Anda di halaman 1dari 4

Hidrolisat Protein Ikan

Diposkan oleh naKEd fiSHer Minggu, 31 Mei 2009

Pengertian

Hidrolisat protein ikan (HPI) adalah produk cairan yang dibuat dari ikan dengan penambahan
enzim proteolitik dengan hasil akhir berupa campuran komponen protein. Berbagai sumber
protein, baik protein nabati maupun protein hewani dapat digunakan sebagai bahan mentah
untuk pembuatan protein hidrolisat. Kelebihan penggunaan daging ikan sebagai bahan baku
pembuatan hidrolisat protein adalah dagingnya berserat seperti hewan mamalia darat, tetapi
seratnya lebih halus dan lebih pendek ukurannya, serta komposisi proteinnya cukup lengkap,
sehingga dapat meningkatkan mutu produk akhir HPI.

Hidrolisat protein ikan merupakan pengembangan dari proses pembuatan konsentrat protein
ikan dan silase. Dimana pada kedua produk tersebut protein yang diperoleh mempunyai sifat
fungsional yang sangat rendah, sehingga pada umumnya produk yang dihasilkan hanya
sebatas digunakan untuk pakan ternak. Oleh sebab itu, pengolahan ikan menjadi HPI
diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk produk
pangan manusia.

Kwalitas produk hidrolisat protein dari bahan baku ikan ditentukan oleh jenis ikan yang
digunakan. Ikan yang mengandung banyak lemak akan menghasilkan hidrolisat dengan
kandungan lemak tinggi, sehingga akan memperpendek masa simpan. Hal lain yang
berpengaruh adalah jenis katalis (enzim hidrolase) yang digunakan. Hidrolisat protein yang
dibuat dari ikan berlemak rendah (non fatty fish), mengandung protein 85-90%, lemak 2%
dan abu 6-7% berdasarkan berat kering.

Teknologi pengolahan untuk memproduksi hidrolisat protein merupakan teknologi murah dan
mesin pengolahnya telah tersedia komersial. Salah satu keuntungan terbesar dari produk ini
adalah semua jenis hasil samping perikanan dan ikan-ikan rucah (bernilai ekonomis rendah)
dapat digunakan untuk memproduksi hidrolisat dibanding produk-produk perikanan lainnya
yang hanya dapat diproduksi dengan jenis-jenis ikan tertentu.

Hidrolisat protein ikan dapat diproduksi dengan menggunakan enzim protease untuk
mencegah protein sehingga larut air. Pada studi pendahuluan kami tentang proses pembuatan
hidrolisat protein ikan menggunakan ikan mujair yang di hidrolisis dengan enzim bromelin
kasar 24% diperoleh rata-rata kandungan protein sebesar 52.6%, meningkat 3 kali lipat
kadarnya dibanding kondisi segar.

Manfaat

Hidrolisat protein mempunyai peranan penting di dalam fortifikasi makanan dan minuman
untuk memperkaya protein dan nilai gizi makanan, sehubungan dengan tingginya tingkat
kelarutan dan daya cernanya. Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan
hidrolisat protein ikan secara luas sebagai bahan tambahan makanan dalam sup, kuah daging,
rasa daging, makanan diet, penyedap sosis, biskuit, crackers, dan mayonaise. Hidrolisat
protein ikan dapat memberikan nilai tambah bagi ikan dan memanfaatkan limbah laut yang
secara normal tidak dapat digunakan untuk konsumsi manusia.

Hidrolisat protein ikan juga berguna sebagai bahan fortifikasi untuk memperkaya nilai gizi
produk makanan suplemen terutama untuk anak-anak dan bahan pengganti albumin telur
pada proses pembuatan es krim, agar-agar, serta secara fungsional dapat dikatakan sebagai
bahan pengemulsi, pengembang dan bahan pengisi. Fungsi hidrolisat protein ikan dalam
bahan pangan dapat dibuat sebagai penyedap karena hidrolisat protein mempunyai cita rasa
yang menyenangkan dan dapat digunakan sebagai pengganti MSG.

Dalam perkembangannya, hidrolisat protein juga digunakan sebagai diet medis khusus seperti
pada kasus pancreatitis, sindrom akibat kesulitan buang air besar, penyakit crohn, dan alergi
akibat makanan. Dengan demikian juga diharapkan hidrolisat protein ini nantinya akan
dikembangkan untuk menggantikan protein susu sapi yang pada sebagian orang/ bayi
menimbulkan alergi.

Proses Pembuatan

Hidrolisat protein yang dibuat secara komersial sebagai penyedap makanan dapat
menggunakan asam, basa atau enzim sebagai bahan penghidrolisisnya. Pada umumnya
protein akan terhidrolisis dengan sempurna selama 16-24 jam dengan menggunakan asam
atau basa kuat pada tekanan biasa (ruang). Meskipun demikian hidrolisis asam tidak
menguntungkan, karena triptofan, asparagin, glutamin dan sejumlah asam amino lain hancur.
Apabila menggunakan enzim, hidrolisis baru sempurna setelah beberapa hari pada kondisi
yang terpilih dan terkontrol dengan baik.

Pada pembuatan hidrolisat protein, beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap kecepatan
hidrolisis dan kekhasan produk, yaitu suhu, waktu hidrolisis, dan konsentrasi enzim yang
ditambahkan, sedangkan tingkat kerusakan asam amino dipengaruhi oleh kemurnian protein
dari bahan awal, serta kondisi dan jenis bahan penghidrolisis yang digunakan. Lama proses
hidrolisis merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap mutu hidrolisat yang
dihasilkan. Waktu hidrolisis yang berlebih menyebabkan jumlah peptida dan asam amino
menurun dan jumlah padatan tidak fungsional meningkat. Bila hidrolisis dilakukan dengan
sempurna maka akan diperoleh hidrolisat dengan 18 sampai 20 macam asam amino. Produk
akhir hidrolisat protein dapat berupa cair, pasta atau bubuk yang bersifat higroskopis.

