Pengolahan bahan pangan adalah proses yang dilakukan untuk mengubah bahan makanan atau pangan
menjadi bentuk lain yang dapat dikonsumsi atau digunakan dengan lebih mudah
Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya, contohnya adalah
pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, tetapi tidak efektif untuk bahan yang
mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein. Cara pemanasan ini banyak dijumpai
pada bahan makanan berupa susu yang dipanaskan hingga suhu 121° tujuannya agar bakteri jahat
mati.
pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan
untuk daging dan susu.
pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku
air.
pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang,
biasa diterapkan pada daging.
pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam
kaleng). proses pengalengan adalah salah satu proses dalam mengawetkan makanan dengan cara
pengawetan bahan makanan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan dengan cuaca
panas. Teknik ini dilakukan agar bahan makanan bebas dari kebusukan, bertahan nilai gizi, cita
rasa dan daya tarik.[5]
pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dilakukan untuk
bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat
pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat
Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia
Biokimia
Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet,
seperti
Prinsip
Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu:[7]
Pada umumnya, ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu secara fisik serta biologi dan secara
kimia:
1. Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan paling bervariasi jenisnya, diantaranya:
a. Pemanasan
Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, tapi tidak efektif untuk bahan yang mengandung gugus
fungsional, seperti vitamin dan protein. Contoh: pembuatan terasi dan roti.
b. Pendinginan
Dilakukan dengan cara memasukkan makanan ke dalam lemari es atau kotak es. Contoh: susu dan
daging.
c. Pembekuan
Pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku air.
d. Pengasapan
Teknik ini merupakan perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan. Contoh: biji jagung, ikan asap.
Pengasapan dibagi menjadi dua yaitu pengasapan panas (hot smoking) suhu 65OC-100oC dengan waktu
berjam-jam dengan hasil yang bisa langsung dikonsumsi; dan pengasapan dingin (cold smoking) suhu 50oC
dengan waktu berminggu-minggu dengan hasil yang harus diolah kembali jika ingin mengonsumsinya.
e. Pengalengan
Cara ini menggabungkan teknik kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam
kaleng). teknik kimia karena biasanya diperlukan sejumlah zat pengawet yang harus dicampurkan ke
dalam makanan dan teknik fisika karena makanan tersebut nanti akan dimasukkan ke dalam kaleng
kedap udara. Zat pengawet yang digunakan biasanya mengandung garam, asam, atau gula dan disimpan
ke dalam kaleng aluminium. Contoh: sayur, ikan, buah, susu, kopi, teh, dsb.
f. Pembuatan acar
Sering dilakukan pada sayur dan buah. Bakteri akan mati jika terendam dalam larutan asam cuka 4-8%.
Untuk memperbaiki rasa dari pengawetan teknik ini, biasanya diberi garam, gula, dan bumbu lain. Jenis
cuka yang biasa digunakan yaitu cuka beras (rice vinegar), cuka apel (cider vinegar), cuka anggur merah
(red wine vinegar), cuka balsam (balsamic vinegar).
g. Pengentalan
Dilakukan untuk mengawetkan bahan cair.
h. Pengeringan
Teknik ini dilakukan untuk mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dlakukan
pada bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat. Cara pengeringan dilakukan dengan
menjemur atau memanaskan makanan.
i. Pembuatan tepung
Teknik ini banyak diterapkan pada bahan karbohidrat.
j. Irradiasi
Teknik ini digunakan untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia.
2. Kimia
Pengawetan makanan secara biokimia secara umum dengan tambahan senyawa pengawet, yaitu:
a. Penambahan enzim, seperti papain dan bromelin.
b. Penambahan bahan kimia, seperti asam sitrat, garam, dan gula.
c. Pengasinan
Teknik mengawetkan makanan yang lebih umum sebelum adanya pendinginan modern. Pengasinan
menjaga makanan dengan menarik air keluar dari makanan, mencegah bakteri tumbuh dan merusak
makanan. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan. Contoh: daging, telur, ikan,
dan buah-buahan.
Alasan mengapa garam? Karena garam mengeluarkan kelembapan dari makanan. Makanan cenderung
rusak karena kelembapan yang menyebabkan mikroorganisme merusak makanan. ketika daging
terpapar garam dalam jumlah tepat, sekitar 20% salinitas, garam mulai menarik uap air dari sel, tidak
hanya pada makanan, tetapi juga bakteri yang ada dalam makanan.
d. Pemanisan
Merupakan teknik pengawetan yang mirip dengan pengasinan. Makanan dikeringkan dan dikemas
dengan gula. Gula bisa berupa kristal dalam bentuk meja atau gula mentah, atau berupa cairan dengan
kepadatan gula tinggi seperti madu, sirup, atau molase.
Caranya, memasukkan makanan ke dalam zat mengandung gula dengan kadar konsentrasi 40% untuk
menurunkan kadar mikroorganisme. Apabila kadar konsentrasinya dinaikkan jadi 70%, maka dapat
mencegah terjadinya kerusakan makanan. Contoh: susu, manisan buah, agar-agar, dsb.
Gula juga digunakan dalam teknik pengalengan dan pembekuan buah-buahan untuk meningkatkan rasa,
tekstur, dan mempertahankan warna dan bentuk alami.
e. Pemberian bahan pengawet
Biasanya pada bahan cair atau yang mengandung minyak.
Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan karsiogenik.
Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya yaitu garam pada ikan asin dan telur asin, dan sirup
karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikrob.
Kalsium propionat atau natrium proprionat untuk menghambat pertumbuhan kapang.
Asam sorbat untuk menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup, dan buah kering.
Pada umumnya, prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu: