Anda di halaman 1dari 4

Selai Jagung Manis

Bahan :
1.
2.
3.
4.

Jagung
Gula
Tepung Maizena
Vanili

3 tongkol
kg
secukupnya
secukupnya

Cara membuat :
1. Parutlah jagung
2. Blenderlah jagung tersebut sampai cukup halus
3. Saringlah hasil blender jagung tersebut agar terpisah dari ampas
sehingga benar-benar sari jagung itu yang diambil
4. Rebuslah sari jagung tersebut dan masukka gula sebanyak kg. Aduk
sampai agak mengental
5. Agar mendapat tekstur seperti selai, campurkan larutan tepung maizena
tersebut ke dalam rebusan sari jagung
6. Untuk membuat selai menjadi lebih wangi, masukkan vanili secukupnya ke
dalam sari jagung tersebut
7. Aduk terus sampai mendapat tekstur selai
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan
memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia
makanan.Secara garis besar ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu
fisik serta biologi dan kimia.
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya,
contohnya adalah

Pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif
untuk bahan yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan
protein.
Pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat
diterapkan untuk daging dan susu.

Pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya


hingga di bawah titik beku air.

Pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk


pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.

Pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika


(ruang hampa dalam kaleng).

Pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.

Pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair

Pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme,


biasanya dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan
karbohidrat

Pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan


karbohidrat

Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat


perubahan biokimia

Pengawetan makanan secara biologi dan kimia secara umum ditempuh dengan
penambahan senyawa pengawet, seperti

penambahan enzim, seperti papain dan bromelin


penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.

pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk


makanan

pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi
untuk mencengah kerusakan makanan

pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair


atau mengandung minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat
racun dan karsinogenik. Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya
adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup karena
larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.Kalsium
propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang
dalam keju, sirup dan buah kering.

Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu

Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan


pangan
Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk
serangan hama

Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang


digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu kondisi
optimal pertumbuhan mikroba. Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan
mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem
metabolismenya. Karena itu bahan kimia yang digunakan untuk
antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik

Jenis-jenis Teknik Pengolahan Dan Pengawetan Makanan


a.
Pendinginan
Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan makanan
pada

tempat

atau

ruangan

yang

bersuhu

sangat

rendah.

Untuk

mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan memasukkannya ke


dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di wadah
berisi es. Agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu
0 sampai -4 derajat selsius.
b.
Suhu Tinggi
Pengawetan suhu tinggi yang
pasteurisasi dan sterilisasi.

sering

digunakan

adalah

blansing,

Blansing
Blansing dilakukan dengan pemanasan menggunakan air atau uap pada
kisaran suhu dibawah 100oC selama 3-5 menit. Tujuan blansing adalah
inaktivasi enzim-enzim yang masih terkandung dalam bahan pangan.
Blansing juga bertujuan membersihkan bahan dari kotoran dan untuk
mengurangi

jumlah

mikroba

dalam

bahan

dan

digunakan

untuk

menghilangkan bau, flavor, dan lendir yang tidak dikehendaki. Blansing


biasanya digunakan sebagai perlakuan pendahuluan sebelum perlakuan
pengolahan berikutnya. Dengan perlakuan ini, tekstur sayuran atau buah
yang diblansing biasanya akan menjadi lunak. Contoh sederhana blansing
adalah ketika kita memasukkan sayuran atau buah kedalam air mendidih
selama 3-5 menit. Dalam kondisi ini enzim-enzim menjadi tidak aktif dan
kehilangan nutrisi dapat diminimalisir meskipun beberapa mineral, vitamin

larut air, dan komponen-komponen lain yang larut air akan hilang.
Pasteurisasi
Pasteurisasi dilakukan dengan suhu pemanasan 65 oC selama 30 menit.
Pada suhu dan waktu proses ini sebagian besar mikroba pathogen dan
mikroba penyebab kebusukan telah musnah, namun jenis mikroba lainnya
tetap hidup. Pasteurisasi biasanya digunakan untuk susu, sari buah,
anggur, makanan asam, serta makanan lain yang tidak tahan suhu tinggi.
Proses ini tidak terlalu merusak gizi serta mengubah aroma dan cita rasa.
Tetapi karena tidak semua jenis mikroba mati dengan proses ini,
pengawetan dengan pasteurisasi biasanya tidak memiliki umur simpan
yang lama. Misalkan susu yang dipasteurisasi tanpa pengemasan,
biasanya hanya tahan 1-2 hari dalam suhu kamar, sedangkan dalam suhu
pendingin hanya dapat bertahan hingga seminggu. Agar memperoleh hasil
yang optimal, pasteurisasi harus dikombinasikan dengan cara lain
misalnya penyimpanan suhu rendah dan modifikasi kemasan. Uniknya,
pada beberapa bahan pasteurisasi justru dapat memperbaiki cita rasa

produk.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses termal untuk mematikan semua mikroba beserta
spora-sporanya hingga menadi steril. Pada proses ini, bahan yang
disterilkan akan memiliki daya tahan hingga lebih dari 6 bulan pada suhu
ruang. Spora-spora mikroba bersifat tahan panas, maka umumnya
diperlukan pemanasan selama 15 menit pada suhu 121 oC. Penggunaan
panas lembab dengan uap bertekanan sangat efektif untuk sterilisasi
karena menggunakan suhu jauh diatas titik didih. Proses ini dapat

menyebabkan sel mikroba hancur dengan cepat. Contoh dari sterilisasi


adalah produk-produk olahan dalam kaleng seperti sarden, kornet, buah
dalam kaleng, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai