kgbb/jam)
Sulfas Magnesikus dihentikan bila :
1. Ada tanda-tanda intoksikasi
2. Setelah 6 jam pasca persalinan
3. Dalam 6 jam pasca persalinan sudah terjadi
perbaikan (normotensi)
7. Diuretika diberikan bila ada :
- Edema paru
- Payah jantung kongestif
- Edema anasarka
8. Antihipertensi diberikan bila :
- Tekanan darah : sistolik>180 mmHg, diastolik>110
mmHg
- Obat-obatan antihipertensi yang diberikan :
Nifedipine 3x10 mg
Metildopa 3x250 mg
9. Kardiotonika diberikan bila ada tanda menjurus payah
jantung. Perawatan dilakukan bersama dengan bagian
penyakit dalam/jantung.
10. Lain-lain
- Obat-obatan antipiretika
Diberikan bila suhu rektal diatas 38,5C. Dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol.
- Antibiotika diberikan atas indikasi
Tindakan Obstetrik
Terminasi sesudah 30 menit terapi medisinalis :
1. Terminasi kehamilan belum inpartu
- Induksi persalinan : amniotomi + oksitosin drip
dengan syarat skor Bishop >5
- Seksio sesarea bila : syarat oksitosin drip tidak
dipenuhi atau adanya kontraindikasi oksitosin drip, 12
jam sejak dimulainya Oksitosin drip belum masuk
fase aktif.
- Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesariae.
2. Terminasi kehamilan sudah inpartu :
- Kala I
Fase latent : seksio sesarea
Fase aktif : amniotomi sja, bila 6 jam setelah
amniotomi tidak terjadi pembukaan lengkap,
dilakukan seksio sesarea.
- Kala II
Persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus
buatan.
2. KONSERVATIF
Bearti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikomentosa.
a. Indikasi : kehamilan Preterm (<37 minggu)
Tanpa disertai tanda-tanda impending Eklamsia dengan
keadaan janin baik.
b. Tindakan medika mentosa :
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara
aktif. Sulfas magnesikus hanya diberikan IM sampai
dengan 24 jam pemberian.
c. Pengobatan obstetrik :
Selama perawatan konsevatif, observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak ada terminasi.
Sulfas magnesikus dihentikan bila ibu sudah mencapai
tanda-tanda preeklamsia ringan. Selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikomentosa
dan harus diterminasi.
11. Edukasi 1. Perkembangan penyakit
2. Pengaruh penyakit terhadap ibu dan janin
3. Tatalaksana
12. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
13. Tingkat evidens
14. Tingkat
rekomendasi
15. Penelaah kritis
16. Indikator medis
17. Kepustakaan 1. Angsar M. Dikman. Hipertensi dalam Kehamilan
Simposium era baru pengobatan gagal jantung dan hipertensi
Surabaya, 4 Agustus 1984.
2. Angsar M. Dikman Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan Indonesia. Satgas Gestosis POGI Edisi I, 1985.
3. Cunningham MD, Mac Donald PC, Gamt NF. Hypertensive
Disorder in Pregnancy. William Obstetrics 20th Ed 718-723,
1997.
Madiun, 18 Desember 2015
LETAK SUNGSANG
1. Pengertian Suatu letak bujur dimana bokong janin berada di pelvis
sedangkan kepala janin berada di fundus.
2. Anamnesis 1. HPHT
2. ANC sebelumnya
3. Pemeriksaan fisik 1. Leopold I : bagian melenting/kepala di fundus
2. Leopold II : punggung kanan/kiri
3. Leopold III dan IV : teraba bokong di bawah rahim
4. Periksa dalam : teraba bokong dan atau kaki
4. Kriteria diagnosis 1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Letak Sungsang
6. Diagnosis banding -
7. Pemeriksaan 1. USG
2. Rontgent
penunjang
8. Terapi 1. SC dilakukan bila didapatkan satu atau lebih di bawah ini :
a. Bekas SC
b. Didapatkan parut uterus lain : bekar ruptur uterus,
miomektomi
c. Makrosomia
d. Gemelli
e. Plasenta previa
f. Presentasi kaki
g. Tali pusat menumbung
h. Panggul sempit atau panggul picak
i. IUGR
j. Prematur
k. Gawat janin
l. HSVB
Persalinan pervaginam dilakukan bila syarat terpenuhi dan tidak
ada kontraindikasi. Bila inpartu, maka dilakukan perhitungan
Zatuchini Andross (ZA) skor untuk melihat prognosis persalinan
sungsang.
- Bila skor 3 : SC
- Bila skor = 4 : evaluasi 2 jam lagi
- Bila skor > 5 : pervaginam
9. Edukasi 1. Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin
2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan
yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi
kepada ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang
dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
11. Tingkat evidens
12. Tingkat
rekomendasi
13. Penelaah kritis
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1.
Madiun, 18 Desember 2015
EKLAMSIA
1. Pengertian Kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau
masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia
(hipertensi, edema, proteinuria).
2. Anamnesis 1. Menentukan usia kehamilan, atau saat persalinan atau masa
nifas
2. Riwayat hipertensi
3. Faktor resiko
4. Pemeriksaan antenatal sebelumnya
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema, proteinuria)
2. Kejang demam atau koma
3. Kadang disertai gangguan fungsi organ-organ
4. Kriteria diagnosis 1. Kehamilan >20 minggu, atau saat persalinan atau masa nifas
2. Berdasarkan gejala klinis di atas
5. Diagnosis Eklamsia
6. Diagnosis banding 1. Kehamilan dengan epilepsi
2. Kehamilan dengan meningitis/ensefalitis
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap
2. Konsultasi dengan kardiolog, optalmolog, neurolog
penunjang
8. Terapi 2. SC dilakukan bila didapatkan satu atau lebih di bawah ini :
m. Bekas SC
n. Didapatkan parut uterus lain : bekar ruptur uterus,
miomektomi
o. Makrosomia
p. Gemelli
q. Plasenta previa
r. Presentasi kaki
s. Tali pusat menumbung
t. Panggul sempit atau panggul picak
u. IUGR
v. Prematur
w. Gawat janin
x. HSVB
Persalinan pervaginam dilakukan bila syarat terpenuhi dan tidak
ada kontraindikasi. Bila inpartu, maka dilakukan perhitungan
Zatuchini Andross (ZA) skor untuk melihat prognosis persalinan
sungsang.
- Bila skor 3 : SC
- Bila skor = 4 : evaluasi 2 jam lagi
- Bila skor > 5 : pervaginam
9. Edukasi 1. Perkembangan penyakit
2. Pengaruh penyakit terhadap ibu dan janin
3. Tatalaksana
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
11. Tingkat evidens
12. Tingkat
rekomendasi
13. Penelaah kritis
14. Indikator medis
15. Kepustakaan
Madiun, 18 Desember 2015
ABORTUS INKOMPLET
1. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai
batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
anak kurang dari 500 gram.
2. Anamnesis 1. Adanya terlambat haid kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan pervaginam disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
3. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis pubis
3. Pemeriksaan fisik Keadaan umum tampak baik atau shock akibat perdarahan
Tekanan darah normal atau menurun
Denyut nadi bisa normal atau cepat dan kecil
Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam
2. Inspekulum : ostium uteri eksterna terbuka, tampak sisa
hasil konsepsi
3. Pemeriksaan bimanual : portio terbuka, tinggi fundus
uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak didapatkan
nyeri goyang portio, teraba sisa jaringan.
4. Kriteria diagnosis 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Abortus Inkomplit
6. Diagnosis banding Abortus insipiens
7. Pemeriksaan 1. DL
2. Plano test
penunjang
8. Terapi 1. Pemberian antibiotika profilaksis
2. Bila didapatkan hemodinamik tidak stabil, dilakukan
resusitasi, dilanjutkan dengan :
- Pada usia kehamilan <12 minggu
Kuretase
- Pada usia kehamilan >12 minggu
Oksitosin drip 20 IU dalam cairan Ringer Laktat 500 cc,
diberikan 28 tetes/menit, dilanjutkan kuretase, drip
dilanjutkan sampai dengan 12 jam pasca kuretase.
9. Edukasi 1. Kondisi penyakit pasien
2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan
yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang
dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
11. Tingkat evidens
12. Tingkat
rekomendasi
13. Penelaah kritis
14. Indikator medis
15. Kepustakaan
Madiun, 18 Desember 2015
PERDARAHAN ANTEPARTUM
1. Pengertian Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada wanita
hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat berupa
plasenta previa atau solusio plasenta.
Informed consent
Stabilisasi, ABC (Posisikan semi ekstensi, bebaskan jalan
nafas, O2 jika perlu, resusitasi cairan). Tentukan ada syok atau
tidak. Jika ada, berikan transfusi darah, infus cairan, oksigen
dan kontrol perdarahan. Jika tidak ada syok atau keadaan
umum optimal, segera lakukan pemeriksaan untuk mencari
etiologi.
Hentikan sumber perdarahan.
Monitor tanda-tanda vital.
Penatalaksanaan spesifik:
Ekspektatif :
Syarat :
Aktif :
Persalinan pervaginam :