Beberapa metoda untuk memproduksi hidrolisat protein telah tersedia. Teknologi yang umum
digunakan adalah sebagai berikut :

(a) Hidrolisis asam

Ikan dibersihkan dari lendir dan kotoran lainnya, kemudian digiling. Ikan yang telah digiling
tersebut selanjutnya dimasak dengan 2-6 N larutan asam kuat pada suhu 90-100C selama 12-
24 jam sampai semua produk terlarut sempurna. Kelemahan dari proses ini adalah produk
yang dihasilkan menjadi sangat asam, sehingga perlu dinetralkan dengan alkali sampai pH 7.
Tahap ini menyebabkan hidrolisat protein mengandung sejumlah besar garam. Selain itu,
beberapa jenis asam amino menjadi rusak sehingga produk kehilangan nilai gizi.

b) Hidrolisis enzimatis
Di dalam industri, proses untuk memproduksi hidrolisat protein menggunakan proses
enzimatis. Proses ini dipandang lebih sesuai dan lebih murah. Proses pengolahan juga lebih
cepat dan memberikan hidrolisat protein tanpa kehilangan banyak asam amino esensial. Akan
tetapi, enzim harus dipilih yang sesuai dengan proses tersebut. Pemilihan enzim tergantung
kepada beberapa faktor seperti stabilitas, harga dan lain-lain. Hidrolisat kemudian disaring
dan dikeringkan dengan pengering vakum dan/ atau spray drier sehingga produk yang
dihasilkan berupa bubuk.

Penelitian yang berkembang mengenai pengolahan HPI adalah menggunakan proses


enzimatis. Enzim proteinase dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan seperti papain, bromelin
atau fisin, dari mikroorganisme, atau dari mamalia seperti pepsin dan tripsin. Kebanyakan
hidrolisat protein memiliki rasa pahit. Sehingga beberapa jenis flavor digunakan dalam proses
fortifikasi makanan untuk menutupi rasa pahit tersebut.

Prospek

Teknologi pengolahan hidrolisat protein ikan masih relatif baru, sehingga produk yang
dihasilkan ditinjau dari hasil, mutu dan penerimaan organoleptik masih belum optimal. Hal
ini bisa menyebabkan harga produk akan menjadi tinggi, sehingga tujuan peningkatan
penggunaan produk perikanan dari HPI tidak akan tercapai. Dari segi mutu HPI juga masih
mempunyai permasalahan diantaranya bubuk HPI yang dihasilkan bersifat higroskopis,
sehingga akan membutuhkan metode penyimpanan tersendiri.

Dari tinjauan organoleptik, HPI juga masih mempunyai kendala seperti warna produk akhir
yang kecoklatan serta mempunyai rasa pahit dan bau amis. Untuk mengatasi warna produk
selama ini baru diupayakan penggunaannya disesuaikan dengan makanan yang akan
diperkaya dengan HPI tanpa merugikan penampakan awal makanannya. Sedangkan untuk
menutupi rasa pahit dan bau amis, maka dikombinasikan dengan berbagai flavor.
Berdasarkan paten yang telah terdaftar di Amerika Serikat ada dua metode yang mengklaim
bahwa produk yang dihasilkan tidak berasa pahit atau berbau amis. Metode pertama, enzim
yang digunakan adalah bromelin dan dengan kondisi proses yaitu suhu inkubasi 550C selama
15 menit. Sebelum dan sesudah proses enzimatis, dilakukan pasteurisasi pada suhu 800C
untuk menginaktifkan enzim. Hidrolisat selanjutnya dikeringkan dengan pengering semprot.
Produk yang dihasilkan mengandung 70% protein dan 25% lemak, mudah dilarutkan dalam
air dan emulsinya stabil sampai beberapa hari.

Metode kedua menggunakan 2 tahap hidrolisis, yaitu setelah ditambahkan air dengan jumlah
yang sama dengan daging ikan, kemudian dipanaskan sampai diatas 600C untuk
menginaktifkan enzim endogenus. Sesudah 15 menit, suhu diturunkan kembali sampai 600C,
pH diatur sampai 9 dan ditambahkan enzim proteinase yang stabil pada pH tinggi. Setelah
inkubasi selama 1 jam, pH diatur sampai 5,5 dan ditambahkan enzim proteinase yang aktif
pada pH rendah selama 1 jam. Selanjutnya hidrolisat disentrifuse untuk memisahkan cairan
minyanya, dan dikeringkan dengan pengering vakum.

Proses hidrolisis yang singkat ditujukan untuk menghindari terbentuknya peptida yang
menghasilkan rasa pahit. Beberapa metode juga telah dicoba diaplikasikan untuk
menghilangkan rasa pahit selama proses hidrolisis, yaitu penambahan asam orthofosforat
sebanyak 0.3%. Hal ini perlu diupayakan secara sungguh-sungguh mengingat kegunaan HPI
yang cukup luas, serta HPI dapat diproduksi dari berbagai jenis ikan terutama dalam upaya
pemanfaatan hasil samping pengolahan perikanan dan jenis ikan yang mempunyai nilai
ekonomis rendah

Anda mungkin juga menyukai